• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat

Dalam dokumen LP+ Askep Mahmudi (Halaman 8-0)

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Kesimpulan dari penelitian ini dapat menjadi rujukan sumber ilmu bagi masyarakat selain itu juga menjadi sebuah nilai tambah khasanah pengetahuan ilmiah dibidang ilmu kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya pencegahan dan penatalaksanaan Gastroenteritis akut (GEA). Serta mengurangi angka kejadian kasus Gastroenteritis akut (GEA) yang berdampak pada kematian.

1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan informasi serta pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang gastroenteritis akut terutama penatalaksanaan diare dan dalam pemenuhan cairan elektrolit.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil laporan ini bisa bermanfaat untuk instansi pendidikan dan dapat menjadi bahan referensi tentang pendidikan kesehatan terhadap Gastroenteritis akut (GEA).

3. Bagi Instansi Kesehatan

Sebagai masukan agar instansi kesehatan melaksanakan kegiatan penyuluhan rutin kepada masyarakat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Gastroenteritis Akut (GEA)

2.1.1 Definisi Gastroenteritis Akut (GEA)

Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah (How, C., 2010). Menurut Dennis, dkk (2016) diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair (kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam). Diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari, dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), kandungan air lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml / 24 jam (Wijaya & Putri, 2013). Gastroenteritis akut juga didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari gejala infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti bakteri, virus, dan parasit.

Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi saluranpencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh organisme tersebut (food borne disease) (Mendri, 2017).

Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lendir dan darah (Murwani, 2009). Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa airsaja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).

Berdasarkan hal tersebut dapat disumpulkan Gastroenteritis akut (GEA) adalah inflamasi mukosa dari saluran gastrointestinal akibat infeksi organisme seperti bakteri, virus, dan parasit ditandai dengan feses yang lebih lembek atau cair dan muntah dengan onset mendadak yang frekunsinya lebih dari 3 kali sehari dan berlansung kurang dari 14 hari.

2.1.2 Etiologi

Menurut (Ngastiyah,2005) faktor infeksi diare.

1. Faktor Infeksi a. Infeksi Virus

Retovirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi,sering didahulu atau disertai dengan muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC. Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC.

1) Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.

2) Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.

3) Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).

b. Bakteri

1) Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli- September insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam.

Muntah yang tidak menonjol terdapatnya sel polos dalam feses sel batang dalam darah

2) Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.

Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid. Mungkin ada peningkatan temperature Muntahtidak menonjol Sel polos dalam feses Masa inkubasi 6- 40 jam, lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.

3) Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan entenoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.

4) Campylobacter Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain. Kram abdomen yang hebat. Muntah/dehidrasi jarang terjadi

5) Yersinia Enterecolitica Feses mukosa sering didapatkan sel polos pada feses. Mungkin ada nyeri abdomen yang berat Diare selama 1-2minggu.

Sering menyerupai apendicitis.

6) Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan diusus, sehingga orang yang bersangkutan kehilangan banyak elektrolit. Timbulnya mendadak, usia terkenalebih dari 2 tahun, terkadang disertai muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis dan seperti cucian beras.

c. Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur(C. albicans).

d. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

2. Faktor Non Infeksi a. Malabsorbsi,

1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.

3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin

b. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE).

Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.

Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak airdengan benar. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.

2.1.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salahsatu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah (81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10% (Bresee, 2012). Sedangkan gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarhhea) dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair. Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan atau minurnan yang terkontaminasi (Sudoyo, 2009). Diare sekretorik (watery diarhea) yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan yang

mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut.

Karena kehilangan cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik (Sudoyo, 2009). Sedangkan kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH darah dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah muka pucat ujung-ujung ektremitas dingin dan kadang sianosis karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung (Sudoyo, 2009).

2.1.4 Komplikasi

Beberapa komplikasi menurut ngastiyah (2005) adalaah :

a. Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi perubahan elektro diogram)

b. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia c. Hiponatremi

d. Syok hipovalemik e. Asidosis

f. Dehidrasi 2.1.5 Klasifikasi

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadidua golongan:

a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.

b. Diare non spesifik : diare dietetis.

2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :

a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan

oleh bakteri, virus dan parasit.

b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:

diare karena bronkhitis.

3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25%

sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.

b. Diare kronik, adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.

2.1.6 Patofisiologi

Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah Penyebab gastroenteritis akut dengan diawali masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel,atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.

Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.

Beberapa kasus ditemui penyebaranpatogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan elektrolit. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah

1. Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

2.1.7 Pathway

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Laboratorium.

a. Pemeriksaan tinja.

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungki kan.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.

2. Pemeriksaan Elektrolit Intubasi Duodenum

Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

3. Pemeriksaan Darah

a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.

b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Doudenal Intubation

Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

2.1.9 Penatalaksanaan 1. Terapi Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melaluikeringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).

2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL (Concomitant water losses)

b. Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO- ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral :

a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula,air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan RingerLaktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi :

a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).

2. Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare padapelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotik untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7- 14 hari, 7-14 hari oral atau IV).

3. Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).

Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

2.1.10 Pencegahan

1. Menggunakan air bersih dan santasi yang baik 2. Memasak makanan dan air minum hingga matang

3. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan 4. Menghindari makanan yang telah tekontaminasi oleh lalat 5. Tidak mengkonsumsi makanan yang basi

6. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare 7. Makan dan minum secara teratur

8. Segera mencuci pakaian-pakaian kotor 2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengenal keadaan umum dan perilaku pasien, keadaan umum pasien yang dapat diperiksa meliputi mengkaji dehidrasi seperti berkurangnya haluran urin, menurunnya berat badan, membran mukosa yang kering, turgor kulit yang jelek, ubun- ubun yang cekung, dan kulit yang pucat, dingin serta kering. Pada dehidrasi yang lebih berat gejala meningkatnya dehidrasi nadi, dan respirasi, menurunnya tekanan darah dan waktu pengisian ulang kapiler yang memanjang (>2 detik) dapat menunjukan syok yang mengancam atau bahkan sampai meninggal (Sodikin, 2011). Riwayat penyakit akan memberikan informasi penting mengenai kemungkinan agen penyebabnya seperti pengenalan makanan yang baru, kontak dengan agen yang menular, berwisata kedaerah dengan suseptibilitas tinggi, kontak dengan hewanyang diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat alergi, pengunaan obat dan makanan dapat menunjukan kemungkinan alergi, terhadap makanan yang banyak mengandung, sorbitol dan fruktosa (misalnya jus apel). Diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari, dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), kandungan air lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml / 24 jam (Wijaya & Putri, 2013).

Bentuk cair kadang-kadang disertai dengan darah atau lendir, nafsu makan menurun, warna kelaman kehijauan karena bercampur dengan empedu, muntah rasa haus, adanya lecet didaerah anus, adanya tanda-tanda dehidrasi. Pada pengkajian faktor penyebab dapat disebabkan oleh faktor bakteri, atau faktor makanan, faktor obat-obatan, dan juga faktor psikologi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya turgor kulit buruk, membran mukosa kering, bising usus meningkat, kram abdomen, penurunan berat badan, perubahan tanda-tanda vital, yaitu peningkatan nadi dan pernapasan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain seperti kadar kalium, natrium, dan klorida.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Diare menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, adalah :

1. Diare b.d proses infeksi, inflamasi diusus

2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makanan

4. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler 5. Kerusakan Integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

6. Resiko syok (hipovolemi) b.d kehilangan cairan dan elektrolit 7. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien.

Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit gastroenteritis akut atau diare menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Diare b.d Proses Infeksi, Inflamasi Diusus (D.0020) a. Luaran : Eliminasi Fekal Membaik (L.04033)

1) Kontrol pengeluaran feses meningkat 2) Konsistensi feses membaik

3) Frekuensi defekasi membaik 4) Peristaltik usus membaik

b. Intervensi Keperawatan : Managemen Diare (I.03101)

1) Identifikasi penyebab diare (misal inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointertinal, proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat-obatan)

2) Identifikasi riwayat pemberian makanan

3) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses 4) Monitor tanda dan gejala hipovolemia (misal takikardi, nadi

teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT melambat, BB turun)

5) Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perianal 6) Monitor jumlah pengeluaran diare

7) Monitor keamanan penyiapan makanan

8) Berikan asupan cairan oral (misal larutan garam gula, oralit, pedialyte, renalyte)

9) Pasang jalur intravena

10) Berikan cairan intravena (misal ringer asetat, ringer laktat) jika perlu

11) Ambil sampel darah untuk pemeriksan darah lengkap dan elektrolit

12) Ambil sampel feses untuk kultur jika perlu

13) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap 14) Anjurkan menghindari makanan pembentukan gas, pedas, dan

mengandung laktosa

15) Kolaborasi pemberian obat dengan dokter (misal antimotilitas, antispasmodic, obat pengeras feses)

2. Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan Cairan Aktif (D.0036) a. Luaran : Keseimbangan Cairan Meningkat (L.03020)

1) Asupan cairan meningkat

2) Kelembapan membran mukosa meningkat 3) Dehidrasi menurun

4) Tekanan darah, nadi radial, mata cekung, turgor kulit, berat badan membaik

b. Intervensi Keperawatan : Managemen Cairan (I.03098)

1) Monitor status hidrasi (misal frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)

2) Monitor berat badan harian

3) Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis

4) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (misal hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN)

5) Monitor status hemodinamik (misal MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)

6) Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam 7) Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan

8) Berikan cairan intravena bila perlu

9) Kolaborasi dengan dokter pemberian diuretik jika perlu 3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d

Penurunan Intake Makanan (D.0019)

a. Luaran : Status Nutrisi Membaik (L.03030) 1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat 2) Perasaan cepat kenyang menurun

3) Nyeri abdomen, Diare menurun

4) Berat badan, IMT, frekuensi dan nafsu makan, bising usus, membran mukosa membaik

b. Intervensi Keperawatan : Managemen Nutrisi (I.03119) 1) Identifikasi status nutrisi

2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3) Identifikasi jenis kebutuhan kalori dan jenis nutrien 4) Identifikasi perlunya penggunaan nasogastrik

5) Monitor berat badan

6) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium 7) Lakukan oral hygiene sebelum makan 8) Fasilitasi pedoman diet

9) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 10) Berikan makanan tinggi serat untuk menghindari konstipasi 11) Berikan makanan tinggi kalori dan protein

12) Berikan suplemen makanan jika perlu

13) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi

14) Anjurkan posisi duduk jika mampu 15) Ajarkan diet yang diprogramkan

16) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal pereda nyeri)

17) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan

4. Gangguan Pertukaran Gas b.d Perubahan Membran Alveolar- Kapiler (D.0003)

a. Luaran : Pertukaran Gas Meningkat (L.01003) 1) Tingkat kesadaran meningkat

2) Diaspnea menurun

3) Bunyi nafas tambahan menurun 4) Pusing, gelisah menurun

5) Takikardia, pH arteri, sianosis, pola nafas, warna kulit membaik

b. Intervensi Keperawatan : Pemantauan Respirasi (I. 01014)

1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas

2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)

3) Monitor kemampuan batuk efektif 4) Monitor adanya produksi sputum 5) Monitor adanya sumbatan jalan napas 6) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 7) Auskultasi bunyi napas

8) Monitor saturasi oksigen 9) Monitor nilai AGD 10) Monitor saturasi oksigen 11) Monitor hasil x-ray toraks

12) Alur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien 13) Dokumentasikan hasil pemantauan

14) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 15) Informasikan hasil pemantauan bila perli

5. Kerusakan Integritas Kulit b.d Ekskresi/BAB Sering (D.0129) a. Luaran : Integritas Kulit dan Jaringan Meningkat (L.14125)

1) Elastisitas meningkat 2) Hidrasi meningkat

3) Perfusi jaringan meningkat 4) Kerusakan jaringan menurun 5) Kerusakan lapisan kulit menurun 6) Nyeri menurun

7) Perdarahan, kemerahan, jaringan parut, nekrosis menurun

8) Suhu kulit, sensasi, tekstur, pertumbuhan rambut membaik b. Intervensi Keperawatan : Perawatan Integritas Kulit (I.11353)

1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (misal perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas) 2) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

3) Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang jika perlu 4) Bersikan perineal dengan air hangat, terutama selama periode

diare

5) Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering

6) Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif

7) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering 8) Anjurkan menggunakan pelembab (misal lotion/serum) 9) Anjurkan minum air yang cukup

10) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

11) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur 12) Anjurkan menghindari paparan suhu ektsrem

13) Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah

14) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

6. Resiko Syok (Hipovolemi) b.d Kehilangan Cairan dan Elektrolit (D.0039)

a. Luaran : Tingkat Syok Menurun (L.03032) 1) Kekuatan nadi meningkat

2) Output urine meningkat

3) Tingkat kesadaran meningkat 4) Saturasi oksigen meningkat

5) Akral dingin, pucat, haus, asidosis metabolik menurun 6) Mean Arterial Pressure, tekanan darah sistolik diastolik,

tekanan nadi, frekuensi nadi, frekuensi napas membaik b. Intervensi Keperawatan : Pencegahan Syok (I.02068)

1) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)

2) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)

3) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)

4) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil 5) Periksa riwayat alergi

6) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen

>94%

7) Persiapan intubasi dan ventilasi mekanis jika perlu 8) Pasang jalur IV jika perlu

9) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine jika perlu

9) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine jika perlu

Dalam dokumen LP+ Askep Mahmudi (Halaman 8-0)

Dokumen terkait