• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi apakah yang ingin Anda kuasai dalam mengikuti perkuliahan?

Dalam dokumen KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA (1) (Halaman 23-47)

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 32

B. Saran

2 Kompetensi apakah yang ingin Anda kuasai dalam mengikuti perkuliahan?

belajar

1. Memiliki tujuan belajar yang jelas 2. Multi level Objectives

3. Menetapkan kompetensi Utama (KU) sebagai tujuan utama belajar 4. Menetapkan kompetensi antara

(KA)

1 3 2 28

17 3 Kegiatan belajar

aktif

1. Belajar secara sistematis ( terencana)

2. Goal orientedness 3. Continuing evaluation 4. Learning for life 5. Follow-up Clarity

6. Kreatif dan inovatif dalam belajar 7. Behavioral control 4,5 6,7 8,13 9,10 11,12,14 15, 24, 25,26,27 4 Bekal pengetahuan yang telah dimiliki (Paradigma Konstruktivisme)

1. Mengaitkan kompetensi yang telah dimiliki dengan pengalaman baru 2. Memiliki keterampilan untuk

memperoleh kompetensi baru berdasarkan kompetensi yang telah dimiliki

29

30

Jumlah 30

Instrumen skala kemandirian belajar diujicobakan terlebih dahulu sebelum digunakan. Komputasi data penelitian untuk menghitung tingkat validitas dan reliabilitas instrumen rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa menggunakan bantuan program SPSS for Windows ver. 17.

Uji coba dilakukan pada 30 mahasiswa program PJJ Pati (bukan kelas untuk penelitian). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah konstruk rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa sahih atau tidak. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur dapat menghasilkan data yang ajeg dan dapat dipercaya. Hasil pengujian terhadap 30 item ditemukan nilai reliabilitas sebesar α 0,831. Berdasarkan kriteria umum suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai α uji coba lebih besar dari 0,600, maka instrumen rubrik kemandirian belajar reliabel, karena nilai reliabilitas 0,831 > 0,600. Berdasarkan kriteria uji validitas, sebuah instrumen dinyatakan valid apabila nilai Corrected Item –Total Correlation lebih besar daripada nilai koefisien korelasi product moment minimal sebesar 0,300 pada taraf signifikansi 5% (Azwar, 2011: 158).

Berdasarkan kriteria validitas instrumen seperti telah diuraikan di atas, maka 25 item dinyatakan valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation untuk semua item skala kemandirian belajar > 0,300. Lima item, yaitu nomor 1, 3, 14, 15 dan 21 tidak valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation kurang dari 0,300. Setelah dilakukan perbaikan terhadap konstruk item nomor 1, 3, 14, 15 dan 21, kemudian

18 dilakukan uji coba ulang, 5 item tersebut memiliki nilai Corrected Item –Total Correlation berturut-turut menjadi 0,310, 0,320, 0,301, 0,302 dan 0,311. Dengan demikian seluruh item dinyatakan valid.

Berkaitan dengan data prestasi belajar mahasiswa, data diperoleh dengan cara studi dokumen daftar nilai mahasiswa PJJ Kabupaten Pati. Oleh karena itu Instrumen untuk mengukur kompetensi hasil belajar mahasiswa tidak diuraikan secara detail dalam laporan ini. Data hasil hasil pengukuran kemandirian balajar mahasiswa dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif persentase dan kategoris untuk menggambarkan tingkat pencapaian kemandirian dan hasil belajarnya. Hasil pengukuruan kemandirian dan hasil belajar mahasiswa dipersentase dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

AP : Angka Persentase

Skor Aktual : Skor yang diberikan oleh validator ahli

Skor Ideal : Skor maksimal hasil kali antara jumlah item dengan skor maksimal masing-masing item.

Angka persentase tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi lima kategori seperti berikut. Interval Kategori 81 - 100% Sangat tinggi 61 - 80% Tinggi 41 - 60% Cukup 21 - 40% Rendah 1 - 20% Sangat rendah

Dalam rangka memperoleh data yang lebih akurat, maka dilakukan juga pengumpulan data mlalui FGD. FGD dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah data yang telah diperoleh menggunakan instrumen pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dan

Skor Aktual

AP = --- X 100% Skor Ideal

19 hasil belajaranya sesuai dengan kenyataan.

D. Teknik Analisis Data

Teknik dianalisis data menggunakan teknik analisis Chi-Square (Friedman Test) untuk melihat mean rank faktor-faktor kemandirian belajar mahasiswa. Melalui data mean rank

akan diketahui dua faktor dominan manakah yang berdampak pada kesuksesan belajarnya. Selanjutnya dilakukan uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar sebagai variabel moderator pencapaian hasil belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelaminnya. Pengujian dengan teknik ANCOVA ini diawali terlebih dahulu dengan uji prasyarat, yaitu uji normalitas data dan homogenitas data.

20 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Tingkat Kemandirin dan Hasil Belajar Mahasiswa

Seperti telah dibahas di Bab 3, tingkat kemandirian belajar mahasiswa program PJJ PGSD dari Kabupaten Pati diukur menggunakan rubrik skala kemandirian belajar. Data sekunder tingkat hasil belajar mahasiswa diperoleh dari daftar nilai program PJJ Kabupaten Pati. Komputasi data menggunakan program

SPSS for Windows ver.17. Deskripsi statistik hasil pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dirangkum dalam Tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Pati

Kemandirian PKn B. Indonesia Matematika

N 29 29 29 29 Mean 66.41 70 71.89 80.59 Median 67 70 73 81 Mode 71 71.16 67 81 Std. Deviation 4.88 3.21 4.59 4.33 Variance 23.89 10.27 21.06 18.79 Minimum 57 59 66 72 Maximum 74 76 80 87

Tabel 2 memberikan informasi bahwa data statistik mean, median, mode,

skor minimal dan maksimal kemandirian belajar mahasiswa berturut-turut mencapai 66.41, 67, 71, 57, 74. Dengan std deviation = 4.88 dan variance sebesar 23,89. Skor bergerak antara 57 sampai 74. Angka ukuran tendensi sentral dan variabilitas data menunjukkan bahwa penyebaran tingkat kemandirian belajar mahasiswa relatif homogen. Simpulan ini didasarkan pada data SD (4.88) dan varian data (23.89) lebih kecil dari tendensi sentralnya.

Pada variabel hasil belajar untuk tiga mata kuliah PKn, Bahasa Indonesia dan Matematika didapat nilai mean turut 70, 71.89, 80.59. Mediannya berturut-turut 67, 70, 73 dengan std deviasi 4.88, 3.21, dan 4.59. Varian ketiga data 23.89, 10.27, dan 18.79. Skor hasil belajar PKn berkisar antara 59 s/d 76, B. Indonesia dari

21 skor 66 s/d 80 dan Matematika dari skor 72 s/d 87. Tidak jauh berbeda dengan skor kemandirian belajar mahasiswa, skor hasil belajar ketiga mata kuliah bergerak dalam rentang yang hampir sama yaitu 14 s/d 17. Dilihat dari ukuran tendensi sentral dan variabilitas data menunjukkan bahwa penyebaran tingkat hasil belajar mahasiswa relatif homogen, meskipun homogenitas variansinya tidak sehomogen penyebaran skor kemandirian belajar. Simpulan ini didasarkan pada varian data (10.27, 21.06 dan 18.79) lebih besar dari tendensi sentralnya. Untuk melihat lebih detail distribusi skor kemandirian belajar dan hasil belajar mahasiswa dapat dicermati dalam Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar Mahasiswa PJJ Pati

No Kategori Interval skor

Variabel Kemandirian

Belajar PKn B. Indo Mat f % f % f % f % 1 Sangat Tinggi ≥ 90 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 80 - 89 11 37.93 0 0.00 4 13.79 21 72.41 2 Tinggi 70 -79 16 55.17 18 62.07 12 41.38 8 27.59 60 - 69 2 6.90 10 34.48 13 44.83 0 0.00 3 Cukup 50 - 59 0 0 1 3.45 0 0.00 0 0.00 40 - 49 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 4 Rendah 30 - 39 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 20 - 29 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 5 Sangat Rendah 10 - 19 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 < 10 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Total 29 100% 29 100 29 100 29 100

Berdasarkan Tabel 3 hasil kemandirian belajar, ditemukan 2 mahasiswa (6,90%) memperoleh skor antara 60-69, berada pada kategori cukup. Terdapat 16 mahasiswa (55.17%) memperoleh skor antara 70-79 berada pada kategori tinggi. Terdapat 11 orang mahasiswa (37.93%) memperoleh skor 80-89 dalam kategori sangat tinggi.

Pada pengukuran hasil belajar MK PKn terdapat 1 mahasiswa (3.45%) memperoleh skor antara 50-59, 10 orang mahasiswa (34.48%) memperoleh skor 60-69, dan 18 orang mahasiswa (62.07%) memperoleh skor 70-79. Untuk MK Bahasa Indonesia terdapat 13 mahasiswa (44.83%) memperoleh skor antara 60-69, 12 orang mahasiswa (41.38%) memperoleh skor 70-79, dan 4 orang

22 mahasiswa (13.79%) memperoleh skor 80-89. Untuk MK Matematika terdapat 8 mahasiswa (27.59%) memperoleh skor antara 80-89. Visualisasi distribusi kemandirian dan hasil belajar mahasiswa dapat dicermati pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Pati

2. Data Hasil Analisis Faktor dominan Kemandirian Belajar Mahasiswa

Data tingkat kemandirian belajar mahasiswa secara keseluruhan seperti telah dipaparkan di atas, selanjutnya diperinci berdasarkan data setiap komponen/faktor, yaitu komponen orientasi pada tujuan, belajar aktif, motivasi diri, dan bekal pengetahuan yang dimiliki. Tabel 4 memaparkan deskripsi data faktor-faktor tingkat kemandirian belajar mahasiswa.

0% 20% 40% 60% 80% 100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Grafik Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar

23 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Kemandirian Belajar Mahasiswa

Faktor-faktor kemandirian Belajar Mahasiswa

Kate-gori

Motivasi diri Orientasi pada

tujuan Belajar secara aktif

Berbekal pengetahuan

awal

Int. f % Int. f % Int. f % Int. f %

ST >20 6 20.6 9 >11 0 0.00 >41 0 0.00 >5 9 31.03 T 18-20 12 41.3 8 10-11 4 13.7 9 36-41 12 41.38 5 13 44.83 C 15-17 10 34.4 8 8-9 19 65.5 2 30-35 14 48.28 4 6 20.69 R 12-14 1 3.45 6-7 6 20.6 9 24-29 3 10.34 3 0 0.00 SR <12 0 0.00 <5 0 0.00 <24 0 0.00 <3 1 3.45 Jumlah 29 100 29 100 29 100 29 100

Ket. ST = Sangat Tinggi, T = Tinggi, C = Cukup, R = Rendah, dan SR = Sangat Rendah

Tabel 4 memberikan informasi bahwa pada faktor motivasi diri, ada 18 (6+12) orang mahasiswa (62.07%) memiliki motivasi diri tinggi dan sangat tinggi dalam mencapai kesuksesan belajar. Ada 10 mahasiswa (34.49%) memiliki motivasi diri cukup, dan 1 mahasiswa (3.44%) memiliki motivasi diri rendah dalam mencapai kesuksesan belajar.

Pada faktor berorientasi pada tujuan, tidak satupun mahasiswa (0%) yang memiliki orientasi pada pencapaian tujuan mengikuti perkuliahan pada kategori sangat tinggi. Ada 4 orang mahasiswa (13.79%) memiliki orientasi tinggi dalam mencapai tujuan perkuliahan. Ada 19 mahasiswa (65.52%) memiliki orientasi kategori cukup dan 6 mahasiswa (20.69%) memiliki orientasi rendah dalam pencapaian tujuan mengikuti perkuliahan.

Pada faktor belajar aktif, tidak satupun mahasiswa (0%) yang memiliki keaktifan belajar kategori sangat tinggi dalam mengikuti perkuliahan. Ada 12 mahasiswa (41.38%) memiliki keaktifan belajar yang tinggi dalam mengikuti perkuliahan. Ada 14 mahasiswa (48.28%) memiliki keaktifan belajar pada kategori cukup, ada 3 mahasiswa (110.38%) memiliki keaktifan belajar pada kategori rendah.

Pada faktor berbekal pengetahuan awal, sebagian besar mahasiswa yaitu 21 orang (9+13) (75.86%) menyatakan memiliki bekal pengetahuan awal pada kategori sangat tinggi dan tinggi dalam memecahkan masalah-masalah perkuliahan. Ada 6 orang mahasiswa (20.69%) memiliki bekal pengetahuan awal cukup dalam memecahkan

24 masalah-masalah perkuliahan, bahkan ada 1 mahasiswa (3.45%) memiliki bekal pengetahuan awal pada kategori sangat rendah.

Berdasarkan uraian faktor-faktor kemandirian belajar, nampak bahwa berbekal pengetahuan awal (F4) merupakan faktor paling dominan. Kemudian berturut-turut diikuti oleh faktor motivasi belajar (F1), faktor belajar secara aktif (F3) dan yang paling rendah faktor berorientasi pada tujuan (F2). Data deskripstif faktor dominan ini sejalan dengan hasil perhitungan mean ranks faktor kemandirian belajar mahasiswa seperti tertera dalam Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Mean Ranks Faktor kemandirian belajar mahasiswa

Faktor Mean Rank

Berorientasi pada tujuan (F1) 2.28

Belajar aktif (F2) 2.12

Motivasi diri (F3) 2.17

Berbekal pengetahuan awal (F4) 2.5

3. Data Uji perbedaan Hasil Belajar Laki-laki dan Perempuan yang dimoderatori oleh Kemandirian Belajarnya

Seperti telah dibahas pada bagian teknik analisis data, sebelum melaksanakan uji

ANCOVA, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan homogenitas dilaksanakan dengan bantuan SPSS

dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Levene. Berikut dipaparkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas hasil belajar dan tingkat kemandirian belajar mahasiswa. Dari pengujian normalitas One sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh nilai Assymp. Sig (2-tailed), dan berdasarkan kriteria pengujian normalitas data Kolmogorov-Smirnov Test, maka seluruh data yang meliputi skor hasil belajar dan skor kemandirian belajar semuanya berdistribusi normal. Keputusan kenormalan distribusi ini karena keseluruhan data Assym. Sig atau nilai signifikansi keseluruhan data > α = 0,05. Hasil uji Levene

dapat diketahui bahwa, data nilai PKn, Bahasa Indonesia dan Matematika homogen. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi sebesar 0.425, 0.219 dan 0.129 yang lebih besar dari pada 0,05.

25 Ringkasan uji ANCOVA seperti tertera dalam Tabel 6, 7 dan 8 untuk tiga mata kuliah, memberikan informasi besarnya nilai F dan signifikansinya. Pada sumber varian

corrected model, nampak bahwa F hitung untuk MK PKn, Bahasa Indonesia dan Matematika berturut-turut sebesar 2.978, 0.012 dan 2.726 dengan taraf signifikansi hitung 0,068, 0.988 dan 0.084 < α (0,050), maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak signifikan. Maknanya bahwa model perkuliahan program PJJ bersama-sama dengan kemandirian belajar secara simultan memiliki belum berdampak secara signifikan terhadap kompetensi hasil belajar mahasiswa.

Tabel 6. Ringkasan Uji ANCOVA MK PKn

Dependent Variable: PKn

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 51.996a 2 25.998 2.978 .068 Intercept 496.082 1 496.082 56.828 .000 Kemandirian 25.603 1 25.603 2.933 .099 Kelamin 34.102 1 34.102 3.907 .059 Error 226.970 26 8.730 Total 142239.000 29 Corrected Total 278.966 28 a. R Squared = .186 (Adjusted R Squared = .124)

Tabel 7. Ringkasan Uji ANCOVA MK Bahasa Indonesia

Dependent Variable: Bahasa Indonesia

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model .530a 2 .265 .012 .988 Intercept 773.233 1 773.233 35.312 .000 Kemandirian .002 1 .002 .000 .993 Kelamin .525 1 .525 .024 .878 Error 569.332 26 21.897 Total 150618.000 29 Corrected Total 569.862 28 a. R Squared = .001 (Adjusted R Squared = -.076)

26 Tabel 8. Ringkasan Uji ANCOVA MK Matematika

Dependent Variable: Matematika

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 103.643a 2 51.821 2.726 .084 Intercept 1097.566 1 1097.566 57.741 .000 Kemandirian 7.281 1 7.281 .383 .541 Kelamin 102.222 1 102.222 5.378 .029 Error 494.219 26 19.008 Total 186518.000 29 Corrected Total 597.862 28 a. R Squared = .173 (Adjusted R Squared = .110)

Pada varian kemandirian belajar ketiga mata kuliah secara berturut-turut diperoleh nilai F hitung sebesar 2.933, 0.000, dan 0.383 dengan signifikansi hitung berturut-turut 0,099, 0.993, dan 0.541. Oleh karena semua nilai signifikansi jauh lebih besar dari α = 0,050, maka nilai F tidak signifikan. Artinya bahwa tidak ada perbedaan pengaruh tinggi rendahnya kemandirian belajar secara parsial dengan hasil belajar mahasiswa.

Pada varian jenis kelamin ketiga mata kuliah secara berturut-turut diperoleh nilai F hitung sebesar 3.907, 0.024 dan 5.378 dengan signifikansi berturut-turut hitung 0.059, 0.878 dan 0.029. Oleh karena semua nilai signifikansi untuk MK PKn dan Bahasa Indonesia lebih besar dari α = 0,050, maka nilai F tidak signifikan. Artinya bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan hasil belajar mahasiswa MK PKn dan Bahasa Indonesia. Untuk MK Matematika nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,050, maka nilai F signifikan. Artinya bahwa ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan hasil belajar mahasiswa MK Matematika.

B. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada tujuan penelitian untuk mengetahui faktor dominan kemandirin belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati yang menentukan kesuksesan belajarnya serta untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa PJJ PGSD Pati yang dimoderatori oleh kemandirian belajarnya. Pada bab III telah dipaparkan bahwa hasil pengukuran kemandirian belajar mahasiswa maupun hasil belajarnya dikategorikan menjadi lima

27 kategori, yaitu sangat tinggi (ST), tinggi (T), cukup (C), rendah (R) dan sangat rendah (SR).

Berdasarkan data pada Tabel 2 diperoleh informasi bahwa rerata kemandirian belajar mahasiswa berada pada kategori tinggi (66.41), sedangkan rerata tingkat hasil belajar mahasiswa MK PKn (70), Bahasa Indonesia 71.89 dan Matematika 80.59 berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi . Capaian rerata kemandirian belajar dan hasil belajar yang tinggi dan sangat tinggi ini menggambarkan adanya pengaruh proses pembelajaran program PJJ. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa data hasil uji ANCOVA

pada bagian R Squared (Tabel 6, 7 dan 8) menunjukkan bahwa angka koefisien determinasi Adjusted R Squared untuk MK PKn, Bahasa Indonesia dan Matematika berturut 0.124, 0.076 dan 0.11. Angka tersebut menjelaskan bahwa kontribusi variabel kemandirian belajar dalam menjelaskan varians dari variabel hasil belajar untuk ketiga MK adalah sebesar 12.4% untuk MK PKn, 7.6% MK Bahasa Indonesia dan 11% untuk MK Matematika. Berarti terdapat 12.4% hasil belajar PKn, 7.6% hasil belajar Bahasa Indonesia dan 11% hasil belajar Matematika merupakan kontribusi dari kemandirian belajarnya, sisanya dari faktor lain.

Kemandirian belajar memberikan dampak terhadap kompetensi hasil belajar mahasiswa merupakan temuan bahwa sinergi dari integrasi model desain pembelajaran PJJ, strategi belajar mandiri dan teknologi penyampaian materi pembelajaran (delivery technology) tepat diterapkan dalam pembelajaran berbasis distance learning.

Kontribusi kemandirian belajar mahasiswa terhadap hasil belajarnya oleh karena langkah-langkah belajar mandiri efektif dalam membekali mahasiswa untuk mencapai kompetensi belajarnya. Temuan ini sejalan dengan tujuan model desain pembelajaran Dick, Carey & Carey (2009) yang hakikatnya merupakan model untuk perbaikan pembelajaran melalui pengembangan model dan mengimplementasikannya dalam pembelajaran. Temuan penelitian ini juga sejalan dengan temuan penelitian Stewart (2007) yang menyatakan bahwa ada korelasi positif linier antara Self Directed Learning Readiness Scale dengan IPK para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70). Temuan ini berarti bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kemandirian belajar yang tinggi akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya.

28 Meskipun bukan merupakan fokus dari penelitian ini, patut dilaporkan bahwa model perkuliahan berbasis pendidikan jarak jauh yang diterapkan dalam program PJJ PGSD UKSW nampaknya memberikan dampak pengiring tumbuhnya kemandirian belajar mahasiswa. Temuan penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Usta (2011), yang menemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan (r = 0,207) antara sikap terhadap pembelajaran PJJ dengan keterampilan belajar mandiri. Temuan Usta ini diperkuat dengan hasil penelitian Hiemstra (2006) yang melaporkan bahwa ada hubungan antara pembelajaran jarak jauh dengan tingkat belajar mandiri. Lebih lanjut penelitian Mala-Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena faktor gaya belajar visual dan penggunaan multimedia berpengaruh signifikan terhadap kemandirian belajar dan hasil belajar (F = 2.19, p < .05). Temuan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Song dan Hill (2007). Song dan Hill melaporkan penelitian pengembangan model konseptual tentang belajar mandiri dalam konteks pembelajaran PJJ dapat meningkatkan tingkat kemandirian belajarnya.

Dilihat dari konsep pendidikan jarak jauh, keefektifan model pembelajaran berbasis pendidikan jarak jauh relevan dengan hasil penelitian Jezegou (2012). Penelitian Jezegou menemukan bahwa model pembelajaran pendidikan jarak jauh efektif untuk mengekspresikan kemandirian belajar mahasiswa. Ekspresi kemandirian belajar mahasiswa dalam pembelajaran jarak jauh dijelaskan oleh hasil penelitian Chen (2007) bahwa rancangan strategi pembelajaran berisi tugas belajar (learning task), dukungan teknologi (technology support), dukungan belajar (learning support), dan dukungan sosial (social support), yang memungkinkan mahasiswa melakukan kegiatan belajar secara mandiri.

Tumbuhnya kemandirian belajar sebagai dampak dari perlakuan pembelajaran menggunakan model PJJ digambarkan oleh penelitian Kohen & Kramarski (2012) yang menyatakan bahwa model PJJ dapat menumbuhkan kemandirian belajar mahasiswa calon guru pada dimensi metakognisi (merencanakan, mengelola informasi, dan mengevaluasi) serta tingkat motivasinya (F = 38, 470; p < 0,0001) dan (F = 21,236; p < 0,0001). Secara potensial, tumbuhnya kemandirian metakognisi dan tumbuhnya motivasi belajar akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dan berbagai kajian penelitian relevan seperti telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa sinergi desain pembelajaran

29 PJJ, strategi belajar mandiri dan media pembelajaran berhasil menumbuhkan kemandirian belajar pada kategori sangt tinggi.

1. Faktor Dominan Kemandirian Belajar Mahasiswa

Data hasil tes Chi-Square (Friedman Test) seperti tertera dalam Tabel 5. menjelaskan bahwa dua faktor dominan kemandirian belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati yang menentukan kesuksesan belajarnya adalah faktor berbekal pengetahuan awal (mean rank = 2.5) dan faktor berorientasi pada tujuan (mean rank = 2.28). Faktor-faktor yang lain secara berurutan motivasi diri dan belajar aktif adalah (mean rank = 2,17), dan (mean rank = 2.12

Temuan bahwa faktor kemandirian belajar paling dominan adalah faktor berbekal pengetahuan awal sejalan dengan hasil penelitian Karagiorgi & Symeou (2005) yang menemukan bahwa teori konstruktivisme berpotensi untuk diimplementasikan dalam pembelajaran berbasis PJJ, namun berbeda dengan pandangan Mudjiman (2011: 198) yang menyatakan bahwa penggerak utama kesuksesan dalam belajar adalah faktor motivasi diri. Pandangan Mudjiman tersebut secara lengkap adalah bahwa pembelajaran bagi orang dewasa, kemandirian belajar nampaknya menjadi faktor utama dalam memberikan kontribusi kesuksesan belajarnya. Komponen faktor utama kemandirian belajar meliputiempat faktor. Faktor pertama adalah adanya adanya motivasi diri. Motivasi belajar yang tinggi merupakan faktor utama yang mampu mendorong mahasiswa untuk belajar secara konsisten dan persisten. Konsisten berarti belajar secara ajeg

sesuai dengan jadwal belajar yang telah disusun. Persisten berarti tahan lama dalam belajar, tidak mudah mengalami kejenuhan.

Motivasi untuk belajar ini tumbuh karena belajar melalui portal belajar online terasa menyenangkan. Motivasi juga tumbuh karena adanya bimbingan dan dorongan dari fasilitator untuk menggunakan fitur chatting, message dan link ke URL tertentu untuk mencari sumber bahan maupun informasi berkaitan dengan materi pembelajaran. Kondisi empirik dalam pembelajaran online ini didasarkan pada pandangan Mudjiman (2011:4), bahwa penumbuhan kemampuan belajar mandiri dalam konteks pendidikan, menyangkut segi penumbuhan pada diri siswa niat untuk belajar, dan pengembangan kemampuan teknis belajar. Pendapat ini senada dengan simpulan penelitian Song & Hill (2007), bahwa efektivitas dalam

30 belajar mandiri tergantung pada seberapa tingkat pengarahan diri sendiri (atribut pribadi). Penumbuhan niat belajar dilakukan dengan memberikan kegembiraan belajar. Pengembangan keterampilan teknis belajar dilakukan dengan pelatihan dan bimbingan teknis belajar oleh guru, termasuk bagaimana menemukan sumber-sumber belajar yang diperlukan.

Tumbuhnya kemandirian belajar ini didorong oleh kesadaran bahwa pengalaman belajar mandiri ini akan menjadi bekal sepanjang perjalanan hidup seseorang (lifelong learning). Pembelajaran sepanjang hidup diperlukan karena masalah akan selalu timbul dalam perjalanan hidup setiap orang. Dalam hal inilah pengalaman pemecahan masalah dalam pendidikan formal akan menjadi bekal dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan seseorang. Pemecahan masalah secara efektif dan efisien memerlukan kegiatan belajar yang dilandasi oleh niat atau motivasi belajar dan pengalaman keterampilan belajar yang telah dimiliki (Mudjiman, 2011: 5).

Faktor kedua, beroientasi pada tujuan yang ingin dicapai,yaitu kompetensi belajar atau hasil belajar. Kompetensi belajar yang ingin dicapai oleh mahasiswa merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Apabila belajar merupakan suatu kebutuhan, maka dorongan belajar akan semakin kuat.

Faktor ketiga adalah kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi hasil belajar. Mudjiman (2011) menyebutkan bahwa keaktifan belajar ditunjukkan oleh berbagai indikator, yaitu belajar secara terencana, berorientasi pada tujuan, kreatif dan inovatif dalam belajar, melakukan tindak lanjut pembelajaran dengan jelas, selalu melakukan pemantauan hasil belajarnya, selalu mengontrol perilaku dirinya agar tidak mengganggu konsentrasi belajar, serta memiliki kesadaran bahwa kompetensi yang dikuasai akan berguna sepanjang kehidupannya.

Faktor keempat adalah berbekal kompetensi yang telah dimiliki (konstruktivisme). Mahasiswa mengaitkan pengetahuan ataupun kompetensi baru yang akan dikuasai dengan kompetensi yang telah dimiliki.

Temuan faktor berbekal pengetahuan awal sebagai faktor dominan kesuksesan belajar dalam penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Brackett (2007) yang menemukan bahwa penumbuhan motivasi belajar ini dilakukan dengan menata sumber-sumber inspirasi. Guru dapat merancang konten

31 pembelajaran yang berisi pengalaman gagal maupun sukses dari orang-orang terkenal sebagai sumber inspirasi. Brackett meyakini bahwa cara seperti ini dapat menumbuhkan motivasi dan mendorong para siswa untuk belajar. Oleh karena itu para guru harus merancang pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi untuk belajar sebagai komponen dasar dalam belajar mandiri.

2. Perbedaan Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan

Ringkasan uji ANCOVA seperti tertera dalam Tabel 6, 7 dan 8 untuk ketiga mata kuliah, memberikan informasi besarnya nilai F dan signifikansinya. Pada varian jenis kelamin ketiga mata kuliah secara berturut-turut diperoleh nilai F hitung sebesar 3.907, 0.024 dan 5.378 dengan signifikansi berturut-turut hitung 0.059, 0.878 dan 0.029. Oleh karena semua nilai signifikansi untuk MK PKn dan Bahasa Indonesia lebih besar dari α = 0,050, maka nilai F tidak signifikan. Artinya bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan hasil belajar mahasiswa MK PKn dan Bahasa Indonesia. Untuk MK Matematika nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,050, maka nilai F signifikan. Artinya bahwa ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan hasil belajar mahasiswa MK

Dalam dokumen KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA (1) (Halaman 23-47)

Dokumen terkait