• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

3. Komponen Capital

Berdasarkan kajian teori dan penelitian sebelumnya, kecukupan modal dalam industri perbankan syariah adalah salah satu hal yang sangat penting karena berkaitan dengan pengelolaan dana milik masyarakat. Selain itu, kecukupan modal juga berkaitan dalam hal menaggulangi exposure risiko yang terjadi saat ini dan pada masa mendatang (Ginting, 2013: 28)

a. CAR (Capital Adequacy Ratio)

Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko (Rahmani, 2017: 299).

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Puspita & Saryadi, 2018: 6) yang membandingkan bank syariah di Indonesia dengan Malaysia menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada variabel CAR. Seirama dengan penelitian tersebut (Suhadak & Rizkiyah, 2017:

163) menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan faktor permodalan melalui perhitungan CAR di Indonesia, Malaysia, UEA, dan Kuwait.

Hasil berbeda ditemukan dalam penelitian (Wibowo, 2014: 256) yang memperlihatkan deskripsi indikator rasio CAR bank syariah di Indonesia berbeda signifikan dengan bank syariah di Brunei.

Dapat disimpulkan, pada penelitian sebelumnya rasio CAR bank syariah di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain memiliki hasil yang berbeda, maka berdasarkan hal tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H6 = Terdapat perbedaan CAR pada tingkat kesehatan perbankan syariah di Asia Tenggara.

48 BAB III

METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel

Populasi memiliki pengertian sebagai seluruh kumpulan elemen (orang, kejadian, produk) yang dapat digunakan untuk membuat beberapa kesimpulan(Wijaya, 2013: 27). Populasi menurut (Sugiyono, 2015: 6) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yang berada di kawasan Asia Tenggara.

Tabel 3. 1 Bank Umum Syariah di Negara Kawasan Asia Tenggara

No Bank Negara Total Aset dalam

Jutaan (US$) 1 Bank Islam Brunei Darussalam Brunei 7.426

2 Al-Amanah Islamic Bank Filipina 16

3 Bank Syariah Mandiri Indonesia 7.026

4 Bank Muamalat Indonesia 4.090

11 Bank Syariah Bukopin Indonesia 451

12 Bank Victoria Syariah Indonesia 151

13 Maybank Syariah Indonesia 47

14 CIMB Islamic Bank Berhad Malaysia 23.539

15 RHB Islamic Bank Berhad Malaysia 15.840

16 Bank Islam Malaysia Berhad Malaysia 15.434 17 Public Islamic Bank Berhad Malaysia 15.008 18 Hong Leong Islamic Bank Berhad Malaysia 7.585 19 Affin Islamic Bank Berhad Malaysia 6.119 20 Bank Muamalat Malaysia Berhad Malaysia 5.599 21 HSBC Amanah Malaysia Berhad Malaysia 4.912

22 OCBC Al-Amin Bank Berhad Malaysia 3.870

23 Alliance Islamic Berhad Malaysia 2.744

24 Kuwait Finance House (Malaysia) Berhad Malaysia 2.243 25 Standard Chartered Saadiq Berhad Malaysia 1.897

26 Islamic Bank of Thailand Thailand 2.672

Sumber: data sekunder diolah

berdasarkan karakteristik dan teknik tertentu (Wijaya, 2013: 27). Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang menggunakan kriteria tertentu sebagai pertimbangan oleh peneliti (Wahyuni, 2014: 135).

Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bank Umum Syariah (BUS) yang berada di kawasan Asia Tenggara yang terdiri dari sebelas negara yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Singapura, Laos, Kamboja, Vietnam, Myanmar, dan Timor Leste.

2. Negara kawasan Asia Tenggara yang mengembangkan dan memiliki Bank umum Syariah di negaranya, yaitu negara Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, dan Thailand.

3. BUS dengan peringkat tertinggi berdasarkan total aset pada masing-masing negara per Desember 2019.

4. BUS dengan aset tertinggi di Asia Tenggara yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada situs web resmi masing-masing BUS selama periode penelitian.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka proses pengambilan sampel dapat dilihat di dalam tabel berikut ini.

Tabel 3. 2 Proses Pengambilan Sampel

No. Keterangan Jumlah Observasi

1. Bank Umum Syariah (BUS) yang terdapat di lima negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina dan Thailand.

26 Bank Syariah 2. BUS dengan peringkat tertinggi berdasarkan

total aset pada masing-masing negara per Desember 2019.

5 Bank Syariah 3. BUS dengan aset tertinggi di Asia Tenggara

yang memublikasikan laporan keuangan tahunan pada situs web resmi masing-masing BUS selama periode penelitian.

30 Laporan Keuangan Tahunan (5 bank syariah x 6

tahun)

50

Dari tabel tersebut, dapat diperoleh sampel yakni data keuangan Bank Umum Syariah dengan total aset tertinggi per Desember 2019 yaitu sebagai berikut.

Tabel 3. 3 Sampel Penelitian

No. Negara Nama Bank Umum Syariah

1. Indonesia Bank Syariah Mandiri (BSM) 2. Malaysia CIMB Islamic Bank Berhad (CIBB) 3. Brunei Darussalam Bank Islam Brunei Darussalam (BIBD) 4. Filipina Amanah Islamic Bank Filipina (AIBF) 5. Thailand Islamic Bank of Thailand (IBT)

Berdasarkan tabel tersebut di atas, terdapat masing-masing satu bank syariah dari lima negara kawasan Asia Tenggara yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Bank Syariah tersebut memiliki aset tertinggi pada negaranya masing-masing dan memublikasikan laporan keuangan tahunan selama periode 2014-2019. Seluruhnya terdiri dari lima bank syariah dengan 30 laporan keuangan tahunan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bank syariah di lima negara kawasan Asia Tenggara diantaranya Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina dan Thailand. Bank syariah yang diteliti berjumlah lima yang mewakili masing-masing negara. Penelitian ini dilakukan pada periode 2014-2019.

C. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan masing-masing bank syariah di lima negara kawasan Asia Tenggara yang didapat melalui situs web resminya. Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif, jenis data ini sering juga disebut data eksternal (Teguh, 2005: 121).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis data dalam bentuk data panel. Menurut (Sriyana, 2014) data panel adalah penggabungan antara data time series dengan data cross section. Data panel

dan informasi antar waktu (time series).

Menurut (Suliyanto, 2011: 229), data panel memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan data time series ataupun data cross section.

Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Data panel memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi.

2. Data panel lebih informatif.

3. Data panel cocok untuk studi perubahan dinamis.

4. Data panel mampu mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi dengan data time series ataupun cross section.

5. Data panel dapat mempelajari model perilaku yang lebih kompleks.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen atau variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi rasio-rasio RGEC. Berikut ini rasio-rasio RGEC:

1. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank.

Hal ini dikarenakan penyaluran kredit merupakan salah satu tujuan dari penghimpunan dana bank, yang sekaligus memberikan kontribusi pendapatan terbesar bagi bank. Semakin banyak kredit yang disalurkan, maka semakin tidak likuid suatu bank, karena seluruh dana yang berhasil dihimpun telah disalurkan dalam bentuk kredit, sehingga tidak terdapat kelebihan dana untuk dipinjamkan lagi atau untuk diinvestasikan.

Tingginya rasio FDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak likuid dan memberikan konsekuensi meningkatnya risiko yang harus ditanggung oleh bank, berupa meningkatnya jumlah non performing finance atau credit risk, yang mengakibatkan bank mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang telah dititipkan oleh nasabah karena kredit

52

yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah. Namun, di sisi lain rendahnya rasio FDR, walaupun menunjukkan tingkat likuiditas yang semakin tinggi, tetapi menyebabkan bank memiliki banyak dana menganggur (Mulazid & Arfiani, 2017: 9).

Dalam penelitian ini, rasio FDR dihitung berdasarkan pada rumus yang pernah digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Karini & Filianti, 2018) tentang analisis perbandingan kinerja keuangan bank syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei dan Thailand; (Mulazid & Arfiani, 2017) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil simpanan Mudârabah pada BUS Indonesia; (Suhadak & Rizkiyah, 2017) tentang analisis perbandingan tingkat kesehatan bank berdasarkan RGEC pada bank Syariah di Indonesia, Malaysia, UEA, dan Kuwait. Rumus FDR yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

FDR

2. Non Performing Loan (NPF)

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kualitas aktiva produktif sehubungan dengan pinjaman bermasalah, jadi jika semakin rendah rasio NPF maka ini menunjukkan kualitas aktiva produktif yang baik pada suatu bank syariah (Wibowo, 2014: 287). Rasio ini menunjukkan hubungan antara pembiayaan bermasalah dan total pembiayaan yang kemudian akan menunjukkan tingkat pembiayaan bermasalah pada bank syariah (Karini & Filianti, 2018: 840). Kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya factor kesengajaan dan atau factor eksternal di luar kemampuan kendali debitur (Setyaningsih, 2014: 8).

Dalam penelitian ini, rasio NPF dihitung berdasarkan pada rumus yang pernah digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Suhadak & Rizkiyah, 2017) yang menganalisis perbandingan tingkat kesehatan bank berdasarkan RGEC pada bank syariah di Indonesia, Malaysia, UEA, dan Kuwait; (Karini & Filianti,

Malaysia, Brunei dan Thailand; (Setyaningsih, 2014) yang meneliti pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap perubahan laba. Rumus NPF yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

NPF

3. Return on Asset (ROA)

Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan laba, jadi jika semakin tinggi rasio ROA maka ini menunjukkan hasil yang semakin baik (Wibowo, 2014: 288). ROA adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas. ROA berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba (Puspita & Saryadi, 2018: 3).

Dalam penelitian ini, rasio ROA dihitung berdasarkan pada rumus yang pernah digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Suhadak & Rizkiyah, 2017) yang menganalisis perbandingan tingkat kesehatan bank berdasarkan RGEC pada bank syariah di Indonesia, Malaysia, UEA, dan Kuwait; (Karini & Filianti, 2018) yang menganalisa kinerja keuangan bank Syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei dan Thailand; (Susanto, 2015) yang menganalisis perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan metode CAMEL di ASEAN; (Wahyuni & Sukirno, 2016) yang menganalisis perbandingan kinerja keuangan perbankan ASEAN. Rumus ROA yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

ROA

4. Return on Equity (ROE)

Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum pajak ditinjau dari sudut equity

54

capital, jadi jika semakin tinggi rasio ROE maka ini menunjukkan hasil yang semakin baik untuak perusahaan (Wibowo, 2014: 288). ROE merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dlaam mengelola capital yang adauntuk mendapatkan net income. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar (Puspita & Saryadi, 2018: 3).

Dalam penelitian ini, rasio ROE dihitung berdasarkan pada rumus yang pernah digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Susanto, 2015) yang menganalisis perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan metode CAMEL di ASEAN;

(Puspita & Saryadi, 2018) yang menguji tingkat kesehatan bank syariah di Indonesia dan Malaysia; (Widyawati & Musdholifah, 2018) yang menganalisis tingkat kesehatan bank umum di ASEAN dengan metode CAMELS. Rumus ROE yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

ROE

5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan suatu bank dalam menjalankan aktivitas operasionalnya, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut (Setyaningsih, 2014: 9). Perhitungan BOPO dengan cara membandingkan antara biaya operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemapuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya (Rivai V. , 2007: 722).

Dalam penelitian ini, rasio BOPO dihitung berdasarkan pada rumus yang pernah digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Puspita & Saryadi, 2018) yang menguji

Musdholifah, 2018) yang menganalisis tingkat kesehatan bank umum di ASEAN dengan metode CAMELS; (Setyaningsih, 2014) yang meneliti pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap perubahan laba. Rumus BOPO yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BOPO

6. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan bank dalam menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga lainnya, jadi jika semakin tinggi rasio CAR maka ini menunjukkan permodalan yang baik (Wibowo, 2014: 287). CAR adalah kinerja keuangan perbankan yang dipakai untuk mengukur kecukupan permodalalan suatu bank guna menopang asetaset berisiko, seperti kredit perbankan (Widyawati &

Musdholifah, 2018: 533).

Dalam penelitian ini, rasio CAR dihitung berdasarkan pada rumus yang pernah digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh; (Firdaus & Worokinasih, 2018) yang menganalisis tentang kesehatan bank menggunakan pendekatan faktor risk profile, earnings dan capital; (Widyawati & Musdholifah, 2018) yang menganalisis tingkat kesehatan bank umum di ASEAN dengan metode CAMELS; (Setyaningsih, 2014) yang meneliti pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap perubahan laba. Rumus CAR yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

CAR

56

Tabel 3. 4 Operasional Instrumen Penelitian

No Komponen Instrumen Variabel

Penelitian

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari beberapa literatur seperti buku, jurnal, makalah, modul dan website perusahaan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

2. Penelitian Lapangan (Field research)

Penelitian ini menggunakan data panel yang bersumber dari website resmi bank syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand dan Filipina pada periode 2014-2019.

3. Penelitian Internet (Internet Research)

Peneliti juga menggunakan data dari internet sebagai sumber dalam mencari data terbaru.

F. Metode Analisis Data

1. Rasio Keuangan dengan Pendekatan RGEC

Dalam penelitian ini, tingkat kesehatan perbankan syariah Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand dan Filipina tahun 2014-2019 dihitung dengan menggunakan metode RGEC yang terdiri dari rasio Financing to Deposit Ratio (FDR), Non-Performing Finance (NPF), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai proksi atas setiap komponen dalam pendekatan tersebut.

Meskipun terdapat perbedaan mata uang antar laporan keuangan pada bank Syariah di Asia Tenggara, peneliti tidak melakukan konversi satuan mata uang terhadap mata uang lainnya. Hal ini dikarenakan satuan mata uang dalam laporan keuangan tersebut tidak berpengaruh dalam perhitungan rasio RGEC. Kemudian setiap rasio RGEC dari bank syariah tersebut dihitung kembali nilai rata-ratanya selama lima tahun untuk

58

dijadikan variable dalam pengujian komparasi tingkat kesehatan bank syariah dalam penelitian ini.

2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2015: 15). Statistik deskriptif akan dilihat dari nilai mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum (Ghozali, 2011: 27). Oleh karena itu statistik deskriptif diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai data penelitian yang digunakan dalam perbandingan antar bank syariah di Asia Tenggara tahun 2014-2019.

3. Uji Normalitas Data

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk melihat apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak (Syofian, 2010: 97). Uji normalitas perlu dilakukan sebelum menentukan uji beda yang akan digunakan. Jika data berdistribusi normal, uji beda dapat dilakukan dengan metode statistik parametrik, tetapi jika data tidak berdistribusi normal, uji beda yang digunakan metode statistik nonparametrik. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov.

Pada uji Kolmogorov smirnov, hipotesis untuk menguji kenormalan data adalah sebagai berikut:

: Data berdistribusi normal.

: Data tidak berdistribusi normal.

Taraf signifikansi atau risiko kesalahan yang digunakan sebesar yang artinya besar peluang membuat risiko kesalahan dalam mengambil keputusan menolak hipotesis yang benar sebesar 5%. Kriteria pengujian uji Kolmogorov smirnov adalah sebagai berikut:

Jika maka diterima, artinya data berdistribusi normal.

Jika maka ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.

4. Uji Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis perbandingan antara bank syariah di Asia Tenggara ini akan dilakukan dua alat uji, yaitu uji ANOVA dilakukan apabila pada uji normalitas data ditemukan bahwa data terdistribusi dengan normal. Jika data tidak terdistribusi dengan normal maka pengujian atas hipotesis perbandingan dilakukan dengan menggunakan alat uji Kruskal-Wallis.

a. Uji ANOVA

Uji ANOVA adalah uji yang digunakan untuk menguji rata-rata pengaruh perlakuan dari suatu percobaan yang menggunakan satu faktor, di mana satu faktor tersebut memiliki tiga atau lebih kelompok (Siregar, 2013: 14). Asumsi yang digunakan pada pengujian ANOVA adalah sebagai berikut:

1. Data dari sampel berjenis interval atau rasio.

2. Sampel yang akan diuji lebih dari dua sampel.

3. Sampel yang akan diuji berdistribusi normal.

4. Varian setiap sampel h narus sama.

Berikut akan dijelaskan langkah-langkah uji statistik menggunakan metode ANOVA.

1. Menentukan hipotesis dan . 2. Menentukan taraf signifikansi atau . 3. Menghitung nilai .

4. Menentukan kriteria pengujian.

Jika , maka terima . Jika , maka tolak . Atau jika menggunakan nilai signifikansi:

Jika , maka terima . Jika , maka tolak . 5. Membuat kesimpulan.

b. Uji Kruskal Wallis

60

Uji Kruskal Wallis diperkenalkan oleh William Hendry Kruskal dan Wilson Allen Wallis pada tahun 1952 yang merupakan alternatif dari uji F untuk menguji kesamaan nilai rata-rata dari 2 sampel atau lebih dalam analisis variansi (Qadratullah, 2017: 27). Uji ini adalah turunan dari uji Wilcoxon untuk 3 sampel atau lebih. Metode ini adalah metode statistika non-parametrik dimana prosedurnya dapat dilakukan untuk bentuk data apapun, tipe data apapun, dan ukuran data apapun. Asumsi yang digunakan pada uji Kruskal-Wallis adalah sebagai berikut (Siregar, 2013: 97).

1. Data merupakan sampel acak hasil pengamatan.

2. Sampel tidak berdistribusi tertentu.

3. Jumlah sampel tidak besar.

4. Skala pengukuranang dipakai ordinal.

5. Ketiga sampel tidak saling memengaruhi.

6. Variabel yang diamati yaitu variabel acak kontinu.

Berikut akan dijelaskan langkah-langkah uji statistik menggunakan metode Kruskal Wallis.

1. Menentukan hipotesis dan . 2. Menentukan taraf signifikansi atau . 3. Menghitung nilai .

Kruskal Wallis merumuskan statistic uji H sebagai berikut:

[ ]

Dimana:

= Banyak baris dan table

= Jumlah ranking dalam kolom ke . 4. Menentukan kriteria pengujian.

Jika , maka terima . Jika , maka terima . Atau jika menggunakan nilai signifikansi:

Jika , maka terima . Jika , maka tolak . 5. Membuat kesimpulan.

61

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

ASEAN (Assciation of Southeast Asian Nation) adalah asosiasi negara-negara yang terbentuk pada kawasan Asia Tenggara diantaranya adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam dan Myanmar. Dengan total lebih dari 620 juta jiwa dan nilai ekonomi sebesar USD 2,6 triliun, diperkirakan kawasan ASEAN dapat menjadi kawasan ekonomi kelima terbesar pada tahun 2020 (ICD, 2017: 76).

Kawasan Asia Tenggara menjadi pusat dunia dalam perkembangan industri perbankan syariah dan keuangan syariah. Indonesia dan Malaysia menjadi dua negara di kawasan Asia Tenggara yang menjadi pendorong berkembangnya industri tersebut. Dengan perkembangan sistem perbankan dan keuangan syariah di dunia, kedua negara tersebut mendorong negara-negara di ASEAN untuk berkontribusi dalam mengembangkan industri keuangan syariah (Rama, 2015: 175).

Perkembangan sistem perbankan syariah dan keuangan syariah di negara-negara kawasan Asia Tenggara memiliki variasinya tersendiri.

Malaysia menjadi negara yang paling cepat dalam mengembangkan insdustri tersebut dengan total pangsa pasar perbankan syariah yang sudah mencapai sekitar 26% dari keseluruhan aset perbankan nasional. Secara historis Malaysia sudah mengembangkan konsep keuangan syariah sejak tahun 1963 dengan mendiikan Tabugan Haji Malaysia (Rama, 2015: 178).

Indonesia termasuk negara di Asia Tenggara yang saat ini sedang gencar dalam pengembangan sistem perbankan syariah dan keuangan syariah.

Berbeda dengan Malaysia yang menggunakan pendekatan state driven, industri perbankan syariah di Indonesia lebih banyak digerakkan oleh masyarakat market driven. Perbankan syariah di Indonesia mengalami momentum percepatan pertumbuhan sejak diberlakukannya UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah (Rama, 2015: 106)

62

Selain di Indonesia dan Malaysia, perbankan syariah juga berkembang di Brunei Darussalam yang mayoritas penduduknya merupakan Muslim, sehingga perkembangan industri keuangan syariah cukup intens.

Thailand dan Filipina juga menjadi negara di Asia Tenggara yang mengembangkan sistem perbankan syariah dan keuangan syariah. Kedua negara tersebut sudah memiliki bank syariah yang secara khusus melayani penduduk Muslim yang menetap di negara tersebut. Sistem regulasi di negara Filipina dan Thailand sudah mengakomodir keberadaan bank syariah dengan cara menerapkan undang-undang tentang perbankan syariah di negara masing-masing (Rama, 2015: 107).

1. Indonesia

Negara indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia berpotensi untuk menjadi pusat pertumbuhan industri keuangan syariah.

Posisi Indonesia dalam industri keuangan syariah menunjukkan perkembangan yang positif dan meningkat diantara negara-negara lain seperti GCC, MENA dan Malaysia. Berdasarkan pada Global Religius Future, penduduk Muslim Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 209,12 juta jiwa atau sekitar 87% dari total populasi. Pada tahun 2020, penduduk Indonesia yang beragama Islam diperkirakan akan mencapai 229,62 juta jiwa (Kusnandar, 2019: 1).

Grafik 4. 1 Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia

Sumber: LKPSI OJK 2019

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Aset 12.42% 8.99% 20.28% 18.97% 12.57% 9.93%

Pembiayaan 8.37% 7.06% 16.42% 15.24% 12.21% 10.89%

Dana Pihak Ketiga 18.53% 6.35% 20.84% 19.89% 11.14% 11.94%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

Pertumbuhan tahunan (yoy)

Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia

Indonesia dapat dilihat bahwa kondisi aset perbankan syariah di Indonesia mengalami perlambatan dalam tiga tahun sebelumnya. Penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada 2019 tumbuh 10.89% yang berarti mengalami perlambatan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 12.21%. perlambatan dalam pembiayaan disebabkan oleh masih terfokusnya industri perbankan melakukan konsolidasi untuk memperbaiki

Indonesia dapat dilihat bahwa kondisi aset perbankan syariah di Indonesia mengalami perlambatan dalam tiga tahun sebelumnya. Penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada 2019 tumbuh 10.89% yang berarti mengalami perlambatan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 12.21%. perlambatan dalam pembiayaan disebabkan oleh masih terfokusnya industri perbankan melakukan konsolidasi untuk memperbaiki