• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Kompetensi Interpersonal

2.1.1 Pengertian kompetensi interpersonal

Secara umum, menurut Bochner dan Kelly kompetensi interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif kepada orang lain (dalam Spitzberg & Cupach, 2012). Sedangkan menurut Spitzberg dan Cupach (dalam DeVito, 1996) menyatakan bahwa kompetensi interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang efektif, yang ditandai karakteristik- karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung dalam menciptakan dan membina hubungan antarpribadi yang baik dan memuaskan. Hal ini didukung oleh pendapat Rickhet dan Strohner (2008) bahwa kemampuan dalam berkomunikasi adalah pokok dari kesuksesan kehidupan sosial dalam segala area kehidupan.

Menurut Buhrmester et al. (dalam Paulk, 2008) kompetensi interpersonal adalah keterampilan atau kemampuan yang dimiliki individu untuk membina hubungan yang baik dan efektif dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai kompetensi interpersonal yang baik akan terbuka, mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, mampu berempati secara baik, mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain.

Sedangkan menurut Howard Garner (2011) kemampuan interpersonal merupakan bagian dari Multiple Intelligence yang terdiri atas linguistic, logical mathematical, spatial, bodily kinesthetic, musical, interpersonal dan intrapersonal. Menurut Gardner, interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui dan menerima perbedaan dalam suasan hati (moods), kehendak (intention), motivasi (motivation), perasaan dan dorongan yang ada pada diri orang lain meskipun hal-hal tersebut tersembunyi, termasuk kepekaan pada ekspresi emosi, suara, gesture, dan kemampuan untuk memberikan respon secara efektif padasinyal-sinyal tersebut dengan cara pragmatis.

Dari penjelasan diatas, peneliti menggunakan teori Buhrmester et al. (dalam, Paulk, 2008) yaitu yang menjelaskan bahwa kompetensi interpersonal adalah keterampilan atau kemampuan yag dimiliki individu untuk membina hubungan yang baik dan efektif dengan orang lain.

2.1.2 Aspek-aspek kompetensi interpersonal

Menurut Buhrmester et al. (dalam Paulk, 2008) aspek-aspek kompetensi interpersonal meliputi:

a. Initiation

Inisiatif adalah usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain, atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Inisiatif merupakan usaha pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang dunia luar, juga tentang dirinya sendiri dengan tujuan untuk

mencocokkan sesuatu atau informasi yang telah diketahui agar dapat lebih memahaminya.

b. Negative assertion

Menurut Schwartz (2003) bersikap asertif adalah mempertahankan pendapat dan mengekspresikan keyakinan, apa yang kita rasakan dan apa yang kita inginkan. Seseorang yang asertif akan bertanggung jawab pada pendapatnya dan berusaha berkomunikasi dengan sukses bahkan ketika pendapatnya berselisih dengan orang lain.

c. Self-disclosure

Kemampuan membuka diri merupakan kemampuan untuk membuka diri, menyampaikan informasi yang bersifat pribadi dan penghargaan terhadap orang lain. Menurut Farber (2006), dengan membuka diri kita merasa dekat dengan seseorang, seperti anggota keluarga, karena kita selalu bersama mereka dan menjadi bagian dirinya. Kita menceritakan segala cerita kepada mereka. Serta membiarkan mereka memasuki dunia kita, menceritakan mengenai diri kita, termasuk perasaan, pikiran dan keinginan.

d. Emotional support

Kemampuan memberikan dukungan emosional sangat berguna untuk mengoptimalkan komunikasi interpersonal antar dua pribadi. Dukungan emosional mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberi rasa nyaman kepada orang lain ketika orang tersebut dalam keadaan tertekan dan bermasalah. Kemampuan ini lahir dari adanya empati dalam diri seseorang. e. Conflict management

Kemampuan mengatasi konflik meliputi sikap-sikap untuk menyusun strategi penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali penilaian atau suatu masalah dan mengembangkan konsep harga diri yang baru. Menyusun strategi penyelesaian masalah adalah bagaimana individu yang bersangkutan merumuskan cara menyelesaikan konflik dengan sebaik-baiknya.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal

Menurut Monks et al., (1990), ada beberapa faktor yang mempengaruihi kompetensi interpersonal, yaitu:

a. Umur

Konformisme semakin besar dengan bertambahnya usia, terutama terjadi pada remaja usia 15 atau belasan tahun.

b. Keadaan sekeliling

Kepekaan pengaruh dari teman sebayanya sangat mempengaruhi kuat lemahnya interaksi teman sebaya.

c. Jenis kelamin

Kecenderungan perempuan untuk berinteraksi dengan teman sebaya lebih besar daripada laki-laki

d. Kepribadianekstrovert

Anak-anak ekstrovert lebih konformitas daripadaintrovert e. Besar kelompok

Pengaruh kelompok menjadi makin besar bila besarnya kelompok bertambah

f. Keinginan untuk mempunyai status

Adanya dorongan untuk memiliki status inilah yang menyebabkan remaja berinteraksi dengan teman sebayanya, individu akan menemukan kekuatan dalam mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat di dunia orang dewasa.

g. Interaksi orang tua

Suasana rumah yang tidak menyenangkan dan tekanan dari orang tua menjadi dorongan individu dalam berinteraksi dengan teman sebayanya. h. Pendidikan

Pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor dalam interaksi teman sebaya karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas, yang mendukung dalam pergaulannya.

Sedangkan menurut Santrock (1996) kompetensi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Faktor pribadi (personal)

Hurlock (1999) berpendapat bahwa harga diri dan konsep diri merupakan sumber penting lain dalam mempengaruhi perkembangan sosial remaja, di mana harga diri dan konsep diri yang dimiliki seseorang dapat membantunya dalam beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang lain. 2. Faktor lingkungan

Sumber-sumber potensi yang berasal dari faktor lingkungan meliputi orang tua, kelompok sebaya, guru, konselor, pelatih olah raga, bahkan kepala sekolah. Lingkungan juga merupakan sumber yang dapat mendukung dan

mengembangkan kemampuan remaja untuk mengkoordinasikan emosi, kognisi, tingkah laku baik dalam adaptasi jangka pendek maupun proses perkembangan jangka panjang.

Sedangkan menurut Nashori (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal adalah

1. Berifat eksternal, yaitu kontak dengan orang tua, interaksi dengan teman sebaya, aktivitas dan partisipasi sosial.

2. Bersifat internal, jenis kelamin, kepribadian, dan kematangan pada diri individu.

Selain faktor-faktor diatas, peneliti juga mengambil faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal berdasarkan penelitian terdahulu. Yaitu mengenai tipe-tipe loneliness. Penelitian ini dilakukan oleh Buhrmester et al. (1988) yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan tipe-tipe loneliness, yaitu state loneliness dan trait loneliness terhadap kompetensi interpersonal.

Dari penjelasan di atas, peneliti memilih konsep diri, kepribadian, dan tipe-tipe loneliness sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal. Faktor-faktor tersebut akan peneliti angkat menjadi independent variabeldalam penelitian ini.

2.1.4 Pengukuran kompetensi interpersonal

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur komunikasi interpersonal, peneliti menggunakan alat ukur baku yang dibuat oleh Buhrmester et al. (dalam Paulk, 2008) yaitu Interpersonal Competence Quetionnaire (ICQ). Pada skala ini

berjumlah 40 item yang terdiri dari lima aspek yaitu, initiation, negative assertion, disclosure, emotional supportdanconflict management.

2.1.5. Kompetensi interpersonal pada remaja

Masa remaja merupakan masa yang penting bagi individu untuk menentukan masa depannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Hurlock (1999) bahwa masa remaja merupakan masa yang penting, karena pada usia antara 12 dan 16 tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian dan menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak dan masa di mana mereka ingin tahu tentang segala sesuatu yang mereka belum tahu, termasuk di dalamnya adalah tentang bagaimana mereka melakukan hubungan interpersonal yang baik agar mereka bisa diterima oleh lingkungan mereka.

Pada saat memasuki masa remaja, seseorang cenderung menghabiskan waktu lebih banyak bersama teman-temannya dibandingkan bersama orang tuanya (Santrock, 2002). Selanjutnya Santrock (2002) juga menjelaskan bahwa hubungan yang baik antarteman sebaya penting bagi perkembangan sosial yang normal. Isolasi sosial, atau ketidakmampuan untuk “melebur” ke dalam suatu jaringan sosial, diasosiasikan dengan banyak kenakalan dan masalah. Dalam suatu penelitian menjelaskan bahwa hubungan yang buruk di antara teman-teman sebaya pada masa remaja diasosiasikan dengan suatu kecenderungan untuk putus sekolah dan perilaku nakal pada masa remaja. Dan pada penelitian lain menunjukkan bahwa hubungan yang harmonis di antara teman-teman sebaya pada masa remaja diasosiasikan dengan kesehatan mental yang positif pada tengah baya (Santrock, 2002).

Dari penjelasan tersebut sangat penting bagi para remaja untuk memiliki hubungan yang efektif dengan teman sebayanya. Agar hubungan pertemanan dengan teman sebaya dapat berjalan efektif maka para remaja di tuntut untuk memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi. Individu yang mempunyai kompetensi interpersonal yang tinggi akan mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, mampu berempati secara baik, mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain dan dapat dengan cepat memahami temperamen, sifat dan kepribadian orang lain, mampu memahami suasana hati, motif dan niat orang lain semua kemampuan ini akan membuat individu tersebut lebih berhasil dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian para remaja mampu menjalin hubungan yang baik dengan teman sebayanya sehingga perilaku buruk atau kasus-kasus kenakalan remaja dan konflik diantara hubungan teman sebaya dapat dihindarkan.

Disimpulkan dari pendapat beberapa ahli Psikologi bahwa masa remaja memang rentan terhadap munculnya berbagai konflik (Shantz & Hartup, 1992). Terdapat berbagai alasan yaitu pengaruh gelombang hormon pada masa remaja, remaja mulai mengantisipasi tuntutan peran masa dewasa, perkembangan kemampuan kognitif remaja yang mulai memahami ketidakkonsistenan dan ketidaksempurnaan orang lain dan mulai melihat persoalan-persoalan yang terjadi sebagai persoalan pribadi daripada memberikannya pada otoritas orang tua, remaja mengalami transisi tahapan perkembangan dan perubahan-perubahan menuju kematangan yang meningkatkan kemungkinan timbulnya konflik.

kemampuan interpersonal dalam mencegah persoalan atau konflik yang terjadi di masa remajanya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Buhrmester et al. (1988) yang membuktikan bahwa kompetensi interpersonal pada remaja berperan penting dalam keberhasilan seorang remaja dalam menjalani kehidupan sosialnya. Hal ini mencapai popularitas kelompok teman sebaya dalam keberhasilan atau kesuksesan remaja dalam menjalin hubungan. Selain itu juga membuat interaksi dengan orang lain menyenangkan dan penuh pengalaman yang nyaman.

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa kompetensi interpersonal sangat penting bagi remaja, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kompetensi interpersonal pada remaja.

2.2 Konsep Diri (Self Concept)

Dokumen terkait