• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA (1)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN PENELITIAN

KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR

MAHASISWA PROGRAM PJJ - PGSD PATI

Oleh:

Wahyudi, S.Pd., M.Pd

Drs. Nyoto Harjono, M.Pd

Dr. Mawardi, M.Pd

PROGRAM STUDI PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)
(3)
(4)

iii

ABSTRAK

Program peningkatan kualifikasi guru SD yang memungkinkan guru melanjutkan perkuliahan tanpa mengganggu tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru adalah program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program PJJ bersifat

distance learning dan self instruction, oleh karena itu dapat dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi utama guru SD. Konsekuensi sifat program PJJ yang distance learning dan self instruction secara teoretik kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar ditentukan oleh kondisi kemandirian belajar mahasiswa. Pemantauan kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut menjadi tanggung jawab para pengajar. Berdasarkan tugas dan tanggung jawab itulah, maka selaku pengajar akan melakukan kegiatan memetakan kondisi kemandirian belajar mahasiswa PJJ melalui suatu penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengenal faktor-faktor dominan kemandirian belajar manakah yang berkontribusi terhadap kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar mahasiswa program PJJ PGSD dan untuk mengetahui perbedaan kesuksesan mahasiswa perempuan dan laki-laki.

Penelitian ini dirancang berdasarkan pendekatan kuantitatif. Ditinjau dari jenis metodenya, termasuk jenis penelitian survey. Dilihat dari tingkat eksplanasinya termasuk penelitian deskriptif. Subyek penelitian melibatkan para mahasiswa program PJJ PGSD UKSW Kabupaten Pati yang berstatus sebagai guru SD, yang mengikuti perkuliahan rumpun Bahasa Indonesia, Matematika dan Pendidikan Kewarganegaraan. Data primer penelitian dikumpulkan melalui pengukuran tingkat kemandirian belajar mahasiswa dan kompetensi hasil belajar mahasiswa. Instrument penelitian menggunakan instrument skala kemandirian belajar mahasiswa. Sedangkan data hasil belajar diperoleh melalui studi dokumen daftar nilai mahasiswa. Instrumen skala kemandirian belajar mahasiswa terdiri dari 30 item dan telah diuji tingkat reliabilitasnya (α)= 0,831. Teknik dianalisis data menggunakan teknik analisis statistik Chi Square

Friedman Test untuk melihat mean rank serta uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar sebagai variabel moderator pencapaian kompetensi hasil belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelaminnya.

Hasil penelitian yang didapatkan 1) ada dua faktor dominan kemandirian belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati yang menentukan kesuksesan belajarnya yaitu faktor berbekal pengetahuan awal (mean rank = 2.5) dan faktor berorientasi pada tujuan (mean rank = 2.28). Faktor-faktor yang lain secara berurutan adalah motivasi diri (mean rank = 2.17), dan belajar aktif (mean rank

= 2.12); 2) ada perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh kemandirian belajarnya untuk MK Matematika; 3) tidak ada perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh kemandirian belajarnya untuk MK PKn dan Bahasa Indonesia.

(5)

iv PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan ketekunan

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian kependidikan program PJJ-PGSD

ini. Penelitian kependidikan pada program PJJ-PGSD merupakan salah satu kegiatan yang

strategis. Pada satu sisi, hasil penelitian merupakan bukti kinerja aktivitas dosen dalam

melaksanakan salah satu dharma dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pada sisi lain, hasil

penelitian dapat memberikan masukan kepada program studi PGSD FKIP UKSW untuk

mengimplementasikan temuan-temuan. Lebih lanjut pelibatan mahasiswa dalam penelitian

ini dapat menjadi sarana knowledge transfer, mahasiswa dapat memperoleh dan menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih kaya. Penyelesaian laporan akhir penelitian ini

tidak lepas dari bantuan dari bebagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati yang telah mengijinkan

kegiatan perkuliahan mahasiswa program PJJ – PGSD FKIP UKSW.

2. Pembantu Rektor V Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UKSW

Salatiga yang telah memberikan persetujuan untuk melakukan penelitian.

3. Kepala Biro Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah membantu proses administrasi penelitian.

4. Dekan FKIP - UKSW Salatiga yang telah memberikan persetujuan untuk

melaksanakan penelitian.

5. Ketua Program Studi PGSD FKIP – UKSW Salatiga yang telah memfasilitasi

kegiatan penelitian ini.

6. Para mahasiswa Program PJJ PGSD FKIP UKSW dari Kabupaten Pati

Salatiga, 5 Desember 2016

Ketua Tim Peneliti

Wahyudi, S.Pd., M.Pd

(6)

v DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………..………..… i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... PRAKATA... DAFTAR ISI ………..………..………….... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... iii iv v vii vii vii BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang ...………... 1

B. Tujuan Khusus ... 4

C. Urgensi (keutamaan) Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA………... 6

A. Hakikat Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) PGSD ... 6

B. Kemandirian Belajar Mahasiswa... 7

C. Hubungan Kemandirian Belajar dan Kompetensi Hasil Belajar Mahasiswa... 10

BAB III. METODE PENELITIAN………... 15

A. Jenis Penelitian ... 15

B. Subyek Penelitian ... 15

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 16

D. Teknik Analisis Data ... 19

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 20

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian... 20

B. Pembahasan………. 26

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 32 A. Simpulan………. 32

B. Saran……… 32

(7)

vi DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa... 16

Tabel 2 Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Pati... 20 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar Mahasiswa PJJ Pati... 21 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Kemandirian Belajar Mahasiswa... 23 Tabel 5 Mean Ranks Faktor kemandirian belajar mahasiswa... 24

Tabel 6 Ringkasan Uji ANCOVA MK PKn... 25

Tabel 7 Ringkasan Uji ANCOVA MK Bahasa Indonesia... 25

Tabel 8 Ringkasan Uji ANCOVA MK Matematika... 26

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar... 8

Gambar 2 Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Pati 22 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Skala Kemandirian belajar mahasiswa... 36

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan

bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik S-1/D-4. Bagi guru yang belum

memiliki kualifikasi tersebut, diberi waktu sampai dengan tahun 2015. Ketentuan ini

disatu sisi sebagai starting point peningkatan SDM pendidikan, namun disisi yang lain

menimbulkan kegamangan.

Data dari Direktorat Jendral PMPTK (2010), jumlah guru dari berbagai satuan

pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB) yang harus ditingkatkan kualifikasi

akademiknya mencapai 1.456.491 orang guru, data ini belum termasuk guru di bawah

pengelolaan Departemen Agama (RA, MI, MTs, MA, dan MAK). Sementara itu

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen

PAN-RB) mencatat, hingga akhir 2013 jumlah guru yang belum sarjana atau D-IV mencapai

1.034.080 orang. Artinya selama tiga tahun hanya mampu meluluskan 422,411 guru S1.

Sampai dengan tahun 2016, setiap tahun pemerintah harus menyelenggarakan

pendidikan untuk meningkatkan kualifikasi akademik guru sebanyak 227.733 orang.

Sebuah pekerjaan yang sangat berat, oleh karenanya dibutuhkan terobosan model

percepatan pendidikan yang memadai. Lebih lanjut Dirjen PMPTK menyebutkan

bahwa lebih dari 50% guru yang belum berkualifikasi S1 atau D-IV tersebut merupakan

guru SD.

Solusi alternatif yang ditawarkan dalam penyelenggaraan pendidikan sarjana

(S-1) yang memungkinkan guru memiliki kesempatan lebih luas dengan tidak

mengganggu tugas dan tanggung jawabnya adalah penyelenggaraan program Sarjana

(S-1) Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program PJJ diharapkan dapat mewujudkan sistem

penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif, dan akuntabel serta

menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luas tanpa mengabaikan kualitas dan

mengganggu tugas tugas profesionalnya sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut,

dikembangkan rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi

perguruan tinggi penyelenggara yang telahmendapat ijin penyelenggaraan dari

(9)

2 penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan yang dalam proses perkuliahannya

menggunakan pendekatan dual mode, yaitu melalui pengintegrasian sistem

pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem pembelajaran

mandiri, didukung oleh pemanfaatan multimedia secara efektif dan efisien.

Kurikulum yang digunakan dalam program PJJ adalah kurikulum yang berlaku

dimasing-masing peguruan tinggi penyelenggara. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

yang menjadi acuan kurikulum mengacu pada Permendiknas Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,

yang meliputi empatkompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik,

kompetensikepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam

implementasinya, kurikulum program PJJ didesain dengan tepatsehingga

memungkinkan adanya kelompok mata kuliah yang dilaksanakanmelalui kegiatan

pembelajaran tatap muka di kampus dan kelompok matakuliah yang bisa dilaksanakan

melalui kegiatan pembelajaran mandiri (self-instruction), baik dengan tutorial maupun

tanpa tutorial. Penetapan kelompok mata kuliah tatap muka di kampus didasarkan atas

pertimbangan bahwa mata kuliah tersebut mensyaratkan adanya praktik atau praktikum

atau mata kuliah lain yang menurut pertimbangan perguruan tinggi penyelenggara

harus dilaksanakan melalui perkuliahan tatap muka.

Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan

tutorial adalah mata kuliah yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi dan

untuk pengembangan kompetensi pedagogik dan profesional. Penetapan kelompok

matakuliah melalui pembelajaran mandiri tanpa tutorial didasarkan atas pertimbangan

bahwa mata kuliah tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa, baik secara

perorangan maupun kelompok.

Perbedaan esensial antara program PJJ dengan program reguler pada hakikatnya

terdapat dalam pelaksanaan atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran dalam

program PJJ dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan perkuliahan tatap muka di

kampus dan atau perkuliahan termediasi dan kegiatan pembelajaran mandiri.

Pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan tutorial dan atau tanpa tutorial. Kegiatan

pembelajaran program PJJ ini dilaksanakan secara tersendiri, dalam arti tidak boleh

(10)

3 Berdasarkan uraian tentang rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ PGSD,

nampak jelas bahwa penekanan perkuliahan pada program PJJ PGSD adalah pada

perkuliahan mandiri dengan menggunakan media pembelajaran jarak jauh. Model

perkuliahan menggunakan e-Learning dengan tugas-tugas mandiri merupakan salah

satu model teoretis yang dipandang relevan.

Dabbagh & Bannan-Ritland (2005: 165) menyatakan bahwa kesuksesan

pembelajaran jarak jauh berbasis e-Laerning tergantung sejauhmana dosen yang

bersangkutan mengintegrasikan karakteristik kemandirian belajar mahasiswa dan

kemampuan ICT sebagai input proses pembelajaran. Kemandian belajar merupakan

kondisi dimana mahasiswa merencanakan, mengelola, mengontrol diri dan

merefleksikan proses belajarnya sendiri untuk mencapai kompetensi tertentu.

Pembelajar mandiri mampu menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, menentukan

tujuan, mengidentifikasi sumber bahan-bahan belajar, aktif memilih dan melaksanakan

strategi belajarnya, dan merefleksikan hasilnya (Dabbagh & Bannan-Ritland, 2005:

223). Sementara itu, Haris Mudjiman (2011: 9) mendefinisikan kemandirian belajar

merupakan kondisi kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk

menguasai suatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan

bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.

Berdasarkan uraian tentang hakikat kemandirian belajar dan rambu-rambu

pelaksanaan program PJJ yang lebih bersifat distance learning dan self instruction,

nampak bahwa secara teoretik kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar

ditentukan oleh kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut. Oleh karena itu sangat

penting untuk memantau kondisi kemandirian belajar para mahasiswa. Berbagai

penelitian tentang kontribusi kemandirian belajar terhadap pencapaian kompetensi hasil

belajar mahasiswa. Misalnya penelitian Stewart (2007) yang menemukan bahwa ada

korelasi positif linier antara Self-directed Learning Readiness (SDLRS) dengan IPK

para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70).

Temuan ini berarti bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kesiapan belajar

mandiri yang tinggi akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya.

Penelitian Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena bahwa ada

perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar

(11)

4 terhadap temuan tersebut menunjukan bahwa para wanita ternyata memiliki tingkat

kesiapan belajar mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan pria (F = .99, p < .05).

Temuan penelitian senada dilaporkan oleh Reio & Davis (2005) bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS dan

pencapaian kompetensi belajar. Demikian juga Hiemstra (2006) melaporkan hasil

penelitian bahwa ada perbedaan hubungan antara intensitas penggunaan internet

dengan tingkat belajar mandiri pada pria dan wanita. Fenomena menarik berkaitan

dengan hubungan antara kemandirian belajar mahasiswa dengan kompetensi hasil

belajar adalah faktor gender nampaknya berpengaruh.

Pengalaman peneliti dan studi awal yang dilakukan menemukan fenomena

bahwa rata-rata tingkat kemandirin belajar mencapai 51%. Angka ini diperoleh dari

rata-rata pengiriman tugas tutorial online yang sesuai dengan agihan waktu pengiriman

melalui e-mail maupun melalui portal fleksibel learning. Kondisi kemandirian belajar

yang masih rendah ini berdampak pada pencapaian kompetensi hasil belajar yang

rendah pula. Hasil rekapitulasi kompetensi hasil belajar mahasiswa mendapatkan data

bahwa mean skor kompetensi hasil belajar mahasiswa mencapai 58.

Mencermati berbagai hasil penelitian tentang kondisi kemandirian belajar dan

kaitannya dengan pencapaian kompetensi hasil belajar, serta fenomena faktor gender

yang terbukti berpengaruh terhadap kondisi kemandirian belajar itu sendiri maupun

kontribusinya terhadap pencapaian hasil beljar, maka menjadi kewajiban bagi dosen

untuk memantau kondisi mereka. Pemetaan kondisi kemandirian belajar mahasiswa

dapat digunakan untuk pembinaan dan pemberian dorongan eksternal agar kondisi

kemandirian belajar tersebut dapat ditingkatkan.

B. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui secara empirik dua faktor

dominan kemandirian belajar manakah yang berkontribusi terhadap kesuksesan belajar

mahasiswa program PJJ PGSD, 2) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kesuksesan

belajar mahasiswa program PJJ PGSD perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh

(12)

5 C. Urgensi (Keutamaan) Penelitian

Secara konseptual, urgensi penelitian ini mencari justifikasi teoretik konsep

kemandirian belajar yang memiliki potensi mensukseskan belajar mahasiswa melalui

bukti-bukti empirik. Konsep kemandirian belajar yang hakikatnya merupakan kondisi psiko-sosial

mahasiswa sebagai wujud penerapan model belajar mandiri meliputi komponen kegiatan

belajar aktif; adanya motif atau niat belajar, dorongan mencapai kompetensi, dan didasarkan

pada paradigma konstruktivisme, yaitu pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh

pembelajar dapat digunakan untuk mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar,

sehingga menjadi pengetahuan atau keterampilan baru yang dibutuhkan. Analisis

koponen-konponen kemandian belajar mahasiswa berdasarkan data empirik akan memberikan

gambaran urutan kontribusi setiap komponen kemandirian belajar mahasiswa dalam

mencapai kompetensi belajarnya. Identifikasi kontribusi setiap komponen kemandirian

belajar mahasiswa iniakan menjadi rujukan pembinaan mahasiswa agar lebih sukses dalam

mencapai kompetensi belajarnya.

Secara praktis, penelitian ini penting karena: a) menginspirasi para dosen pengampu

matakuliah dalam program SKGJ maupun PJJ untuk mendesain pembelajaran secara kreatif

dan inovatif, b) menyediakan data empirik bagi para pengajar untuk mengembangkan

komponen-komponen belajar mandiri yang secara potensial dapat meningkatkan pencapaian

kompetensi belajarnya, c) memberikan keleluasaan bagi guru SD sebagai mahasiswa dalam

mengembangkan kompetensi melalui perkuliahan berbasis belajar mandiri, dan d)

mengatasi ketidak-merataan dan ketidak-terjangkauan perkuliahan yang dapat menghambat

(13)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) PGSD

Program PJJ hakikatnya adalah program penyelenggaraan pendidikan yang

secara khusus diperuntukkan bagi guru tetap dalam jabatan. Program ini diharapkan

dapat mewujudkan sistem penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif,dan

akuntabel serta menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luastanpa

mengabaikan kualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, dikembangkan rambu-rambu

penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi perguruan tinggi penyelenggara yang

telahmendapat ijin penyelenggaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen

Dikti). Program ini dilaksanakan oleh penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan

yang dalam proses perkuliahannya menggunakan pendekatan dual mode, yaitu melalui

pengintegrasian sistem pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem

pembelajaran mandiri, didukung oleh pemanfaatan multi media secara efektif dan

efisien.

Kurikulum yang digunakan dalam program PJJ adalah kurikulum yang berlaku

dimasing-masing peguruan tinggi penyelenggara. Standar KompetensiLulusan (SKL)

yang menjadi acuan kurikulum mengacu padaPermendiknas Republik Indonesia Nomor

16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yang

meliputi empat kompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam implementasinya,

kurikulum Program PJJ didesain dengan tepat sehingga memungkinkan adanya

kelompok matakuliah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka di

kampus dan kelompok matakuliah yang bisa dilaksanakan melalui kegiatan

pembelajaran mandiri (self-instruction), baik dengan tutorial maupun tanpa tutorial.

Penetapan kelompok matakuliah tatap muka di kampus didasarkan atas pertimbangan

bahwa mata kuliah tersebut mensyaratkan adanya praktik atau praktikum atau

matakuliah lain yang menurut pertimbangan perguruan tinggi penyelenggara harus

dilaksanakan melalui perkuliahan tatap muka.

Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan

(14)

7 untuk pengembangan kompetensi profesional. Penetapan kelompok matakuliah melalui

pembelajaran mandiri tanpa tutorial didasarkan atas pertimbangan bahwa mata kuliah

tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa, baik secara perorangan

maupun kelompok.

Perbedaan yang esensial antara program PJJ dengan program reguler pada

hakikatnya terdapat dalam pelaksanaan atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran

dalam program PJJ dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan perkuliahan tatap

muka di kampus dan atau perkuliahan termediasi dan kegiatan pembelajaran mandiri.

Pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan tutorial dan atau tanpa tutorial. Kegiatan

pembelajaran program PJJ ini dilaksanakan secara tersendiri, dalam arti tidak boleh

dilakukan secara bersama-sama dengan kegiatan pembelajaran kelas reguler.

B. Kemandirian Belajar Mahasiswa

Khusus strategi belajar mandiri, Jarvis (1990) dan O’Shea (2003), Self-directed

Learning (belajar mandiri)adalah kemampuan untuk berinisiatif dalam mengelola dan

mengontrol proses belajarnya untuk mengatasi berbagai masalah dalam belajar dengan

mempergunakan berbagai alternatif atau strategi belajar. Sedangkan Hiemstra (1994)

memberikan batasan bahwa Self-Directed Learning adalah perilaku siswa tidak

bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu melakukan

belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan

tugas-tugas belajar dengan baik dan mampu melakukan aktivitas belajar secara mandiri.

Haris Mudjiman (2011: 9), memberikan batasan belajar mandiri adalah kegiatan belajar

aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna

mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi

yang telah dimiliki (Haris Mudjiman. 2011: 9).

Dari rumusan konsep belajar mandiri ini, dapat dicermati adanya empat

komponen konsep dan juga anatomi dari konsep belajar mandiri. Komponen-komponen

konsep belajar mandiri tersebut adalah: a) kegiatan belajar aktif; yaitu merupakan

kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan

kreativitas untuk mencapai tujuan; b) motif atau niat, yaitu kekuatan pendorong

kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif untuk mencapai

kompetensi yang ingin dicapai; c) kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan dan

(15)

8 konstruktivisme, yaitu pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh pembelajar dapat

digunakan untuk mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga

menjadi pengetahuan atau keterampilan baru yang dibutuhkan.

Sebagai seorang pengajar, bagaimanakah kita bisa mendeteksi seberapa tinggi

tingkat kemandirian belajar mahasiswa kita?. Apakah tingkat kemandirian belajar

tersebut dapat digunakan untuk memprediksi hasil belajar para mahasiswa?. Jawabnya

adalah dengan mengembangkan instrumen rubrik penilaian kemandirian belajar.

Instrumen dikembangkan berdasarkan komponen-komponen definisi operasional

(konstruk) belajar mandiri.

Gambar 1. Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar

Skor yang diperoleh melalui rubrik penilaian tersebut merupakan kadar tinggi

rendahnya kemandirian belajar mahasiswa. Berbagai penelitian dalam jurnal ilmiah

internasional menemukan bahwa tingkat kemandirian belajar berperan dalam

pencapaian kompetensi belajar siswa (Stewart, 2007; Usta, 2011; Hui & Umar, 2011;

Weny Hulukati, 2011). Secara skematik, alur pengembangan instrumen kemandirian

(16)

9 gambar 1.

Pada bagian awal kegiatan pembelajaran, atau dapat disisipkan dalam proses

pembelajaran, mahasiswa diberi pembekalan berkaitan dengan “ruh” belajar mandiri itu

sendiri. Ruh tersebut adalah motivasi belajar. Motivasi belajar inilah yang menjadi

sumber energi bagi tumbuhnya niat untuk belajar. Kop & Fornier (2010) menyatakan

bahwa pembekalan motivasi belajar sebagai “ruh” belajar mandiri merupakan upaya

penataan dimensi konatif. Pernyataan ini dikuatkan dengan hasil penelitian Brackett

(2007) yang menemukan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan

motivasi siswa. Oleh karena itulah maka pembekalan untuk menumbuhkan motivasi

belajar menjadi sangat penting.

Ada berbagai model yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi

belajar, salah satunya adalah model Pengembangan Motivasi Belajar yang

dikemukakan oleh Mudjiman (2011: 47-54). Ide dasar model tersebut berangkat dari

gagasan bahwa tindakan belajar merupakan perbuatan sadar yang didahului oleh

pembuatan keputusan untuk belajar atau tidak belajar tergantung dari tinggi rendahnya

motivasi. Apabila motivasinya kuat, seseorang akan memutuskan untuk melakukan

tindakan belajar. Sebaliknya, bila motivasinya lemah, seseorang akan memutuskan

untuk tidak melakukan tindakan belajar. Berdasarkan ide dasar seperti di atas, maka

perlu upaya guru untuk menumbuhkan motivasi belajar pada siswanya.

Menurut model Pengembangan Motivasi Belajar, ada empat materi pembekalan

untuk membantu siswa membuat keputusan untuk melakukan tindakan belajar

(motivasi belajar) seperti berikut: a) perlunya mengetahui kegunaan belajar jika siswa

mempelajari materi tertentu. b) Perlu memantapkan bahwa mempelajari materi tersebut

dapat memenuhi kebutuhan belajarnya. c) Perlu menumbuhkan kepercayaan diri bahwa

mereka memiliki kemampuan. d) Perlu meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi

tertentu dan menguasainya akan menyenangkan. Model pengembangan motivasi

belajar ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirkman, Couglin &

Kromrey (2007) yang menyimpulakan bahwa tingkat kepuasan yang dialami oleh siswa

yang sukses dalam pembelajaran berbasis web terbukti dapat meningkatkan motivasi

belajar. Penelitian tersebut sejalan dengan temuan Brackett (2007) dalam sebuah

laporan kajian teoretik tentang inspiring student self-motivation menjelaskan bahwa

(17)

10 belajar ini dilakukan dengan menata sumber-sumber inspirasi. Sebagai panduan, guru

dapat merancang konten pembelajaran yang berisi pengalaman gagal maupun sukses

dari orang-orang terkenal sebagai sumber inspirasi. Brackett meyakini bahwa cara

seperti ini dapat menumbuhkan motivasi dan mendorong para siswa untuk belajar.

C. Hubungan Kemandirian belajar dan Kompetensi Hasil Belajar Mahasiswa

Kemandian belajar mahasiswa sebagai kondisi diterapkannya strategi belajar

mandiri merupakan dampak dari pembekalan mahasiswa untuk mengembangkan

kompetensi mahasiswa, menurut Haris Mudjiman (2011: 198) mencakup

langkah-langkah: 1) menetapkan kompetensi utama (KU) yang akan dikuasi, untuk mengatasi

masalah yang sedang dihadapi. Kompetensi utama adalah tujuan utama belajar mandiri

yang ditetapkan oleh pembelajar; 2) Menetapkan urgensi permasalahan dan kompetensi

yang ingin dicapai; 3) Menyusun rencana untuk menguasai kompetensi. Langkah ini

meliputi: a) menetapkan kompetensi-kompetensi antara (KA) yang perlu dimiliki.

Kompetensi-kompetensi antara ini adalah tujuan-tujuan antara belajar mandiri yang

ditetapkan sendiri oleh pembelajar, b) mengidentifikasi tujuan-tujuan antara (KA) yang

telah dimiliki dan tujuan-tujuan antara yang perlu ditetapkan untuk dicapai; 4)

Melaksanakan rencana belajar mandiri, dengan target mencapai tujuan-tujuan antara

melalui beberapa siklus/usaha; dan 5) Melakukan evaluasi pencapain tujuan antara

(KA) dan tujuan utama (KU).

Implementasi langkah ke-4, yaitu melaksanakan rencana belajar mandiri

nampaknya menjadi faktor utama dalam memberikan kontribusi pencapaian

kompetensi belajar mahasiswa. Komponen faktor utama implementasi belajar mandiri

meliputi: 1) adanya motivasi atau niat belajar. Motivasi belajar yang tinggi mampu

mendorong mahasiswa untuk belajar secara konsisten dan persisten (Haris Mudjiman,

2011). Konsisten berarti belajar secara ajeg sesuai dengan jadwal belajar yang telah

disusun. Persisten berarti tahan lama dalam belajar, tidak mudah mengalami kejenuhan.

2) niat untuk menguasai atau memiliki kompetensi tertentu sebagai tujuan belajar.

Kompetensi belajar yang ingin dicapai oleh mahasiswa merupakan kebutuhan yang

harus dipenuhi. Apabila belajar merupakan suatu kebutuhan, maka dorongan belajar

akan semakin kuat. 3) Melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi.

Haris Mudjiman (2011) menyebutkan bahwa keaktifan belajar ditunjukkan oleh

(18)

11 inovatif dalam belajar, melakukan tindak lanjut pembelajaran dengan jelas, selalu

melakukan pemantauan hasil belajarnya, selalu mengontrol perilaku dirinya agar tidak

mengganggu konsentrasi belajar, serta memiliki kesadaran bahwa kompetensi yang

dikuasai akan berguna sepanjang kehidupannya. 4) Berbekal kompetensi yang telah

dimiliki (konstruktivisme). Mahasiswa mengaitkan pengetahuan ataupun kompetensi

baru yang akan dikuasai dengan kompetensi yang telah dimiliki.

Berdasarkan analisis kontribusi belajar mandiri seperti di atas itulah yang

menyebabkan kompetensi hasil belajar mahasiswa meningkat. Analisis kontribusi

kemandirian belajar mahasiswa dalam mencapai kompetensi hasil belajar ini sejalan

dengan temuan penelitian Stewart (2007) yang menyatakan bahwa ada korelasi positif

linier antara Self-directed Learning Readiness (SDLRS) dengan IPK para mahasiswa

teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70). Temuan ini berarti

bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri yang tinggi

akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya. Temuan penelitian ini

senada dengan berbagai temuan penelitian berikut:

a) Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Hui & Umar (2011) menemukan hasil

berikut: 1) tidak terdapat perbedaan signifikan kemampuan mengingat mahasiswa

yang memiliki tingkat Self-regulated Learning tinggi dalam menerima perlakuan a

combination of metaphor and pair programming (MPP) dan mahasiswa yang hanya

menerima perlakuan dengan metode pair programming (PP) ( X high MPP = 74.17;

X highPP = 69.52; Mean diff = 4.65; p = 0.03); 2) Tidak terdapat perbedaan

signifikan kemampuan mengingat mahasiswa yang memiliki tingkat Self-regulated

Learning rendah dalam menerima perlakuan MPP dan mahasiswa yang hanya

menerima perlakuan dengan metode PP (Mean diff = 7.68; p = 0.00), with the MPP

group performing significantly better than those of the PP group ( X Low MPP =

62.80; X Low PP = 55.11); 3) Tidak ada pengaruh interaksi antara metode

pembelajaran dengan tingkat Self-regulated Learning.

b) Wenny Hulukati (2011), melaporkan penelitian tentang pengembangan model

belajar mandiri berbasis andragogi untuk meningkatkan kompetensi pendidik anak

usia dini. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa model belajar mandiri berbasis

andragogi untuk meningkatkan kompetensi pendidik anak usia dini yang

(19)

12 c) Penelitian eksperimen dengan teknik pengujian ANOVA yang dilakukan oleh

Mala-Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena faktor-faktor yang

berpengaruh dalam tumbuhnya kemandirian belajar adalah sebagai berikut: 1) ada

perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar

visual dan verbal terhadap proses belajar mandiri dan hasil belajarnya (F = 6.65, p <

.05). 2) Faktor materi dan media pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap

kemandirian belajar dan hasil belajar (F = 2.19, p < .05). 3) Para wanita ternyata

memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan pria (F

= .99, p < .05).

Fenomena menarik berkaitan dengan hubungan antara kemandirian belajar

mahasiswa dengan kompetensi hasil belajar adalah faktor gender nampaknya

berpengaruh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reio & Davis (2005) dilaporkan

berikut: 1) mahasiswa dan dosen yang berusia 30 – 50 tahun memiliki tingkat

Self-directed Learning Readiness (SDLRS) lebih tinggi dari siswa SMA; 2) Terdapat

perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS dan

pencapaian kompetensi belajar. Hiemstra (2006) melaporkan hasil penelitian tentang

penggunaan internet dan belajar mandiri menemukan bahwa ada hubungan antara

intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri seseorang, serta

menemukan perbedaan hubungan antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat

belajar mandiri pada pria dan wanita.

Disamping berbagai penelitian tersebut di atas, beberapa penelitian berikut

dapat menguatkan teori tentang peran kemandirian belajar dalam mencapai kesuksesan

belajar para mahasiswa. Diantanya penelitian tentang rancangan strategi pembelajaran

mandiri berbasis online berdasarkan pandangan konstruktivis objektif yang dilakukan

oleh Chen (2007) berhasil mengembangkan rancangan strategi pembelajaran mandiri

secara online. Spesifikasi rancangan strategi pembelajaran mandiri tersebut meliputi

tugas belajar (learning task), dukungan teknologi (technology support), dukungan

belajar (learning support), dan dukungan sosial (social support).

Penelitian Karagiorgi & Symeou (2005) yang melakukan kajian teoretik

tentang potensi dan keterbatasan implementasi teori konstruktivisme sebagai landasan

dalam merancang pembelajaran. Simpulan kajian ini adalah bahwa teori

(20)

13 dengan memperhatikan dua hal utama berikut: 1) perlu kehati-hatian dalam memilih

strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman otentik pada pembelajar. 2)

Desainer pembelajaran harus mempertimbangkan teknologi pembelajaran yang mampu

menyampaikan pesan tanpa distorsi. f. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reio &

Davis (2005) dilaporkan berikut: 1) mahasiswa dan dosen yang berusia 30 – 50 tahun

memiliki tingkat SDLRS lebih tinggi dari siswa SMA; 2) Tidak ditemukan perbedaan

yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS.

Penelitian Song dan Hill (2007) melaporkan bahwa pengembangan model

konseptual tentang belajar mandiri dalam konteks pembelajaran online. Kajian

penelitian literatur menunjukkan pola model bahwa pelajar dapat meningkatkan tingkat

kemandirian belajarnya dengan mengalami belajar mandiri secara online. Efektivitas

dalam belajar mandiri tergantung pada seberapa tingkat pengarahan diri sendiri (atribut

pribadi). Tingkat self-direction dapat bervariasi dalam lingkungan belajar yang

berbeda.

Hiemstra (2006) melaporkan hasil penelitian tentang penggunaan internet dan

belajar mandiri menemukan bahwa ada hubungan antara intensitas penggunaan internet

dengan tingkat belajar mandiri seseorang, serta tidak menemukan perbedaan hubungan

antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri pada orang kota

dan orang desa.

Jezegou (2012) dalam penelitian dan pengembangan model konseptual tentang

pendidikan jarak jauh yang mendukung belajar mandiri, menemukan bahwa model

pembelajaran pendidikan jarak jauh akan efektif jika menawarkan berbagai fitur

pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa mengekspresikan kemandirian

belajarnya.

Brackett (2007) dalam sebuah laporan kajian teoretik tentang inspiring student

self-motivation menjelaskan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan

motivasi siswa. Penumbuhan motivasi belajar ini dilakukan dengan menata

sumber-sumber inspirasi. Sebagai panduan, guru dapat merancang konten pembelajaran yang

berisi pengalaman gagal maupun sukses dari orang-orang terkenal sebagai sumber

inspirasi. Brackett meyakini bahwa cara seperti ini dapat menumbuhkan motivasi dan

mendorong para siswa untuk belajar.

(21)

14 pengembangan belajar mandiri menggunakan Reflective Support in a Video-Digital

Microteaching Environment. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANOVA.

Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru-guru kelas eksperimen lebih

tinggi tingkat belajar mandirinya pada dimensi metakognisi (merencanakan, mengelola

informasi, dan mengevaluasi) serta tingkat motivasinya (F = 38, 470; p < 0,0001) dan

(22)

15 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dirancang berdasarkan pendekatan kuantitatif. Ditinjau dari jenis

metodenya, termasuk jenis penelitian survey. Dilihat dari tingkat eksplanasinya

termasuk penelitian deskriptif. Subyek penelitiannya adalah para guru SD yang

menjadi mahasiswa program PJJ PGSD UKSW Salatiga.

B. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program Pendidikan Jarak Jauh

(PJJ) PGSD FKIP UKSW Salatiga yang berasal dari Kabupaten Pati. Terdapat

beberapa karakteristik mahasiswa program PJJ PGSD sebagai subjek penelitian, yaitu:

1) para mahasiswa berasal dari daerah-daerah kecamatan yang memiliki karakteristik

sosial ekonomi yang relatif sama, 2) para mahasiswa sama-sama guru SD dalam

jabatan, 3) memiliki tingkat kemampuan yang heterogen berdasarkan standar pada saat

rekrutmen mahasiswa baru, 4) Para mahasiswa perempuan memiliki waktu belajar yang

relatif lebih sedikit dibandingkan mahasiswa laki-laki karena harus mengusur

kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan pertimbangan persamaan karakteristik tersebut,

peneliti memandang bahwa hasil penelitian ini dapat digeneralisasi kepada seluruh

mahasiswa program PJJ.

Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposif, dengan pertimbangan: 1)

tidak memungkinkan dilakukan teknik random, karena akan mengganggu daftar alir

pengambilan matakuliah, 2) teknik random membutuhkan kesukarelaan mahasiswa dan

tenaga pengajar khusus, dan hal ini tidak memungkinkan dilakukan oleh peneliti, 3)

kemudahan pelaksanaan pembelajaran, karena jarak yang masih relatif dekat dalam

rangka koordinasi dan persiapan penelitian.

Langkah penentuan sampel, mula-mula ditentukan sampel kelas. Secara

keseluruhan jumlah kelas mahasiswa program PJJ PGSD ada 4 kelas, terdiri: 1) 1 kelas

di Bandar, 2) 1 kelas di Subah, 3) 1 kelas PJJ di Pati, 4) 1 kelas di Limpung. Rata-rata

jumlah mahasiswa per kelas adalah 37 mahasiswa. Dari 4 kelas tersebut, kelas yang

aktif melaksanakan perkuliahan adalah kelas PJJ di Pati. Berdasarkan pertimbangan

(23)

16 mahasiswa 34 menjadi sampel penelitian ini. Langkah berikutnya membagi kelas

tersebut menjadi dua kelompok, yaitu: 1) kelompok mahasiswa laki-laki, dan 2)

kelompok mahasiswa perempuan.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik non tes.

Instrument penelitian yang digunakan adalah instrument skala kemandirian belajar

mahasiswa. Instrumen untuk mengukur kemandirian belajar berbentuk rubrik skala

kemandirian belajar mahasiswa. Instrumen disusun berdasarkan konstruk belajar

mandiri. Komponen-komponen konstruk tersebut meliputi: a) adanya motivasi atau niat

belajar, b) niat untuk menguasai atau memiliki kompetensi tertentu sebagai tujuan

belajar, c) melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi, dan d)

berbekal kompetensi yang telah dimiliki (konstruktivisme). Berdasarkan

komponen-komponen belajar mandiri ini, kemudian disusun kisi-kisi rubrik skala kemandirian

belajar. Instrumen terdiri dari 30 item.

Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan teknik utama skala penilaian diri,

dilanjutkan wawancara untuk mengkonfirmasi data serta untuk menjaga objektivitas

jawaban mahasiswa. Scoring dilakukan oleh peneliti berdasarkan panduan skor rubrik

penilaian untuk masing-masing item. Masing-masing item diberi skor dengan rentang

antara 1 sampai 3 sesuai dengan kondisi jawaban mahasiswa. Total skor maksimum

adalah 90 (3 X 30) dan skor minimum 30 (1 X 30). Skor hasil pengukuran kemudian

dikonversi menjadi skala 1 – 100, agar lebih mudah dalam melakukan analisis.

Tabel 1. Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa

No Komponen Indikator No Item

1 Adanya motivasi atau niat belajar

1. Persisten dalam belajar 2. Konsisten

19,20,21 16,17,18,22,23

2 Kompetensi sebagai tujuan belajar

1. Memiliki tujuan belajar yang jelas 2. Multi level Objectives

3. Menetapkan kompetensi Utama (KU) sebagai tujuan utama belajar 4. Menetapkan kompetensi antara

(KA)

1 3

(24)

17 3 Kegiatan belajar

aktif

1. Belajar secara sistematis ( terencana)

2. Goal orientedness 3. Continuing evaluation 4. Learning for life 5. Follow-up Clarity

6. Kreatif dan inovatif dalam belajar 7. Behavioral control

1. Mengaitkan kompetensi yang telah dimiliki dengan pengalaman baru

Instrumen skala kemandirian belajar diujicobakan terlebih dahulu sebelum

digunakan. Komputasi data penelitian untuk menghitung tingkat validitas dan

reliabilitas instrumen rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa menggunakan

bantuan program SPSS for Windows ver. 17.

Uji coba dilakukan pada 30 mahasiswa program PJJ Pati (bukan kelas untuk

penelitian). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah konstruk rubrik skala

kemandirian belajar mahasiswa sahih atau tidak. Uji reliabilitas dilakukan untuk

mengetahui apakah alat ukur dapat menghasilkan data yang ajeg dan dapat dipercaya.

Hasil pengujian terhadap 30 item ditemukan nilai reliabilitas sebesar α 0,831.

Berdasarkan kriteria umum suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai α uji coba

lebih besar dari 0,600, maka instrumen rubrik kemandirian belajar reliabel, karena nilai

reliabilitas 0,831 > 0,600. Berdasarkan kriteria uji validitas, sebuah instrumen

dinyatakan valid apabila nilai Corrected Item –Total Correlation lebih besar daripada

nilai koefisien korelasi product moment minimal sebesar 0,300 pada taraf signifikansi

5% (Azwar, 2011: 158).

Berdasarkan kriteria validitas instrumen seperti telah diuraikan di atas, maka 25

item dinyatakan valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation untuk semua item

skala kemandirian belajar > 0,300. Lima item, yaitu nomor 1, 3, 14, 15 dan 21 tidak

valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation kurang dari 0,300. Setelah

(25)

18 dilakukan uji coba ulang, 5 item tersebut memiliki nilai Corrected Item –Total

Correlation berturut-turut menjadi 0,310, 0,320, 0,301, 0,302 dan 0,311. Dengan

demikian seluruh item dinyatakan valid.

Berkaitan dengan data prestasi belajar mahasiswa, data diperoleh dengan cara

studi dokumen daftar nilai mahasiswa PJJ Kabupaten Pati. Oleh karena itu Instrumen

untuk mengukur kompetensi hasil belajar mahasiswa tidak diuraikan secara detail

dalam laporan ini. Data hasil hasil pengukuran kemandirian balajar mahasiswa

dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif persentase dan kategoris untuk

menggambarkan tingkat pencapaian kemandirian dan hasil belajarnya. Hasil

pengukuruan kemandirian dan hasil belajar mahasiswa dipersentase dengan

menggunakan rumus:

Keterangan:

AP : Angka Persentase

Skor Aktual : Skor yang diberikan oleh validator ahli

Skor Ideal : Skor maksimal hasil kali antara jumlah item dengan

skor maksimal masing-masing item.

Angka persentase tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi lima kategori

seperti berikut.

Interval Kategori

81 - 100% Sangat tinggi

61 - 80% Tinggi

41 - 60% Cukup

21 - 40% Rendah

1 - 20% Sangat rendah

Dalam rangka memperoleh data yang lebih akurat, maka dilakukan juga

pengumpulan data mlalui FGD. FGD dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah data yang

telah diperoleh menggunakan instrumen pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dan Skor Aktual

AP = --- X 100%

(26)

19 hasil belajaranya sesuai dengan kenyataan.

D. Teknik Analisis Data

Teknik dianalisis data menggunakan teknik analisis Chi-Square (Friedman Test) untuk melihat mean rank faktor-faktor kemandirian belajar mahasiswa. Melalui data mean rank

akan diketahui dua faktor dominan manakah yang berdampak pada kesuksesan belajarnya.

Selanjutnya dilakukan uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar sebagai

variabel moderator pencapaian hasil belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelaminnya.

Pengujian dengan teknik ANCOVA ini diawali terlebih dahulu dengan uji prasyarat, yaitu uji

(27)

20 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Tingkat Kemandirin dan Hasil Belajar Mahasiswa

Seperti telah dibahas di Bab 3, tingkat kemandirian belajar mahasiswa

program PJJ PGSD dari Kabupaten Pati diukur menggunakan rubrik skala

kemandirian belajar. Data sekunder tingkat hasil belajar mahasiswa diperoleh dari

daftar nilai program PJJ Kabupaten Pati. Komputasi data menggunakan program

SPSS for Windows ver.17. Deskripsi statistik hasil pengukuran kemandirian belajar

mahasiswa dirangkum dalam Tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Pati

Kemandirian PKn B. Indonesia Matematika

N 29 29 29 29

Mean 66.41 70 71.89 80.59

Median 67 70 73 81

Mode 71 71.16 67 81

Std. Deviation 4.88 3.21 4.59 4.33

Variance 23.89 10.27 21.06 18.79

Minimum 57 59 66 72

Maximum 74 76 80 87

Tabel 2 memberikan informasi bahwa data statistik mean, median, mode,

skor minimal dan maksimal kemandirian belajar mahasiswa berturut-turut mencapai

66.41, 67, 71, 57, 74. Dengan std deviation = 4.88 dan variance sebesar 23,89. Skor

bergerak antara 57 sampai 74. Angka ukuran tendensi sentral dan variabilitas data

menunjukkan bahwa penyebaran tingkat kemandirian belajar mahasiswa relatif

homogen. Simpulan ini didasarkan pada data SD (4.88) dan varian data (23.89) lebih

kecil dari tendensi sentralnya.

Pada variabel hasil belajar untuk tiga mata kuliah PKn, Bahasa Indonesia dan

Matematika didapat nilai mean turut 70, 71.89, 80.59. Mediannya

berturut-turut 67, 70, 73 dengan std deviasi 4.88, 3.21, dan 4.59. Varian ketiga data 23.89,

(28)

21 skor 66 s/d 80 dan Matematika dari skor 72 s/d 87. Tidak jauh berbeda dengan skor

kemandirian belajar mahasiswa, skor hasil belajar ketiga mata kuliah bergerak dalam

rentang yang hampir sama yaitu 14 s/d 17. Dilihat dari ukuran tendensi sentral dan

variabilitas data menunjukkan bahwa penyebaran tingkat hasil belajar mahasiswa

relatif homogen, meskipun homogenitas variansinya tidak sehomogen penyebaran

skor kemandirian belajar. Simpulan ini didasarkan pada varian data (10.27, 21.06

dan 18.79) lebih besar dari tendensi sentralnya. Untuk melihat lebih detail distribusi

skor kemandirian belajar dan hasil belajar mahasiswa dapat dicermati dalam Tabel

3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar Mahasiswa PJJ Pati

No Kategori Interval skor

Variabel Kemandirian

Belajar PKn B. Indo Mat f % f % f % f %

1 Sangat Tinggi

≥ 90 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 80 - 89 11 37.93 0 0.00 4 13.79 21 72.41

2 Tinggi 70 -79 16 55.17 18 62.07 12 41.38 8 27.59 60 - 69 2 6.90 10 34.48 13 44.83 0 0.00

3 Cukup 50 - 59 0 0 1 3.45 0 0.00 0 0.00 40 - 49 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00

4 Rendah 30 - 39 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 20 - 29 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00

5 Sangat Rendah

10 - 19 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 < 10 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Total 29 100% 29 100 29 100 29 100

Berdasarkan Tabel 3 hasil kemandirian belajar, ditemukan 2 mahasiswa

(6,90%) memperoleh skor antara 60-69, berada pada kategori cukup. Terdapat 16

mahasiswa (55.17%) memperoleh skor antara 70-79 berada pada kategori tinggi.

Terdapat 11 orang mahasiswa (37.93%) memperoleh skor 80-89 dalam kategori

sangat tinggi.

Pada pengukuran hasil belajar MK PKn terdapat 1 mahasiswa (3.45%)

memperoleh skor antara 50-59, 10 orang mahasiswa (34.48%) memperoleh skor

60-69, dan 18 orang mahasiswa (62.07%) memperoleh skor 70-79. Untuk MK

Bahasa Indonesia terdapat 13 mahasiswa (44.83%) memperoleh skor antara

(29)

22 mahasiswa (13.79%) memperoleh skor 80-89. Untuk MK Matematika terdapat 8

mahasiswa (27.59%) memperoleh skor antara 80-89. Visualisasi distribusi

kemandirian dan hasil belajar mahasiswa dapat dicermati pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Pati

2. Data Hasil Analisis Faktor dominan Kemandirian Belajar Mahasiswa

Data tingkat kemandirian belajar mahasiswa secara keseluruhan seperti telah

dipaparkan di atas, selanjutnya diperinci berdasarkan data setiap komponen/faktor,

yaitu komponen orientasi pada tujuan, belajar aktif, motivasi diri, dan bekal

pengetahuan yang dimiliki. Tabel 4 memaparkan deskripsi data faktor-faktor tingkat

kemandirian belajar mahasiswa.

0% 20% 40% 60% 80% 100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Grafik Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar

(30)

23 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Kemandirian Belajar Mahasiswa

Faktor-faktor kemandirian Belajar Mahasiswa

Kate-gori

Motivasi diri Orientasi pada

tujuan Belajar secara aktif

Berbekal

Tabel 4 memberikan informasi bahwa pada faktor motivasi diri, ada 18 (6+12)

orang mahasiswa (62.07%) memiliki motivasi diri tinggi dan sangat tinggi dalam

mencapai kesuksesan belajar. Ada 10 mahasiswa (34.49%) memiliki motivasi diri

cukup, dan 1 mahasiswa (3.44%) memiliki motivasi diri rendah dalam mencapai

kesuksesan belajar.

Pada faktor berorientasi pada tujuan, tidak satupun mahasiswa (0%) yang

memiliki orientasi pada pencapaian tujuan mengikuti perkuliahan pada kategori sangat

tinggi. Ada 4 orang mahasiswa (13.79%) memiliki orientasi tinggi dalam mencapai

tujuan perkuliahan. Ada 19 mahasiswa (65.52%) memiliki orientasi kategori cukup dan

6 mahasiswa (20.69%) memiliki orientasi rendah dalam pencapaian tujuan mengikuti

perkuliahan.

Pada faktor belajar aktif, tidak satupun mahasiswa (0%) yang memiliki

keaktifan belajar kategori sangat tinggi dalam mengikuti perkuliahan. Ada 12

mahasiswa (41.38%) memiliki keaktifan belajar yang tinggi dalam mengikuti

perkuliahan. Ada 14 mahasiswa (48.28%) memiliki keaktifan belajar pada kategori

cukup, ada 3 mahasiswa (110.38%) memiliki keaktifan belajar pada kategori rendah.

Pada faktor berbekal pengetahuan awal, sebagian besar mahasiswa yaitu 21

orang (9+13) (75.86%) menyatakan memiliki bekal pengetahuan awal pada kategori

sangat tinggi dan tinggi dalam memecahkan masalah-masalah perkuliahan. Ada 6 orang

(31)

24 masalah-masalah perkuliahan, bahkan ada 1 mahasiswa (3.45%) memiliki bekal

pengetahuan awal pada kategori sangat rendah.

Berdasarkan uraian faktor-faktor kemandirian belajar, nampak bahwa berbekal

pengetahuan awal (F4) merupakan faktor paling dominan. Kemudian berturut-turut

diikuti oleh faktor motivasi belajar (F1), faktor belajar secara aktif (F3) dan yang paling

rendah faktor berorientasi pada tujuan (F2). Data deskripstif faktor dominan ini sejalan

dengan hasil perhitungan mean ranks faktor kemandirian belajar mahasiswa seperti

tertera dalam Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Mean Ranks Faktor kemandirian belajar mahasiswa

Faktor Mean Rank

Berorientasi pada tujuan (F1) 2.28

Belajar aktif (F2) 2.12

Motivasi diri (F3) 2.17

Berbekal pengetahuan awal (F4) 2.5

3. Data Uji perbedaan Hasil Belajar Laki-laki dan Perempuan yang dimoderatori oleh Kemandirian Belajarnya

Seperti telah dibahas pada bagian teknik analisis data, sebelum melaksanakan uji

ANCOVA, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas. Uji normalitas dan homogenitas dilaksanakan dengan bantuan SPSS

dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Levene. Berikut dipaparkan hasil uji normalitas

dan uji homogenitas hasil belajar dan tingkat kemandirian belajar mahasiswa. Dari

pengujian normalitas One sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh nilai Assymp. Sig

(2-tailed), dan berdasarkan kriteria pengujian normalitas data Kolmogorov-Smirnov Test,

maka seluruh data yang meliputi skor hasil belajar dan skor kemandirian belajar

semuanya berdistribusi normal. Keputusan kenormalan distribusi ini karena keseluruhan

data Assym. Sig atau nilai signifikansi keseluruhan data > α = 0,05. Hasil uji Levene

dapat diketahui bahwa, data nilai PKn, Bahasa Indonesia dan Matematika homogen. Hal

ini terlihat dari nilai signifikansi sebesar 0.425, 0.219 dan 0.129 yang lebih besar dari

(32)

25 Ringkasan uji ANCOVA seperti tertera dalam Tabel 6, 7 dan 8 untuk tiga mata

kuliah, memberikan informasi besarnya nilai F dan signifikansinya. Pada sumber varian

corrected model, nampak bahwa F hitung untuk MK PKn, Bahasa Indonesia dan

Matematika berturut-turut sebesar 2.978, 0.012 dan 2.726 dengan taraf signifikansi

hitung 0,068, 0.988 dan 0.084 < α (0,050), maka pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen tidak signifikan. Maknanya bahwa model perkuliahan

program PJJ bersama-sama dengan kemandirian belajar secara simultan memiliki

belum berdampak secara signifikan terhadap kompetensi hasil belajar mahasiswa.

Tabel 6. Ringkasan Uji ANCOVA MK PKn

Dependent Variable: PKn

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 51.996a 2 25.998 2.978 .068 Intercept 496.082 1 496.082 56.828 .000 Kemandirian 25.603 1 25.603 2.933 .099

Kelamin 34.102 1 34.102 3.907 .059

Error 226.970 26 8.730

Total 142239.000 29 Corrected Total 278.966 28

a. R Squared = .186 (Adjusted R Squared = .124)

Tabel 7. Ringkasan Uji ANCOVA MK Bahasa Indonesia

Dependent Variable: Bahasa Indonesia

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model .530a 2 .265 .012 .988 Intercept 773.233 1 773.233 35.312 .000

Kemandirian .002 1 .002 .000 .993

Kelamin .525 1 .525 .024 .878

Error 569.332 26 21.897

Total 150618.000 29 Corrected Total 569.862 28

(33)

26 Tabel 8. Ringkasan Uji ANCOVA MK Matematika

Dependent Variable: Matematika

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 103.643a 2 51.821 2.726 .084 Intercept 1097.566 1 1097.566 57.741 .000

Kemandirian 7.281 1 7.281 .383 .541

Kelamin 102.222 1 102.222 5.378 .029

Error 494.219 26 19.008

Total 186518.000 29 Corrected Total 597.862 28

a. R Squared = .173 (Adjusted R Squared = .110)

Pada varian kemandirian belajar ketiga mata kuliah secara berturut-turut

diperoleh nilai F hitung sebesar 2.933, 0.000, dan 0.383 dengan signifikansi hitung

berturut-turut 0,099, 0.993, dan 0.541. Oleh karena semua nilai signifikansi jauh lebih

besar dari α = 0,050, maka nilai F tidak signifikan. Artinya bahwa tidak ada perbedaan

pengaruh tinggi rendahnya kemandirian belajar secara parsial dengan hasil belajar

mahasiswa.

Pada varian jenis kelamin ketiga mata kuliah secara berturut-turut diperoleh

nilai F hitung sebesar 3.907, 0.024 dan 5.378 dengan signifikansi berturut-turut hitung

0.059, 0.878 dan 0.029. Oleh karena semua nilai signifikansi untuk MK PKn dan

Bahasa Indonesia lebih besar dari α = 0,050, maka nilai F tidak signifikan. Artinya

bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan hasil belajar

mahasiswa MK PKn dan Bahasa Indonesia. Untuk MK Matematika nilai signifikansi

lebih kecil dari α = 0,050, maka nilai F signifikan. Artinya bahwa ada perbedaan

signifikan antara jenis kelamin dengan hasil belajar mahasiswa MK Matematika.

B. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada tujuan penelitian untuk

mengetahui faktor dominan kemandirin belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati

yang menentukan kesuksesan belajarnya serta untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa PJJ PGSD Pati yang dimoderatori oleh

kemandirian belajarnya. Pada bab III telah dipaparkan bahwa hasil pengukuran

(34)

27 kategori, yaitu sangat tinggi (ST), tinggi (T), cukup (C), rendah (R) dan sangat rendah

(SR).

Berdasarkan data pada Tabel 2 diperoleh informasi bahwa rerata kemandirian

belajar mahasiswa berada pada kategori tinggi (66.41), sedangkan rerata tingkat hasil

belajar mahasiswa MK PKn (70), Bahasa Indonesia 71.89 dan Matematika 80.59

berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi . Capaian rerata kemandirian belajar dan

hasil belajar yang tinggi dan sangat tinggi ini menggambarkan adanya pengaruh proses

pembelajaran program PJJ. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa data hasil uji ANCOVA

pada bagian R Squared (Tabel 6, 7 dan 8) menunjukkan bahwa angka koefisien

determinasi Adjusted R Squared untuk MK PKn, Bahasa Indonesia dan Matematika

berturut 0.124, 0.076 dan 0.11. Angka tersebut menjelaskan bahwa kontribusi variabel

kemandirian belajar dalam menjelaskan varians dari variabel hasil belajar untuk ketiga

MK adalah sebesar 12.4% untuk MK PKn, 7.6% MK Bahasa Indonesia dan 11% untuk

MK Matematika. Berarti terdapat 12.4% hasil belajar PKn, 7.6% hasil belajar Bahasa

Indonesia dan 11% hasil belajar Matematika merupakan kontribusi dari kemandirian

belajarnya, sisanya dari faktor lain.

Kemandirian belajar memberikan dampak terhadap kompetensi hasil belajar

mahasiswa merupakan temuan bahwa sinergi dari integrasi model desain pembelajaran

PJJ, strategi belajar mandiri dan teknologi penyampaian materi pembelajaran (delivery

technology) tepat diterapkan dalam pembelajaran berbasis distance learning.

Kontribusi kemandirian belajar mahasiswa terhadap hasil belajarnya oleh karena

langkah-langkah belajar mandiri efektif dalam membekali mahasiswa untuk mencapai

kompetensi belajarnya. Temuan ini sejalan dengan tujuan model desain pembelajaran

Dick, Carey & Carey (2009) yang hakikatnya merupakan model untuk perbaikan

pembelajaran melalui pengembangan model dan mengimplementasikannya dalam

pembelajaran. Temuan penelitian ini juga sejalan dengan temuan penelitian Stewart

(2007) yang menyatakan bahwa ada korelasi positif linier antara Self Directed Learning

Readiness Scale dengan IPK para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold

Coast, Australia ( r = 0,70). Temuan ini berarti bahwa para mahasiswa yang memiliki

tingkat kemandirian belajar yang tinggi akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian

(35)

28 Meskipun bukan merupakan fokus dari penelitian ini, patut dilaporkan bahwa

model perkuliahan berbasis pendidikan jarak jauh yang diterapkan dalam program PJJ

PGSD UKSW nampaknya memberikan dampak pengiring tumbuhnya kemandirian

belajar mahasiswa. Temuan penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Usta

(2011), yang menemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan (r = 0,207) antara

sikap terhadap pembelajaran PJJ dengan keterampilan belajar mandiri. Temuan Usta ini

diperkuat dengan hasil penelitian Hiemstra (2006) yang melaporkan bahwa ada

hubungan antara pembelajaran jarak jauh dengan tingkat belajar mandiri. Lebih lanjut

penelitian Mala-Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena faktor gaya

belajar visual dan penggunaan multimedia berpengaruh signifikan terhadap

kemandirian belajar dan hasil belajar (F = 2.19, p < .05). Temuan penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian Song dan Hill (2007). Song dan Hill melaporkan penelitian

pengembangan model konseptual tentang belajar mandiri dalam konteks pembelajaran

PJJ dapat meningkatkan tingkat kemandirian belajarnya.

Dilihat dari konsep pendidikan jarak jauh, keefektifan model pembelajaran

berbasis pendidikan jarak jauh relevan dengan hasil penelitian Jezegou (2012).

Penelitian Jezegou menemukan bahwa model pembelajaran pendidikan jarak jauh

efektif untuk mengekspresikan kemandirian belajar mahasiswa. Ekspresi kemandirian

belajar mahasiswa dalam pembelajaran jarak jauh dijelaskan oleh hasil penelitian Chen

(2007) bahwa rancangan strategi pembelajaran berisi tugas belajar (learning task),

dukungan teknologi (technology support), dukungan belajar (learning support), dan

dukungan sosial (social support), yang memungkinkan mahasiswa melakukan kegiatan

belajar secara mandiri.

Tumbuhnya kemandirian belajar sebagai dampak dari perlakuan pembelajaran

menggunakan model PJJ digambarkan oleh penelitian Kohen & Kramarski (2012) yang

menyatakan bahwa model PJJ dapat menumbuhkan kemandirian belajar mahasiswa

calon guru pada dimensi metakognisi (merencanakan, mengelola informasi, dan

mengevaluasi) serta tingkat motivasinya (F = 38, 470; p < 0,0001) dan (F = 21,236; p

< 0,0001). Secara potensial, tumbuhnya kemandirian metakognisi dan tumbuhnya

motivasi belajar akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dan berbagai kajian penelitian relevan

(36)

29 PJJ, strategi belajar mandiri dan media pembelajaran berhasil menumbuhkan

kemandirian belajar pada kategori sangt tinggi.

1. Faktor Dominan Kemandirian Belajar Mahasiswa

Data hasil tes Chi-Square (Friedman Test) seperti tertera dalam Tabel 5.

menjelaskan bahwa dua faktor dominan kemandirian belajar mahasiswa program

PJJ PGSD Pati yang menentukan kesuksesan belajarnya adalah faktor berbekal

pengetahuan awal (mean rank = 2.5) dan faktor berorientasi pada tujuan (mean

rank = 2.28). Faktor-faktor yang lain secara berurutan motivasi diri dan belajar

aktif adalah (mean rank = 2,17), dan (mean rank = 2.12

Temuan bahwa faktor kemandirian belajar paling dominan adalah faktor

berbekal pengetahuan awal sejalan dengan hasil penelitian Karagiorgi & Symeou

(2005) yang menemukan bahwa teori konstruktivisme berpotensi untuk

diimplementasikan dalam pembelajaran berbasis PJJ, namun berbeda dengan

pandangan Mudjiman (2011: 198) yang menyatakan bahwa penggerak utama

kesuksesan dalam belajar adalah faktor motivasi diri. Pandangan Mudjiman

tersebut secara lengkap adalah bahwa pembelajaran bagi orang dewasa,

kemandirian belajar nampaknya menjadi faktor utama dalam memberikan

kontribusi kesuksesan belajarnya. Komponen faktor utama kemandirian belajar

meliputiempat faktor. Faktor pertama adalah adanya adanya motivasi diri. Motivasi

belajar yang tinggi merupakan faktor utama yang mampu mendorong mahasiswa

untuk belajar secara konsisten dan persisten. Konsisten berarti belajar secara ajeg

sesuai dengan jadwal belajar yang telah disusun. Persisten berarti tahan lama dalam

belajar, tidak mudah mengalami kejenuhan.

Motivasi untuk belajar ini tumbuh karena belajar melalui portal belajar

online terasa menyenangkan. Motivasi juga tumbuh karena adanya bimbingan dan

dorongan dari fasilitator untuk menggunakan fitur chatting, message dan link ke

URL tertentu untuk mencari sumber bahan maupun informasi berkaitan dengan

materi pembelajaran. Kondisi empirik dalam pembelajaran online ini didasarkan

pada pandangan Mudjiman (2011:4), bahwa penumbuhan kemampuan belajar

mandiri dalam konteks pendidikan, menyangkut segi penumbuhan pada diri siswa

niat untuk belajar, dan pengembangan kemampuan teknis belajar. Pendapat ini

Gambar

Gambar 1. Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar
Tabel 1. Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa
Tabel 2. Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa  PJJ Pati
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar Mahasiswa PJJ Pati
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pertama, penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel faktor keuangan (kondisi keuangan, debt default, pertumbuhan perusahaan) dan empat faktor non keuangan (auditor

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan dan berdasarkan pada hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian

Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikan perencanaan program PNPM Mandiri Perdesaan; (2) mendeskripsikan pelaksanaan program PNPM Mandiri Perdesaan; (3)

In conclusion, the writer still arrange classroom activity based on the curriculum, but still using picture as the main learning media and help students to improve

[r]

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “Segmentasi Citra pada Video dengan Metode Level Set Berbasis Pemrograman Paralel GPU CUDA” merupakan hasil

63.000.000,00 APBD awal: akhir: Januari Desember Honorarium Pengelola Keuangan Sanggau (Kab.) Sanggau (Kab.). 3 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke

Pembangkit Bilangan Acak Semu atau yang biasa disebut dengan Pseudo Random Number Generator (PRNG) adalah sebuah algoritma yang umum digunakan pada kriptografi.. Dengan