• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komparasi Disparitas Produktivitas Relatif

V. INDUSTRIALISASI DAN PENDIDIKAN

5.2. Komparasi Disparitas Produktivitas Relatif

Dalam penelitian ini, dianalisa produktivitas tenaga kerja yang dinyatakan dalam output yang diwakili oleh PDRB dibanding jumlah tenaga kerja pada sektor tertentu. Dalam perekonomian yang seimbang, produktivitas relatif semua sektor nilainya mendekati satu. Artinya, besarnya persentase atau pangsa output suatu sektor terhadap total PDRB akan sebanding dengan persentase penyerapan tenaga kerja terhadap total tenaga kerja yang bekerja di suatu wilayah. Misalnya suatu

sektor menyumbang 30% terhadap total PDRB, sektor tersebut juga menyerap 30% dari total tenaga kerja yang bekerja.

Seperti yang dikemukakan oleh Todaro (2009), secara garis besar sektor-sektor terbagi atas sektor-sektor tradisional dengan produktivitas marjinal rendah dan sektor modern dengan produktivitas marjinal tinggi. Sektor tradisional dalam hal ini adalah sektor pertanian, sementara sektor modern adalah sektor industri dan jasa. Hasil penelitian di delapan kabupaten di Pulau Jawa secara umum memperlihatkan gambaran seperti ini, dimana produktivitas marjinal sektor pertanian sebagian besar di bawah produktivitas sektor industri. Begitu pula bila dikaitkan dengan sumbangan terhadap total PDRB dan tenaga kerja, produktivitas marjinal sektor pertanian sebagian besar dibawah satu, sedangkan produktivitas sektor industri sebagian besar di atas satu.

Setiap waktu terjadi perubahan sumbangan suatu sektor terhadap PDRB suatu wilayah. Pada umumnya, semua sektor akan mengalami kenaikan output seiring perkembangan waktu, namun persentase terhadap PDRB bisa naik, tetap ataupun turun tergantung perkebangan output sektor lainnya. Perubahan yang sama juga terjadi pada jumlah tenaga kerja masing-masing sektor. Apabila perubahan kedua hal ini gabungkan, maka akan didapatkan gambaran dinamika perubahan dalam kurun waktu tertentu seperti yang tercantum pada Tabel 17 serta Lampiran 5 dan 6.

Tabel 17. Komparasi Tingkat dan Trend Produktivitas Relatif Industri dan Pertanian di Delapan Kabupaten di Jawa, 2000 – 2010

Kabupaten Tipologi Industri Skala/ StatusUnit Industri Dominan Menyerap Tenaga Kerja Pangsa PDRB Tahun 2010 (%) Produktivtas Relatif Industri Produktivitas Relatif Pertanian Dinamika Ketimpangan Produktivitas Relatif Sektor Industri dan Pertanian Indus-tri Perta-nian 2000 2010 Trend (slope) 2000 2010 Trend (slope) Serang P adat Tenaga Kerja Formal 60 15 3,92 2,76 turun (0,055) 0,40 0,63 naik (0,019) Konvergen Bekasi Padat Modal Formal 75 0,18 2,66 3,22 naik (0,043) 0,18 0,02 turun (0,011) Divergen Purwakarta Padat Sumber Daya Alam Formal 48 10 2,26 2,32 naik (0,001) 0,26 0,42 naik (0,012) Konvergen Garut Padat Sumber Daya Alam Informal 10 46 1,51 0,70 turun (0,037) 1,04 1,19 naik (0,050) Divergen Magelang Padat Modal Informal 19 28 0,99 1,45 naik (0,024) 0,24 0.64 naik (0,052) Konvergen Kudus Padat Tenaga Kerja Informal 60 3 1,42 1,10 turun (0,022) 0,26 0,27 turun (0,001) Konvergen Tuban Padat Sumber Daya Alam Informal 28 23 3,06 1,68 turun (0,087) 0,44 0,50 naik (0,009) Konvergen Pasuruan Padat Sumber Daya Alam Formal 32 23 1,54 1,08 turun (0,001) 0,63 0,74 tetap (0,000) Konvergen

Sumber: Daerah Dalam Angka 2000 - 2011, Direktori Perusahaan Besar dan Sedang Tahun 2010 (BPS)

Data-data yang terdapat pada Tabel 17 menunjukkan bahwa dinamika produktivitas relatif antara sektor industri dan pertanian tidak hanya ditentukan oleh tipologi industri. Perubahan nilai produktivitas relatif ditentukan oleh perubahan output produksi dan perubahan tenaga kerja di sektor industri dan sektor pertanian. Pengurangan pangsa tenaga kerja dapat menambah nilai produktivitas relatif, sedangkan pengurangan persentase output terhadap PDRB dapat mengurangi nilai produktivitas relatif. Dinamika produktivitas relatif pada delapan kabupaten lokasi penelitian dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:

5.2.1. Kabupaten Serang

Berdasarkan data antara tahun 2000 sampai 2010, sumbangan sektor industri tehadap total PDRB cenderung meningkat. Pada tahun 2000, sektor

industri menyumbang 52% dari total PDRB dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 60%. Peningkatan yang cukup tinggi ini tidak terjadi di sektor pertanian yang relatif tidak mengalami perubahan dari tahun 2000 sampai tahun 2010, yaitu hanya berkisar 15%.

Dari sisi tenaga kerja, pangsa tenaga kerja pada sektor industri di Kabupaten Serang mengalami kenaikan dari 13% pada tahun 2000 menjadi 24% pada tahun 2010. Sebaliknya pada sektor pertanian terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja dari 33% pada tahun 2000 menjadi 11% pada tahun 2010. Dinamika ini dapat digambarkan dengan Gambar 12 berikut.

Gambar 12. Produktivitas Relatif Sektor Pertanian dan Industri Kabupaten Serang dari Tahun 2000 sampai 2010

Di Kabupaten Serang, sektor industri sangat dominan terhadap sektor pertanian dan sektor jasa. Sehingga peningkatan daya serap tenaga kerja di sektor industri akan mendorong terjadinya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian, terutama sektor industri. Peningkatan daya serap sektor industri yang cukup tinggi ini sangat ditentukan oleh industrialisasinya yang bersifat padat tenaga kerja, dimana sub sektor industri yang mendominasi PDRB adalah jenis industri yang padat tenaga kerja. Pertumbuhan industri yang padat tenaga kerja ini diiringi oleh peningkatan permintaan tenaga kerja, akibatnya semakin banyak penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan mendorong transformasi tenaga kerja.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 Pr o d u k tiv ita s R ela tif Tahun Produktivitas Relatif Industri Serang Produktivitas Relatif Pertanian Serang Trend Perubahan Produktivitas Relatif Industri Serang (slope: -0,055) Trend Perubahan Produktivitas Relatif Pertanian Serang (slope: 0,019)

Penyerapan tenaga kerja yang cukup besar yang terjadi dipengaruhi oleh kebutuhan produksi yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak dan kualifikasi bagian terbesar tenaga kerja. Tenaga kerja yang bekerja pada industri padat tenaga kerja pada umumnya bukan berlatar belakang pendidikan yang tinggi, sehingga tenaga kerja dengan pendidikan setingkat SMU, bahkan SMP juga dapat ditampung. Dari sisi tingkat upah, sebagian besar tenaga kerja dibayar dengan tingkat upah yang relatif kecil (hampir setingkat dengan UMR), sehingga secara umum, perbedaan tingkat pendapatan tenaga kerja di sektor industri dengan tenaga di sektor pertanian tidak sebesar tipologi industri padat modal. Dengan semakin tingginya transformasi tenaga kerja, maka ketimpangan produktivitas relatif antara sektor pertanian dan sektor industri akan semakin kecil atau konvergen (Gambar 12).

Dengan demikian, berdasarkan perkembangan yang terjadi antara tahun 2000 sampai dengan 2010, transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri telah terjadi dalam jumlah yang cukup besar sebagai akibat dari perkembangan industri-industri besar yang bersifat banyak menyerap tenaga kerja. Di Kabupaten Serang, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 16, industri kecil hanya menyumbang 31,4% dalam hal penyerapan tenaga kerja. Transformasi tenaga kerja sebagian besar dari sektor pertanian mengarah ke sektor industri karena sektor industri di Kabupaten Serang yang sangat dominan dibandingkan dengan sektor jasa. Sehingga dominasi pangsa sektor industri yang mencapai 60% dan bersifat padat tenaga kerja berakibat pada tingginya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Hal ini selanjutnya akan mengarah pada keseimbangan pendapatan tenaga kerja antara sektor industri dan sektor pertanian. Kondisi inilah yang diharapkan terjadi dalam perkembangan ekonomi suatu wilayah.

5.2.2.Kabupaten Bekasi

Pada tahun 2000, di Kabupaten Bekasi terjadi perbedaan yang sangat tinggi antara sumbangan PDRB dari sektor pertanian dan sektor industri. Sektor pertanian hanya menyumbang 4% dari total PDRB sedangkan sektor industri sumbangannya mencapai 65%. Sumbangan/pangsa sektor industri terhadap PDRB

ini terus meningkat hingga mencapai lebih dari 75% sedangkan sumbangan sektor pertanian menurun tajam sampai 0,18%.

Di sisi lain, tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian sebesar 21% dari total angkatan kerja yang bekerja dan yang bekerja pada sektor industri sebesar 25% pada tahun 2000. Sepuluh tahun kemudian, proporsi tenaga kerja di sektor pertanian menurun menjadi 11% dan di sektor industri hanya turun 2% sehingga menjadi 23%. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 13 berikut.

Gambar 13. Produktivitas Relatif Sektor Pertanian dan Industri Kabupaten Bekasi dari Tahun 2000 sampai 2010

Gambar 13 menunjukkan perubahan ketimpangan antara produktivitas relatif sektor pertanian dan sektor industri semakin melebar atau divergen. Produktivitas relatif sektor pertanian semakin turun karena walaupun terjadi penurunan output dan jumlah tenaga kerja, penurunan output jauh lebih kecil dibandingkan penurunan tenaga kerja.

Berlawanan dengan sektor pertanian, produktivitas relatif sektor industri meningkat tajam. Peningkatan ini dipengaruhi oleh dua hal, yaitu peningkatan output yang sangat tinggi dan penurunan proporsi tenaga kerja yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh sifat industrialisasinya yang padat modal, sehingga pertumbuhan sektor industri yang pesat tidak diiringi oleh penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Dengan demikian, transformasi tenaga kerja dari sektor

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Pr o d u k tiv ita s R ela tif Tahun Produktivitas Relatif Industri Bekasi Produktivitas Relatif Pertanian Bekasi Trend Perubahan Produktivitas Relatif Industri Bekasi (slope: 0,043) Trend Perubahan Produktivitas Relatif Pertanian Bekasi (slope: -0,011)

pertanian ke sektor industri sangat kecil peluangnya. Bahkan bila diamati lebih lanjut, penurunan proporsi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri ini mengindikasikan sangat kecilnya penambahan tenaga kerja dari sektor pertanian. Salah satu peluang transformasi dari sektor pertanian yang kemungkinan relatif besar adalah ke sektor jasa.

Di Kabupaten Bekasi, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 16, penyerapan tenaga kerja pada industri kecil sangat kecil, yaitu sebesar 7,3%, sehingga perkembangan penyerapan tenaga kerja di sektor industri sangat tergantung pada industri besar. Tetapi, berdasarkan perkembangan yang terjadi antara tahun 2000 sampai dengan 2010, transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri telah terjadi dalam jumlah yang sangat kecil walaupun perkembangan output industri-industri besar sangat tinggi. Kondisi ini terjadi karena sifat industrinya yang padat modal. Transformasi tenaga kerja sebagian besar dari sektor pertanian seharusnya mengarah ke sektor industri karena sektor industri di Kabupaten Bekasi yang sangat dominan dibandingkan dengan sektor jasa, namun dengan melihat pangsa tenaga kerja di sektor industri yang semakin menurun, dapat dikatakan bahwa transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian sebagian juga mengarah ke sektor jasa. Sehingga dominasi pangsa sektor industri yang sangat tinggi mencapai 75% dan bersifat padat modal tidak menyebabkan tingginya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Pangsa tenaga kerja di sektor industri akan terus menurun, sebaliknya pangsa PDRB akan terus meningkat. Hal ini selanjutnya akan mengarah pada kondisi yang tidak diharapkan, dimana pendapatan tenaga kerja antara sektor industri dan sektor pertanian semakin timpang.

5.2.3.Kabupaten Purwakarta

Sumbangan sektor pertanian terhadap total PDRB di Kabupaten Purwakarta tidak sebesar sektor industri. Pada tahun 2000, sektor pertanian menyumbang 10% dari total PDRB dan sektor industri menyumbang 43%. Pada tahun 2010, sumbangan sektor pertanian tetap 10% dan sektor industri naik menjadi 48%.

Tenaga kerja di sektor pertanian cenderung turun dan tenaga kerja di sektor industri cenderung naik. Penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian

terjadi dari 37% pada tahun 2000 menjadi 24% pada tahun 2010. Peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor industri terjadi dari 19% pada tahun 2000 menjadi 24% pada tahun 2010. Gambaran ini terlihat pada Gambar 14.

Dinamika perubahan produktivitas relatif sektor pertanian dan sektor industri di Kabupaten Purwakarta dari tahun 2000 sampai 2010, menunjukkan bahwa produktivitas relatif sektor industri relatif tetap karena peningkatan output yang berupa peningkatan sumbangan terhadap PDRB juga diiringi dengan peningkatan jumlah tenaga kerja dalam besaran yang hampir sama. Pada sektor pertanian terjadi peningkatan produktivitas relatif yang disebabkan oleh penurunan proporsi jumlah tenaga kerja yang cukup besar.

Gambar 14. Produktivitas Relatif Sektor Pertanian dan Industri Kabupaten Purwakarta dari Tahun 2000 sampai 2010

Gambar 14 memperlihatkan ketimpangan produktivitas relatif antara sektor pertanian dan sektor industri di Kabupaten Purwakarta yang semakin konvergen yang ditandai oleh meningkatnya produktivitas relatif sektor pertanian dan produktivitas relatif sektor industri yang konstan. Peningkatan produktivitas relatif sektor pertanian dipengaruhi oleh sifat industrialisasi yang padat sumber daya alam, khususnya hasil pertanian dan kehutanan. Pertumbuhan industri yang padat sumber daya alam akan meningkatkan permintaan hasil pertanian dan kehutanan sehingga menjadi perangsang bagi peningkatan output pertanian dan

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Pr o d u k tiv ita s R ela tif Tahun Produktivitas Relatif Industri Purwakarta Produktivitas Relatif Pertanian Purwakarta Trend Perubahan Produktivitas Relatif Industri Purwakarta (slope: 0,001) Trend Perubahan Produktivitas Relatif Pertanian Purwakarta (slope: 0,012)

kehutanan. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Kabupaten Bekasi dengan industri yang dominan berupa industri padat modal dimana pertumbuhan industri tidak diiringi oleh peningkatan permintaan atas bahan baku sumber daya alam. Akibatnya, sektor pertanian di Kabupaten Bekasi semakin ditinggalkan dan outputnya semakin turun.

Transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri terlihat di Kabupaten Purwakarta yang ditandai oleh penurunan jumlah tenaga kerja pertanian yang cukup tinggi. Selain ke sektor industri, transformasi tenaga kerja diperkirakan juga terjadi ke sektor jasa karena bila ditinjau dari gabungan sumbangan sektor pertanian dan industri terhadap PDRB yang mencapai sekitar 58%, sumbangan sektor jasa dan sektor lainnya masih cukup tinggi.

Berdasarkan perkembangan yang terjadi antara tahun 2000 sampai dengan 2010, penyerapan tenaga kerja di sektor industri telah terjadi dalam besaran yang seimbang dengan perkembangan industri-industri besar yang bersifat padat sumber daya alam. Dengan mempertimbangkan cukup berperannya sektor-sektor selain pertanian dan industri dan transformasi atau pengurangan tenaga kerja dari sektor pertanian yang lebih tinggi dibanding pertambahan pangsa penyerapan tenaga kerja industri, maka dapat dikatakan bahwa sebagian tenaga kerja juga bertransformasi ke sektor jasa. Di Kabupaten Purwakarta, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 16, industri kecil hanya menyumbang 28,4% dalam hal penyerapan tenaga kerja, sehingga penyerapan tenaga kerja sangat ditentukan oleh penyerapan industri besar dan sedang. Dengan demikian dominasi pangsa sektor industri yang bersifat padat sumber daya alam dengan pangsa mencapai 48% dan didominasi oleh industri besar dan sedang berakibat pada tingginya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Hal ini selanjutnya akan mengarah pada keseimbangan pendapatan tenaga kerja antara sektor industri dan sektor pertanian.

5.2.4.Kabupaten Garut

Berbeda dengan kabupaten-kabupaten lain yang menjadi lokasi penelitian, produktivitas relatif sektor pertanian di Kabupaten Garut lebih tinggi dibanding produktivitas relatif sektor industri. Pada tahun 2000 sumbangan (pangsa) sektor

pertanian terhadap total PDRB mencapai 35% dan sektor industri hanya sebesar 8%. Pada tahun 2010, sumbangan sektor pertanian meningkat menjadi 46% sektor industri juga meningkat menjadi 9,5%. Peningkatan output pertanian yang sangat tinggi ini dipengaruhi oleh jenis-jenis komoditi pertanian bernilai tinggi yang potensial dikembangkan di Kabupaten Garut. Iklimnya yang sejuk memungkinkan hasil yang sangat menguntungkan bagi usaha budidaya beberapa tanaman hortikultura yang bernilai tinggi seperti jeruk. Selain hortikultura, hasil pertanian lain yang terkenal unggul di Kabupaten Garut adalah akar wangi, domba garut dan kulit.

Pertanian masih merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk Kabupaten Garut. Pada tahun 2000 tenaga kerja pertanian mencapai 34% dan tenaga kerja di sektor industri sebesar 5%. Kemudian pada tahun 2010 tenaga kerja yang tertampung di sektor pertanian dan industri masing-masing meningkat menjadi 39% dan 9,5%. Perubahan ini dapat dilihat pada grafik yang ditampilkan Gambar 15.

Gambar 15. Produktivitas Relatif Sektor Pertanian dan Industri Kabupaten Garut dari Tahun 2000 sampai 2010

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 Pr o d u k tiv ita s R ela tif Tahun Produktivitas Relatif Industri Garut Produktivitas Relatif Pertanian Garut Trend Perubahan Produktivitas Relatif Industri Garut (slope: -0,050) Trend Perubahan Produktivitas Relatif Pertanian Garut (slope: 0,037)

Secara umum, antara tahun 2000 sampai tahun 2010, produktivitas relatif sektor pertanian nilainya lebih dari satu sedangkan sektor industri kurang dari satu. Dalam kurun waktu yang sama, ketimpangan semakin besar (divergen) karena prduktivitas relatif sektor pertanian semakin meningkat sementara produktivitas relatif sektor industri semakin turun. Peningkatan produktivitas relatif sektor pertanian disebabkan oleh peningkatan output yang lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah tenaga kerja, sementara penurunan produktivitas relatif sektor industri disebabkan oleh peningkatan jumlah tenaga kerja yang jauh lebih besar dibanding peningkatan output.

Dinamika yang terjadi antara sektor pertanian dan sektor industri ini menunjukkan adanya transformasi tenaga kerja yang terjadi dari sektor pertanian ke sektor industri, walaupun sektor industri memiliki produktivitas marjinal yang lebih rendah. Kondisi ini dimungkinkan mengingat banyaknya UKM dan industri informal lainnya yang pada umumnya belum memiliki produktivitas tinggi sebagaimana industri formal.

Data tentang jumlah unit industri dan tenaga kerja pada berbagai skala industri sebagaimana yang tercantum pada Tabel 16 pada sub bab sebelumnya menunjukkan bahwa 94,2% dari total unit usaha adalah usaha kecil dan rumah tangga yang bersifat informal dengan daya tampung 81,1% dari total tenaga kerja di sektor industri. Hasil olahan dindustri skala kecil dan rumah tangga informal yang terkenal adalah dodol garut. Dari data ini, dapat dikatakan bahwa proses transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian di Kabupaten Garut tidak langsung berpindah ke sektor industri formal, namun sebagian besar bertransisi ke sektor informal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hadi, S (2001) bahwa tidak semua tenaga kerja dari sektor pertanian dapat diterima di sektor modern (industri) yang formal. Kondisi ini dapat terjadi karena tenaga kerja dari sektor pertanian umumnya tidak memiliki ketrampilan dan keahlian yang dibutuhkan di sektor industri.

Komposisi skala industri ini pula yang mempengaruhi kecilnya output atau sumbangan sektor industri terhadap PRDB total Kabupaten Garut dibanding kabupaten-kabupaten lain seperti Serang, Bekasi dan Purwakarta. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri industri informal yang dikemukakan oleh Todaro (2009) dan

Rusastra et al (2010), yaitu berskala kecil, unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya) dan teknologi yang dipakai relatif sederhana. Ciri-ciri inilah yang merupakan beberapa kendala yang menyebabkan output UKM dan industri informal tidak maksimal dibandingkan industri besar antara lain terbatasnya teknologi, rendahnya modal kerja, tingkat persaingan yang ketat, tingkat produktivitas tenaga kerja yang rendah dan akhirnya berdampak pada tingkat upah yang masih rendah. Bagaimanapun juga, keberadaan UKM dan industri kecil dan rumah tangga yang informal ini cukup penting sebagai penampung tenaga kerja dan merupakan potensi yang apabila terus dikembangkan akan menjadi industri formal skala besar dan sedang.

Kondisi ini menggambarkan bahwa kegiatan industri lokal yang memanfaatkan hasil-hasil pertanian masih rendah, sehingga perdagangan antar wilayah yang dilakukan lebih dominan berupa bahan-bahan mentah hasil pertanian. Untuk itu, roda perekonomian dipandang akan lebih cepat berputar bila dikembangkan industri yang dapat mengolah hasil-hasil pertanian yang merupakan keunggulan wilayah yang dapat memperpanjang rantai agribisnis sehingga produksi Kabupaten Garut dapat berupa barang-barang industri hasil pertanian. Pandangan ini telah tertuang pada RPJP Kabupaten Garut 2005-2025.

5.2.5.Kabupaten Magelang

Berdasarkan pangsa terhadap PDRB, sektor pertanian maupun sektor industri bukan merupakan sektor dominan. Pada tahun 2000, pangsa sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 13% dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 28%. Pangsa sektor industri pada tahun 2000 mencapai 15% dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 19%.

Sampai saat ini, sebagian besar penduduk di Kabupaten Magelang masih menggantungkan nafkah dari sektor pertanian. Pada tahun 2000, sektor pertanian menampung 52% dan pada tahun 2010 turun menjadi 43%. Sektor industri pada tahun 2000 menampung 15% tenaga kerja dan pada tahun 2010 hanya berubah sedikit menjadi 16%. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa baik sektor

pertanian maupun sektor industri mengalami kenaikan produktivitas relatif. Perubahan ini dapat dilihat pada Gambar 16 berikut.

Gambar 16. Produktivitas Relatif Sektor Pertanian dan Industri Kabupaten Magelang dari Tahun 2000 sampai 2010

Pada Gambar 16 terlihat bahwa produktivitas relatif sektor pertanian dan sektor industri meningkat. Peningkatan produktivitas relatif sektor pertanian lebih besar dari pada sektor industri (slope trend perubahan sektor pertanian lebih tinggi daripada sektor industri). Hal ini menyebabkan ketimpangan produktivitas relatif semakin mengecil (konvergen).

Peningkatan produktivitas sektor industri pertanian terjadi karena output yang naik cukup tinggi diiringi dengan penurunan jumlah tenaga kerja. Peningkatan produktivitas relatif sektor industri terjadi karena peningkatan output sektor industri lebih besar daripada kenaikan jumlah tenaga kerja.

Pertumbuhan output sektor industri di Kabupaten Magelang terutama ditentukan oleh dominasi industri kendaraan bermotor yang bersifat padat modal, sehingga penyerapan tenaga kerjanya relatif kecil. Hal ini menyebabkan pertumbuhan industri tidak seimbang dengan penambahan serapan tenaga kerja. Jenis industrialisasi ini sama seperti yang terjadi di Kabupaten Bekasi. Namun

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 Pro d u k tiv ita s Re la tif Tahun Produktivitas Relatif Industri Magelang Produktivitas Relatif Pertanian Magelang Trend Perubahan Produktivitas Relatif Industri Magelang (slope: 0,024) Trend Perubahan Produktivitas Relatif Pertanian Magelang (slope: 0,052)

ketimpangan tidak sebesar yang terjadi di Kabupaten Bekasi dan pengurangan tenaga kerja di sektor pertanian juga lebih besar di Kabupaten Magelang. Kondisi ini dipengaruhi oleh dominannya industri kecil dan rumah tangga baik dalam hal jumlah unit maupun tenaga kerja yang terserap. Sehingga, tenaga kerja dari sektor pertanian yang memiliki tingkat pendidikan dan keahlian relatif rendah juga dapat tertampung di sektor industri walaupun industri informal.

Di Kabupaten Magelang transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian yang lebih besar dari pada penambahan serapan tenaga kerja di sektor industri. Hal ini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor lain yang memiliki pangsa PDRB cukup besar, seperti sektor jasa, sehingga transformasi tenaga kerja juga dimungkinkan terjadi dari sektor pertanian ke sektor jasa dalam jumlah relatif besar.

Dengan demikian, berdasarkan perkembangan yang terjadi antara tahun 2000 sampai dengan 2010, penyerapan tenaga kerja di sektor industri telah terjadi dalam besaran yang lebih kecil dibandingkan perkembangan output industri-industri besar yang bersifat padat modal. Pangsa PDRB sektor-sektor selain