• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A Kajian Teor

3. Komitmen guru

a. Pengertian Komitmen Guru

Komitmen organisasi identik dengan rasa kecintaan yang mengikat seseorang terhadap organisasi dimana seorang tersebut berkontribusi. Kesamaan nilai organisasi dengan nilai pribadi seseorang, kepuasaan individu dengan pekerjaan yang diberikan, kepantasan kompensasi, keamanan dan kenyamanan fasilitas tempat kerja, kejelasan jenjang karir maupun hal lain yang mendukung dapat membentuk komitmen tinggi seseorang individu terhadap organisasi dimana seorang tersebut berkontribusi. Organisasi dapat menciptakan komitmen pada diri tiap individu dengan memenuhi apa yang mereka janjikan kepada individu yang berkontribusi pada organisasi tersebut. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ali (Kushariyanti, 2007: 44) mengartikan komitmen sebagai kontrak, perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Senada dengan itu, komitmen merupakan suatu ketulusan atau keterikatan hati untuk melakukan sesuatu (Ramdhani, 2012:86). Robbins (Wutun, 2001: 456) memandang komitmen terhadap organisasi merupakan salah satu sikap kerja. Karena ia merefleksikan perasaan seseorang (suka atau tidak suka) terhadap organisasi di tempat ia bekerja. Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen terhadap organisasi adalah unsur orientasi hubungan (aktif) antara individu dan organisasinya; orientasi hubungan tersebut mengakibatkan individu (pekerja) atas

kehendak sendiri memberikan sesuatu dan sesuatu yang diberikan itu demi merefleksikan dukungannya bagi tercapainya tujuan organisasi.

Dalam hal ini, organisasi yang dimaksud adalah sekolah yang terdiri dari beberapa pihak salah satunya guru. Menurut Blau (Geijsel & Sleegers, 2002) banyak guru bersaing untuk dapat terlibat dengan kebutuhan siswa, misi sekolah, dan hubungan dengan rekan kerja sehingga guru menganggap sebagai dasar komitmen yang berasal dari pengalaman di sekolah tempat mereka berkerja dan memiliki peran untuk terlibat dalam melakukan perubahan. Peran yang dianggap perlu untuk melakukan perubahan setidaknya memiliki komitmen yang tinggi meliputi profesionalisme pada tugas dari waktu ke waktu seperti, kehadiran, aktivitas yang konsisten, dan sesuai dengan peraturan dan perencanaan sekolah. Pengembangan kemampuan merupakan sebuah tuntutan perubahan yang sangat berpatokan pada komitmen guru terhadap suatu perubahan.

Sebagaimana Mac Donald (Geijsel & Sleegers, 2002)

menyimpulkan “ini adalah kualitas guru itu sendiri dan komitmen mereka untuk sebuah perubahan yang menentukan kualitas pengajaran dan kualitas perbaikan sekolah. Senada dengan itu, menurut Leitwood (Geijsel & Sleegers, 2002) komitmen guru terhadap perubahan termasuk bagaimana mereka mengidentifikasi perubahan tersebut dan keinginan mereka untuk terlibat dalam upaya menerapkan perubahan disekolah dan srtukturisasi dalam kelas.

Jadi, komitmen guru untuk perubahan kurikulum merupakan identifikasi dengan keinginan mereka untuk terlibat dalam upaya untuk menerapkan perubahan disekolah, sesuai dengan struktur dan proses pembelajaran di kelas. Perubahan komitmen guru akan terlihat melalui perilaku siswa yang sebelumnya lebih relatif pasif menjadi aktif.

b. Dimensi-dimensi Komitmen Guru

Menurut Leithwood et al. (1994 : 43) terdapat beberapa dimensi komitmen dalam melakukan perubahan, yaitu tujuan pribadi (personal

goals), keyakinan terhadap Kemampuan diri (confidence capacity),

keyakinan konteks (confidence context), danProses timbulnya emosi (the process of emotional arousal).

(a) Tujuan Pribadi (Personal Goals)

Tujuan pribadi merupakan sumber penting dari komitmen guru, yang harus dirasakan oleh para guru untuk memiliki kualitas tertentu dalam rangka untuk memberi energi tindakan yang aktual. Berarti kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam mengambil tindakan untuk benar-benar mempengaruhi para siswa dikelas sehingga mencapai tujuan. Sebagai objek dari komitmen guru (misalnya sekolah, pembelajaran siswa, disiplin seseorang ), tujuan pribadi mempresentasikan keinginan akan masa depan (aspirasi, kebutuhan dan keinginan) yang telah diinternalisasi oleh individu seseorang (misalnya keinginan guru untuk dapat mengelolah kelas). Guru mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga guru dapat

mengetahui kemampuan dari masing-masing siswa. Berkaitan dengan kurikulum 2013, tujuan seorang guru adalah siswa dituntun untuk menerapkan kompetensi inti (spiritual, sikap, pengetahuan dan keterampilan).

Beberapa hal mengidentifikasi kondisi yang harus ada jika tujuan tersebut untuk memberi energi tindakan terhadap perubahan sekolah yakni adopsi sebagai tujuan pribadi guru setidaknya memberikan proporsi yang signifikan dari tujuan yang diadopsi oleh inisiatif perubahan sekolah. Luis & Smith (Geijsel & Sleegers, 2002) mengidentifikasi kesesuaian sebagai indikator kualitas kerja yang mempengaruhi tingkat keterlibatan guru dengan pekerjaan mereka. Apresiasi guru atas kesenjangan yang signifikan dalam mengajar yang mereka lakukan saat ini terhadap perubahan sekolah dan persepsi pada sebagian guru yang berpartisipasi dalam perubahan sekolah yang merupakan tantangan yang signifikan dan berkontribusi untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana tujuan dapat dicapai. Persepsi guru bahwa mereka tahu secara khusus dan konkret, sesuai yang perlu mereka lakukan untuk menerapkan perubahan yang diusulkan untuk sekolah dan kelas mereka sehingga guru memiliki keyakinan bahwa mereka tahu langkah selanjutnya dapat dikelolah untuk mencapai tujuan secara keseluruhan untuk perubahan sekolah yang telah ditetapkan sesuai dengan perubahan kurikulum. Menurut Cheng et al (Geijsel &

Sleegers, 2002) mengatakan bahwa bukti menunjukan bahwa tingkat komitmen guru yang dijelaskan secara parsial seperti atribut pribadi yang beragam seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan tingkat pengajaran. Bukti ini tampaknya sebagian besar dicacat sebagai dampak dari atribut pribadi pada tujuan pribadi guru.

(b) Keyakinan terhadap Kemampuan diri (confidence capacity)

Keyakinan terhadap kemampuan diri (confidence capacity),

merupakan keyakinan yang dimiliki oleh seorang guru seperti rasa percaya diri dalam melihat kemampuan dirinya sendiri dalam menjalankan tugas untuk mencapai perubahan. Bandura Geijsel & Sleegers, 2002) mengemukakan bahwa orang yang mengetahui kemampuan yang ada pada dirinya akan dapat mengatur dirinya sendiri untuk menghadapi setiap tantangan yang ada dalam setiap aktivitas mereka. Guru akan berusaha dengan intensif untuk memperbaiki penampilan mereka meskipun mereka gagal mencapi tujuan. Mereka menjadikan kegagalan menjadi suatu motivasi untuk keberhasilan kedepan. Munculnya percaya diri seorang guru akan meningkatkan kemampuan dengan tugas guru yaitu penguasaan terhadap bahan ajar yang akan diajarkan dan kemampuan mengelola proses pembelajaran.

Keberhasilan perubahan Kurikulum 2013 adalah kreativitas guru (Mulyasa, 2013 : 41). Guru harus benar-benar mampu mengelola proses pembelajaran sesuai dengan kreativitas yang

dimiliki. Sesuai dengan proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMA menggunakan pendekatan saintific atau pendekatan Ilmiah dalam pembelajaran yakni, mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Dengan pendekatan tersebut Guru diharapkan memiliki keyakinan dalam memahami apa yang diajarkankannya dan menguasai bagaimana mengajarkannya sesuai dengan 5 M dalam proses pembelajaran yang aktif. Selain Pendekatan, guru harus menguasai metode yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik.

Beberapa kondisi menimbulkan keyakinan terhadap kemampuan diri yang positif pada sebagian guru dalam perubahan sekolah yaitu perasaan yang dimiliki guru ketika mendapat keberhasilan dalam upaya yang dilakukan, sehingga perasaan ini dapat ditingkatkan dengan adanya umpan balik yang mendukung dari administator, rekan kerja dan siswa. Setelah mendapat dukungan dapat diimplementasikan dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran yang tepat. Dorongan atau dukungan yang kuat dari rekan-rekan kerja tentang kemampuan yang dimiliki oleh guru dapat memberikan perubahan terhadap sekolah, dengan adanya interaksi dan sering terlibat dengan rekan-rekan kerja akan merangsang para guru lain untuk yakin terhadap kemampuan dalam

dirinya sehingga mampu mengelola kelas dengan baik sesuai dengan pendekatan Kurikulum 2013.

(c) Keyakinan konteks (context belief)

Di mana banyak guru berpengalaman telah membangun sebuah persepsi yang negatif (keraguan) tentang konteks dimana mereka mengembankan karir tempat di mana mereka bekerja. Keyakinan ini muncul sebagai sebagai konsekuensi dari pada kesalahan dalam pemahaman yang keliru atau motivasi perubahan yang sangat terbatas. Persepsi negatif terhadap konteks ini tercipta karena kebayakan guru masih terkekang oleh pengalaman masa lalu dan mengabaikan inisiatif perubahan pada konteks saat ini. Ketika ini terjadi maka. Motivasi guru menjadi berkurang untuk menerapkan inisiatif perubahan tersebut. Ada beberapa kondisi positif sehingga dapat guru menimbulkan keyakinan konteks dalam melakukan perubahan sesuai dengan perubahan Kurikulum 2013 yaitu adanya persepsi guru dalam budaya sekolah secara keseluruhan. Guru masih dalam kontrol sesuai dengan apa yang mereka lakukan dan kapan mereka akan melakukan perubahan. (d) Proses timbulnya emosi (the process of emotional arousal)

Emosi adalah perasaan yang relatif kuat yang sering disertai oleh beberapa reaksi fisik (seperti denyut nadi cepat); kepuasan, kebahagiaan, cinta, dan takut. Perasaan ini memiliki motivasi nilai ketika dihubungkan dengan tujuan pribadi seseorang yang

mempengaruhi tindakan seseorang. Keadaan emosi sangat berhubungan dengan gangguan atau tantangan yang menghalangi keinginan seseorang. Emosi yang positif dicapai ketika keadaan yag memungkinkan seseorang untuk mencapai tujuan pribadinya, dan sebaliknya emosi negatif muncul ketika peluang untuk mencapai tujuan seseorang itu mendapatkan tantangan. Emosi dapat berfungsi untuk mempetahankan pola tindakan sebagai pertimbangan untuk menata ulang inisiatif. Sebagai seorang guru selalu melaksanakan usaha hari demi hari dilihat dari kondisi emosi yang positif. Kondisi ini didukung oleh hal-hal berikut :

a. Umpan balik positif sering dari orang tua dan siswa tentang pengalaman mereka dengan inisiatif dalam melakukan perubahan sekolah.

b. Umpan balik positif dari rekan-rekan kerja dan kepala sekolah untuk mampu mewujudkan tujuan organisasi dengan melakukan perubahan biasanya dengan adanya kontribusi yang terbentuk sesuai dengan kemampuan kerja guru dari organisasi.

c. Kedinamisan dan perubahan kerja atau tambahan pekerjaan bagi guru.