• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komparasi Spasial Profil Industri di Lokasi Penelitian

V. INDUSTRIALISASI DAN PENDIDIKAN

5.1. Komparasi Spasial Profil Industri di Lokasi Penelitian

Sektor industri di semua kabupaten/kota terus mengalami pertumbuhan dengan skala yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini, dianalisis profil industri berdasarkan data tahun 2010 dan dinamika yang terjadi antara tahun 2000 sampai 2010. Secara umum, profil industri di delapan wilayah yang menjadi lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 16 berikut.

Tabel 16. Profil Industri di Beberapa Kabupaten di Jawa, 2010

No Kabupaten/Tipologi Industri

Perusahaan Formal Perusahaan Informal

Rataan Total TK Perusa-haan (unit) TK (orang) Rataan (orang/ unit) Perusa-haan (unit) TK (orang) Rataan (orang/ unit) (orang/ unit) 1. Serang/ Padat TK 923 93 507 101 14 449 43 347 3 9 (6,0%) (68,3%) (94,0%) (31,7%) 2. Bekasi/ Padat Modal 1 983 247 923 125 3 254 19 481 6 51 (37,9%) (92,7%) (62,1%) (7,3%) 3. Purwakarta/Padat SDA 243 51 771 54 3 248 20 581 6 21 (7,0%) (71,6%) (93,0%) (28,4%)

4. Garut/ Padat SDA 732 16 043 22 11 870 68 960 6 7

(5,8%) (18,9%) (94,2%) (81,1%) 5. Magelang/ Padat Modal 172 12 782 74 38 187 87 129 2 3 (0,5%) (12,8%) (99,5%) (87,2%) 6. Kudus/ Padat TK 804 20 265 25 10 110 110 604 11 20 (7,4%) (15,4%) (92,6%) (84,6%)

7. Tuban/ Padat SDA 587 15 848 27 15 263 63 363 4 5

(3,7%) (20,0%) (96,3%) (80,0%)

8. Pasuruan/ Padat SDA

1 876 181 323 97 16 479 43 613 3 13

(10,2%) (80,6%) (89,8%) (19,4%)

Sumber: Daerah Dalam Angka 2011, Direktori Perusahaan Besar dan Sedang Tahun 2010 (BPS)

Pada Tabel 16 terlihat bahwa dari delapan kabupaten kota lokasi penelitian tidak didapatkan hubungan antara tipologi industri dan rataan total tenaga kerja (orang/unit perusahaan). Dalam penelitian ini, penggolongan tipe industri didasarkan pada penggolongan komoditi yang dilakukan oleh BPS yang ditentukan oleh jenis industri yang dominan menyumbang PDRB. Dalam penghitungan sumbangan sektor industri terhadap PDRB, tidak dibedakan skala industri antara skala besar, sedang, kecil maupun rumah tangga, dan status kelembagaan formal maupun informal. Karena penggolongan tipologi berdasarkan komoditi, maka wilayah dengan tipologi industri padat tenaga kerja tidak identik dengan nilai rataan total tenaga kerja per unit usaha yang besar. Di beberapa wilayah, komoditi yang menyumbang PDRB dominan bisa diusahakan oleh banyak perusahaan menengah ataupun kecil seperti di Purwakarta, Garut, Kudus, dan Pasuruan, ataupun hanya diusahakan oleh beberapa perusahaan besar seperti yang terjadi di Serang, Bekasi, Magelang dan Tuban. Penjelasan secara rinci mengenai profil industri di delapan lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

5.1.1. Kabupaten Serang

Kabupaten Serang merupakan bagian dari Provinsi Banten yang berbatasan dengan Selat Sunda. Luas lahan sawah di Kabupaten Serang mencapai 45 533 ha yang merupakan terluas kedua Provinsi Banten setelah Kabupaten Pandeglang. Sebagaimana terlihat pada Lampiran 1, laju konversi lahan sawah di Kabupaten Serang tergolong rendah sekitar 1,62%.

Penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Serang adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun 2010, pangsa sektor industri terhadap PDRB mencapai 60,0%, sedangkan sektor pertanian hanya menyumbang sebesar 15,0%.

Potensi ekonomi terbesar adalah sektor industri yang terbagi dalam dua zona, yaitu Zona Industri Serang Barat yang meliputi Kawasan Bojonegara dan sekitarnya seperti wilayah Kecamatan Pulo Ampel, Bojonegara dan Kramatwatuserta Zona Industri Serang Timur yang meliputi Cikande dan kawasan sekitarnya seperti Kecamatan Binuang, Kibin, Kragilan, sebagian Pamarayan dan sebagian Jawilan.Di Zona Barat terdapat lebih dari 147 perusahaan di bidang mesin logam dasar, industri kimia, maritim dan pelabuhan. Zona Serang Timur

menampung lebih dari 283 perusahaan industri yang lebih bersifat padat karya seperti industri sepatu, garmen, mainan dan aneka elektronik.

Industri kecil dan rumah tangga yang cukup terkenal terdapat di Kecamatan Baros, Pamarayan, Petir dan Ciruas. Di Kecamatan Baros terdapat industri kerajinan sepatu di Desa Curug Agung. Kecamatan Petir terkenal dengan industri tas di Desa Kadu Genep. Di Kecamatan Ciruas terdapat industri pandai besi di Desa Kepandean dan industri gerabah/keramik di Desa Bumi Jaya.

Lokasi Kabupaten Serang yang relatif jauh dari pelabuhan (Tanjung Priok) mengakibatkan Kabupaten Serang kurang mampu bersaing dengan kawasan industri lainnya seperti yang berada di wilayah Kabupaten Tangerang dan Bekasi. Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten Serang berencana mengembangkan pelabuhan di Bojonegara untuk menaikkan daya saing kawasan industri di Kabupaten Serang.

Industri besar dan sedang di Kabupaten Serang mendominasi PDRB sektor industri di Kabupaten Serang. Industri menyumbang PDRB terbesar adalah industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki. Jenis industri ini digolongkan sebagai industri padat karya. Industri-industri ini yang berskala besar dan sedang antara lain terdapat di Kecamatan Kibin, Jawilan dan Cikande. Di Kecamatan Kibin terdapat dua perusahaan alas kaki yang menampung lebih dari 32 000 tenaga kerja. Industri industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki skala kecil dan rumah tangga terdapat di Kecamatan Baros dan Petir.

Data BPS menunjukkan bahwa industri besar dan sedang masih mendominasi dibanding industri kecil dan rumah tangga (Tabel 16). Industri formal menyerap tenaga kerja lebih dari 68% dan industri industri informal dapat menampung sekitar 32% dari total tenaga kerja.

Sebaran unit industri serta tenaga kerja yang terserap di Kabupaten Serang tidak merata di seluruh kecamatan. Kecamatan Kragilan memiliki jumlah unit usaha terbanyak, terutama untuk industri informal skala rumah tangga. Dari sisi jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri, Kecamatan Kibin menampung tenaga kerja sektor industri terbesar, terutama industri sepatu. Sebaran unit industri dan tenaga kerja di Kabupaten Serang dapat dilihat pada Lampiran 4a.

5.1.2. Kabupaten Bekasi

Kabupaten Bekasi secara adminstratif termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat dan terletak di sebelah timur Jakarta Timur. Kabupaten ini menjadi hinterland di Jabodetabek. Di Kabupaten Bekasi masih tersisa lahan sawah seluas 54 197 ha pada tahun 2010 dan memberikan pangsa/kontribusi terhadap PDRB yang sangat kecil, hanya 1,8%. Sebagaimana terlihat pada Lampiran 1, laju konversi lahan sawah di Kabupaten Bekasi tergolong rendah sekitar 1,49%.

Penyumbang PDRB terbesar adalah sektor industri pengolahan sebesar 75,3%. PDRB ini terutama disumbang oleh kecamatan-kecamatan yang di dalamnya terdapat kawasan industri seperti Karangbahagia, Cibitung, Cikarang Pusat, Cikarang Utara, Cikarang Selatan dan Tambun Selatan.

Kabupaten Bekasi merupakan wilayah industri dengan kontribusi terbesar di sektor industri tingkat Provinsi Jawa Barat dibanding kabupaten/kota lain dengan besaran mencapai 15,04%. Di Kabupaten Bekasi terdapat beberapa kawasan industri yang ditempati oleh industri besar dan sedang seperti kawasan Jababeka, Jababeka II dan kawasan-kawasan lain yang lebih kecil seperti Bekasi Fajar Industrial Estate, Megapolis Manunggal Industrial Estate (MM 2100), Lippo City Development, East Jakarta Industrial Park (EJIP), Hyundai Inti Development, Rawa Intan, Patria Manunggal Jaya, Jatiwangi Utara, Gobel Dharma Nusantara, YKK Indonesia Zipper, Kawasan Dharma Industri, Indo Kargomas Persada, Gerbang Teknologi Cikarang serta Pura Delta Lestari.

Jumlah industri kecil dan rumah tangga di Kabupaten Bekasi cukup besar. Industri kecil dan rumah tangga ini mencapai lebih dari 4 000 unit yang memproduksi beberapa komoditas unggulan seperti boneka, bordir, tas kulit serta kerajinan kerang dan batik yang tersebar di beberapa kecamatan seperti Setu, Tambun, Babelan, Tarumajaya dan Kedungwaringin. Jenis industri yang tersebar cukup luas adalah industri makanan seperti pengolahan roti dan kue, pembuatan tahu dan tempe, kerupuk dan keripik. Industri rotan banyak terdapat di Kecamatan Setu dan pembuatan bata banyak terdapat di Kecamatan Serang Baru, Cikarang Pusat, Cikarang Timur dan Cibarusah.

Data BPS menunjukkan bahwa industri besar dan sedang masih mendominasi PDRB Kabupaten Bekasi dari sektor industri dibanding industri

kecil dan rumah tangga. Jenis industri yang paling besar sumbangannya adalah barang-barang dari logam dasar dan mesin sebesar 55% dari total PDRB dan disusul oleh industri kimia dan barang-barang dari kimia sebesar 23%. Jenis industri seperti ini banyak menggunakan modal sehingga industrialisasi di Kabupaten Bekasi secara umum dapat digolongkan pada industri padat modal.

Industri logam dasar dan mesin serta industri kimia terdapat di semua kawasan industri. Beberapa industri di bidang ini yang besar antara lain PT. Samsung Electronic Indonesia, PT. Shimizu Packing Indonesia, PT. Sanyo Compressor Indonesia, PT. Sanyo Industries Indonesia, PT. NSK Bearing Manufacturing Industries dan PT. Panasonic Shikoku Electric, Industri kendaraan bermotor banyak terdapat di Kabupaten Bekasi seperti PT. Yamaha Indonesia, PT. Indomobil Suzuki International dan PT. Kymco Motor Indonesia. Industri kimia yang cukup besar di Bekasi antara lain PT. Fosroc Indonesia, PT. Kalbe Farma, PT. FDK Indonesia, PT. Multi Kimia Inti Pelangi, PT. Nojima Chemical Indonesia, dan PT. Sinde Budhi Sentosa.

Industri kecil di bidang pengolahan logam dan mesin banyak terdapat di Kecamatan Tambun Selatan, Cikarang Pusat, Cibitung dan Cikarang Selatan. Industri-industri ini berupa peleburan logam, pembuatan terlais, pembuatan mur dan baut. Industri kimia yang berskala kecil berupa pengolahan plastik, pembuatan pupuk dan pestisida. Industri ini banyak terdapat di Kecamatan Tambun Selatan dan Bekasi Utara.

Jumlah unit industri formal hanya 37,9% dari total jumlah unit usaha, namun mampu menyerap tenaga kerja sekitar 92,7% dari total tenaga kerja di sektor industri. Unit industri informal memiliki unit usaha terbanyak, sekitar 62,1% namun tenaga kerja yang ditampung hanya sekitar 7,3%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 16.

Secara umum, dari sisi industrialisasi, kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bekasi terbagi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang memiliki banyak unit industri besar dan sedang seperti Kecamatan Karangbahagia, Cikarang Pusat, Cikarang Barat, Cikarang Selatan, Cibitung dan Tambun Selatan. Kelompok kedua berisi kecamatan-kecamatan lainnya yang memiliki sedikit unit

industri besar dan sedang. Ditinjau dari penyebarannya, lokasi unit usaha industri pengolahan skala besar dan sedang letaknya berkelompok.

Sebaran industri kecil dan rumah tangga, baik yang formal maupun informal tidak merata antar kecamatan. Kecamatan dengan jumlah unit industri besar dan sedang yang tinggi rata-rata memiliki jumlah industri kecil dan rumah tangga yang relatif tinggi. Sebaran ini terlihat pada industri kecil dan rumah tangga di bidang makanan dan konveksi yang sebagian besar terdapat di Kecamatan Karangbahagia, Cikarang Pusat, Cikarang Barat, Cikarang Selatan, Cibitung, Tambun Utara dan Tambun Selatan. Lokasi industri ini mendekati lokasi konsumen karena di kecamatan-kecamatan inilah merupakan tempat tinggal konsumen yang sebagian besar merupakan tenaga kerja industri. Demikian pula dengan sebaran industri kecil dan rumah tangga yang konsumennya adalah industri pengolahan seperti pembuatan kayu pallet, bengkel, pembuatan baut dan mur. Sebaran industri dan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4b.

5.1.3. Kabupaten Purwakarta

Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang mempunyai letak yang sangat strategis. Kabupaten Purwakarta berada pada jalur yang terhubung dengan Jakarta, Bandung dan Cirebon. Pada tahun 2010, Purwakarta memiliki lahan sawah yang mencapai 16 588 ha dengan pangsa sektor pertanian terhadap PDRB mencapai sekitar 10% dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 24,3% dari seluruh tenaga kerja. Sebagaimana terlihat pada Lampiran 1, laju konversi lahan sawah di Kabupaten Purwakarta tergolong sangat rendah sekitar 1,62%. Sektor industri berkembang pesat dengan pangsa PDRB sebesar 48% dan penyerapan tenaga kerja sebesar 20,9%.

Industri besar dan sedang di Kabupaten Purwakarta tersebar pada 11 kecamatan dan terkonsentrasi pada sentra-sentra industri seperti Kecamatan Tegalwaru dan Plered serta Kawasan Industri Kota Bukit Indah di Kecamatan Bungursari. Kecamatan Plered dan Tegalwaru merupakan sentra industri dimana sebagian besar industrinya tergolong dalam industri sedang. Unit industri di Kecamatan Bungursari dan Jatiluhur sebagian besar adalah industri besar.

Industri yang dominan menyerap tenaga kerja adalah industri formal dengan jumlah 243 unit dan menyerap tenaga kerja sebanyak 51 771 orang atau sekitar 71,6%. Industri informal di Kabupaten Purwakarta berjumlah 3 248 unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 20 581 orang. Dengan demikian, di Kabupaten Purwakarta terdapat 3 491 unit perusahaan industri dengan penyerapan tenaga kerja besar 72 352 orang. Komposisi industri ini dapat dilihat pada Tabel 16.

PDRB sektor industri di Kabupaten Purwakarta didominasi oleh industri besar dan sedang. Pada skala industri ini, jenis industri yang menyumbang PDRB terbesar adalah industri agro dan hasil hutan sebesar 34,5%. Jenis industri lainnya dengan pangsa yang tidak berbeda jauh, yaitu 34,3% adalah industri kimia, pulp dan kertas. Berdasarkan data ini, maka Kabupaten Purwakarta digolongkan ke dalam industrialisasi padat sumber daya alam. Unit industri ini terdapat antara lain di Kecamatan Bungursari, Jatiluhur dan Plered. Salah satu industri yang mengandalkan bahan baku lokal adalah industri genteng skala sedang yang banyak terdapat di Kecamatan Plered.

Industri kecil dan rumah tangga yang merupakan industri agro antara lain berupa pengolahan teh, kopi, pembuatan kue, tahu dan tempe, kerupuk, keripik dan aci. Industri berbahan baku hasil hutan antara lain pengolahan kayu seperti pembuatan pallet, kusen dan mebel serta pengolahan karet. Industri kecil dan rumah tangga yang membuat genteng dan aneka bentuk keramik banyak terdapat di Kecamatan Plered dan Tegalwaru.

Unit industri kimia, pulp dan kertas terdapat di Kecamatan Bungursari, Campaka dan Cibatu. Hasil-hasil industri ini antara lain kemasan dan kotak dari kertas dan karton, cat dan pernis. Salah satu industri kimia yang besar adalah PT. Nipsea Paint Chemical di Kecamatan Campaka yang menampung tenaga kerja sekitar 800 orang.

Secara umum, industri kecil dan rumah tangga di Kabupaten Purwakarta merata di semua kecamatan sebagaimana terlihat pada Lampiran 4c. Kecamatan yang paling menonjol dalam menampung tenaga kerja di sektor industri adalah Kecamatan Bungursari, terutama terpusat di Kawasan Industri Kota Bukit Indah.

5.1.4. Kabupaten Garut

Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian selatan. Letak Kabupaten Garut sangat strategis karena berdekatan dengan ibukota provinsi Jawa Barat, yaitu Bandung. Terkait dengan hal ini, maka Kabupaten Garut berfungsi sebagai penyangga/hinterland wilayah Bandung Raya. Pada tahun 2010, luas lahan sawah di Kabupaten Bandung mencapai 50 270 ha. Sebagaimana terlihat pada Lampiran 1, laju konversi lahan sawah di Kabupaten Garut tergolong sangat rendah, yaitu sekitar 0,49%. Berbeda dengan kabupaten-kabupaten sebelumnya, pada PDRB Kabupaten Garut, sektor pertanian masih merupakan penyumbang PDRB terbesar yang mencapai 46%, sedangkan sumbangan dari sektor industri hanya mencapai 7%. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian juga mendominasi dengan serapan 38,3% dari total tenaga kerja dan sektor industri hanya sebesar 10,2%.

Dengan pertimbangan besarnya potensi pertanian, maka kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah adalah pengembangan agroindustri dan hasil hutan. Produk khas Kabupaten Garut antara lain jeruk garut, domba garut, dodol garut, batik garut, jaket kulit garut, kulit tersamak dan akar wangi. Selain itu, Garut juga terkenal dengan cinderamata seperti tenun ikat sutera, kerajinan kulit, bambu, batu aji, bulu unggas dan akar wangi. Penyebaran sentra industri produk-produk ini dapat dikatakan tersebar merata ke seluruh kecamatan dengan komoditi khas masing-masing.

Keragaan industri di Kabupaten Garut didominasi oleh industri informal baik dari jumlah unit usaha maupun dari tenaga kerja yang terserap (Tabel 16). Dari sisi jumlah unit usaha, industri kecil dan rumah tangga informal mencapai 94,2% dari total unit usaha, sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja, industri kecil dan rumah tangga informal menampung 81,1% dari total tenaga kerja di sektor industri.

Selaras dengan sektor pertanian yang menjadi penyumbang utama PDRB, sektor industri yang dominan di Kabupaten Garut juga industri agro dan hasil hutan yang mencapai 53%. Industri tekstil, kulit dan aneka menempati posisi kedua dengan besaran 22%. Berdasarkan data ini, maka industri di Kabupaten Garut termasuk industri padat sumber daya alam.

Urutan hasil industri agro dan hasil hutan yang nilai produksinya paling tinggi adalah industri tahu, tempe, anyaman bambu, dodol, furniture, gula aren, kerupuk, pindang ikan dan teh rakyat. Industri makanan terdapat di semua kecamatan, namun industri besar hanya terdapat di beberapa kecamatan seperti Garut Kota, Cikelet, Tarogong Kidul, Karangpawitan, Cilawu, Cikajang, Pamulihan, Banyuresmi dan Cibalong. Dodol merupakan komoditi paling menonjol dari sisi jumlah unit usaha industri dan sebarannya dibanding komoditi makanan lainnya. Unit usaha dodol skala besar dan sedang terdapat di Kecamatan Garut Kota, Karangpawitan, Cilawu, Banyuresmi, Pasirwangi dan Tarogong Kaler. Selain dodol, industri pengolahan teh juga tersebar di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Garut Kota, Karangpawitan, Cilawu, Cikajang, Pamulihan, Cisompet, Cisurupan dan Cilawu. Beberapa industri pengolahan teh berskala besar seperti PTPN VIII Papandayan di Kecamatan Pamulihan dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 900 orang, serta PTPN VIII Cisaruni di Kecamatan Cikajang dan PTPN VIII Dayeuhmanggung di Kecamatan Cilawu.

Pada industri tekstil, kulit dan aneka, industri kerajinan barang dari kulit dan sejenisnya serta pakaian jadi dari kulit sangat mendominasi. Unit industri kulit skala sedang terpusat di Kecamatan Garut Kota dan Karangpawitan. Komoditi industri lain yang berbahan baku lokal adalah industri pembuatan bata merah yang banyak terdapat di Kecamatan Cilawu.

Ditinjau dari sebarannya, industri kecil dan rumah tangga tersebar lebih merata dibanding kabupaten-kabupaten lokasi penelitian yang lain. Beberapa komoditi terkonsentrasi di kecaman tertentu seperti pembuatan kembang gula dan rajut benang di Kecamatan Bayongbong, keripik singkong di Kecamatan Leuwigoong serta tas di Kecamatan Leles dan Kadungora. Sebaran industri dan tenaga kerja di Kabupaten Garut selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4d.

5.1.5. Kabupaten Magelang

Kabupaten Magelang merupakan Kabupaten yang letaknya dekat dengan Semarang yang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah dan berada pada poros Semarang-Yogyakarta. Lahan sawah di Kabupaten Magelang relatif tidak menonjol, hanya sekitar 35 988 ha pada tahun 2010. Sebagaimana terlihat pada

Lampiran 1, laju konversi lahan sawah di Kabupaten Magelang tergolong rendah, hanya sekitar 0,61% per tahun. Sumbangan sektor pertanian maupun sektor industri pengolahan terhadap PDRB juga tidak dominan. Sektor yang paling berkembang adalah sektor perdagangan dan hotel serta jasa dengan penyerapan tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor pertanian. Pangsa sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 27,8%, sedangkan pangsa sektor industri pengolahan terhadap PDRB sebesar 18,6%. Di sisi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian mampu menyerap 43,3% dari total tenaga kerja, sedangkan sektor industri hanya mampu menyerap 15,9% dari total tenaga kerja. Dari sisi pertumbuhan, pertumbuhan sektor pertanian masih lebih tinggi, yaitu 3,66%, sedangkan sektor industri hanya tumbuh sekitar 3,28%.

Beberapa wilayah yang merupakan konsentrasi unit-unit industri besar dan sedang di Kabupaten Magelang adalah Jalan Raya Magelang-Yogyakarta, Magelang-Purworejo dan Magelang-Semarang. Di Kabupaten Magelang, industri yang cukup berkembang adalah industri pengolahan kayu seperti panel kayu, barang-barang keperluan rumah tangga serta hiasan atau pajangan dari kayu. Industri lain yang relatif tidak ditemukan di wilayah-wilayah sekitarnya adalah industri karoseri kendaraan bermotor. Unit-unit industri karoseri ini umumnya menyerap tenaga kerja yang relatif banyak dibanding industri-industri lainnya.

Sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 16, pada sektor industri terdapat 38 359 unit usaha industri. Jumlah unit usaha industri terbesar adalah industri informal yang umumnya berskala rumah tangga sebanyak 38 187 (99,5%) dengan tenaga kerja sebanyak 87 129 orang (87,2%). Jumlah industri sedang sebesar 65 unit dengan tenaga kerja sebanyak 2 630 orang dan jumlah industri besar adalah 9 unit dengan tenaga kerja sebanyak 9 244 orang (Lampiran 4e).

Sumbangan terhadap PDRB sektor industri adalah dari industri skala besar dan sedang di Kabupaten Magelang dan yang terbesar berasal dari industri karoseri yang mencapai 58,5%. Unit industri karoseri terletak di Kecamatan Mungkid, Mertoyudan, Tempuran dan Secang. Unit industri karoseri terbesar adalah PT. Mekar Armada Jaya yang terletak di Kecamatan Mertoyudan. Berdasarkan data ini, maka industrialisasi di Kabupaten Magelang termasuk

dalam industri padat modal karena pada industri karoseri modal sangat berperan penting dibanding tenaga kerja ataupun bahan baku.

Komoditi yang banyak diusahakan oleh unit industri skala kecil dan rumah tangga adalah tembakau dalam bentuk usaha perajangan. Industri perajangan tembakau ini terkonsentrasi di Kecamatan Windusari. Komoditi lainnya yang banyak dihasilkan oleh industri skala kecil dan rumah tangga adalah kerupuk dan keripik dari singkong, ubi maupun tempe yang banyak terletak di Kabupaten Grabag.

Ditinjau dari sebarannya, industri skala besar dan sedang tersebar cukup merata. Di antara 21 kecamatan di Kabupaten Magelang, hanya lima kecamatan yang tidak memiliki industri besar.Industri kecil dan menengah tersebar relatif merata diantara kecamatan-kecamatan di Kabupaten Magelang. Kecamatan yang memiliki unit industri kecil dan rumah tangga yang terbanyak adalah Kecamatan Windusari. Penyebaran unit industri dan tenaga kerja di Kabupaten Magelang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4e.

5.1.6. Kabupaten Kudus

Kabupaten Kudus telah lama dikenal dengan industri rokok. Kabupaten ini memiliki luas lahan sawah yang relatif kecil dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya di Jawa Tengah. Kabupaten yang terletak di bagian utara Provinsi Jawa Tengah ini hanya memiliki lahan sawah seluas 17 274 ha pada tahun 2010. Sebagaimana terlihat pada Lampiran 1, laju konversi lahan sawah di Kabupaten Kudus tergolong rendah dengan besaran sekitar 1,38% per tahun. Bila dilihat dari PDRB, sektor pertanian hanya menyumbang sekitar 3,4% terhadap total PDRB, sedangkan sektor industri menyumbang 60,5% terhadap total PDRB. Di sisi lain, di dalam sektor pertanian terdapat tenaga kerja sebanyak 12,6% dari total tenaga kerja, sedangkan di sektor industri hanya terdapat 55,1% dari total