• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komponen Kesehatan Masyarakat 1. Sumberdaya Kesehatan

Dalam dokumen Tabel Data Iklim Wilayah Studi (Halaman 50-55)

3. Komposisi Penduduk

2.2.4. Komponen Kesehatan Masyarakat 1. Sumberdaya Kesehatan

a. Fasilitas/Sarana Kesehatan Kabupaten Banggai

Berbagai usaha dilakukan pemerintah Kabupaten Banggai untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, diantaranya dengan menyediakan dan memperbaiki kualitas sumberdaya kesehatan yang meliputi sarana dan prasarana kesehatan beserta tenaga medis meliputi Dokter dan perawat. Jumlah sumberdaya kesehatan di Kabupaten Banggai ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2.37. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Jenis Sarana dan Status Kepemilikan di Kabupaten Banggai Tahun 2003

No Jenis Sarana Kesehatan Status Kepemilikan Jumlah

Dep.Kes Dep. Lain Swasta

1 Rumah Sakit Umum 1 - - 1

2 Puskesmas 18 - - 18

3 Puskesmas Pembantu 104 - - 104

4 Puskesmas Keliling 16 16

5 Balai Pengobatan/Poliklinik - 2 - 2

6 Rumah Sakit Bersalin - - 1 1

6 Praktek Dokter Perorangan - - 14 14

7 Praktek Dokter Bersama - - 3 3

7 Praktek Bidan - - -

-8 Posyandu 358 - - 358

9 Polindes 178 - - 178

10 Apotek - 1 5 6

Jumlah 675 3 23 701

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa di Kabupaten Banggai hanya terdapat 1 buah rumah sakit yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk. Fasilitas/sarana kesehatan lainnya yang tersedia meliputi Puskesmas, Posyandu, dan Polindes yang berada dibawah pembinaan Departemen Kesehatan. Fasilitas kesehatan yang dikelola departemen lain dan swasta adalah Balai Pengobatan/Poliklinik, praktek dokter perorangan dan bersama serta apotek. b. Tenaga Medis

Sementara itu jumlah tenaga kesehatan yang meliputi tenaga medis (dokter) dan paramedis (bidan, perawat) yang dirinci menurut kecamatan di wilayah Kabupaten Banggai disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.38. Banyaknya Dokter Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai Tahun 2003

Kecamatan Dokter Umum Dokter Spesialis Dokter Gigi

1. Toili 5 - 1 2. Batui 2 - -3. Bunta 2 - -4. Kintom 2 - -5. Luwuk 11 4 3 6. Pagimana 1 - -7. Bualemo - - -8. Lamala 1 - -9. Balantak 1 - -2003 25 4 4 2002 37 3 5 2001 34 3 4 2000 30 3 2

Sumber: Kabupaten Banggai Dalam Angka Tahun 2003

Jumlah dokter yang ada di seluruh wilayah Banggai adalah 33 orang yang terinci menjadi dokter umum 25 orang (75,76%), dokter gigi 4 orang (12,12%) dan dokter spesialis sebanyak 4 orang atau sekitar 12,12% dari jumlah total dokter yang ada. Namun secara umum nampak bahwa jumlah dokter tahun 2003 menurun sekitar 26,67% bila dibandingkan tahun 2002. Persebaran dokter umum relatif merata di setiap kecamatan, sedangkan dokter spesialis hanya terdapat di Luwuk dan dokter gigi di Toili dan Luwuk. Rasio tenaga kesehatan per penduduk Kabupaten Banggai tahun 2003 adalah: 1) dokter 15,8 : 100.000 penduduk, 2) dokter umum 12,7 : 100.000 penduduk, 3) dokter gigi 1,8 : 100.000 penduduk, dan dokter spesialis 1,4 : 100.000 penduduk.

Tenaga paramedis ini tersebar merata di setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Banggai. Rasio tenaga bidan per penduduk Kabupaten Banggai adalah 83,0 berbanding 100.000 penduduk, sedangkan untuk perawat adalah 101 berbanding 100.000 penduduk.

d. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Posyandu di Kabupaten Banggai dibedakan atas Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Jumlah posyandu seluruhnya adalah 358 buah dengan persentase terbesar (69,8%) merupakan posyandu pratama, kemudian diikuti posyandu madya sebanyak 21,5%, dan posyandu purnama sebanyak 8,7%. Posyandu yang benar-benar telah mandiri belum dijumpai di wilayah Kabupaten Banggai.

2.2.4.2. Derajat Kesehatan Masyarakat a. Usia Harapan Hidup

Usia harapan hidup masyarakat Banggai cenderung terus meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 1996, rata-rata usia harapan hidup masyarakat adalah 61,4 tahun, dan pada tahun 1999 meningkat menjadi 63,5 tahun dan pada tahun 2000 meningkat lagi menjadi 65,15 tahun. Usia harapan hidup perempuan umumnya lebih tinggi daripada laki-laki. Pada tahun tersebut tercatat bahwa usia harapan hidup laki-laki adalah 63,2 dan perempuan 67,1 tahun. Usia harapan hidup di Kabupaten Banggai merupakan tertinggi kedua setelah Palu di Provinsi Sulawesi Tengah.

b. Mortalitas

Angka Kematian Bayi (AKB)

Tahun 2003 AKB di Kabupaten Banggai sebesar 16 per 1000 kelahiran hidup dengan AKB tertinggi di Puskesmas Toili III. AKB tahun 2003 relatif turun bila dibandingkan dengan

Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka kematian balita merupakan jumlah kematian anak umur 0-4 tahun per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2003 angka kematian balita akibat pnemonia sebesar 12, atau meningkat 3 kematian per 1000 kelahiran hidup dibandingkan dengan tahun 2002. Angka Kematian Ibu

Angka kematian maternal merupakan jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas. Tahun 2003 kematian ibu maternal di Kabupaten Banggai adalah 15 kematian. Angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup adalah 249 yang berarti mengalami penurunan 145 kematian dibandingkan tahun 2002. c. Morbiditas

Sepuluh besar penyakit yang banyak diderita penduduk Kabupaten Banggai disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.39. Persentase Sepuluh Besar Penyakit di Kabupaten Banggai Tahun 2003

Jenis Penyakit Persentase

1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 29,70 2. Penyakit Kulit dan Jaringan Bawah Kulit 9,00

3. Malaria Klinis 8,10

4. Tekanan Darah Tinggi 6,50

5. Diare 6,30

6. Asma 2,50

7. Pnemonia 2,50

8. Karies Gigi 2,10

9. Penyakit Kulit dan Jamur 2,10

10. Penyakit Lain-lain 28,20

J u m l a h 100,00

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Banggai Tahun 2004

Jenis penyakit utama yang banyak diderita penduduk umumnya terkait dengan pernafasan seperti ISPA, asma, pnemonia dan bronchitis. Hal ini terjadi antara lain sebagai akibat kualitas udara yang terancam terus menurun oleh berbagai aktivitas yang banyak menghasilkan debu dan berbagai zat pencemar dan kemungkinan akibat karakteristik mobilitas penduduk yang tinggi yang dapat memicu terjadinya penyebaran penyakit tersebut.

(degeneratif) dan karena adanya perubahan pola makan. Secara umum nampak bahwa jenis-jenis penyakit infeksi (menular) masih mendominasi pola penyakit yang ada.

d. Status Gizi

Mengingat bahwa kelompok bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi, maka status gizi bayi dan balita merupakan indikator yang digunakan dalam mengukur status gizi masyarakat. Pada tahun 2003 terdapat 68 kasus atau sekitar 1,1% kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), berarti telah terjadi penurunan 10 kasus dibandingkan pada tahun 2002. Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Toili. Dari 7.392 (27,70%) balita yang ditimbang pada tahun 2003, terdapat sekitar 5.625 balita (76,10%) yang berat badannya naik, balita BGM sebanyak 1.732 atau sekitar 23,43% dan yang menderita marasmus/kwasiorkor (gizi buruk) sebanyak 35 anak atau 0,47% dan telah diberikan perawatan 100%. Terdapat 3 kecamatan bebas rawan gizi pada tahun 2003, yaitu Kecamatan Bualemo, Luwuk dan Toili. Namun demikian, mengingat bahwa kesehatan balita merupakan salah satu indikator penting untuk melihat rawan tidaknya kesehatan masyarakat, maka upaya peningkatan penyuluhan dari para kader gizi kepada ibu-ibu balita tentang konsumsi gizi dan upaya peningkatan / penambahan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita perlu terus dilakukan.

e. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Di berbagai bagian wilayah Banggai umumnya (lebih dari 50%) masyarakat masih membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk keperluan bahan makanan pokok. Sementara itu penggunaan dana untuk non pangan rata-rata sangat kecil (kurang dari Rp. 40.000,00) dan umumnya masyarakat belum atau bahkan tidak mengalokasikan sebagian dananya untuk biaya kesehatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat relatif masih sangat rendah.

Pola perilaku lainnya yang tercakup dalam PHBS diantaranya adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam program-program kesehatan (posyandu, pemberantasan sarang nyamuk, dan sebagainya), pola pemberian ASI, angka bebas rokok dalam rumah tangga, pendapat masyarakat tentang konsep sakit dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat berkaitan dengan kondisi lingkungannya. Pada tahun 2003 diperoleh data bahwa pemberian ASI eksklusif adalah 0-4 bulan dan dari 4.133 bayi yang ada, yang diberikan ASI eksklusif adalah 3.589 bayi atau sekitar 86,8%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran ibu-ibu tentang pentingnya ASI bagi bayi mereka sudah cukup baik.

Pada tahun 2003 jumlah kunjungan masyarakat ke Puskesmas baik rawat jalan maupun rawat inap adalah 114.164 kunjungan. Dengan demikian baru sekitar 40,20% penduduk Kabupaten Banggai yang telah memanfaatkan Puskesmas sebagai salah satu upaya pengelolaan kesehatannya. Sementara itu pemanfaatan RSUD baru dilakukan oleh 4,4% penduduk Kabupaten Banggai.

2.2.4.3. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Kondisi kesehatan lingkungan dicerminkan dari keberadaan rumah sehat, kepemilikan jamban keluarga, cakupan air bersih, kualitas air bersih, pengelolaan sampah dan cakupan SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah).

Pada tahun 2003 terdapat sebanyak 61.934 buah rumah di Kabupaten Banggai, dan sebanyak 53.513 (86,40%) rumah yang diperiksa, baru sekitar 44,30% diantaranya yang telah memenuhi syarat sebagai rumah sehat. Dalam hal ini berarti perlu adanya program untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memelihara kesehatan lingkungan baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya.

2.3. PELINGKUPAN

Dalam dokumen Tabel Data Iklim Wilayah Studi (Halaman 50-55)

Dokumen terkait