• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI KARBON SEKAROH

Dalam dokumen REHABILITASI LAHAN DI ZONA EKSTRIM (Halaman 113-129)

POTENSI KARBON SEKAROH

Terobosan Persentase Tanaman

Berdasarkan SK menteri Kehutanan No. P. 22/Menhut-V/2007 tentang Pedoman Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun 2007 bahwa untuk kegiatan reboisasi pada kawasan Hutan Lindung, minimum 60 % kayu- kayuan, Maksimum 40 % MPTS (penghasil kayu / getah / buah / kulit). Jenis tanaman kayu-kayuan untuk reboisasi hutan lindung adalah jenis kayu yang berdaur panjang.

Hasil kesepakatan bersama masyarakat dengan tokoh masyarakat, kegiatan rehabilitasi lahan di Hutan Lindung Sekaroh dalam format HKm, akan ditanami dengan persentase tanam yang seimbang antara tanaman berkayu dan tanaman buah-buahan, yaitu dengan perbandingan 50 % : 50 %. Keputusan ini diambil selain karena kondisi biofisik yang sangat ekstrim yaitu suhu tinggi dan dekat dari laut juga karena faktor kondisi perekonomian masyarakat yang rendah.

Dengan penambahan persentase buah-buahan diharapkan masyarakat yang sebelumnya bertani musiman, khususnya jagung, diharapkan bersedia beralih komoditi dengan tanaman jangka panjang yang berpotensi memperbaiki kondisi ekologi dan ekonomi mereka. Dengan komposisi ini diharapkan masyarakat yang sebelumnya menolak

program rehabilitasi ini menjadi bersedia dan mau menjaga tanaman yang sudah ditanamnya.

Penggunaan persentase 50 % : 50 % antara tanaman kehutanan dan buah-buahan adalah pola yang pertama dan satu-satunya di Indonesia. Jika kegiatan ini berhasil memperbaiki kondisi vegetasi pada areal marjinal dan konflik yang tinggi, diharapkan model seperti ini dapat diterapkan pada lokasi lain di Indonesia. Diharapkan metode ini tidak memiliki dampak negatif bagi berbagai pihak, karena tujuan program ini adalah untuk memperbaiki kondisi vegetasi setempat, perekonomian masyarakat lokal dan diharapkan dapat menyerap emisi gas rumah kaca sebagai sumbangan Indonesia bagi iklim global.

Tanaman Kehutanan

Tanaman kehutanan yang dipilih adalah jenis yang sudah terbukti tumbuh dan mampu beradaptasi dengan kondisi biofisik Hutan Lindung

Sekaroh. Jenis tanaman kehutanan tersebut yaitu mahoni (Swietenia

macrophylla), imbe/mimba (Azadirachta indica), trembesi (Albizia saman)

dan khaya (Khaya anthotheca).

Masyarakat juga sudah familiar dengan keempat jenis tanaman kehutanan ini. Pada areal kegiatan rehabilitasi sebelumnya di Hutan Lindung Sekaroh, tanaman ini sudah pernah ditanam dan dapat tumbuh dengan baik.

Mahoni

Mahoni (Swietenia macrophylla) adalah jenis mahoni yang

berdaun lebar. Tanaman ini tumbuh pada ketinggian 0-1.500 mdpl, dengan suhu tahunan 11"36oC dan curah hujan tahunan 1.524"5.085

mm (BPT 1986). Tanaman ini mempunyai peranan yang cukup penting secara ekonomi, karena kayunya dapat digunakan untuk kayu bangunan dan perkakas. Saat ini tanaman mahoni merupakan salah satu tanaman prioritas untuk pembangunan Hutan Tanaman Industri dan reboisasi hutan produksi. Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter mencapai 125 cm (lihat Gambar 16). Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna

Gambar 16. Pohon mahoni hasil tanaman kegiatan CDM di Hutan Lindung Sekaroh

cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. (http:// iman56.blogspot.com).

Dalam Buku Atlas Kayu Indonesia, mahoni dapat tumbuh baik di daerah dengan musim kemarau maupun kering, yaitu pada tipe curah hujan A – D. Jenis ini tumbuh pada tanah yang agak liat dan kurus dengan ketinggian sampai 1.000 meter dari permukaan laut (mdpl). Berat jenis kayu ini rata-rata 0.61 dengan kelas kuat kayu termasuk pada kelas II – III (baik - sedang).

Trembesi

Trembesi (ALBIZIA SAMAN sinonim SAMANEA SAMAN)

disebut juga Pohon Hujan atau Ki Hujan merupakan tumbuhan pohon

besar dengan ketinggian hingga 20 meter dan tajuknya yang sangat lebar. Pohon Trembesi (Ki Hujan) mempunyai jaringan akar yang luas sehingga kurang cocok ditanam di pekarangan karena bisa merusak bangunan

dan jalan. Akhir-akhir ini pemerintah, dalam rangka gerakan ONE MAN

ONE TREE menggalakkan penanaman pohon Trembesi di seluruh

wilayah Indonesia (lihat Gambar 17). Bahkan di Istana Negara, terdapat 2 batang pohon Trembesi yang ditanam oleh presiden pertama RI, Ir. Soekarno yang masih terpelihara dengan baik hingga kini. (http:// alamendah.org).

Menurut Oey Djoen Seng (1951) dalam wood density database

(ICRAF), kayu ini memiliki berat jenis 0,61. Ini menunjukkan kayu trembesi berada pada level sedang untuk berat jenis kayu.

Mimba/Imbe

Azadirachta indica memiliki nama lokal mimba atau nimbi.

Tanaman mimba dapat beradaptasi di daerah tropis. Di Indonesia, tanaman mimba dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah dengan ketinggian sekitar 800 mdpl. Di Indonesia, tanaman mimba banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, dan

Gambar 17. Pohon trembesi di Hutan Lindung Sekaroh

Gambar 18. Pohon mimba cocok dan tumbuh subur di Hutan Lindug Sekaroh

Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada umumnya, tanaman mimba ditanam sebagai tanaman peneduh jalan (Rukmana dan Oesman 2002).

Mimba atau imbe yang biasa disebut oleh masyarakat Lombok

dalam dunia botani dikenal dengan nama Azadirachta indica. (http://

isroi.com). Mimba dapat tumbuh dengan baik di Hutan Lindung Sekaroh sehingga dipilih sebagai salah satu jenis dalam kegiatan rehabilitasi ini (lihat Gambar 18).

Khaya (Khaya anthotheca)

Jenis lain dari tanaman kehutanan yang ditanam pada kegiatan

CDM di Hutan Lindug Sekaroh adalah Khaya (Khaya Anthoteca). Jenis

ini termasuk famili Meliaceae. Tanaman ini bukanlah tanaman asli

Indonesia. Penyebaran alami jenis ini di daerah Afrika. Di daerah tersebut jenis ini merupakan jenis kayu perdagangan utama dunia dan dikenal

sebagai African Mahogany. Jenis ini merupakan jenis yang cepat tumbuh

dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan secara luas (Irwanto, 2007).

Gambar 19. Potensi karbon empat jenis tanaman kehutanan

3 ; ; ; ; ; ; ; ; % ) ' / 8 / 0 , 6 7 - " ,0 - 0 / ) !

Jenis pohon ini bisa tumbuh pada areal yang kering, Tumbuh pada daerah curah hujan antara 1500 mm sampai lebih dari 3000 mm per tahun. Pada daerah yang kering (curah hujan antara 1500 – 2000 mm/tahun) pertumbuhannya lebih baik. Jumlah hari hujan rata-rata per tahun antara 70 hari sampai 190 hari. Rata-rata temperatur per tahun antara 20° - 26,5° C dengan kelembaban rata-rata 72,88 % (Irwanto, 2007).

Potensi karbon pada tahun 2020 yang tertinggi dari keempat jenis ini dalah mahoni yaitu 14.946 ton CO2e. Potensi karbon tertinggi kedua setelah tanaman berumur 20 tahun yaitu trembesi sebesar 14.245 ton CO2e (lihat Gambar 19).

Tanaman Buah-Buahan

Pemilihan tanaman buah-buahan selain berdasarkan kesesuaian dengan tempat tumbuh, juga berdasarkan persepsi dan animo masyarakat. Dari survey persepsi masyarakat yang dilakukan pada November 2010, jenis tanaman buah-buahan yang disukai mayoritas masyarakat adalah asam, srikaya, mangga dan nangka.

Nangka

Pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) sudah lama dikenal

masyarakat Sekaroh. Sebenarnya pohon nangka bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman nangka berasal dari India Selatan, beremigrasi dan menyebar ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali ke Indonesia.

Di Hutan Lindung Sekaroh pohon nangka bisa ditemukan pada beberapa tempat yang sengaja ditanam oleh masyarakat (lihat Gambar 20). Tanaman buah ini tergolong tanaman tropis, sehingga penyebaran dan pengembangannya lebih banyak ditemukan di daerah yang beriklim tropis. Tanaman nangka telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Keberadaan buah nangka tidak mengenal musim. Di Indonesia, tanaman ini sering dijumpai di kebun atau pekarangan rumah penduduk hampir di seluruh daerah dan dibiarkan saja tanpa perawatan (www. deptan.go.id).

Gambar 20. Nangka yang berada dalam kawasan Hutan Lindung Sekaroh dapat tumbuh subur

Asam

Tanaman asam (Tamarindus indica) selain tumbuh dengan baik di sekitar Hutan Lindung Sekaroh juga menjadi sumber pendapatan masyarakat Sekaroh (lihat Gambar 21). Asam umumnya berbuah pada saat musim kemarau. Hal ini menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat Sekaroh karena pada musim kemarau tanaman jagung sudah tidak berproduksi dan pada saat itu asam menjadi sumber pendapatan warga. Asam selain menjadi sumber income tambahan, juga berguna sebagai pohon peneduh. Pekarangan rumah di Desa Sekaroh banyak yang ditanami asam karena tanaman ini sangat rindang dan cocok tumbuh pada areal yang kering.

Srikaya

Srikaya (Annona Squamosa) merupakan tanaman yang relatif masih baru diperkenalkan oleh pemerintah pada masyarakat Sekaroh (lihat Gambar 22). Tanaman srikaya mulai dibudidayakan di Sekaroh sekitar tahun 2007/2008, pada saat itu masyarakat secara umum menolak menanam srikaya. Hanya sedikit masyarakat yang mau ikut terlibat dalam penanaman srikaya.

Setelah tanaman srikaya menghasilkan buah dan masyarakat yang ikut menanam mulai panen, masyarakat yang semula menolak mulai menerima dan bersedia menanam srikaya. Kegiatan rehabilitasi lahan di Sekaroh memasukkan jenis srikaya sebagai salah satu tanaman yang akan ditanam. Selain karena sesuai dengan biofisik lahan juga karena menjadi pilihan masyarakat.

Mangga

Mangga (Mangifera indica) merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon dan mudah dibudidayakan. Tanaman mangga bisa dijumpai di seluruh Indonesia termasuk di Kabupaten Lombok Timur.

Masyarakat Sekaroh masih sebagian yang menanam mangga di pekarangan rumah (lihat Gambar 23). Walaupun tanaman ini sudah lama dikenal oleh masyarakat Sekaroh, tetapi hanya sedikit warga yang

Gambar 21. Asam tumbuh subur di Hutan Lindung Sekaroh

Gambar 22. Srikaya di Hutan Lindung Sekaroh tumbuh dan berbuah dengan baik

Gambar 23. Pohon mangga tumbuh dengan subur di Hutan Lindung Sekaroh

! " #

$ %% & ' %#

Gambar 24. Potensi karbon buah-buahan selama 20 tahun

menanamnya. Mangga bisa ditemukan di Hutan Lindung Sekaroh pada beberapa lokasi dan tumbuh dengan baik.

Kegiatan rehabilitasi lahan di Hutan Lindung Sekaroh memilih mangga sebagai salah satu jenis tanaman karena sesuai dengan tempat tumbuh dan telah direkomendasikan oleh masyarakat Sekaroh. Bibit mangga harganya relatif mahal dibandingkan dengan jenis tanaman lain sehingga pengadaannya tidak mampu memenuhi jumlah yang diminta oleh masyarakat yang mau menanamnya.

Argumen pemilihan jenis ini oleh masyarakat, selain karena memiliki hasil yang baik, juga karena jenis ini sudah terbukti cocok ditanam di Desa Sekaroh. Tahun 2011 dan 2012 panen buah srikaya dan asam di Sekaroh cukup baik sehingga persepsi masyarakat terhadap jenis-jenis ini semakin baik. Jenis buah-buahan ini ditanam masyarakat di Hutan Lindung Sekaroh dan di lahan pribadi masyarakat yang bukan peserta HKm.

Potensi karbon buah-buahan yang tertinggi diantara empat jenis ini adalah asam. Masing-masing potensi karbon untuk jenis buah-buahan;

Gambar 25. Potensi karbon total pada areal seluas 309 Ha di Hutan Lindung Sekaroh

Srikaya (Annona Squamosa), mangga (Mangifera indica), nangka

(Artocarpus heterophyllus) dan asam/tamarind (Tamarindus indica) disajikan pada Gambar 24.

Total Karbon

Total karbon adalah penjumlahan dari potensi karbon tanaman kehutanan dan tanaman buah-buahan. Meskipun tujuan utama kegiatan rehabilitasi ini bukanlah untuk mendapatkan nilai dari perdagangan karbon, tetapi jika memungkinkan maka hal itu akan dilakukan. Selama ini sudah dilakukan perhitungan potensi karbon pada delapan jenis tanaman yang ditanam bersama masyarakat.

Jumlah karbon untuk tanaman kehutanan (bukan buah-buahan)

pada tahun ke-20 sebesar 42.127 ton CO2e. Sedangkan potensi karbon

untuk tanaman buah-buahan pada tahun ke-20 sebesar 22.777 ton CO2e.

Ini menunjukkan bahwa potensi karbon untuk tanaman kayu lebih tinggi

Total penyerapan karbon untuk tanaman kehutanan dan tanaman

buah-buahan pada tahun ke-20 sebesar 64.904 ton CO2e. Jika ditambah

dengan potensi karbon tanah yang diperkirakan bertambah rata-rata 0,5 ton C perhektar/tahun, maka total karbon pada areal seluas 309 ha

Dalam dokumen REHABILITASI LAHAN DI ZONA EKSTRIM (Halaman 113-129)

Dokumen terkait