i
LAPORAN PENELITIAN
KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR
MAHASISWA PROGRAM PJJ - PGSD PATI
Oleh:
Wahyudi, S.Pd., M.Pd
Drs. Nyoto Harjono, M.Pd
Dr. Mawardi, M.Pd
PROGRAM STUDI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
iii
ABSTRAK
Program peningkatan kualifikasi guru SD yang memungkinkan guru melanjutkan perkuliahan tanpa mengganggu tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru adalah program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program PJJ bersifat
distance learning dan self instruction, oleh karena itu dapat dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi utama guru SD. Konsekuensi sifat program PJJ yang distance learning dan self instruction secara teoretik kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar ditentukan oleh kondisi kemandirian belajar mahasiswa. Pemantauan kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut menjadi tanggung jawab para pengajar. Berdasarkan tugas dan tanggung jawab itulah, maka selaku pengajar akan melakukan kegiatan memetakan kondisi kemandirian belajar mahasiswa PJJ melalui suatu penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengenal faktor-faktor dominan kemandirian belajar manakah yang berkontribusi terhadap kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar mahasiswa program PJJ PGSD dan untuk mengetahui perbedaan kesuksesan mahasiswa perempuan dan laki-laki.
Penelitian ini dirancang berdasarkan pendekatan kuantitatif. Ditinjau dari jenis metodenya, termasuk jenis penelitian survey. Dilihat dari tingkat eksplanasinya termasuk penelitian deskriptif. Subyek penelitian melibatkan para mahasiswa program PJJ PGSD UKSW Kabupaten Pati yang berstatus sebagai guru SD, yang mengikuti perkuliahan rumpun Bahasa Indonesia, Matematika dan Pendidikan Kewarganegaraan. Data primer penelitian dikumpulkan melalui pengukuran tingkat kemandirian belajar mahasiswa dan kompetensi hasil belajar mahasiswa. Instrument penelitian menggunakan instrument skala kemandirian belajar mahasiswa. Sedangkan data hasil belajar diperoleh melalui studi dokumen daftar nilai mahasiswa. Instrumen skala kemandirian belajar mahasiswa terdiri dari 30 item dan telah diuji tingkat reliabilitasnya (α)= 0,831. Teknik dianalisis data menggunakan teknik analisis statistik Chi Square
Friedman Test untuk melihat mean rank serta uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar sebagai variabel moderator pencapaian kompetensi hasil belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelaminnya.
Hasil penelitian yang didapatkan 1) ada dua faktor dominan kemandirian belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati yang menentukan kesuksesan belajarnya yaitu faktor berbekal pengetahuan awal (mean rank = 2.5) dan faktor berorientasi pada tujuan (mean rank = 2.28). Faktor-faktor yang lain secara berurutan adalah motivasi diri (mean rank = 2.17), dan belajar aktif (mean rank
= 2.12); 2) ada perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh kemandirian belajarnya untuk MK Matematika; 3) tidak ada perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh kemandirian belajarnya untuk MK PKn dan Bahasa Indonesia.
iv PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan ketekunan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian kependidikan program PJJ-PGSD
ini. Penelitian kependidikan pada program PJJ-PGSD merupakan salah satu kegiatan yang
strategis. Pada satu sisi, hasil penelitian merupakan bukti kinerja aktivitas dosen dalam
melaksanakan salah satu dharma dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pada sisi lain, hasil
penelitian dapat memberikan masukan kepada program studi PGSD FKIP UKSW untuk
mengimplementasikan temuan-temuan. Lebih lanjut pelibatan mahasiswa dalam penelitian
ini dapat menjadi sarana knowledge transfer, mahasiswa dapat memperoleh dan menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih kaya. Penyelesaian laporan akhir penelitian ini
tidak lepas dari bantuan dari bebagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati yang telah mengijinkan
kegiatan perkuliahan mahasiswa program PJJ – PGSD FKIP UKSW.
2. Pembantu Rektor V Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UKSW
Salatiga yang telah memberikan persetujuan untuk melakukan penelitian.
3. Kepala Biro Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah membantu proses administrasi penelitian.
4. Dekan FKIP - UKSW Salatiga yang telah memberikan persetujuan untuk
melaksanakan penelitian.
5. Ketua Program Studi PGSD FKIP – UKSW Salatiga yang telah memfasilitasi
kegiatan penelitian ini.
6. Para mahasiswa Program PJJ PGSD FKIP UKSW dari Kabupaten Pati
Salatiga, 5 Desember 2016
Ketua Tim Peneliti
Wahyudi, S.Pd., M.Pd
v DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………..………..… i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... PRAKATA... DAFTAR ISI ………..………..………….... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... iii iv v vii vii vii BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang ...………... 1
B. Tujuan Khusus ... 4
C. Urgensi (keutamaan) Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA………... 6
A. Hakikat Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) PGSD ... 6
B. Kemandirian Belajar Mahasiswa... 7
C. Hubungan Kemandirian Belajar dan Kompetensi Hasil Belajar Mahasiswa... 10
BAB III. METODE PENELITIAN………... 15
A. Jenis Penelitian ... 15
B. Subyek Penelitian ... 15
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 16
D. Teknik Analisis Data ... 19
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 20
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian... 20
B. Pembahasan………. 26
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 32 A. Simpulan………. 32
B. Saran……… 32
vi DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa... 16
Tabel 2 Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Pati... 20 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar Mahasiswa PJJ Pati... 21 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Kemandirian Belajar Mahasiswa... 23 Tabel 5 Mean Ranks Faktor kemandirian belajar mahasiswa... 24
Tabel 6 Ringkasan Uji ANCOVA MK PKn... 25
Tabel 7 Ringkasan Uji ANCOVA MK Bahasa Indonesia... 25
Tabel 8 Ringkasan Uji ANCOVA MK Matematika... 26
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar... 8
Gambar 2 Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Pati 22 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Skala Kemandirian belajar mahasiswa... 36
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan
bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik S-1/D-4. Bagi guru yang belum
memiliki kualifikasi tersebut, diberi waktu sampai dengan tahun 2015. Ketentuan ini
disatu sisi sebagai starting point peningkatan SDM pendidikan, namun disisi yang lain
menimbulkan kegamangan.
Data dari Direktorat Jendral PMPTK (2010), jumlah guru dari berbagai satuan
pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB) yang harus ditingkatkan kualifikasi
akademiknya mencapai 1.456.491 orang guru, data ini belum termasuk guru di bawah
pengelolaan Departemen Agama (RA, MI, MTs, MA, dan MAK). Sementara itu
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen
PAN-RB) mencatat, hingga akhir 2013 jumlah guru yang belum sarjana atau D-IV mencapai
1.034.080 orang. Artinya selama tiga tahun hanya mampu meluluskan 422,411 guru S1.
Sampai dengan tahun 2016, setiap tahun pemerintah harus menyelenggarakan
pendidikan untuk meningkatkan kualifikasi akademik guru sebanyak 227.733 orang.
Sebuah pekerjaan yang sangat berat, oleh karenanya dibutuhkan terobosan model
percepatan pendidikan yang memadai. Lebih lanjut Dirjen PMPTK menyebutkan
bahwa lebih dari 50% guru yang belum berkualifikasi S1 atau D-IV tersebut merupakan
guru SD.
Solusi alternatif yang ditawarkan dalam penyelenggaraan pendidikan sarjana
(S-1) yang memungkinkan guru memiliki kesempatan lebih luas dengan tidak
mengganggu tugas dan tanggung jawabnya adalah penyelenggaraan program Sarjana
(S-1) Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program PJJ diharapkan dapat mewujudkan sistem
penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif, dan akuntabel serta
menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luas tanpa mengabaikan kualitas dan
mengganggu tugas tugas profesionalnya sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut,
dikembangkan rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi
perguruan tinggi penyelenggara yang telahmendapat ijin penyelenggaraan dari
2 penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan yang dalam proses perkuliahannya
menggunakan pendekatan dual mode, yaitu melalui pengintegrasian sistem
pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem pembelajaran
mandiri, didukung oleh pemanfaatan multimedia secara efektif dan efisien.
Kurikulum yang digunakan dalam program PJJ adalah kurikulum yang berlaku
dimasing-masing peguruan tinggi penyelenggara. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
yang menjadi acuan kurikulum mengacu pada Permendiknas Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,
yang meliputi empatkompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik,
kompetensikepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam
implementasinya, kurikulum program PJJ didesain dengan tepatsehingga
memungkinkan adanya kelompok mata kuliah yang dilaksanakanmelalui kegiatan
pembelajaran tatap muka di kampus dan kelompok matakuliah yang bisa dilaksanakan
melalui kegiatan pembelajaran mandiri (self-instruction), baik dengan tutorial maupun
tanpa tutorial. Penetapan kelompok mata kuliah tatap muka di kampus didasarkan atas
pertimbangan bahwa mata kuliah tersebut mensyaratkan adanya praktik atau praktikum
atau mata kuliah lain yang menurut pertimbangan perguruan tinggi penyelenggara
harus dilaksanakan melalui perkuliahan tatap muka.
Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan
tutorial adalah mata kuliah yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
untuk pengembangan kompetensi pedagogik dan profesional. Penetapan kelompok
matakuliah melalui pembelajaran mandiri tanpa tutorial didasarkan atas pertimbangan
bahwa mata kuliah tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa, baik secara
perorangan maupun kelompok.
Perbedaan esensial antara program PJJ dengan program reguler pada hakikatnya
terdapat dalam pelaksanaan atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran dalam
program PJJ dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan perkuliahan tatap muka di
kampus dan atau perkuliahan termediasi dan kegiatan pembelajaran mandiri.
Pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan tutorial dan atau tanpa tutorial. Kegiatan
pembelajaran program PJJ ini dilaksanakan secara tersendiri, dalam arti tidak boleh
3 Berdasarkan uraian tentang rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ PGSD,
nampak jelas bahwa penekanan perkuliahan pada program PJJ PGSD adalah pada
perkuliahan mandiri dengan menggunakan media pembelajaran jarak jauh. Model
perkuliahan menggunakan e-Learning dengan tugas-tugas mandiri merupakan salah
satu model teoretis yang dipandang relevan.
Dabbagh & Bannan-Ritland (2005: 165) menyatakan bahwa kesuksesan
pembelajaran jarak jauh berbasis e-Laerning tergantung sejauhmana dosen yang
bersangkutan mengintegrasikan karakteristik kemandirian belajar mahasiswa dan
kemampuan ICT sebagai input proses pembelajaran. Kemandian belajar merupakan
kondisi dimana mahasiswa merencanakan, mengelola, mengontrol diri dan
merefleksikan proses belajarnya sendiri untuk mencapai kompetensi tertentu.
Pembelajar mandiri mampu menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, menentukan
tujuan, mengidentifikasi sumber bahan-bahan belajar, aktif memilih dan melaksanakan
strategi belajarnya, dan merefleksikan hasilnya (Dabbagh & Bannan-Ritland, 2005:
223). Sementara itu, Haris Mudjiman (2011: 9) mendefinisikan kemandirian belajar
merupakan kondisi kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk
menguasai suatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan
bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.
Berdasarkan uraian tentang hakikat kemandirian belajar dan rambu-rambu
pelaksanaan program PJJ yang lebih bersifat distance learning dan self instruction,
nampak bahwa secara teoretik kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar
ditentukan oleh kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut. Oleh karena itu sangat
penting untuk memantau kondisi kemandirian belajar para mahasiswa. Berbagai
penelitian tentang kontribusi kemandirian belajar terhadap pencapaian kompetensi hasil
belajar mahasiswa. Misalnya penelitian Stewart (2007) yang menemukan bahwa ada
korelasi positif linier antara Self-directed Learning Readiness (SDLRS) dengan IPK
para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70).
Temuan ini berarti bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kesiapan belajar
mandiri yang tinggi akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya.
Penelitian Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena bahwa ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar
4 terhadap temuan tersebut menunjukan bahwa para wanita ternyata memiliki tingkat
kesiapan belajar mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan pria (F = .99, p < .05).
Temuan penelitian senada dilaporkan oleh Reio & Davis (2005) bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS dan
pencapaian kompetensi belajar. Demikian juga Hiemstra (2006) melaporkan hasil
penelitian bahwa ada perbedaan hubungan antara intensitas penggunaan internet
dengan tingkat belajar mandiri pada pria dan wanita. Fenomena menarik berkaitan
dengan hubungan antara kemandirian belajar mahasiswa dengan kompetensi hasil
belajar adalah faktor gender nampaknya berpengaruh.
Pengalaman peneliti dan studi awal yang dilakukan menemukan fenomena
bahwa rata-rata tingkat kemandirin belajar mencapai 51%. Angka ini diperoleh dari
rata-rata pengiriman tugas tutorial online yang sesuai dengan agihan waktu pengiriman
melalui e-mail maupun melalui portal fleksibel learning. Kondisi kemandirian belajar
yang masih rendah ini berdampak pada pencapaian kompetensi hasil belajar yang
rendah pula. Hasil rekapitulasi kompetensi hasil belajar mahasiswa mendapatkan data
bahwa mean skor kompetensi hasil belajar mahasiswa mencapai 58.
Mencermati berbagai hasil penelitian tentang kondisi kemandirian belajar dan
kaitannya dengan pencapaian kompetensi hasil belajar, serta fenomena faktor gender
yang terbukti berpengaruh terhadap kondisi kemandirian belajar itu sendiri maupun
kontribusinya terhadap pencapaian hasil beljar, maka menjadi kewajiban bagi dosen
untuk memantau kondisi mereka. Pemetaan kondisi kemandirian belajar mahasiswa
dapat digunakan untuk pembinaan dan pemberian dorongan eksternal agar kondisi
kemandirian belajar tersebut dapat ditingkatkan.
B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui secara empirik dua faktor
dominan kemandirian belajar manakah yang berkontribusi terhadap kesuksesan belajar
mahasiswa program PJJ PGSD, 2) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kesuksesan
belajar mahasiswa program PJJ PGSD perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh
5 C. Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Secara konseptual, urgensi penelitian ini mencari justifikasi teoretik konsep
kemandirian belajar yang memiliki potensi mensukseskan belajar mahasiswa melalui
bukti-bukti empirik. Konsep kemandirian belajar yang hakikatnya merupakan kondisi psiko-sosial
mahasiswa sebagai wujud penerapan model belajar mandiri meliputi komponen kegiatan
belajar aktif; adanya motif atau niat belajar, dorongan mencapai kompetensi, dan didasarkan
pada paradigma konstruktivisme, yaitu pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh
pembelajar dapat digunakan untuk mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar,
sehingga menjadi pengetahuan atau keterampilan baru yang dibutuhkan. Analisis
koponen-konponen kemandian belajar mahasiswa berdasarkan data empirik akan memberikan
gambaran urutan kontribusi setiap komponen kemandirian belajar mahasiswa dalam
mencapai kompetensi belajarnya. Identifikasi kontribusi setiap komponen kemandirian
belajar mahasiswa iniakan menjadi rujukan pembinaan mahasiswa agar lebih sukses dalam
mencapai kompetensi belajarnya.
Secara praktis, penelitian ini penting karena: a) menginspirasi para dosen pengampu
matakuliah dalam program SKGJ maupun PJJ untuk mendesain pembelajaran secara kreatif
dan inovatif, b) menyediakan data empirik bagi para pengajar untuk mengembangkan
komponen-komponen belajar mandiri yang secara potensial dapat meningkatkan pencapaian
kompetensi belajarnya, c) memberikan keleluasaan bagi guru SD sebagai mahasiswa dalam
mengembangkan kompetensi melalui perkuliahan berbasis belajar mandiri, dan d)
mengatasi ketidak-merataan dan ketidak-terjangkauan perkuliahan yang dapat menghambat
6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) PGSD
Program PJJ hakikatnya adalah program penyelenggaraan pendidikan yang
secara khusus diperuntukkan bagi guru tetap dalam jabatan. Program ini diharapkan
dapat mewujudkan sistem penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif,dan
akuntabel serta menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luastanpa
mengabaikan kualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, dikembangkan rambu-rambu
penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi perguruan tinggi penyelenggara yang
telahmendapat ijin penyelenggaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen
Dikti). Program ini dilaksanakan oleh penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan
yang dalam proses perkuliahannya menggunakan pendekatan dual mode, yaitu melalui
pengintegrasian sistem pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem
pembelajaran mandiri, didukung oleh pemanfaatan multi media secara efektif dan
efisien.
Kurikulum yang digunakan dalam program PJJ adalah kurikulum yang berlaku
dimasing-masing peguruan tinggi penyelenggara. Standar KompetensiLulusan (SKL)
yang menjadi acuan kurikulum mengacu padaPermendiknas Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yang
meliputi empat kompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam implementasinya,
kurikulum Program PJJ didesain dengan tepat sehingga memungkinkan adanya
kelompok matakuliah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka di
kampus dan kelompok matakuliah yang bisa dilaksanakan melalui kegiatan
pembelajaran mandiri (self-instruction), baik dengan tutorial maupun tanpa tutorial.
Penetapan kelompok matakuliah tatap muka di kampus didasarkan atas pertimbangan
bahwa mata kuliah tersebut mensyaratkan adanya praktik atau praktikum atau
matakuliah lain yang menurut pertimbangan perguruan tinggi penyelenggara harus
dilaksanakan melalui perkuliahan tatap muka.
Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan
7 untuk pengembangan kompetensi profesional. Penetapan kelompok matakuliah melalui
pembelajaran mandiri tanpa tutorial didasarkan atas pertimbangan bahwa mata kuliah
tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa, baik secara perorangan
maupun kelompok.
Perbedaan yang esensial antara program PJJ dengan program reguler pada
hakikatnya terdapat dalam pelaksanaan atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran
dalam program PJJ dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan perkuliahan tatap
muka di kampus dan atau perkuliahan termediasi dan kegiatan pembelajaran mandiri.
Pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan tutorial dan atau tanpa tutorial. Kegiatan
pembelajaran program PJJ ini dilaksanakan secara tersendiri, dalam arti tidak boleh
dilakukan secara bersama-sama dengan kegiatan pembelajaran kelas reguler.
B. Kemandirian Belajar Mahasiswa
Khusus strategi belajar mandiri, Jarvis (1990) dan O’Shea (2003), Self-directed
Learning (belajar mandiri)adalah kemampuan untuk berinisiatif dalam mengelola dan
mengontrol proses belajarnya untuk mengatasi berbagai masalah dalam belajar dengan
mempergunakan berbagai alternatif atau strategi belajar. Sedangkan Hiemstra (1994)
memberikan batasan bahwa Self-Directed Learning adalah perilaku siswa tidak
bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu melakukan
belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan
tugas-tugas belajar dengan baik dan mampu melakukan aktivitas belajar secara mandiri.
Haris Mudjiman (2011: 9), memberikan batasan belajar mandiri adalah kegiatan belajar
aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna
mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi
yang telah dimiliki (Haris Mudjiman. 2011: 9).
Dari rumusan konsep belajar mandiri ini, dapat dicermati adanya empat
komponen konsep dan juga anatomi dari konsep belajar mandiri. Komponen-komponen
konsep belajar mandiri tersebut adalah: a) kegiatan belajar aktif; yaitu merupakan
kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan
kreativitas untuk mencapai tujuan; b) motif atau niat, yaitu kekuatan pendorong
kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif untuk mencapai
kompetensi yang ingin dicapai; c) kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan dan
8 konstruktivisme, yaitu pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh pembelajar dapat
digunakan untuk mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga
menjadi pengetahuan atau keterampilan baru yang dibutuhkan.
Sebagai seorang pengajar, bagaimanakah kita bisa mendeteksi seberapa tinggi
tingkat kemandirian belajar mahasiswa kita?. Apakah tingkat kemandirian belajar
tersebut dapat digunakan untuk memprediksi hasil belajar para mahasiswa?. Jawabnya
adalah dengan mengembangkan instrumen rubrik penilaian kemandirian belajar.
Instrumen dikembangkan berdasarkan komponen-komponen definisi operasional
(konstruk) belajar mandiri.
Gambar 1. Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar
Skor yang diperoleh melalui rubrik penilaian tersebut merupakan kadar tinggi
rendahnya kemandirian belajar mahasiswa. Berbagai penelitian dalam jurnal ilmiah
internasional menemukan bahwa tingkat kemandirian belajar berperan dalam
pencapaian kompetensi belajar siswa (Stewart, 2007; Usta, 2011; Hui & Umar, 2011;
Weny Hulukati, 2011). Secara skematik, alur pengembangan instrumen kemandirian
9 gambar 1.
Pada bagian awal kegiatan pembelajaran, atau dapat disisipkan dalam proses
pembelajaran, mahasiswa diberi pembekalan berkaitan dengan “ruh” belajar mandiri itu
sendiri. Ruh tersebut adalah motivasi belajar. Motivasi belajar inilah yang menjadi
sumber energi bagi tumbuhnya niat untuk belajar. Kop & Fornier (2010) menyatakan
bahwa pembekalan motivasi belajar sebagai “ruh” belajar mandiri merupakan upaya
penataan dimensi konatif. Pernyataan ini dikuatkan dengan hasil penelitian Brackett
(2007) yang menemukan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan
motivasi siswa. Oleh karena itulah maka pembekalan untuk menumbuhkan motivasi
belajar menjadi sangat penting.
Ada berbagai model yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi
belajar, salah satunya adalah model Pengembangan Motivasi Belajar yang
dikemukakan oleh Mudjiman (2011: 47-54). Ide dasar model tersebut berangkat dari
gagasan bahwa tindakan belajar merupakan perbuatan sadar yang didahului oleh
pembuatan keputusan untuk belajar atau tidak belajar tergantung dari tinggi rendahnya
motivasi. Apabila motivasinya kuat, seseorang akan memutuskan untuk melakukan
tindakan belajar. Sebaliknya, bila motivasinya lemah, seseorang akan memutuskan
untuk tidak melakukan tindakan belajar. Berdasarkan ide dasar seperti di atas, maka
perlu upaya guru untuk menumbuhkan motivasi belajar pada siswanya.
Menurut model Pengembangan Motivasi Belajar, ada empat materi pembekalan
untuk membantu siswa membuat keputusan untuk melakukan tindakan belajar
(motivasi belajar) seperti berikut: a) perlunya mengetahui kegunaan belajar jika siswa
mempelajari materi tertentu. b) Perlu memantapkan bahwa mempelajari materi tersebut
dapat memenuhi kebutuhan belajarnya. c) Perlu menumbuhkan kepercayaan diri bahwa
mereka memiliki kemampuan. d) Perlu meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi
tertentu dan menguasainya akan menyenangkan. Model pengembangan motivasi
belajar ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirkman, Couglin &
Kromrey (2007) yang menyimpulakan bahwa tingkat kepuasan yang dialami oleh siswa
yang sukses dalam pembelajaran berbasis web terbukti dapat meningkatkan motivasi
belajar. Penelitian tersebut sejalan dengan temuan Brackett (2007) dalam sebuah
laporan kajian teoretik tentang inspiring student self-motivation menjelaskan bahwa
10 belajar ini dilakukan dengan menata sumber-sumber inspirasi. Sebagai panduan, guru
dapat merancang konten pembelajaran yang berisi pengalaman gagal maupun sukses
dari orang-orang terkenal sebagai sumber inspirasi. Brackett meyakini bahwa cara
seperti ini dapat menumbuhkan motivasi dan mendorong para siswa untuk belajar.
C. Hubungan Kemandirian belajar dan Kompetensi Hasil Belajar Mahasiswa
Kemandian belajar mahasiswa sebagai kondisi diterapkannya strategi belajar
mandiri merupakan dampak dari pembekalan mahasiswa untuk mengembangkan
kompetensi mahasiswa, menurut Haris Mudjiman (2011: 198) mencakup
langkah-langkah: 1) menetapkan kompetensi utama (KU) yang akan dikuasi, untuk mengatasi
masalah yang sedang dihadapi. Kompetensi utama adalah tujuan utama belajar mandiri
yang ditetapkan oleh pembelajar; 2) Menetapkan urgensi permasalahan dan kompetensi
yang ingin dicapai; 3) Menyusun rencana untuk menguasai kompetensi. Langkah ini
meliputi: a) menetapkan kompetensi-kompetensi antara (KA) yang perlu dimiliki.
Kompetensi-kompetensi antara ini adalah tujuan-tujuan antara belajar mandiri yang
ditetapkan sendiri oleh pembelajar, b) mengidentifikasi tujuan-tujuan antara (KA) yang
telah dimiliki dan tujuan-tujuan antara yang perlu ditetapkan untuk dicapai; 4)
Melaksanakan rencana belajar mandiri, dengan target mencapai tujuan-tujuan antara
melalui beberapa siklus/usaha; dan 5) Melakukan evaluasi pencapain tujuan antara
(KA) dan tujuan utama (KU).
Implementasi langkah ke-4, yaitu melaksanakan rencana belajar mandiri
nampaknya menjadi faktor utama dalam memberikan kontribusi pencapaian
kompetensi belajar mahasiswa. Komponen faktor utama implementasi belajar mandiri
meliputi: 1) adanya motivasi atau niat belajar. Motivasi belajar yang tinggi mampu
mendorong mahasiswa untuk belajar secara konsisten dan persisten (Haris Mudjiman,
2011). Konsisten berarti belajar secara ajeg sesuai dengan jadwal belajar yang telah
disusun. Persisten berarti tahan lama dalam belajar, tidak mudah mengalami kejenuhan.
2) niat untuk menguasai atau memiliki kompetensi tertentu sebagai tujuan belajar.
Kompetensi belajar yang ingin dicapai oleh mahasiswa merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi. Apabila belajar merupakan suatu kebutuhan, maka dorongan belajar
akan semakin kuat. 3) Melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi.
Haris Mudjiman (2011) menyebutkan bahwa keaktifan belajar ditunjukkan oleh
11 inovatif dalam belajar, melakukan tindak lanjut pembelajaran dengan jelas, selalu
melakukan pemantauan hasil belajarnya, selalu mengontrol perilaku dirinya agar tidak
mengganggu konsentrasi belajar, serta memiliki kesadaran bahwa kompetensi yang
dikuasai akan berguna sepanjang kehidupannya. 4) Berbekal kompetensi yang telah
dimiliki (konstruktivisme). Mahasiswa mengaitkan pengetahuan ataupun kompetensi
baru yang akan dikuasai dengan kompetensi yang telah dimiliki.
Berdasarkan analisis kontribusi belajar mandiri seperti di atas itulah yang
menyebabkan kompetensi hasil belajar mahasiswa meningkat. Analisis kontribusi
kemandirian belajar mahasiswa dalam mencapai kompetensi hasil belajar ini sejalan
dengan temuan penelitian Stewart (2007) yang menyatakan bahwa ada korelasi positif
linier antara Self-directed Learning Readiness (SDLRS) dengan IPK para mahasiswa
teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70). Temuan ini berarti
bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri yang tinggi
akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya. Temuan penelitian ini
senada dengan berbagai temuan penelitian berikut:
a) Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Hui & Umar (2011) menemukan hasil
berikut: 1) tidak terdapat perbedaan signifikan kemampuan mengingat mahasiswa
yang memiliki tingkat Self-regulated Learning tinggi dalam menerima perlakuan a
combination of metaphor and pair programming (MPP) dan mahasiswa yang hanya
menerima perlakuan dengan metode pair programming (PP) ( X high MPP = 74.17;
X highPP = 69.52; Mean diff = 4.65; p = 0.03); 2) Tidak terdapat perbedaan
signifikan kemampuan mengingat mahasiswa yang memiliki tingkat Self-regulated
Learning rendah dalam menerima perlakuan MPP dan mahasiswa yang hanya
menerima perlakuan dengan metode PP (Mean diff = 7.68; p = 0.00), with the MPP
group performing significantly better than those of the PP group ( X Low MPP =
62.80; X Low PP = 55.11); 3) Tidak ada pengaruh interaksi antara metode
pembelajaran dengan tingkat Self-regulated Learning.
b) Wenny Hulukati (2011), melaporkan penelitian tentang pengembangan model
belajar mandiri berbasis andragogi untuk meningkatkan kompetensi pendidik anak
usia dini. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa model belajar mandiri berbasis
andragogi untuk meningkatkan kompetensi pendidik anak usia dini yang
12 c) Penelitian eksperimen dengan teknik pengujian ANOVA yang dilakukan oleh
Mala-Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena faktor-faktor yang
berpengaruh dalam tumbuhnya kemandirian belajar adalah sebagai berikut: 1) ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar
visual dan verbal terhadap proses belajar mandiri dan hasil belajarnya (F = 6.65, p <
.05). 2) Faktor materi dan media pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap
kemandirian belajar dan hasil belajar (F = 2.19, p < .05). 3) Para wanita ternyata
memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan pria (F
= .99, p < .05).
Fenomena menarik berkaitan dengan hubungan antara kemandirian belajar
mahasiswa dengan kompetensi hasil belajar adalah faktor gender nampaknya
berpengaruh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reio & Davis (2005) dilaporkan
berikut: 1) mahasiswa dan dosen yang berusia 30 – 50 tahun memiliki tingkat
Self-directed Learning Readiness (SDLRS) lebih tinggi dari siswa SMA; 2) Terdapat
perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS dan
pencapaian kompetensi belajar. Hiemstra (2006) melaporkan hasil penelitian tentang
penggunaan internet dan belajar mandiri menemukan bahwa ada hubungan antara
intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri seseorang, serta
menemukan perbedaan hubungan antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat
belajar mandiri pada pria dan wanita.
Disamping berbagai penelitian tersebut di atas, beberapa penelitian berikut
dapat menguatkan teori tentang peran kemandirian belajar dalam mencapai kesuksesan
belajar para mahasiswa. Diantanya penelitian tentang rancangan strategi pembelajaran
mandiri berbasis online berdasarkan pandangan konstruktivis objektif yang dilakukan
oleh Chen (2007) berhasil mengembangkan rancangan strategi pembelajaran mandiri
secara online. Spesifikasi rancangan strategi pembelajaran mandiri tersebut meliputi
tugas belajar (learning task), dukungan teknologi (technology support), dukungan
belajar (learning support), dan dukungan sosial (social support).
Penelitian Karagiorgi & Symeou (2005) yang melakukan kajian teoretik
tentang potensi dan keterbatasan implementasi teori konstruktivisme sebagai landasan
dalam merancang pembelajaran. Simpulan kajian ini adalah bahwa teori
13 dengan memperhatikan dua hal utama berikut: 1) perlu kehati-hatian dalam memilih
strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman otentik pada pembelajar. 2)
Desainer pembelajaran harus mempertimbangkan teknologi pembelajaran yang mampu
menyampaikan pesan tanpa distorsi. f. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reio &
Davis (2005) dilaporkan berikut: 1) mahasiswa dan dosen yang berusia 30 – 50 tahun
memiliki tingkat SDLRS lebih tinggi dari siswa SMA; 2) Tidak ditemukan perbedaan
yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS.
Penelitian Song dan Hill (2007) melaporkan bahwa pengembangan model
konseptual tentang belajar mandiri dalam konteks pembelajaran online. Kajian
penelitian literatur menunjukkan pola model bahwa pelajar dapat meningkatkan tingkat
kemandirian belajarnya dengan mengalami belajar mandiri secara online. Efektivitas
dalam belajar mandiri tergantung pada seberapa tingkat pengarahan diri sendiri (atribut
pribadi). Tingkat self-direction dapat bervariasi dalam lingkungan belajar yang
berbeda.
Hiemstra (2006) melaporkan hasil penelitian tentang penggunaan internet dan
belajar mandiri menemukan bahwa ada hubungan antara intensitas penggunaan internet
dengan tingkat belajar mandiri seseorang, serta tidak menemukan perbedaan hubungan
antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri pada orang kota
dan orang desa.
Jezegou (2012) dalam penelitian dan pengembangan model konseptual tentang
pendidikan jarak jauh yang mendukung belajar mandiri, menemukan bahwa model
pembelajaran pendidikan jarak jauh akan efektif jika menawarkan berbagai fitur
pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa mengekspresikan kemandirian
belajarnya.
Brackett (2007) dalam sebuah laporan kajian teoretik tentang inspiring student
self-motivation menjelaskan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan
motivasi siswa. Penumbuhan motivasi belajar ini dilakukan dengan menata
sumber-sumber inspirasi. Sebagai panduan, guru dapat merancang konten pembelajaran yang
berisi pengalaman gagal maupun sukses dari orang-orang terkenal sebagai sumber
inspirasi. Brackett meyakini bahwa cara seperti ini dapat menumbuhkan motivasi dan
mendorong para siswa untuk belajar.
14 pengembangan belajar mandiri menggunakan Reflective Support in a Video-Digital
Microteaching Environment. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANOVA.
Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru-guru kelas eksperimen lebih
tinggi tingkat belajar mandirinya pada dimensi metakognisi (merencanakan, mengelola
informasi, dan mengevaluasi) serta tingkat motivasinya (F = 38, 470; p < 0,0001) dan
15 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dirancang berdasarkan pendekatan kuantitatif. Ditinjau dari jenis
metodenya, termasuk jenis penelitian survey. Dilihat dari tingkat eksplanasinya
termasuk penelitian deskriptif. Subyek penelitiannya adalah para guru SD yang
menjadi mahasiswa program PJJ PGSD UKSW Salatiga.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program Pendidikan Jarak Jauh
(PJJ) PGSD FKIP UKSW Salatiga yang berasal dari Kabupaten Pati. Terdapat
beberapa karakteristik mahasiswa program PJJ PGSD sebagai subjek penelitian, yaitu:
1) para mahasiswa berasal dari daerah-daerah kecamatan yang memiliki karakteristik
sosial ekonomi yang relatif sama, 2) para mahasiswa sama-sama guru SD dalam
jabatan, 3) memiliki tingkat kemampuan yang heterogen berdasarkan standar pada saat
rekrutmen mahasiswa baru, 4) Para mahasiswa perempuan memiliki waktu belajar yang
relatif lebih sedikit dibandingkan mahasiswa laki-laki karena harus mengusur
kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan pertimbangan persamaan karakteristik tersebut,
peneliti memandang bahwa hasil penelitian ini dapat digeneralisasi kepada seluruh
mahasiswa program PJJ.
Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposif, dengan pertimbangan: 1)
tidak memungkinkan dilakukan teknik random, karena akan mengganggu daftar alir
pengambilan matakuliah, 2) teknik random membutuhkan kesukarelaan mahasiswa dan
tenaga pengajar khusus, dan hal ini tidak memungkinkan dilakukan oleh peneliti, 3)
kemudahan pelaksanaan pembelajaran, karena jarak yang masih relatif dekat dalam
rangka koordinasi dan persiapan penelitian.
Langkah penentuan sampel, mula-mula ditentukan sampel kelas. Secara
keseluruhan jumlah kelas mahasiswa program PJJ PGSD ada 4 kelas, terdiri: 1) 1 kelas
di Bandar, 2) 1 kelas di Subah, 3) 1 kelas PJJ di Pati, 4) 1 kelas di Limpung. Rata-rata
jumlah mahasiswa per kelas adalah 37 mahasiswa. Dari 4 kelas tersebut, kelas yang
aktif melaksanakan perkuliahan adalah kelas PJJ di Pati. Berdasarkan pertimbangan
16 mahasiswa 34 menjadi sampel penelitian ini. Langkah berikutnya membagi kelas
tersebut menjadi dua kelompok, yaitu: 1) kelompok mahasiswa laki-laki, dan 2)
kelompok mahasiswa perempuan.
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik non tes.
Instrument penelitian yang digunakan adalah instrument skala kemandirian belajar
mahasiswa. Instrumen untuk mengukur kemandirian belajar berbentuk rubrik skala
kemandirian belajar mahasiswa. Instrumen disusun berdasarkan konstruk belajar
mandiri. Komponen-komponen konstruk tersebut meliputi: a) adanya motivasi atau niat
belajar, b) niat untuk menguasai atau memiliki kompetensi tertentu sebagai tujuan
belajar, c) melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi, dan d)
berbekal kompetensi yang telah dimiliki (konstruktivisme). Berdasarkan
komponen-komponen belajar mandiri ini, kemudian disusun kisi-kisi rubrik skala kemandirian
belajar. Instrumen terdiri dari 30 item.
Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan teknik utama skala penilaian diri,
dilanjutkan wawancara untuk mengkonfirmasi data serta untuk menjaga objektivitas
jawaban mahasiswa. Scoring dilakukan oleh peneliti berdasarkan panduan skor rubrik
penilaian untuk masing-masing item. Masing-masing item diberi skor dengan rentang
antara 1 sampai 3 sesuai dengan kondisi jawaban mahasiswa. Total skor maksimum
adalah 90 (3 X 30) dan skor minimum 30 (1 X 30). Skor hasil pengukuran kemudian
dikonversi menjadi skala 1 – 100, agar lebih mudah dalam melakukan analisis.
Tabel 1. Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa
No Komponen Indikator No Item
1 Adanya motivasi atau niat belajar
1. Persisten dalam belajar 2. Konsisten
19,20,21 16,17,18,22,23
2 Kompetensi sebagai tujuan belajar
1. Memiliki tujuan belajar yang jelas 2. Multi level Objectives
3. Menetapkan kompetensi Utama (KU) sebagai tujuan utama belajar 4. Menetapkan kompetensi antara
(KA)
1 3
17 3 Kegiatan belajar
aktif
1. Belajar secara sistematis ( terencana)
2. Goal orientedness 3. Continuing evaluation 4. Learning for life 5. Follow-up Clarity
6. Kreatif dan inovatif dalam belajar 7. Behavioral control
1. Mengaitkan kompetensi yang telah dimiliki dengan pengalaman baru
Instrumen skala kemandirian belajar diujicobakan terlebih dahulu sebelum
digunakan. Komputasi data penelitian untuk menghitung tingkat validitas dan
reliabilitas instrumen rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa menggunakan
bantuan program SPSS for Windows ver. 17.
Uji coba dilakukan pada 30 mahasiswa program PJJ Pati (bukan kelas untuk
penelitian). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah konstruk rubrik skala
kemandirian belajar mahasiswa sahih atau tidak. Uji reliabilitas dilakukan untuk
mengetahui apakah alat ukur dapat menghasilkan data yang ajeg dan dapat dipercaya.
Hasil pengujian terhadap 30 item ditemukan nilai reliabilitas sebesar α 0,831.
Berdasarkan kriteria umum suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai α uji coba
lebih besar dari 0,600, maka instrumen rubrik kemandirian belajar reliabel, karena nilai
reliabilitas 0,831 > 0,600. Berdasarkan kriteria uji validitas, sebuah instrumen
dinyatakan valid apabila nilai Corrected Item –Total Correlation lebih besar daripada
nilai koefisien korelasi product moment minimal sebesar 0,300 pada taraf signifikansi
5% (Azwar, 2011: 158).
Berdasarkan kriteria validitas instrumen seperti telah diuraikan di atas, maka 25
item dinyatakan valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation untuk semua item
skala kemandirian belajar > 0,300. Lima item, yaitu nomor 1, 3, 14, 15 dan 21 tidak
valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation kurang dari 0,300. Setelah
18 dilakukan uji coba ulang, 5 item tersebut memiliki nilai Corrected Item –Total
Correlation berturut-turut menjadi 0,310, 0,320, 0,301, 0,302 dan 0,311. Dengan
demikian seluruh item dinyatakan valid.
Berkaitan dengan data prestasi belajar mahasiswa, data diperoleh dengan cara
studi dokumen daftar nilai mahasiswa PJJ Kabupaten Pati. Oleh karena itu Instrumen
untuk mengukur kompetensi hasil belajar mahasiswa tidak diuraikan secara detail
dalam laporan ini. Data hasil hasil pengukuran kemandirian balajar mahasiswa
dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif persentase dan kategoris untuk
menggambarkan tingkat pencapaian kemandirian dan hasil belajarnya. Hasil
pengukuruan kemandirian dan hasil belajar mahasiswa dipersentase dengan
menggunakan rumus:
Keterangan:
AP : Angka Persentase
Skor Aktual : Skor yang diberikan oleh validator ahli
Skor Ideal : Skor maksimal hasil kali antara jumlah item dengan
skor maksimal masing-masing item.
Angka persentase tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi lima kategori
seperti berikut.
Interval Kategori
81 - 100% Sangat tinggi
61 - 80% Tinggi
41 - 60% Cukup
21 - 40% Rendah
1 - 20% Sangat rendah
Dalam rangka memperoleh data yang lebih akurat, maka dilakukan juga
pengumpulan data mlalui FGD. FGD dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah data yang
telah diperoleh menggunakan instrumen pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dan Skor Aktual
AP = --- X 100%
19 hasil belajaranya sesuai dengan kenyataan.
D. Teknik Analisis Data
Teknik dianalisis data menggunakan teknik analisis Chi-Square (Friedman Test) untuk melihat mean rank faktor-faktor kemandirian belajar mahasiswa. Melalui data mean rank
akan diketahui dua faktor dominan manakah yang berdampak pada kesuksesan belajarnya.
Selanjutnya dilakukan uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar sebagai
variabel moderator pencapaian hasil belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelaminnya.
Pengujian dengan teknik ANCOVA ini diawali terlebih dahulu dengan uji prasyarat, yaitu uji
20 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Tingkat Kemandirin dan Hasil Belajar Mahasiswa
Seperti telah dibahas di Bab 3, tingkat kemandirian belajar mahasiswa
program PJJ PGSD dari Kabupaten Pati diukur menggunakan rubrik skala
kemandirian belajar. Data sekunder tingkat hasil belajar mahasiswa diperoleh dari
daftar nilai program PJJ Kabupaten Pati. Komputasi data menggunakan program
SPSS for Windows ver.17. Deskripsi statistik hasil pengukuran kemandirian belajar
mahasiswa dirangkum dalam Tabel 2.
Tabel 2. Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Pati
Kemandirian PKn B. Indonesia Matematika
N 29 29 29 29
Mean 66.41 70 71.89 80.59
Median 67 70 73 81
Mode 71 71.16 67 81
Std. Deviation 4.88 3.21 4.59 4.33
Variance 23.89 10.27 21.06 18.79
Minimum 57 59 66 72
Maximum 74 76 80 87
Tabel 2 memberikan informasi bahwa data statistik mean, median, mode,
skor minimal dan maksimal kemandirian belajar mahasiswa berturut-turut mencapai
66.41, 67, 71, 57, 74. Dengan std deviation = 4.88 dan variance sebesar 23,89. Skor
bergerak antara 57 sampai 74. Angka ukuran tendensi sentral dan variabilitas data
menunjukkan bahwa penyebaran tingkat kemandirian belajar mahasiswa relatif
homogen. Simpulan ini didasarkan pada data SD (4.88) dan varian data (23.89) lebih
kecil dari tendensi sentralnya.
Pada variabel hasil belajar untuk tiga mata kuliah PKn, Bahasa Indonesia dan
Matematika didapat nilai mean turut 70, 71.89, 80.59. Mediannya
berturut-turut 67, 70, 73 dengan std deviasi 4.88, 3.21, dan 4.59. Varian ketiga data 23.89,
21 skor 66 s/d 80 dan Matematika dari skor 72 s/d 87. Tidak jauh berbeda dengan skor
kemandirian belajar mahasiswa, skor hasil belajar ketiga mata kuliah bergerak dalam
rentang yang hampir sama yaitu 14 s/d 17. Dilihat dari ukuran tendensi sentral dan
variabilitas data menunjukkan bahwa penyebaran tingkat hasil belajar mahasiswa
relatif homogen, meskipun homogenitas variansinya tidak sehomogen penyebaran
skor kemandirian belajar. Simpulan ini didasarkan pada varian data (10.27, 21.06
dan 18.79) lebih besar dari tendensi sentralnya. Untuk melihat lebih detail distribusi
skor kemandirian belajar dan hasil belajar mahasiswa dapat dicermati dalam Tabel
3.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar Mahasiswa PJJ Pati
No Kategori Interval skor
Variabel Kemandirian
Belajar PKn B. Indo Mat f % f % f % f %
1 Sangat Tinggi
≥ 90 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 80 - 89 11 37.93 0 0.00 4 13.79 21 72.41
2 Tinggi 70 -79 16 55.17 18 62.07 12 41.38 8 27.59 60 - 69 2 6.90 10 34.48 13 44.83 0 0.00
3 Cukup 50 - 59 0 0 1 3.45 0 0.00 0 0.00 40 - 49 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00
4 Rendah 30 - 39 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 20 - 29 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00
5 Sangat Rendah
10 - 19 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 < 10 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00
Total 29 100% 29 100 29 100 29 100
Berdasarkan Tabel 3 hasil kemandirian belajar, ditemukan 2 mahasiswa
(6,90%) memperoleh skor antara 60-69, berada pada kategori cukup. Terdapat 16
mahasiswa (55.17%) memperoleh skor antara 70-79 berada pada kategori tinggi.
Terdapat 11 orang mahasiswa (37.93%) memperoleh skor 80-89 dalam kategori
sangat tinggi.
Pada pengukuran hasil belajar MK PKn terdapat 1 mahasiswa (3.45%)
memperoleh skor antara 50-59, 10 orang mahasiswa (34.48%) memperoleh skor
60-69, dan 18 orang mahasiswa (62.07%) memperoleh skor 70-79. Untuk MK
Bahasa Indonesia terdapat 13 mahasiswa (44.83%) memperoleh skor antara
22 mahasiswa (13.79%) memperoleh skor 80-89. Untuk MK Matematika terdapat 8
mahasiswa (27.59%) memperoleh skor antara 80-89. Visualisasi distribusi
kemandirian dan hasil belajar mahasiswa dapat dicermati pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Pati
2. Data Hasil Analisis Faktor dominan Kemandirian Belajar Mahasiswa
Data tingkat kemandirian belajar mahasiswa secara keseluruhan seperti telah
dipaparkan di atas, selanjutnya diperinci berdasarkan data setiap komponen/faktor,
yaitu komponen orientasi pada tujuan, belajar aktif, motivasi diri, dan bekal
pengetahuan yang dimiliki. Tabel 4 memaparkan deskripsi data faktor-faktor tingkat
kemandirian belajar mahasiswa.
0% 20% 40% 60% 80% 100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Grafik Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar
23 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Kemandirian Belajar Mahasiswa
Faktor-faktor kemandirian Belajar Mahasiswa
Kate-gori
Motivasi diri Orientasi pada
tujuan Belajar secara aktif
Berbekal
Tabel 4 memberikan informasi bahwa pada faktor motivasi diri, ada 18 (6+12)
orang mahasiswa (62.07%) memiliki motivasi diri tinggi dan sangat tinggi dalam
mencapai kesuksesan belajar. Ada 10 mahasiswa (34.49%) memiliki motivasi diri
cukup, dan 1 mahasiswa (3.44%) memiliki motivasi diri rendah dalam mencapai
kesuksesan belajar.
Pada faktor berorientasi pada tujuan, tidak satupun mahasiswa (0%) yang
memiliki orientasi pada pencapaian tujuan mengikuti perkuliahan pada kategori sangat
tinggi. Ada 4 orang mahasiswa (13.79%) memiliki orientasi tinggi dalam mencapai
tujuan perkuliahan. Ada 19 mahasiswa (65.52%) memiliki orientasi kategori cukup dan
6 mahasiswa (20.69%) memiliki orientasi rendah dalam pencapaian tujuan mengikuti
perkuliahan.
Pada faktor belajar aktif, tidak satupun mahasiswa (0%) yang memiliki
keaktifan belajar kategori sangat tinggi dalam mengikuti perkuliahan. Ada 12
mahasiswa (41.38%) memiliki keaktifan belajar yang tinggi dalam mengikuti
perkuliahan. Ada 14 mahasiswa (48.28%) memiliki keaktifan belajar pada kategori
cukup, ada 3 mahasiswa (110.38%) memiliki keaktifan belajar pada kategori rendah.
Pada faktor berbekal pengetahuan awal, sebagian besar mahasiswa yaitu 21
orang (9+13) (75.86%) menyatakan memiliki bekal pengetahuan awal pada kategori
sangat tinggi dan tinggi dalam memecahkan masalah-masalah perkuliahan. Ada 6 orang
24 masalah-masalah perkuliahan, bahkan ada 1 mahasiswa (3.45%) memiliki bekal
pengetahuan awal pada kategori sangat rendah.
Berdasarkan uraian faktor-faktor kemandirian belajar, nampak bahwa berbekal
pengetahuan awal (F4) merupakan faktor paling dominan. Kemudian berturut-turut
diikuti oleh faktor motivasi belajar (F1), faktor belajar secara aktif (F3) dan yang paling
rendah faktor berorientasi pada tujuan (F2). Data deskripstif faktor dominan ini sejalan
dengan hasil perhitungan mean ranks faktor kemandirian belajar mahasiswa seperti
tertera dalam Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Mean Ranks Faktor kemandirian belajar mahasiswa
Faktor Mean Rank
Berorientasi pada tujuan (F1) 2.28
Belajar aktif (F2) 2.12
Motivasi diri (F3) 2.17
Berbekal pengetahuan awal (F4) 2.5
3. Data Uji perbedaan Hasil Belajar Laki-laki dan Perempuan yang dimoderatori oleh Kemandirian Belajarnya
Seperti telah dibahas pada bagian teknik analisis data, sebelum melaksanakan uji
ANCOVA, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas. Uji normalitas dan homogenitas dilaksanakan dengan bantuan SPSS
dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Levene. Berikut dipaparkan hasil uji normalitas
dan uji homogenitas hasil belajar dan tingkat kemandirian belajar mahasiswa. Dari
pengujian normalitas One sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh nilai Assymp. Sig
(2-tailed), dan berdasarkan kriteria pengujian normalitas data Kolmogorov-Smirnov Test,
maka seluruh data yang meliputi skor hasil belajar dan skor kemandirian belajar
semuanya berdistribusi normal. Keputusan kenormalan distribusi ini karena keseluruhan
data Assym. Sig atau nilai signifikansi keseluruhan data > α = 0,05. Hasil uji Levene
dapat diketahui bahwa, data nilai PKn, Bahasa Indonesia dan Matematika homogen. Hal
ini terlihat dari nilai signifikansi sebesar 0.425, 0.219 dan 0.129 yang lebih besar dari
25 Ringkasan uji ANCOVA seperti tertera dalam Tabel 6, 7 dan 8 untuk tiga mata
kuliah, memberikan informasi besarnya nilai F dan signifikansinya. Pada sumber varian
corrected model, nampak bahwa F hitung untuk MK PKn, Bahasa Indonesia dan
Matematika berturut-turut sebesar 2.978, 0.012 dan 2.726 dengan taraf signifikansi
hitung 0,068, 0.988 dan 0.084 < α (0,050), maka pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen tidak signifikan. Maknanya bahwa model perkuliahan
program PJJ bersama-sama dengan kemandirian belajar secara simultan memiliki
belum berdampak secara signifikan terhadap kompetensi hasil belajar mahasiswa.
Tabel 6. Ringkasan Uji ANCOVA MK PKn
Dependent Variable: PKn
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 51.996a 2 25.998 2.978 .068 Intercept 496.082 1 496.082 56.828 .000 Kemandirian 25.603 1 25.603 2.933 .099
Kelamin 34.102 1 34.102 3.907 .059
Error 226.970 26 8.730
Total 142239.000 29 Corrected Total 278.966 28
a. R Squared = .186 (Adjusted R Squared = .124)
Tabel 7. Ringkasan Uji ANCOVA MK Bahasa Indonesia
Dependent Variable: Bahasa Indonesia
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model .530a 2 .265 .012 .988 Intercept 773.233 1 773.233 35.312 .000
Kemandirian .002 1 .002 .000 .993
Kelamin .525 1 .525 .024 .878
Error 569.332 26 21.897
Total 150618.000 29 Corrected Total 569.862 28
26 Tabel 8. Ringkasan Uji ANCOVA MK Matematika
Dependent Variable: Matematika
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 103.643a 2 51.821 2.726 .084 Intercept 1097.566 1 1097.566 57.741 .000
Kemandirian 7.281 1 7.281 .383 .541
Kelamin 102.222 1 102.222 5.378 .029
Error 494.219 26 19.008
Total 186518.000 29 Corrected Total 597.862 28
a. R Squared = .173 (Adjusted R Squared = .110)
Pada varian kemandirian belajar ketiga mata kuliah secara berturut-turut
diperoleh nilai F hitung sebesar 2.933, 0.000, dan 0.383 dengan signifikansi hitung
berturut-turut 0,099, 0.993, dan 0.541. Oleh karena semua nilai signifikansi jauh lebih
besar dari α = 0,050, maka nilai F tidak signifikan. Artinya bahwa tidak ada perbedaan
pengaruh tinggi rendahnya kemandirian belajar secara parsial dengan hasil belajar
mahasiswa.
Pada varian jenis kelamin ketiga mata kuliah secara berturut-turut diperoleh
nilai F hitung sebesar 3.907, 0.024 dan 5.378 dengan signifikansi berturut-turut hitung
0.059, 0.878 dan 0.029. Oleh karena semua nilai signifikansi untuk MK PKn dan
Bahasa Indonesia lebih besar dari α = 0,050, maka nilai F tidak signifikan. Artinya
bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan hasil belajar
mahasiswa MK PKn dan Bahasa Indonesia. Untuk MK Matematika nilai signifikansi
lebih kecil dari α = 0,050, maka nilai F signifikan. Artinya bahwa ada perbedaan
signifikan antara jenis kelamin dengan hasil belajar mahasiswa MK Matematika.
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada tujuan penelitian untuk
mengetahui faktor dominan kemandirin belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati
yang menentukan kesuksesan belajarnya serta untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa PJJ PGSD Pati yang dimoderatori oleh
kemandirian belajarnya. Pada bab III telah dipaparkan bahwa hasil pengukuran
27 kategori, yaitu sangat tinggi (ST), tinggi (T), cukup (C), rendah (R) dan sangat rendah
(SR).
Berdasarkan data pada Tabel 2 diperoleh informasi bahwa rerata kemandirian
belajar mahasiswa berada pada kategori tinggi (66.41), sedangkan rerata tingkat hasil
belajar mahasiswa MK PKn (70), Bahasa Indonesia 71.89 dan Matematika 80.59
berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi . Capaian rerata kemandirian belajar dan
hasil belajar yang tinggi dan sangat tinggi ini menggambarkan adanya pengaruh proses
pembelajaran program PJJ. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa data hasil uji ANCOVA
pada bagian R Squared (Tabel 6, 7 dan 8) menunjukkan bahwa angka koefisien
determinasi Adjusted R Squared untuk MK PKn, Bahasa Indonesia dan Matematika
berturut 0.124, 0.076 dan 0.11. Angka tersebut menjelaskan bahwa kontribusi variabel
kemandirian belajar dalam menjelaskan varians dari variabel hasil belajar untuk ketiga
MK adalah sebesar 12.4% untuk MK PKn, 7.6% MK Bahasa Indonesia dan 11% untuk
MK Matematika. Berarti terdapat 12.4% hasil belajar PKn, 7.6% hasil belajar Bahasa
Indonesia dan 11% hasil belajar Matematika merupakan kontribusi dari kemandirian
belajarnya, sisanya dari faktor lain.
Kemandirian belajar memberikan dampak terhadap kompetensi hasil belajar
mahasiswa merupakan temuan bahwa sinergi dari integrasi model desain pembelajaran
PJJ, strategi belajar mandiri dan teknologi penyampaian materi pembelajaran (delivery
technology) tepat diterapkan dalam pembelajaran berbasis distance learning.
Kontribusi kemandirian belajar mahasiswa terhadap hasil belajarnya oleh karena
langkah-langkah belajar mandiri efektif dalam membekali mahasiswa untuk mencapai
kompetensi belajarnya. Temuan ini sejalan dengan tujuan model desain pembelajaran
Dick, Carey & Carey (2009) yang hakikatnya merupakan model untuk perbaikan
pembelajaran melalui pengembangan model dan mengimplementasikannya dalam
pembelajaran. Temuan penelitian ini juga sejalan dengan temuan penelitian Stewart
(2007) yang menyatakan bahwa ada korelasi positif linier antara Self Directed Learning
Readiness Scale dengan IPK para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold
Coast, Australia ( r = 0,70). Temuan ini berarti bahwa para mahasiswa yang memiliki
tingkat kemandirian belajar yang tinggi akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian
28 Meskipun bukan merupakan fokus dari penelitian ini, patut dilaporkan bahwa
model perkuliahan berbasis pendidikan jarak jauh yang diterapkan dalam program PJJ
PGSD UKSW nampaknya memberikan dampak pengiring tumbuhnya kemandirian
belajar mahasiswa. Temuan penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Usta
(2011), yang menemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan (r = 0,207) antara
sikap terhadap pembelajaran PJJ dengan keterampilan belajar mandiri. Temuan Usta ini
diperkuat dengan hasil penelitian Hiemstra (2006) yang melaporkan bahwa ada
hubungan antara pembelajaran jarak jauh dengan tingkat belajar mandiri. Lebih lanjut
penelitian Mala-Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena faktor gaya
belajar visual dan penggunaan multimedia berpengaruh signifikan terhadap
kemandirian belajar dan hasil belajar (F = 2.19, p < .05). Temuan penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian Song dan Hill (2007). Song dan Hill melaporkan penelitian
pengembangan model konseptual tentang belajar mandiri dalam konteks pembelajaran
PJJ dapat meningkatkan tingkat kemandirian belajarnya.
Dilihat dari konsep pendidikan jarak jauh, keefektifan model pembelajaran
berbasis pendidikan jarak jauh relevan dengan hasil penelitian Jezegou (2012).
Penelitian Jezegou menemukan bahwa model pembelajaran pendidikan jarak jauh
efektif untuk mengekspresikan kemandirian belajar mahasiswa. Ekspresi kemandirian
belajar mahasiswa dalam pembelajaran jarak jauh dijelaskan oleh hasil penelitian Chen
(2007) bahwa rancangan strategi pembelajaran berisi tugas belajar (learning task),
dukungan teknologi (technology support), dukungan belajar (learning support), dan
dukungan sosial (social support), yang memungkinkan mahasiswa melakukan kegiatan
belajar secara mandiri.
Tumbuhnya kemandirian belajar sebagai dampak dari perlakuan pembelajaran
menggunakan model PJJ digambarkan oleh penelitian Kohen & Kramarski (2012) yang
menyatakan bahwa model PJJ dapat menumbuhkan kemandirian belajar mahasiswa
calon guru pada dimensi metakognisi (merencanakan, mengelola informasi, dan
mengevaluasi) serta tingkat motivasinya (F = 38, 470; p < 0,0001) dan (F = 21,236; p
< 0,0001). Secara potensial, tumbuhnya kemandirian metakognisi dan tumbuhnya
motivasi belajar akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dan berbagai kajian penelitian relevan
29 PJJ, strategi belajar mandiri dan media pembelajaran berhasil menumbuhkan
kemandirian belajar pada kategori sangt tinggi.
1. Faktor Dominan Kemandirian Belajar Mahasiswa
Data hasil tes Chi-Square (Friedman Test) seperti tertera dalam Tabel 5.
menjelaskan bahwa dua faktor dominan kemandirian belajar mahasiswa program
PJJ PGSD Pati yang menentukan kesuksesan belajarnya adalah faktor berbekal
pengetahuan awal (mean rank = 2.5) dan faktor berorientasi pada tujuan (mean
rank = 2.28). Faktor-faktor yang lain secara berurutan motivasi diri dan belajar
aktif adalah (mean rank = 2,17), dan (mean rank = 2.12
Temuan bahwa faktor kemandirian belajar paling dominan adalah faktor
berbekal pengetahuan awal sejalan dengan hasil penelitian Karagiorgi & Symeou
(2005) yang menemukan bahwa teori konstruktivisme berpotensi untuk
diimplementasikan dalam pembelajaran berbasis PJJ, namun berbeda dengan
pandangan Mudjiman (2011: 198) yang menyatakan bahwa penggerak utama
kesuksesan dalam belajar adalah faktor motivasi diri. Pandangan Mudjiman
tersebut secara lengkap adalah bahwa pembelajaran bagi orang dewasa,
kemandirian belajar nampaknya menjadi faktor utama dalam memberikan
kontribusi kesuksesan belajarnya. Komponen faktor utama kemandirian belajar
meliputiempat faktor. Faktor pertama adalah adanya adanya motivasi diri. Motivasi
belajar yang tinggi merupakan faktor utama yang mampu mendorong mahasiswa
untuk belajar secara konsisten dan persisten. Konsisten berarti belajar secara ajeg
sesuai dengan jadwal belajar yang telah disusun. Persisten berarti tahan lama dalam
belajar, tidak mudah mengalami kejenuhan.
Motivasi untuk belajar ini tumbuh karena belajar melalui portal belajar
online terasa menyenangkan. Motivasi juga tumbuh karena adanya bimbingan dan
dorongan dari fasilitator untuk menggunakan fitur chatting, message dan link ke
URL tertentu untuk mencari sumber bahan maupun informasi berkaitan dengan
materi pembelajaran. Kondisi empirik dalam pembelajaran online ini didasarkan
pada pandangan Mudjiman (2011:4), bahwa penumbuhan kemampuan belajar
mandiri dalam konteks pendidikan, menyangkut segi penumbuhan pada diri siswa
niat untuk belajar, dan pengembangan kemampuan teknis belajar. Pendapat ini