• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komplikasi

Dalam dokumen LP+ Askep Mahmudi (Halaman 12-0)

BAB II PEMBAHASAN

2.1.4 Komplikasi

Beberapa komplikasi menurut ngastiyah (2005) adalaah :

a. Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi perubahan elektro diogram)

b. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia c. Hiponatremi

d. Syok hipovalemik e. Asidosis

f. Dehidrasi 2.1.5 Klasifikasi

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadidua golongan:

a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.

b. Diare non spesifik : diare dietetis.

2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :

a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan

oleh bakteri, virus dan parasit.

b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:

diare karena bronkhitis.

3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25%

sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.

b. Diare kronik, adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.

2.1.6 Patofisiologi

Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah Penyebab gastroenteritis akut dengan diawali masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel,atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.

Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.

Beberapa kasus ditemui penyebaranpatogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan elektrolit. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah

1. Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

2.1.7 Pathway

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Laboratorium.

a. Pemeriksaan tinja.

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungki kan.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.

2. Pemeriksaan Elektrolit Intubasi Duodenum

Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

3. Pemeriksaan Darah

a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.

b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Doudenal Intubation

Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

2.1.9 Penatalaksanaan 1. Terapi Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melaluikeringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).

2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL (Concomitant water losses)

b. Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO- ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral :

a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula,air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan RingerLaktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi :

a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).

2. Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare padapelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotik untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7- 14 hari, 7-14 hari oral atau IV).

3. Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).

Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

2.1.10 Pencegahan

1. Menggunakan air bersih dan santasi yang baik 2. Memasak makanan dan air minum hingga matang

3. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan 4. Menghindari makanan yang telah tekontaminasi oleh lalat 5. Tidak mengkonsumsi makanan yang basi

6. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare 7. Makan dan minum secara teratur

8. Segera mencuci pakaian-pakaian kotor 2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengenal keadaan umum dan perilaku pasien, keadaan umum pasien yang dapat diperiksa meliputi mengkaji dehidrasi seperti berkurangnya haluran urin, menurunnya berat badan, membran mukosa yang kering, turgor kulit yang jelek, ubun- ubun yang cekung, dan kulit yang pucat, dingin serta kering. Pada dehidrasi yang lebih berat gejala meningkatnya dehidrasi nadi, dan respirasi, menurunnya tekanan darah dan waktu pengisian ulang kapiler yang memanjang (>2 detik) dapat menunjukan syok yang mengancam atau bahkan sampai meninggal (Sodikin, 2011). Riwayat penyakit akan memberikan informasi penting mengenai kemungkinan agen penyebabnya seperti pengenalan makanan yang baru, kontak dengan agen yang menular, berwisata kedaerah dengan suseptibilitas tinggi, kontak dengan hewanyang diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat alergi, pengunaan obat dan makanan dapat menunjukan kemungkinan alergi, terhadap makanan yang banyak mengandung, sorbitol dan fruktosa (misalnya jus apel). Diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari, dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), kandungan air lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml / 24 jam (Wijaya & Putri, 2013).

Bentuk cair kadang-kadang disertai dengan darah atau lendir, nafsu makan menurun, warna kelaman kehijauan karena bercampur dengan empedu, muntah rasa haus, adanya lecet didaerah anus, adanya tanda-tanda dehidrasi. Pada pengkajian faktor penyebab dapat disebabkan oleh faktor bakteri, atau faktor makanan, faktor obat-obatan, dan juga faktor psikologi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya turgor kulit buruk, membran mukosa kering, bising usus meningkat, kram abdomen, penurunan berat badan, perubahan tanda-tanda vital, yaitu peningkatan nadi dan pernapasan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain seperti kadar kalium, natrium, dan klorida.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Diare menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, adalah :

1. Diare b.d proses infeksi, inflamasi diusus

2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makanan

4. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler 5. Kerusakan Integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

6. Resiko syok (hipovolemi) b.d kehilangan cairan dan elektrolit 7. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien.

Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit gastroenteritis akut atau diare menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Diare b.d Proses Infeksi, Inflamasi Diusus (D.0020) a. Luaran : Eliminasi Fekal Membaik (L.04033)

1) Kontrol pengeluaran feses meningkat 2) Konsistensi feses membaik

3) Frekuensi defekasi membaik 4) Peristaltik usus membaik

b. Intervensi Keperawatan : Managemen Diare (I.03101)

1) Identifikasi penyebab diare (misal inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointertinal, proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat-obatan)

2) Identifikasi riwayat pemberian makanan

3) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses 4) Monitor tanda dan gejala hipovolemia (misal takikardi, nadi

teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT melambat, BB turun)

5) Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perianal 6) Monitor jumlah pengeluaran diare

7) Monitor keamanan penyiapan makanan

8) Berikan asupan cairan oral (misal larutan garam gula, oralit, pedialyte, renalyte)

9) Pasang jalur intravena

10) Berikan cairan intravena (misal ringer asetat, ringer laktat) jika perlu

11) Ambil sampel darah untuk pemeriksan darah lengkap dan elektrolit

12) Ambil sampel feses untuk kultur jika perlu

13) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap 14) Anjurkan menghindari makanan pembentukan gas, pedas, dan

mengandung laktosa

15) Kolaborasi pemberian obat dengan dokter (misal antimotilitas, antispasmodic, obat pengeras feses)

2. Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan Cairan Aktif (D.0036) a. Luaran : Keseimbangan Cairan Meningkat (L.03020)

1) Asupan cairan meningkat

2) Kelembapan membran mukosa meningkat 3) Dehidrasi menurun

4) Tekanan darah, nadi radial, mata cekung, turgor kulit, berat badan membaik

b. Intervensi Keperawatan : Managemen Cairan (I.03098)

1) Monitor status hidrasi (misal frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)

2) Monitor berat badan harian

3) Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis

4) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (misal hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN)

5) Monitor status hemodinamik (misal MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)

6) Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam 7) Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan

8) Berikan cairan intravena bila perlu

9) Kolaborasi dengan dokter pemberian diuretik jika perlu 3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d

Penurunan Intake Makanan (D.0019)

a. Luaran : Status Nutrisi Membaik (L.03030) 1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat 2) Perasaan cepat kenyang menurun

3) Nyeri abdomen, Diare menurun

4) Berat badan, IMT, frekuensi dan nafsu makan, bising usus, membran mukosa membaik

b. Intervensi Keperawatan : Managemen Nutrisi (I.03119) 1) Identifikasi status nutrisi

2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3) Identifikasi jenis kebutuhan kalori dan jenis nutrien 4) Identifikasi perlunya penggunaan nasogastrik

5) Monitor berat badan

6) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium 7) Lakukan oral hygiene sebelum makan 8) Fasilitasi pedoman diet

9) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 10) Berikan makanan tinggi serat untuk menghindari konstipasi 11) Berikan makanan tinggi kalori dan protein

12) Berikan suplemen makanan jika perlu

13) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi

14) Anjurkan posisi duduk jika mampu 15) Ajarkan diet yang diprogramkan

16) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal pereda nyeri)

17) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan

4. Gangguan Pertukaran Gas b.d Perubahan Membran Alveolar- Kapiler (D.0003)

a. Luaran : Pertukaran Gas Meningkat (L.01003) 1) Tingkat kesadaran meningkat

2) Diaspnea menurun

3) Bunyi nafas tambahan menurun 4) Pusing, gelisah menurun

5) Takikardia, pH arteri, sianosis, pola nafas, warna kulit membaik

b. Intervensi Keperawatan : Pemantauan Respirasi (I. 01014)

1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas

2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)

3) Monitor kemampuan batuk efektif 4) Monitor adanya produksi sputum 5) Monitor adanya sumbatan jalan napas 6) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 7) Auskultasi bunyi napas

8) Monitor saturasi oksigen 9) Monitor nilai AGD 10) Monitor saturasi oksigen 11) Monitor hasil x-ray toraks

12) Alur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien 13) Dokumentasikan hasil pemantauan

14) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 15) Informasikan hasil pemantauan bila perli

5. Kerusakan Integritas Kulit b.d Ekskresi/BAB Sering (D.0129) a. Luaran : Integritas Kulit dan Jaringan Meningkat (L.14125)

1) Elastisitas meningkat 2) Hidrasi meningkat

3) Perfusi jaringan meningkat 4) Kerusakan jaringan menurun 5) Kerusakan lapisan kulit menurun 6) Nyeri menurun

7) Perdarahan, kemerahan, jaringan parut, nekrosis menurun

8) Suhu kulit, sensasi, tekstur, pertumbuhan rambut membaik b. Intervensi Keperawatan : Perawatan Integritas Kulit (I.11353)

1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (misal perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas) 2) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

3) Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang jika perlu 4) Bersikan perineal dengan air hangat, terutama selama periode

diare

5) Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering

6) Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif

7) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering 8) Anjurkan menggunakan pelembab (misal lotion/serum) 9) Anjurkan minum air yang cukup

10) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

11) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur 12) Anjurkan menghindari paparan suhu ektsrem

13) Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah

14) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

6. Resiko Syok (Hipovolemi) b.d Kehilangan Cairan dan Elektrolit (D.0039)

a. Luaran : Tingkat Syok Menurun (L.03032) 1) Kekuatan nadi meningkat

2) Output urine meningkat

3) Tingkat kesadaran meningkat 4) Saturasi oksigen meningkat

5) Akral dingin, pucat, haus, asidosis metabolik menurun 6) Mean Arterial Pressure, tekanan darah sistolik diastolik,

tekanan nadi, frekuensi nadi, frekuensi napas membaik b. Intervensi Keperawatan : Pencegahan Syok (I.02068)

1) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)

2) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)

3) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)

4) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil 5) Periksa riwayat alergi

6) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen

>94%

7) Persiapan intubasi dan ventilasi mekanis jika perlu 8) Pasang jalur IV jika perlu

9) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine jika perlu 10) Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi

11) Jelaskan penyebab/faktor risiko syok 12) Jelaskan tanda dan gejala awal syok

13) Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok

14) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 15) Anjurkan menghindari alergen

16) Kolaborasi pemberian IV, transfusi darah, antiinfalamasi jika perlu

7. Ansietas b.d Perubahan Status Kesehatan (D.0080) a. Luaran : Tingkat Ansietas Menurun (L.09093)

1) Verbalisasi kebingungan, khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

2) Perilaku gelisah, tegang, keluhan pusing, anoreksia menurun 3) Frekuensi pernafasan, nadi, tekanan darah, tremor, pucat

menurun

4) Konsentrasi, pola tidur, perasaan keberdayaan, kontak mata, pola berkemih membaik

b. Intervensi Keperawatan : Reduksi Ansietas (I.09314)

1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal kondisi, waktu, stresor)

2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan 3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal, nonverbal)

4) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan 5) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika

memungkinkan

6) Pahami situasi yang membuat ansietas 7) Dengarkan dengan penuh perhatian

8) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

9) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan 10) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan

datang

11) Jelaskan prosedr termasuk sensasi yang mungkin dialami 12) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,

dan prognosis

13) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

14) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif 15) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

16) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan 17) Latih penggunaan mekanisme pertahan diri yang tepat 18) Latih teknik relaksasi

19) Kolaborasi dengan dokter pemberian antiansietas jika perlu 2.2.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang di rencanakan dalam rencana keperawatan (Tarwoto Wartonah, 2015).

Perawat melakukan pengawasan terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan (Perry & Potter, 2015).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi yang dilakukan pada pasien dilakukan untuk mengatasi diare dan frekuensi BAB pada pasien. Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan SOAP, yaitu:

1. S (Subjektif) merupakan data berupa keluhan pasien 2. O (Objektif) merupakan hasil dari pemeriksaan

3. A (Analisa Data) merupakan pembanding data dengan teori 4. P (Perencanaan) merupakan tindakan selanjutnya yang akan

dilakukan oleh perawat (Hidayat, 2012)

3.1 Kesimpulan

BAB III PENUTUP

Gastroenteritis akut (GEA) adalah inflamasi mukosa dari saluran gastrointestinal akibat infeksi organisme seperti bakteri, virus, dan parasit ditandai dengan feses yang lebih lembek atau cair dan muntah dengan onset mendadak yang frekunsinya lebih dari 3 kali sehari dan berlansung kurang dari 14 hari.

3.2 Saran

Dengan disusunnya laporan pendahuluan ini semoga pembaca dapat mengetahui apa itu gastroenteritis akut (GEA) dalam keperawatan dan dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk gastroenteritis akut (GEA) sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan terutama dalam bidang keperawatan sehingga dapat memberikan tindakan yang tepat dan meminimalkan risiko.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. 2016. Kozier & Erbs’s Fundamental of Nursing . USA: Pearson Education

Bulechek. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC).Yogyakarta : Mocomedia Herdman T.Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Lewis, S.L Dirksen, S.R., Heltkemper, M. M., Bucher, L, & Harding, M. M. 2014.

Medical- surgical nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. St.

Louis. Missouri: Mosby Elsevier

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 9 Mei 2022 Jam Masuk : 07.20

Tanggal Pengkajian : 9 Mei 2022 No. RM : 0022XXXX

Jam Pengkajian : 07.21 Diagnosa Masuk : GEA

Hari Rawat ke : 1 IDENTITAS

1. Nama Pasien : Ny. T 2. Umur : 44 tahun 3. Suku/ Bangsa : Indonesia 4. Agama : Islam 5. Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 7. Alamat : Surabaya

8. Sumber Biaya : BPJS

KELUHAN UTAMA

1. Keluhan Utama : diare 15x sejak semalam dan pagi tgl 9 Mei sebanyak 5x konsistensi feses cair tidak berampas

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke IGD Rs. Bhayangkara Surabaya pada tgl 9 Mei 2022, pukul 07.20 pasien transfer ke ruang edelweis dengan keluhan diare sejak semalam sebanyak 15x dan pagi ini diare sebanyak 5x dengan konsistensi feses cair tanpa ampas, tidak berlendir, tidak berdarah. Pasien tidak mual muntah. Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat maupun makanan. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu ataupun riwayat penyakit keluarga. Pasien mengatakan saat mengalami diare hanya mengonsumsi imodium dan entrostop. Pasien juga mengeluh merasa haus terus menerus dan badan terasa lemas. Saat pengkajian tampak pasien lemas, wajah pucat, membran mukosa bibir kering, mata cowong, akral dingin, CRT kembali dalam <2detik. Kondisi umum pasien cukup. GCS pasien 4-5-6. Didapatkan TTV (Tekanan darah : 110/70 Nadi : 80x/menit Suhu : 36℃ RR : 20x/menit SPO2 : 98%, bising usus 16x/menit)

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

1. Pernah dirawat : ya tidak  kapan : tidak pernah diagnosa : tidak ada 2. Riwayat penyakit kronik dan menular : ya tidak  jenis : tidak ada

Riwayat kontrol : pasien mengatakan tidak memiliki riwayat kontrol

Riwayat penggunaan obat : pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penggunaan obat 3. Riwayat alergi : pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

Obat ya tidak  jenis : tidak ada

Makanan ya tidak  jenis : tidak ada

Lain-lain ya tidak  jenis : tidak ada

4. Riwayat Operasi : ya tidak 

- Kapan : pasien mengatakan tidak pernah operasi - Jenis Operasi : pasien mengatakan tidak pernah operasi 5. Lain-lain : tidak ada

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Ya Tidak 

- Jenis : tidak ada - Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki : Perempuan : Pasien

1.2

1.3 1.1

1.7 1.5

1.6

1.4

1.11 1.10 1.9

1.13 1.12 1.8

1.16 1.17

1.14 1.15

1.18 1.19

1.20 1.21

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan :

Alkohol ya tidak 

Merekok ya tidak 

Keterangan : pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan perilaku konsumsi alkohol maupun merokok

Obat ya tidak 

Keterangan : pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi obat-obatan

Olah Raga ya tidak 

Keterangan : pasien mengatakan jarang berolah raga OBSERVASI DA PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda tanda vital

S : 36℃ N : 80x/menit TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit SPO2 : 98%

Kesadaran  Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma 2. Sistem Pernapasan (B1)

a. RR : 20x/menit

b. Keluhan : tidak ada keluhan Sesak Nyeri waktu nafas Orthopnea Batuk : tidak ada  Produktif Tidak Produktif

Sekret : tidak ada Konsentrasi : tidak ada Warna : tidak ada Bau : tidak ada

c. Penggunaan otot bantu nafas : pasien tidak menggunakan otot bantu nafas

d. PCH ya  tidak e. Irama nafas  teratur tidak teratur f. Pleural Friction rub : tidak ada

g. Pola nafas : normal Dispoe Ksmaul Cheyne Stroke h. Suara nafas : normal Cracles Ronki Wheezing i. Alat bantu nafas ya  tidak

Jenis : tidak ada

j. Penggunaan WSD : pasien tidak menggunakan WSD - Jenis : tidak ada

- Jumlah cairan : tidak ada - Undulasi : tidak ada - Tekanan : tidak ada

k. Tracheostomy : ya tidak

l. Lain-lain : tidak ada masalah keperawatan pada sistem pernapasan 3. Sistem Kardio Vaskuler (B2)

a. TD : 110/70 mmHg

Masalah Keperawatan:

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada MK

d. Irama jantung :  reguler ireguler

n. Lain-lain : tidak ada masalah keperawatan pada sistem kardiovaskuler 4. Sistem Pesyarafan (B3)

a. GCS : 15 (E : 4 V : 5 M : 6)

b. Refleks Fisiologis patella triceps biceps c. Refleks Patologis babinsky brudznsky kernig

Lain-lain : tidak ada

d. Keluhan pusing ya  tidak

d. Keluhan pusing ya  tidak

Dalam dokumen LP+ Askep Mahmudi (Halaman 12-0)

Dokumen terkait