• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP+ Askep Mahmudi

N/A
N/A
Ria Agustin

Academic year: 2022

Membagikan "LP+ Askep Mahmudi"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T DENGAN DIAGNOSA MEDIS

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

DI RUANG EDELWEIS RS.

BHAYANGKARA SURABAYA

Disusun Oleh Mahmudi (181141022)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN INSTITUT KESEHATAN & BISNIS SURABAYA

SURABAYA

2022

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan, Keperawatan Medikal Bedah (KMB) di Rs. Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya. Untuk memenuhi nilai tugas praktek RS pada tanggal 9 Mei 2022 – 5 Juni 2022

Nama : Mahmudi

NIM 181141022

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan Hari, Tanggal : Senin, 9 Mei 2022

Surabaya, 9 Mei 2022

(Mahmudi)

Mengetahui,

Kepala Ruangan Clinical Instructure

(Singgih, S.Kep., Ns., M.Tr.Kep) (Mey Tri Kumalasari, S.Kep., Ns)

Pembimbing Akademik Supervisi Minggu ke 1

Alpian Jayadi, S.Kep., Ns,M.Imun

Supervisi Minggu ke 2

Ariska Putri H., S.Kep., Ns.,M.Epid

Supervisi Minggu Ke 3

Alpian Jayadi, S.Kep., Ns,M.Imun

Supervisi Minggu ke 4

Putri Pamungkas., S.Kep.,Ns., M.KMM

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. T dengan Diagnosa Medis Gastroenteritis Akut (GEA) di Ruang Edelweis Rs. Bhayangkara Surabaya”. Penulisan Laporan Pendahuluan merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan praktik RS/magang pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Dalam penulisan Laporan Pedahuluan, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Laporan Pendahuluan selanjutnya.

Dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak yang membantu dalam menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini, khususnya Bapak Singgih, S.Kep., Ns., M.Tr.Kep selaku Kepala Ruangan Edelweis RS. Bhayangkara Surabaya, Ibu MeyTri Kumalasari, S.Kep., Ns., selaku Clinical Instructure Ruangan Edelweis RS. Bhayangkara Surabaya, dan para Dosen pembimbing praktik RS pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal’Alamiin

Surabaya, 9 Mei 2022

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 4

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar GEA ... 5

2.1.1 Definisi GEA... 5

2.1.2 Etiologi ... 5

2.1.3 Tanda dan Gejala ... 7

2.1.4 Komplikasi ... 8

2.1.5 Klasifikasi ... 8

2.1.6 Patofisiologi ... 9

2.1.7 Pathway ... 10

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik ... 11

2.1.9 Penatalaksanaan ... 11

2.1.10 Pencegahan... 12

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ... 13

2.2.1 Pengkajian Keperawatan ... 13

2.2.2 Diagnosa Keperawatan ... 14

2.2.3 Intervensi Keperawatan ... 14

2.2.4 Implementsi Keperawatan ... 22

2.2.5 Evaluasi Keperawatan ... 22

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 23

3.2 Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

(5)

1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

Gastroenteritis akut (GEA) masih menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara berkembang. Gastroenteritis akut adalah diare disertai muntah yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Muhammad Iqbal, 2018). Gastroenteritis kronik yaitu yang berlangsung lebih dari 14 hari dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Gastroenteritis akut merupakan perwujudan infeksi Campylobacter yang paling lazim, biasanya disebabkan oleh C jejuni, C. coli dan C. laridis masa inkubasi adalah 1 – 7 hari, diare terjadi dari cairan tinja encer atau tinja berdarah dan mengandung lendir (Muhammad Iqbal, 2018). Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambungyang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial Kumala (2011). Menurut WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200g atau 200ml/24jm.

Definisi lain memakai kriteria frekuaensi yaitu buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa di sertai lender dan darah. Gastroenteritis akut sering menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yangmasih lemah, sehingga dapat terkena bakteri penyebab diare, jika diare disertai muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan dan elektrolit). Inilah yang harus diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan menyebabkan kematian, dehidrasi yang terjadi pada anak akan cepat menjadi parah. Hal ini disebabkan karena seorang anak berat badanya lebih rendah daripada dewasa. Maka cairan tubuhnya relatif sedikit, sehingga kehilangan sedikit cairan dapat menggagu organ-organ vitalnya, dehidrasi akan semakin parah jika di tambah dengan keluhan lainya seperti mencret dan panas karena kehilangan cairan tubuh lewat penguapan (Mardiana, 2019).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh kementrian kesehatan, diare akut merupakan penyebab kematian pada bayi 31,4% dan balita 25,2% Tjitrosusanto (2013). Kematian anak di Indonesia sangat tinggi, Indonesia menduduki rangking ke enam dengan angka kejadian sebesar 6 juta bayi yang matipertahunnya, kematian anak dan balita disebabkan oleh penyakit diare, bahkan untuk mendiagnosis diare, maka pemeriksaan antigen secara langsung dari tinja mempunyai nilai sensitifitas mencapai 70-90% (Belfield, 2014 et al). Angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit GEA pada balita adalah

(6)

kelompok umur 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17bulansebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2,06% (Kemenkes, 2011). Menurut World Health Organization Organization (2018) saat ini penyakit Gastroenteritis diderita 66 juta orang di dunia. Menurut Reno (2017) di Indonesia terdapat 33.832 orang menderita Gastroenteritis ditemukan dan di tangani di Provinsi Jawa Timur 2018 adalah 28.869 sehinga cakupan kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebesar 85,3%.

Jumlah penderita gastroenteritis di jawa timur pada januari 2016 sebanyak 82,87%

penderita, kemudian pada tahun 2017 sebanyak 82,29% penderita, dan pada tahun 2018 sebanyak 77,85% penderita Jawa Timur (2018). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan setiap tahunnya. Ada 10 data penyakit tertinggi di kabupaten lamongan salah satunya adalah gastroenteritis akut yang menduduki peringkat ke 8 dengan 2,32%. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya GEA adalah gangguan osmotik yang merupakan akibat terdapatnya makan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan feses sehingga timbul diare. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya timbul diare pula.

Gastroenteritis akut yang ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus mual muntah dapat menimbulkan anoreksia nervosa, hipetermia, dehidrasi (ketidakseimbangan cairan elektrolit). Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mencakup pencarian tanpa akhir dari bentuk badan ideal melalui kelaparan (King, 2014). Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal yaitu suhu tubuh mencapai sekitar 37,8℃ per oral atau 38,8℃ per rektal secara terus menerus disertai kulit panas dan kering, atau koma yang disebabkan oleh atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik). Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak daripada jumlah cairan yang masuk. Kebutuhan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia fisiologis yang harus dipenuhi.

Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan cairan dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Terutama diare pada anak perlu mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak. Sebagian dari penderita (1 – 2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60%

(7)

diantaranya dapat meninggal (Sodikin, 2011). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari homeostatis.

Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh, cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. (Puspa, 2018). Dampak masalah fisik yang akan terjadi bila diare tidak diobati akan berakibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak. Pada balita akan menyebabkan anorexia (kurang nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi, dan diare dapat mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan pada anak yang mengalami diare akan menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan menghambat proses tumbuh kembang anak.

Sedangkan dampak psikologis terhadap anak-anak antara lain anak akan menjadi rewel, cengeng, sangat tergantung pada orang terdekatnya. (Sinaga, 2018). Tindakan atau peran perawat yang harus dilakukan pada pasien diare dengan resiko ketidakseimbangan elektrolit adalah pemberian makanan yang mengandung zat besi dan pemberian makanan yang sedikit berserat, pemberian cairan khusus yang mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi bila di perlukan, pemberian obat-obatan pemberian anti biotik. Pemberian cairan per oral seperti pemberian ASI atau susu formula pada bayi.

Pemberian cairan sangat penting mengingat komplikasi tersering yang juga dapat menyebabkan kematian penderita dehidrasi Rustam (2017).

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah laporan ini adalah apakah yang dimaksud dengan Gastroenteritis akut (GEA) dan Bagaimana penanganan Gastroenteritis akut (GEA) dengan tepat?

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah laporan ini adalah apakah yang dimaksud dengan Gastroenteritis akut (GEA) dan bagaimana tindakan keperawatan yang tepat untuk penanganan Gastroenteritis akut (GEA)?

1.3 Tujuan

Untuk mendeskripsikan mengenai penyakit Gastroenteritis akut (GEA) serta menjelaskan tindakan keperawatan yang tepat untuk penatalaksanaan Gastroenteritis akut (GEA).

(8)

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Kesimpulan dari penelitian ini dapat menjadi rujukan sumber ilmu bagi masyarakat selain itu juga menjadi sebuah nilai tambah khasanah pengetahuan ilmiah dibidang ilmu kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya pencegahan dan penatalaksanaan Gastroenteritis akut (GEA). Serta mengurangi angka kejadian kasus Gastroenteritis akut (GEA) yang berdampak pada kematian.

1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan informasi serta pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang gastroenteritis akut terutama penatalaksanaan diare dan dalam pemenuhan cairan elektrolit.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil laporan ini bisa bermanfaat untuk instansi pendidikan dan dapat menjadi bahan referensi tentang pendidikan kesehatan terhadap Gastroenteritis akut (GEA).

3. Bagi Instansi Kesehatan

Sebagai masukan agar instansi kesehatan melaksanakan kegiatan penyuluhan rutin kepada masyarakat.

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Gastroenteritis Akut (GEA)

2.1.1 Definisi Gastroenteritis Akut (GEA)

Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah (How, C., 2010). Menurut Dennis, dkk (2016) diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair (kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam). Diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari, dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), kandungan air lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml / 24 jam (Wijaya & Putri, 2013). Gastroenteritis akut juga didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari gejala infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti bakteri, virus, dan parasit.

Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi saluranpencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh organisme tersebut (food borne disease) (Mendri, 2017).

Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lendir dan darah (Murwani, 2009). Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa airsaja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).

Berdasarkan hal tersebut dapat disumpulkan Gastroenteritis akut (GEA) adalah inflamasi mukosa dari saluran gastrointestinal akibat infeksi organisme seperti bakteri, virus, dan parasit ditandai dengan feses yang lebih lembek atau cair dan muntah dengan onset mendadak yang frekunsinya lebih dari 3 kali sehari dan berlansung kurang dari 14 hari.

2.1.2 Etiologi

Menurut (Ngastiyah,2005) faktor infeksi diare.

1. Faktor Infeksi a. Infeksi Virus

(10)

Retovirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi,sering didahulu atau disertai dengan muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC. Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC.

1) Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.

2) Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.

3) Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).

b. Bakteri

1) Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli- September insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam.

Muntah yang tidak menonjol terdapatnya sel polos dalam feses sel batang dalam darah

2) Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.

Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid. Mungkin ada peningkatan temperature Muntahtidak menonjol Sel polos dalam feses Masa inkubasi 6- 40 jam, lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.

3) Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan entenoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.

4) Campylobacter Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain. Kram abdomen yang hebat. Muntah/dehidrasi jarang terjadi

5) Yersinia Enterecolitica Feses mukosa sering didapatkan sel polos pada feses. Mungkin ada nyeri abdomen yang berat Diare selama 1-2minggu.

Sering menyerupai apendicitis.

6) Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan diusus, sehingga orang yang bersangkutan kehilangan banyak elektrolit. Timbulnya mendadak, usia terkenalebih dari 2 tahun, terkadang disertai muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis dan seperti cucian beras.

c. Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur(C. albicans).

(11)

d. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

2. Faktor Non Infeksi a. Malabsorbsi,

1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.

3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin

b. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE).

Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.

Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak airdengan benar. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.

2.1.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salahsatu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah (81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10% (Bresee, 2012). Sedangkan gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarhhea) dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair. Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan atau minurnan yang terkontaminasi (Sudoyo, 2009). Diare sekretorik (watery diarhea) yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan yang

(12)

mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut.

Karena kehilangan cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik (Sudoyo, 2009). Sedangkan kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH darah dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah muka pucat ujung-ujung ektremitas dingin dan kadang sianosis karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung (Sudoyo, 2009).

2.1.4 Komplikasi

Beberapa komplikasi menurut ngastiyah (2005) adalaah :

a. Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi perubahan elektro diogram)

b. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia c. Hiponatremi

d. Syok hipovalemik e. Asidosis

f. Dehidrasi 2.1.5 Klasifikasi

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadidua golongan:

a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.

b. Diare non spesifik : diare dietetis.

2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :

a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan

(13)

oleh bakteri, virus dan parasit.

b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:

diare karena bronkhitis.

3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25%

sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.

b. Diare kronik, adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.

2.1.6 Patofisiologi

Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah Penyebab gastroenteritis akut dengan diawali masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel,atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.

Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.

Beberapa kasus ditemui penyebaranpatogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan elektrolit. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah

1. Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

(14)

elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

2.1.7 Pathway

(15)

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Laboratorium.

a. Pemeriksaan tinja.

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungki kan.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.

2. Pemeriksaan Elektrolit Intubasi Duodenum

Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

3. Pemeriksaan Darah

a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.

b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Doudenal Intubation

Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

2.1.9 Penatalaksanaan 1. Terapi Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melaluikeringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).

2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL (Concomitant water losses)

b. Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO- ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral :

(16)

a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula,air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan RingerLaktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi :

a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).

2. Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare padapelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotik untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7- 14 hari, 7-14 hari oral atau IV).

3. Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).

Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

2.1.10 Pencegahan

1. Menggunakan air bersih dan santasi yang baik 2. Memasak makanan dan air minum hingga matang

(17)

3. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan 4. Menghindari makanan yang telah tekontaminasi oleh lalat 5. Tidak mengkonsumsi makanan yang basi

6. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare 7. Makan dan minum secara teratur

8. Segera mencuci pakaian-pakaian kotor 2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengenal keadaan umum dan perilaku pasien, keadaan umum pasien yang dapat diperiksa meliputi mengkaji dehidrasi seperti berkurangnya haluran urin, menurunnya berat badan, membran mukosa yang kering, turgor kulit yang jelek, ubun- ubun yang cekung, dan kulit yang pucat, dingin serta kering. Pada dehidrasi yang lebih berat gejala meningkatnya dehidrasi nadi, dan respirasi, menurunnya tekanan darah dan waktu pengisian ulang kapiler yang memanjang (>2 detik) dapat menunjukan syok yang mengancam atau bahkan sampai meninggal (Sodikin, 2011). Riwayat penyakit akan memberikan informasi penting mengenai kemungkinan agen penyebabnya seperti pengenalan makanan yang baru, kontak dengan agen yang menular, berwisata kedaerah dengan suseptibilitas tinggi, kontak dengan hewanyang diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat alergi, pengunaan obat dan makanan dapat menunjukan kemungkinan alergi, terhadap makanan yang banyak mengandung, sorbitol dan fruktosa (misalnya jus apel). Diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari, dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), kandungan air lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml / 24 jam (Wijaya & Putri, 2013).

Bentuk cair kadang-kadang disertai dengan darah atau lendir, nafsu makan menurun, warna kelaman kehijauan karena bercampur dengan empedu, muntah rasa haus, adanya lecet didaerah anus, adanya tanda-tanda dehidrasi. Pada pengkajian faktor penyebab dapat disebabkan oleh faktor bakteri, atau faktor makanan, faktor obat-obatan, dan juga faktor psikologi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya turgor kulit buruk, membran mukosa kering, bising usus meningkat, kram abdomen, penurunan berat badan, perubahan tanda-tanda vital, yaitu peningkatan nadi dan pernapasan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain seperti kadar kalium, natrium, dan klorida.

(18)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Diare menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, adalah :

1. Diare b.d proses infeksi, inflamasi diusus

2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makanan

4. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler 5. Kerusakan Integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

6. Resiko syok (hipovolemi) b.d kehilangan cairan dan elektrolit 7. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien.

Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit gastroenteritis akut atau diare menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Diare b.d Proses Infeksi, Inflamasi Diusus (D.0020) a. Luaran : Eliminasi Fekal Membaik (L.04033)

1) Kontrol pengeluaran feses meningkat 2) Konsistensi feses membaik

3) Frekuensi defekasi membaik 4) Peristaltik usus membaik

b. Intervensi Keperawatan : Managemen Diare (I.03101)

1) Identifikasi penyebab diare (misal inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointertinal, proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat-obatan)

2) Identifikasi riwayat pemberian makanan

(19)

3) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses 4) Monitor tanda dan gejala hipovolemia (misal takikardi, nadi

teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT melambat, BB turun)

5) Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perianal 6) Monitor jumlah pengeluaran diare

7) Monitor keamanan penyiapan makanan

8) Berikan asupan cairan oral (misal larutan garam gula, oralit, pedialyte, renalyte)

9) Pasang jalur intravena

10) Berikan cairan intravena (misal ringer asetat, ringer laktat) jika perlu

11) Ambil sampel darah untuk pemeriksan darah lengkap dan elektrolit

12) Ambil sampel feses untuk kultur jika perlu

13) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap 14) Anjurkan menghindari makanan pembentukan gas, pedas, dan

mengandung laktosa

15) Kolaborasi pemberian obat dengan dokter (misal antimotilitas, antispasmodic, obat pengeras feses)

2. Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan Cairan Aktif (D.0036) a. Luaran : Keseimbangan Cairan Meningkat (L.03020)

1) Asupan cairan meningkat

2) Kelembapan membran mukosa meningkat 3) Dehidrasi menurun

4) Tekanan darah, nadi radial, mata cekung, turgor kulit, berat badan membaik

(20)

b. Intervensi Keperawatan : Managemen Cairan (I.03098)

1) Monitor status hidrasi (misal frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)

2) Monitor berat badan harian

3) Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis

4) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (misal hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN)

5) Monitor status hemodinamik (misal MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)

6) Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam 7) Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan

8) Berikan cairan intravena bila perlu

9) Kolaborasi dengan dokter pemberian diuretik jika perlu 3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d

Penurunan Intake Makanan (D.0019)

a. Luaran : Status Nutrisi Membaik (L.03030) 1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat 2) Perasaan cepat kenyang menurun

3) Nyeri abdomen, Diare menurun

4) Berat badan, IMT, frekuensi dan nafsu makan, bising usus, membran mukosa membaik

b. Intervensi Keperawatan : Managemen Nutrisi (I.03119) 1) Identifikasi status nutrisi

2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3) Identifikasi jenis kebutuhan kalori dan jenis nutrien 4) Identifikasi perlunya penggunaan nasogastrik

(21)

5) Monitor berat badan

6) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium 7) Lakukan oral hygiene sebelum makan 8) Fasilitasi pedoman diet

9) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 10) Berikan makanan tinggi serat untuk menghindari konstipasi 11) Berikan makanan tinggi kalori dan protein

12) Berikan suplemen makanan jika perlu

13) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi

14) Anjurkan posisi duduk jika mampu 15) Ajarkan diet yang diprogramkan

16) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal pereda nyeri)

17) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan

4. Gangguan Pertukaran Gas b.d Perubahan Membran Alveolar- Kapiler (D.0003)

a. Luaran : Pertukaran Gas Meningkat (L.01003) 1) Tingkat kesadaran meningkat

2) Diaspnea menurun

3) Bunyi nafas tambahan menurun 4) Pusing, gelisah menurun

5) Takikardia, pH arteri, sianosis, pola nafas, warna kulit membaik

b. Intervensi Keperawatan : Pemantauan Respirasi (I. 01014)

(22)

1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas

2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)

3) Monitor kemampuan batuk efektif 4) Monitor adanya produksi sputum 5) Monitor adanya sumbatan jalan napas 6) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 7) Auskultasi bunyi napas

8) Monitor saturasi oksigen 9) Monitor nilai AGD 10) Monitor saturasi oksigen 11) Monitor hasil x-ray toraks

12) Alur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien 13) Dokumentasikan hasil pemantauan

14) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 15) Informasikan hasil pemantauan bila perli

5. Kerusakan Integritas Kulit b.d Ekskresi/BAB Sering (D.0129) a. Luaran : Integritas Kulit dan Jaringan Meningkat (L.14125)

1) Elastisitas meningkat 2) Hidrasi meningkat

3) Perfusi jaringan meningkat 4) Kerusakan jaringan menurun 5) Kerusakan lapisan kulit menurun 6) Nyeri menurun

7) Perdarahan, kemerahan, jaringan parut, nekrosis menurun

(23)

8) Suhu kulit, sensasi, tekstur, pertumbuhan rambut membaik b. Intervensi Keperawatan : Perawatan Integritas Kulit (I.11353)

1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (misal perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas) 2) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

3) Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang jika perlu 4) Bersikan perineal dengan air hangat, terutama selama periode

diare

5) Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering

6) Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif

7) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering 8) Anjurkan menggunakan pelembab (misal lotion/serum) 9) Anjurkan minum air yang cukup

10) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

11) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur 12) Anjurkan menghindari paparan suhu ektsrem

13) Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah

14) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

6. Resiko Syok (Hipovolemi) b.d Kehilangan Cairan dan Elektrolit (D.0039)

a. Luaran : Tingkat Syok Menurun (L.03032) 1) Kekuatan nadi meningkat

2) Output urine meningkat

(24)

3) Tingkat kesadaran meningkat 4) Saturasi oksigen meningkat

5) Akral dingin, pucat, haus, asidosis metabolik menurun 6) Mean Arterial Pressure, tekanan darah sistolik diastolik,

tekanan nadi, frekuensi nadi, frekuensi napas membaik b. Intervensi Keperawatan : Pencegahan Syok (I.02068)

1) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)

2) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)

3) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)

4) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil 5) Periksa riwayat alergi

6) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen

>94%

7) Persiapan intubasi dan ventilasi mekanis jika perlu 8) Pasang jalur IV jika perlu

9) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine jika perlu 10) Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi

11) Jelaskan penyebab/faktor risiko syok 12) Jelaskan tanda dan gejala awal syok

13) Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok

14) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 15) Anjurkan menghindari alergen

16) Kolaborasi pemberian IV, transfusi darah, antiinfalamasi jika perlu

(25)

7. Ansietas b.d Perubahan Status Kesehatan (D.0080) a. Luaran : Tingkat Ansietas Menurun (L.09093)

1) Verbalisasi kebingungan, khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

2) Perilaku gelisah, tegang, keluhan pusing, anoreksia menurun 3) Frekuensi pernafasan, nadi, tekanan darah, tremor, pucat

menurun

4) Konsentrasi, pola tidur, perasaan keberdayaan, kontak mata, pola berkemih membaik

b. Intervensi Keperawatan : Reduksi Ansietas (I.09314)

1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal kondisi, waktu, stresor)

2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan 3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal, nonverbal)

4) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan 5) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika

memungkinkan

6) Pahami situasi yang membuat ansietas 7) Dengarkan dengan penuh perhatian

8) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

9) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan 10) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan

datang

11) Jelaskan prosedr termasuk sensasi yang mungkin dialami 12) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,

dan prognosis

13) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

(26)

14) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif 15) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

16) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan 17) Latih penggunaan mekanisme pertahan diri yang tepat 18) Latih teknik relaksasi

19) Kolaborasi dengan dokter pemberian antiansietas jika perlu 2.2.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang di rencanakan dalam rencana keperawatan (Tarwoto Wartonah, 2015).

Perawat melakukan pengawasan terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan (Perry & Potter, 2015).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi yang dilakukan pada pasien dilakukan untuk mengatasi diare dan frekuensi BAB pada pasien. Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan SOAP, yaitu:

1. S (Subjektif) merupakan data berupa keluhan pasien 2. O (Objektif) merupakan hasil dari pemeriksaan

3. A (Analisa Data) merupakan pembanding data dengan teori 4. P (Perencanaan) merupakan tindakan selanjutnya yang akan

dilakukan oleh perawat (Hidayat, 2012)

(27)

3.1 Kesimpulan

BAB III PENUTUP

Gastroenteritis akut (GEA) adalah inflamasi mukosa dari saluran gastrointestinal akibat infeksi organisme seperti bakteri, virus, dan parasit ditandai dengan feses yang lebih lembek atau cair dan muntah dengan onset mendadak yang frekunsinya lebih dari 3 kali sehari dan berlansung kurang dari 14 hari.

3.2 Saran

Dengan disusunnya laporan pendahuluan ini semoga pembaca dapat mengetahui apa itu gastroenteritis akut (GEA) dalam keperawatan dan dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk gastroenteritis akut (GEA) sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan terutama dalam bidang keperawatan sehingga dapat memberikan tindakan yang tepat dan meminimalkan risiko.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. 2016. Kozier & Erbs’s Fundamental of Nursing . USA: Pearson Education

Bulechek. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC).Yogyakarta : Mocomedia Herdman T.Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Lewis, S.L Dirksen, S.R., Heltkemper, M. M., Bucher, L, & Harding, M. M. 2014.

Medical- surgical nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. St.

Louis. Missouri: Mosby Elsevier

(29)
(30)

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 9 Mei 2022 Jam Masuk : 07.20

Tanggal Pengkajian : 9 Mei 2022 No. RM : 0022XXXX

Jam Pengkajian : 07.21 Diagnosa Masuk : GEA

Hari Rawat ke : 1 IDENTITAS

1. Nama Pasien : Ny. T 2. Umur : 44 tahun 3. Suku/ Bangsa : Indonesia 4. Agama : Islam 5. Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 7. Alamat : Surabaya

8. Sumber Biaya : BPJS

KELUHAN UTAMA

1. Keluhan Utama : diare 15x sejak semalam dan pagi tgl 9 Mei sebanyak 5x konsistensi feses cair tidak berampas

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke IGD Rs. Bhayangkara Surabaya pada tgl 9 Mei 2022, pukul 07.20 pasien transfer ke ruang edelweis dengan keluhan diare sejak semalam sebanyak 15x dan pagi ini diare sebanyak 5x dengan konsistensi feses cair tanpa ampas, tidak berlendir, tidak berdarah. Pasien tidak mual muntah. Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat maupun makanan. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu ataupun riwayat penyakit keluarga. Pasien mengatakan saat mengalami diare hanya mengonsumsi imodium dan entrostop. Pasien juga mengeluh merasa haus terus menerus dan badan terasa lemas. Saat pengkajian tampak pasien lemas, wajah pucat, membran mukosa bibir kering, mata cowong, akral dingin, CRT kembali dalam <2detik. Kondisi umum pasien cukup. GCS pasien 4-5-6. Didapatkan TTV (Tekanan darah : 110/70 Nadi : 80x/menit Suhu : 36℃ RR : 20x/menit SPO2 : 98%, bising usus 16x/menit)

(31)

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

1. Pernah dirawat : ya tidak  kapan : tidak pernah diagnosa : tidak ada 2. Riwayat penyakit kronik dan menular : ya tidak  jenis : tidak ada

Riwayat kontrol : pasien mengatakan tidak memiliki riwayat kontrol

Riwayat penggunaan obat : pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penggunaan obat 3. Riwayat alergi : pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

Obat ya tidak  jenis : tidak ada

Makanan ya tidak  jenis : tidak ada

Lain-lain ya tidak  jenis : tidak ada

4. Riwayat Operasi : ya tidak 

- Kapan : pasien mengatakan tidak pernah operasi - Jenis Operasi : pasien mengatakan tidak pernah operasi 5. Lain-lain : tidak ada

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Ya Tidak 

- Jenis : tidak ada - Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki : Perempuan : Pasien

1.2

1.3 1.1

1.7 1.5

1.6

1.4

1.11 1.10 1.9

1.13 1.12 1.8

1.16 1.17

1.14 1.15

1.18 1.19

1.20 1.21

(32)

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan :

Alkohol ya tidak 

Merekok ya tidak 

Keterangan : pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan perilaku konsumsi alkohol maupun merokok

Obat ya tidak 

Keterangan : pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi obat-obatan

Olah Raga ya tidak 

Keterangan : pasien mengatakan jarang berolah raga OBSERVASI DA PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda tanda vital

S : 36℃ N : 80x/menit TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit SPO2 : 98%

Kesadaran  Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma 2. Sistem Pernapasan (B1)

a. RR : 20x/menit

b. Keluhan : tidak ada keluhan Sesak Nyeri waktu nafas Orthopnea Batuk : tidak ada  Produktif Tidak Produktif

Sekret : tidak ada Konsentrasi : tidak ada Warna : tidak ada Bau : tidak ada

c. Penggunaan otot bantu nafas : pasien tidak menggunakan otot bantu nafas

d. PCH ya  tidak e. Irama nafas  teratur tidak teratur f. Pleural Friction rub : tidak ada

g. Pola nafas : normal Dispoe Ksmaul Cheyne Stroke h. Suara nafas : normal Cracles Ronki Wheezing i. Alat bantu nafas ya  tidak

Jenis : tidak ada

j. Penggunaan WSD : pasien tidak menggunakan WSD - Jenis : tidak ada

- Jumlah cairan : tidak ada - Undulasi : tidak ada - Tekanan : tidak ada

k. Tracheostomy : ya tidak

l. Lain-lain : tidak ada masalah keperawatan pada sistem pernapasan 3. Sistem Kardio Vaskuler (B2)

a. TD : 110/70 mmHg b. N : 80x/menit

c. Keluhan nyeri dada : ya  tidak P : tidak ada

Q : tidak ada R : tidak ada S : tidak ada T : tidak ada

1.26

1.27 1.24

1.25

1.22 1.23 1.32

1.33

1.30 1.31

1.28 1.29

1.38 1.39

1.36 1.37

1.34 1.35 1.44

1.45

1.42 1.43

1.40 1.41

1.46 1.47

1.54 1.55

1.52 1.53

1.50 1.51

1.48 1.49

1.62 1.63

1.64 1.65

1.58 1.59 1.56

1.57

1.60 1.61

1.70 1.71

1.68 1.69 1.66

1.67

1.72 1.73 1.78

1.79

1.76 1.77

1.74 1.75 1.84

1.85

1.82 1.83

1.80 1.81 1.86

1.87

1.88 1.89

1.92 1.93

1.90 1.91

1.96 1.97

1.94 1.95

Masalah Keperawatan:

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada MK

(33)

d. Irama jantung :  reguler ireguler

e. Suara jantung :  normal (S1/S2 tunggal) murmur

Gallop lain-lain

f. Ictus Cordis : normal

g. CRT : kembali dalam <2 detik

h. Akral : hangat kering merah  basah Pucat panas  dingin

i. Sirkulasi perifer :  normal menurun j. JVP : tidak terkaji

k. CVP : tidak terkaji l. CTR : tidak terkaji m. ECG & Interprestasinya :

n. Lain-lain : tidak ada masalah keperawatan pada sistem kardiovaskuler 4. Sistem Pesyarafan (B3)

a. GCS : 15 (E : 4 V : 5 M : 6)

b. Refleks Fisiologis patella triceps biceps c. Refleks Patologis babinsky brudznsky kernig

Lain-lain : tidak ada

d. Keluhan pusing ya  tidak P : tidak ada

Q : tidak ada R : tidak ada S : tidak ada T : tidak ada

e. Pemeriksaan saraf kranial:

N1 :  normal tidak Ket:

N2 :  normal tidak Ket:

N3 :  normal tidak Ket:

N4 :  normal tidak Ket:

N5 :  normal tidak Ket:

N6 :  normal tidak Ket:

N7 :  normal tidak Ket:

N8 :  normal tidak Ket:

N9 :  normal tidak Ket:

N10 :  normal tidak Ket:

N11 :  normal tidak Ket:

N12 :  normal tidak Ket:

f. Pupil  anisokor isokor Diameter : pupil kanan kiri berukuran sama ±2-4mm

g. Scelera  anikterus ikterus h. Konjunctiva  ananemis anemis

i. Istirahat/ tidur : pasien mengatakan tidur ±6jam Gangguan tidur : tidak terdapat gangguan tidur

j. Lain : tidak ada masalah keperawatan pada sistem persyarafan 1.118

1.119

1.100 1.101

1.98 1.99 1.104

1.105

1.102 1.103 1.108

1.109

1.106 1.107

1.116 1.117

1.114 1.115

1.112 1.113

1.110 1.111 1.122

1.123 1.120

1.121 1.126 1.127 1.124

1.125

1.132 1.133

1.130 1.131

1.128 1.129

Masalah Keperawatan:

1.136 1.137

1.138 1.139

1.134 1.135 1.140

1.141

1.142 1.143

1.144 1.145

1.146 1.147 1.150

1.151

1.148 1.149 1.154

1.155

1.152 1.153 1.158

1.159

1.156 1.157 1.162

1.163

1.160 1.161 1.166

1.167

1.164 1.165 1.170

1.171

1.168 1.169 1.174

1.175

1.172 1.173 1.178

1.179

1.176 1.177 1.182

1.183

1.180 1.181 1.186

1.187

1.184 1.185 1.190

1.191

1.188 1.189 1.194 1.195

1.192 1.193 1.198

1.199

1.196 1.197 1.202

1.203

1.200 1.201

(34)

5. Sistem Perkemihan (B4)

a. Kebersihan genetalia : bersih kotor b. Sekret : ada  tidak c. Ulkus : ada  tidak d. Kebersihan meutus uretra  bersih kotor e. Keluhan kencing ada  tidak

Bila ada, jelaskan : tidak ada f. Kemampuan berkemih:

Spontan alat bantu, sebutkan Jenis : tidak ada

Ukuran : tidak ada Hari ke : tidak ada g. Produksi urine : 2000 cc

Warna : kuning jernih Bau : bau khas urine

h. Kandung kemih: Membesar ya tidak i. Nyeri tekan ya  tidak

j. Intake cairan oral : 1500 cc/hari parental : 2000 k. Balance cairan : input – output

Input :

Makan+minum = 1500 ml

Infus = 2000 ml

Terapi = 1903 ml

Air Metabolisme = 320 ml (5x64kg)

Total = 5723 ml

Ouput :

Urine = 2000 ml Feses = 4800 ml IWL = 960 ml Total = 7760 ml

Input-output = 5723-7760 = -2037

l. Lain-lain : ada masalah keperawatan pada sistem perkemihan 6. Sistem Pencernaan (B5)

a. TB : 155 cm BB : 64 kg

b. IMT : 64 : (1,55x1,55)=27 Interpretasi : obesitas tingkat 1 c. Mulut :  bersih kotor berbau d. Membran mukosa lembab  kering stomatitis e. Tenggorokan : tidak ada keluhan

Sakit menelan kesulitan menelan Pembesaran tonsil nyeri tekan

f. Abdomen: tegang kembung ascites

g. Nyeri tekan: ya  tidak h. Luka operasi: ada  tidak

Tanggal operasi : tidak ada Jenis operasi : tidak ada

Masalah Keperawatan:

Kekurangan Volume Cairan

1.206 1.207

1.204 1.205 1.210

1.211

1.208 1.209 1.214

1.215

1.212 1.213 1.218

1.219

1.216 1.217 1.222

1.223

1.220

1.221 1.224

1.225

1.226 1.227

1.228 1.229

1.230 1.231 1.232

1.233

1.234 1.235

1.240 1.241

1.238 1.239

1.236 1.237 1.246

1.247

1.244 1.245

1.242 1.243 1.250

1.251

1.248 1.249 1.254

1.255

1.252 1.253 1.260

1.261

1.258 1.259 1.268

1.269

1.266 1.267 1.264

1.265

1.262 1.263

Masalah Keperawatan:

Diare

1.256 1.257

(35)

Lokasi : tidak ada Keadaan : tidak ada

Drain : ada  tidak - Jumlah : tidak ada

- Warna : tidak ada

- Kondisi area sekitar inseri : tidak ada i. Peristaltik : 16x/menit

j. BAB : 9 Mei 15x 10 Mei pagi 5x Terakhir tanggal : 10 Mei pagi 5x k. Konsistensi : keras lunak  cair lendir/darah l. Diet : padat lunak cair

m. Diet Khusus :

n. Nafsu makan :  baik menurun Frekuensi : 3x/hari

o. Porsi makan :  habis tidak Keterangan : habis setengah porsi p. Lain-lain : ada masalah keperawatan pada sistem pencernaan

7. Sistem penglihatan

a. Pengkajian segmen anterior dan posterior OD

Virus Palpebra Conjunctiva

Kornea BMD

Pupil Iris Lensa

TIO

OS

b. Keluhan nyeri ya  tidak P : tidak ada

Q : tidak ada R : tidak ada S : tidak ada T : tidak ada

c. Luka operasi ada  tidak Tanggal operasi : tidak ada

Jenis operasi : tidak ada Lokasi : tidak ada Keadaan : tidak ada

d. Pemeriksaan penunjang lain : tidak ada

e. Lain-lain : tidak ada masalah keperawatan pada sistem penglihatan 1.272

1.273

1.270 1.271

1.280 1.281

1.278 1.279

1.276 1.277

1.274 1.275 1.286

1.287

1.284 1.285

1.282 1.283 1.290

1.291

1.288 1.289 1.294

1.295

1.292 1.293

1.298 1.299

1.296 1.297

1.300 1.301

1.302 1.303

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada MK

(36)

8. Sistem Pendengaran

a. Pengkajian segmen anterior dan posterior OD

Aurcicula MAE Membran Tymphani

Rinne Weber Swabach

OS

b. tes Audiometri : tidak terkaji

c. Keluhan nyeri ya  tidak P : tidak ada

Q : tidak ada R : tidak ada S : tidak ada T : tidak ada

d. Luka operasi ada  tidak Tanggal operasi : tidak ada

Jenis operasi : tidak ada Lokasi : tidak ada Keadaan : tidak ada e. Alat bantu dengar : tidak ada

f. Lain-lain : tidak ada masalah keperawatan pada sistem pendengaran 9. Sistem muskuloskeletal (B6)

a. Pergerakan sendi :  bebas terbatas b. Kekuatan otot :

5-5-5-5 5- 5-5-5 5-5-5-5 5-5-5-5

c. Kelainan ekstremitas : ya  tidak d. Kelainan tulang belakang : ya  tidak

Frankel : tidak terkaji

e. Fraktur : ya  tidak - Jenis : tidak ada

f. Traksi ya tidak - Jenis : tidak ada - Beban : tidak ada - Lama pemasagan : tidak ada

g. Penggunaan spalk/gips: ya  tidak h. Keluhan nyeri ya  tidak

P : tidak ada Q : tidak ada R : tidak ada S : tidak ada

1.306 1.307

1.304 1.305

1.308 1.309

1.310 1.311

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada MK

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada MK

1.338 1.339

1.336 1.337 1.314

1.315

1.312 1.313

1.318 1.319

1.316 1.317 1.322

1.323

1.320 1.321 1.326

1.327

1.324 1.325 1.330

1.331

1.328 1.329

1.334 1.335

1.332 1.333

(37)

T : tidak ada

i. Sirkulasi perifer : tidak terkaji

j. Kompartemen syndrome ya  tidak

k. Kulit : ikterik sianosis kemerahan  hiperpigmentasi l. Tugor baik kurang  jelek

m. Luka operasi ada  tidak Tanggal operasi : tidak ada

Jenis operasi : tidak ada Lokasi : tidak ada Keadaan : tidak ada

Drain : ada  tidak - Jumlah : tidak ada

- Warna : tidak ada

- Kondisi area sekitar insersi : tidak ada

n. ROM : aktif

o. Cardinal Sign : tidak terkaji

p. Lain-lain : tidak ada masalah keperawatan pada sistem muskuloskeletal 10. Sistem Integumen

a. Penilaian resiko decubitus Aspek yang

dinilai

Kriteria penilaian Nilai

1 2 3 4

Persepsi Sesoris

Terbatas Sepenuhnya

Sangat Terbatas

Keterbatasan Ringan

Tidak ada Gangguan

4 Kelembaban Terus

Menerus basah

Sangat Lembab

Kadang2 Basah

Jarang Basah

3

Aktifitas Bedfast Chairfast Kadang2 Jalan

Lebih Sering Jalan

4 Mobilitas Immobile

Sepenuhnya

Sangat Terbatas

Keterbatasa Ringan

Tidak ada Keterbatasan

4 Nutrisi Sangat

Buruk

Kemungkinan Tidak Adekuat

Adekuat Sangat baik 3

Gesekan &

Pergeseran

Bermasalah Potensial Bermasalah

Tidak Menimbulkan

Masalah

3

NOTE: Pasien dengan nilai total <16 maka dapat dikatakan bahwa pasien berisiko mengalami decubitus (passure ulcers)

(15 or 16 = low risk, 13 or 14 -= moderate risk, 12 or less

= high risk)

Total Nilai 21

b. Warna : kuning kecoklatan c. Pitting edema : +/- grade: tidak edema d. Ekskoriasis : ya  tidak e. Psoriasis : ya  tidak

1.358 1.359

1.360 1.361

1.368 1.369

1.366 1.367 1.372

1.373

1.370 1.371 1.342 1.343

1.340 1.341 1.350

1.351

1.348 1.349

1.346 1.347

1.344 1.345 1.356

1.357

1.354 1.355

1.352 1.353

1.364 1.365

1.362 1.363

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada MK

(38)

f. Pruritus : ya  tidak g. Urtikaria : ya  tidak

h. Lain-lain : tidak ada masalah keperawatan pada sistem integumen 11. Sistem Endokrin

a. Pembesaran tyroid : ya  tidak b. Pembesaran kelenjar getah bening : ya  tidak c. Hipoglikemia : ya  tidak d. hiperglikemia : ya  tidak e. Kondisi kaki DM

- Luka gangren ya  tidak Jenis

- Lama luka : tidak ada - Kedalaman : tidak ada - Kulit kaki : tidak ada - Kuku kaki : tidak ada - Telapak kaki : tidak ada - Jari kaki : tidak ada

- Infeksi ya  tidak - Riwayat luka sebelumnya ya  tidak

Jika ya : tidak ada

- Tahun : tidak ada - Jenis Luka : tidak ada - Lokasi : tidak ada

- Riwayat amputasi sebelumnya ya  tidak Jika ya : tidak ada

- Tahun : tidak ada - Lokasi : tidak ada f. ABI : tidak terkaji

g. Lain-lain : tidak ada masalah keperawatan pada sistem endokrin

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

a. Persepsi klien terhadap peyakitnya: pasien tampak pasrah mengenai penyakinya

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya : pasrah

 Murung/diam gelisah tegang marah/menangis c. Reaksi saat interaksi  koorperatif tidak kooperatif curiga d. Gangguan konsep diri : pasien tidak mengalami gangguan konsep diri

e. Lain-lain : tidak ada maslah keperawatan pada pengkajian psikologi pasien PENGKAJIAN HYGIENE & KEBIASAAN

Jelaskan : pasien mengatakan mandi 3x sehari, gosok gigi 3x sehari,

keramas 3x seminggu, dan potong kuku seminggu sekali, serta membilas dengan bersih tiap BAK/BAB

1.376 1.377

1.374 1.375 1.380

1.381

1.378 1.379

1.382 1.383

1.384 1.385 1.386

1.387

1.388 1.389 1.390

1.391

1.392 1.393 1.394

1.395

1.396 1.397 1.400

1.401

1.398 1.399

1.404 1.405

1.402 1.403 1.408

1.409

1.406 1.407

1.412 1.413

1.410 1.411

1.420 1.421

1.418 1.419

1.416 1.417 1.426

1.427

1.424 1.425

1.422 1.423

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada MK

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada MK

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada MK 1.414

1.415

(39)

PENGKAJIANSPIRITUAL a. Kebiasaan beribadah

- Sebelum sakit  sering kadang-kadang tidak pernah - Selama sakit sering kadang-kadang  tidak pernah b. Batuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah : memberikan motivasi

kepada pasien untuk beribadah saat ini agar lebih diberikan kedamaian hati dan diberikan kesembuhan

PENGKAJIAN SPIRITUAL

Jelaskan : pasien mengatakan sebelum sakit melaksanakan sholat tepat waktu, namun saat sakit pasien tidak dapat melaksanakan sholat dan hanya berdoa saja

TERAPI 9/5 07.20

- Infus Pz grojok - Inj omz 1 vial - Diatab 2 tab 14.30

- infus futrolit 2000cc/24jam - injeksi cefxon 2x1 gr - injeksi omz 2x1 - injeksi ondan 3x8 gr - inj pct 3x1 gr

- p/o lodia 1 tab (tiap diare) - braxidin 3x1

- KSR 3x1 - L.Bio 2x1 - Syr Nucral 3x1

DATA TAMBAHAN LAIN Sars Cov-2 negatif Widal

Salmonella typhi O + 1/80 Salmonella typhi H - Salmonella parathypi AO - Salmonella parathypi BO -

Hemoglobin 14,4 11.0-16,5

Hemotokrit 44,8 34.0-48.0

Eritrokit 6,25 4.20-5.40

Darah acak stik 91.0 <180

ALT 13 <33

Kreatinin darah 0,60 0,67-1.50

Limfosit 1.53 1.00-3.70

Surabaya, 9 Mei 2022

(Mahmudi)

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada MK 1.432

1.433

1.430 1.431

1.428 1.429 1.438

1.439

1.436 1.437

1.434 1.435

(40)

B. ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS

- Pasien mengatakan mengalami diare sejak semalam dengan

frekuensi BAB 15x dan konsistensi feses cair tanpa ampas berwarna kuning tanpa lendir ataupun darah - Pasien mengatakan mengalami

diare pagi ini (9 Mei) sebanyak 5x dengan konsistensi feses cair tanpa ampas berwarna kuning tanpa lendir ataupun darah

- Pasien mengatakan saat diare mengonsumsi imodium dan entrostop

DO

- Kesadaran umum pasien cukup, compos mentis, pasien tampak lemas mukosa bibir kering, mata cowong, akral dingin, CRT

kembali dalam <2 detik GCS 4-5-6 Didapatkan hasil TTV

TD : 110/70 N : 80x/menit S : 36℃

RR : 20x/menit SPO2 : 98%

Bising usus 16x/menit TB/BB : 155cm/64kg

Infeksi

Kuman masuk dan berkembang di

usus halus

Hipersekresi air dan elektrolit

Peningkatan isi rongga usus

Distensi abdomen

Diare

Diare

Referensi

Dokumen terkait

Dan adanya otorisasi dari pihak yang berwenang.Sistem pengendalian intern ini telah dilakukan dengan baik namun masih ada beberapa kelemahan yang dapat

2) Pit type adalah sistem penambangan terbuka yang diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang letaknya pada suatu daerah yang relatif

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas X.4 SMA Negeri 1 Dayeuhluhur tahun ajaran 2010/2011 pada materi pokok ikatan

Salah satu objek wisata yang baru adalah Wisata

Kajian dekonstruksi teks iklan the botol ini berarti merupakan cara membaca secara kritis sehingga mampu menangkap makna dengan cara yang berbeda bagi orang yang

Putra dkk (2013) melakukan penelitian terhadap faktor faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI

Dalam proses pengembangannya media pembelajaran e-module ini telah divalidasi/diujicobakan pada seorang ahli materi yakni guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 8

Publikasi Buku Profil Kabupaten parigi Moutong Tahun 2014 merupakan bagian dari upaya Badan perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Parigi Moutong dalam