• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2.3.2 Komponen Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari :

a. Pajak Daerah

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor pemerintahan) berdasarkan undang - undang (dapat di paksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik untuk membiayai pengeluaran umum (publik). Secara umum pajak didefinisikan sebagai pengalihan sumber- sumber ekonomi dari sektor swasta ke sektor pemerintah, namun untuk lebih jelasnya ada dua pengertian pajak menurut ahli. Menurut Mr.Dr N.J. Feldmann pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Siti Resmi, 2000:1). Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari secktor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale-balik yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk menbiayai pengeluaran umum publike uitgaven (Mardiasmo, 2000:1).

Berdasarkan Undang – Undang Dasar 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain - lain harus ditetapkan dengan undang - undang. Pemungutan pajak pada umumnya didasarkan pada peraturan tertentu, khusus di Indonesia

pemungutan pajak didasarkan pada pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa segala jenis pajak untuk keperluan negara harus didasarkan pada undang-undang.

Pajak daerah sebagai salah satu pendapatan asli daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi, mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Meskipun beberapa jenis pajak daerah sudah ditetapkan dalam Undang-undang No.34 Tahun 2000, daerah kabupaten atau kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi Kriteria yang telah ditetapkan sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Menurut Undang-Undang No.18 tahun 1997 disebutkan bahwa pajak daerah adalah, yang selanjutnya disebut pajak, yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Pasal 2 ayat (1) dan (2) didalam Undang-Undang nomor 18 tahun 1999 disebutkan bahwa pajak daerah yaitu :

Jenis pajak daerah Tingkat I terdiri dari : a. Pajak kendaraan bermotor

b. Bea balik nama kendaraan bermotor c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor Jenis pajak daerah Tingkat II terdiri dari :

a. Pajak hotel dan restoran b. Pajak hiburan

c. Pajak reklame

d. Pajak penerangan jalan

e. Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C f. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan

Selanjutnya pasal pemanfaatan ini 3 ayat (1) dicantumkan tarif pajak paling tinggi dari masing – masing pajak sebagai berikut :

a. Pajak kendaraan bermotor 5%

b. Pajak balik nama kendaraan bermotor 10% c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 5% d. Pajak hotel dan restoran 10%

e. Pajak hiburan 35% f. Pajak reklame 25%

g. Pajak penerangan jalan 10%

h. Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C i. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan 20%

Tarif pajak daerah untuk tingkat I diatur dengan peraturan pemerintah dan penetapanya seragam diseluruh Indonesia. Sedang untuk daerah Tingkat II, selanjutnya ditetapkan oleh peraturan daerah masing-masing dan peraturan daerah tentang pajak tidak dapat berlaku surut. Memperhatikan sumber pendapatan asli daerah sebagaimana tersebut diatas, terlihat sangat bervariasi.

Sedangkan menurut Siagian (1998) pajak daerah didefisinikan sebagai pajak negara yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah dengan undang – undang. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah pajak Negara yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut berdasarkan peraturan perundang – undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.

b. Retribusi Daerah

Retribusi adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah sehubungan dengan adanya suatu fasilitas jasa yang diberikan oleh pemerintah kepada pembayarannya. Objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan objek retribusi.

Fisher (1996 : 174) mendefinisikan retribusi sebagai harga yang dibebankan oleh pemerintah untuk jasa yang spesifik (specific services) atau perlakuan khusus (privileges) dan digunakan untuk membiayai

sebagian atau semua atas jasa yang disediakan dan terus meningkat sejak beberapa decade yang lalu. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jadi, dalam hal retribusi daerah balas jasa dari adanya retribusi daerah tersebut langsung dapat ditunjuk. Misalnya retribusi jalan, karena kendaraan tertentu memang melalui jalan di mana retribusi jalan tersebut dipungut. Juga retribusi pasar dibayar karena ada penggunaan ruangan pasar tertentu oleh si pembayar retribusi itu. Demikian juga, retribusi parker karena ada pemakaian ruangan tertentu oleh si pemakai tempat parker (Suparmoko, 2002:85).

Selanjutnya menurut UU N0. 34 Tahun 2000 dan menurut PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah menyebutkan retribusi daerah yang selanjutnya disebut dengan retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai kontra prestasi yang telah diberikan oleh pemerintah daerah terhadap mereka yang telah menikmati dan pelaksanaannya didasrakan atas peraturan yang berlaku.Oleh karena itu, dalam terdapat pelaksanaan pelayanan secara ekonomis, di mana pelaksanaan langsung dapat tunjuk pada seseorang atau badan yang telah menikmati pelayanan Dalam arti

masing-masing yang berkepentingan sendiri diserahkan, apakah ia akan menggunakan jasa dari daerah atau tidak, dan apabila ia akan mempergunakan maka ia harus membayar retribusi menurut atau berdasar peraturan daerah yang bersangkutan.

Menurut Rochmat Sumitra (2000:1) dan Erlita Dewi (2002:1) mengatakan bahwa retribusi adalah pembayaran kepada Negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan.

Di dalam UU No.34 Tahun 2000, Retribusi daerah dikelopokkan menjadi tiga macam, yaitu:

Dokumen terkait