• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Individu dengan Iklim Komunikasi Supportive Karakteristik individu merupakan faktor yang dapat menjelaskan iklim komunikasi supportive dalam kelompok. Hubungan karakteristik individu yang meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat tujuan individu, dan tingkat tujuan kelompok dengan iklim komunikasi supportive diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman seperti yang tercantum pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil uji statistik hubungan karakteristik individu dengan iklim komunikasi supportive

Karakteristik individu Koefisien p

Usia Tingkat pendidikan rs= 0.070 rs= -0.147 0.714 0.440

Tingkat tujuan individu rs= -0.101 0.597

Tingkat tujuan kelompok rs= 0.423* 0.020

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Keterangan:

rs: nilai Rank Spearman

p: nilai Sig. (2-tailed)

Hubungan Usia dengan Iklim Komunikasi Supportive

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 15, usia responden tidak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi supportive yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi >0.05 yaitu sebesar 0.714 yang artinya semakin muda usia responden, tidak diikuti dengan semakin supportive iklim komunikasi dalam kelompok. Usia tidak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi supportive

anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri karena baik anggota yang usianya tua, menengah, maupun muda ketiganya mayoritas sama-sama selalu dan sering melakukan perilaku komunikatif yang termasuk dalam dimensi iklim komunikasi

supportive seperti saling menghargai pendapat dan masukan/saran dari anggota lain, bersikap jujur, saling membantu, dan selalu menentukan keputusan berdasarkan kesepakatan bersama.

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Iklim Komunikasi Supportive

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.440, karena nilai signifikansi >0.05 maka tingkat pendidikan tidak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi supportive. Tingkat pendidikan juga tidak mempengaruhi perilaku komunikatif seperti tidak mempengaruhi kejujuran dan keterbukaan masing- masing responden. Seluruh anggota dalam kelompok ini dapat bersikap jujur maupun tidak tergantung dari sifat yang ada dalam dirinya masing-masing, bukan

60

berdasarkan tingkat pendidikan yang telah dicapai sebelumnya. Salah satu responden yang memiliki tingkat pendidikan paling tinggi yaitu tidak tamat Perguruan Tinggi juga tidak pernah menyombongkan dirinya dalam kelompok.

Hubungan Tingkat Tujuan Individu dengan Iklim Komunikasi Supportive Tabel 15 menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat tujuan individu dengan iklim komunikasi supportive yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi >0.05 yaitu sebesar 0.597. Responden yang sangat setuju dengan seluruh pernyataan mengenai tujuan individu dalam kuesioner ternyata tidak membuat iklim komunikasi menjadi semakin supportive dibandingkan yang lain.

Tingkat tujuan individu tidak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi

supportive anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri karena baik anggota yang memiliki tingkat tujuan individu dengan kategori tinggi maupun sedang tidak mempengaruhi cara berkomunikasi dengan anggota yang lain. Biasanya tujuan individu mempengaruhi bagaimana cara responden mengembangbiakkan ternak, seperti jika beternak adalah mata pencaharian utama, maka responden lebih fokus mendapatkan penghasilan dengan bergabung dalam kelompok sehingga ternak yang dipelihara lebih banyak dibandingkan anggota lain yang memiliki sumber mata pencaharian lebih dari satu.

Hubungan Tingkat Tujuan Kelompok dengan Iklim Komunikasi Supportive Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0.020, karena nilai signifikansi <0.05 maka terdapat hubungan nyata antara tingkat tujuan kelompok dengan iklim komunikasi supportive. Nilai korelasi yaitu 0.423 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif, artinya semakin tinggi tingkat tujuan kelompok diikuti dengan semakin supportive iklim komunikasi. Responden yang memberikan respon sangat positif mengenai tujuan kelompok yang diharapkan ternyata mampu membuat iklim dalam kelompok menjadi semakin supportive dibandingkan dengan responden yang kurang memberikan respon positif terhadap tujuan kelompok.

Responden yang memiliki tingkat tujuan kelompok dalam kategori tinggi, selalu dan sering melakukan perilaku komunikatif yang termasuk dalam dimensi iklim komunikasi supportive seperti saling menghargai, saling membantu, saling memberi masukan, dan bersikap jujur terhadap anggota yang lain. Hal ini dilakukan karena mayoritas anggota kelompok ingin memajukan kelompoknya serta ingin membuat kelompok mereka semakin berkembang sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas anggota yang ada di dalamnya pula seperti yang dikatakan oleh Bapak ME (35 tahun).

“Anggota kelompok saling kerja sama supaya kelompoknya bisa maju, kita juga pengen kelompok kita jadi yang paling bagus disini jadinya harus saling bantu sama ngaih masukan lah supaya anggotanya juga jadi pada pinter walaupun belum pernah ada pengalaman ternak sebelumnya. Kalau ada yang salah ya saling ngasih tau sama ngasih masukan supaya bisa diperbaikin sama-sama”

61

Hubungan Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan dengan Iklim Komunikasi Supportive

Pekerjaan pokok responden digolongkan menjadi dua, yaitu pekerjaan pokok beternak dan pekerjaan pokok bukan beternak, sedangkan pekerjaan sampingan digolongkan menjadi ada pekerjaan sampingan dan tidak ada pekerjaan sampingan. Pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dapat menjelaskan iklim komunikasi supportive masing-masing responden dengan menggunakan uji Chi Square seperti dalam Tabel 16.

Tabel 16 Hasil uji Chi Square pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dengan iklim komunikasi supportive

Karakteristik individu Iklim supportive

χ² p Pekerjaan pokok Pekerjaan sampingan 7.460 9.600 0.681 0.476 Keterangan:

χ² = nilai chi square

p = nilai sig. (2-tailed)

Hasil uji Chi Square pada Tabel 16 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dengan iklim komunikasi supportive (p>0.05) karena responden yang pekerjaan pokoknya beternak atau bukan beternak mayoritas sama-sama selalu dan sering melakukan perilaku komunikatif yang termasuk dalam dimensi iklim komunikasi supportive. Begitu juga dengan pekerjaan sampingan, responden yang memiliki pekerjaan sampingan maupun tidak memiliki pekerjaan sampingan sama-sama dapat melakukan perilaku komunikatif yang termasuk dalam dimensi iklim komunikasi

supportive. Masing-masing responden tetap dapat saling menghargai, saling membantu, dan bersikap jujur walaupun pekerjaan pokok mereka berbeda-beda. Meskipun setiap harinya pekerjaan menyita banyak waktu seperti pekerjaan sebagai buruh tani, masih banyak yang tetap mengurusi dan peduli terhadap kelompok seperti menghadiri pertemuan dan saling memberikan masukan terhadap anggota yang lainnya.

Baik responden yang memiliki pekerjaan sampingan atau tidak, keduanya tidak mempengaruhi perilaku mereka dalam kelompok. Pekerjaan sampingan apapun yang dimiliki oleh responden tetap membuat responden menjadi anggota yang dapat saling menghargai dan memberikan masukan satu sama lain. Responden yang memiliki pekerjaan lebih dari satu tidak menjadikannya sombong dan sok tahu, justru dapat saling berbagi ilmu satu sama lain dan dapat saling memberikan masukan.

Ikhtisar

Pembahasan sebelumnya menjelaskan bahwa hipotesis yang menyatakan karakteristik individu responden yaitu usia, tingkat pendidikan, tingkat tujuan individu, tingkat tujuan kelompok, pekerjaan pokok, dan pekerjaan sampingan berhubungan nyata dengan iklim komunikasi supportive ditolak. Hal ini dikarenakan hanya variabel tingkat tujuan kelompok saja yang berhubungan nyata

62

dengan iklim komunikasi supportive, yang berarti semakin tinggi tingkat tujuan kelompok dari responden diikuti dengan semakin supportive iklim komunikasi anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.

Hubungan Karakteristik Individu dengan Iklim Komunikasi Defensive Karakteristik individu merupakan faktor yang dapat menjelaskan iklim komunikasi defensive dalam kelompok. Hubungan karakteristik individu yang meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat tujuan individu, dan tingkat tujuan kelompok dengan iklim komunikasi defensive diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman seperti yang tercantum pada Tabel 17.

Tabel 17 Hasil uji statistik hubungan karakteristik individu dengan iklim komunikasi defensive

Karakteristik individu Koefisien p Usia Tingkat pendidikan rs= -0.042 rs= 0.169 0.826 0.372

Tingkat tujuan individu rs= -0.182 0.336

Tingkat tujuan kelompok rs= -0.364* 0.048

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Keterangan:

rs: nilai Rank Spearman

p: nilai Sig. (2-tailed)

Hubungan Usia dengan Iklim Komunikasi Defensive

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 17, usia responden tidak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi defensive. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi >0.05 yaitu sebesar 0.826, yang berarti semakin tua usia responden tidak diikuti dengan semakin defensive iklim komunikasi. Usia tidak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi defensive karena baik anggota yang usianya tua, menengah, maupun muda ketiganya sama-sama tidak pernah dan jarang berperilaku negatif seperti yang termasuk ke dalam dimensi iklim komunikasi defensive. Dengan kata lain, anggota tidak pernah dan jarang menilai buruk pendapat anggota lain, tidak menghargai perbedaan, dan mengambil keputusan sendiri walaupun beberapa anggota terkadang tidak jujur dan banyak menyembunyikan hal dari anggota lain yang ada kaitannya dengan kelompok.

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Iklim Komunikasi Defensive

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 17, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.372, karena nilai signifikansi >0.05 maka tingkat pendidikan tidak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi defensive anggota dalam kelompok. Anggota yang iklim komunikasinya sedikit lebih defensive dan kurang supportive daripada yang lain memiliki pesentase sebesar 10.0% dengan tingkat pendidikan pada jenjang tamat SD. Walaupun begitu, mayoritas dari seluruh anggota tetap dapat melakukan perilaku komunikatif yang termasuk dalam dimensi iklim komunikasi supportive

63 tanpa melihat tingkat pendidikannya, baik itu tidak tamat SD, tamat SD, bahkan hingga tidak tamat Perguruan Tinggi.

Hubungan Tingkat Tujuan Individu dengan Iklim Komunikasi Defensive Tabel 17 menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat tujuan individu responden dengan iklim komunikasi defensive yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi >0.05 yaitu sebesar 0.336. Responden yang memiliki tingkat tujuan individu pada kategori tinggi ternyata tidak diikuti dengan iklim komunikasi responden yang semakin defensive. Tingkat tujuan individu tidak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi defensive karena baik anggota yang memiliki tingkat tujuan individu dengan kategori tinggi maupun sedang tidak mempengaruhi cara mereka berkomunikasi dengan anggota yang lain. Sebanyak 10.0% responden yang iklim komunikasinya sedikit lebih defensive dibandingkan yang lain memiliki tingkat tujuan individu pada kategori sedang dan tinggi. Walaupun anggota bergabung dalam kelompok karena tujuan ingin mendapatkan penghasilan yang banyak dan mendapatkan pengetahuan atau bahkan hanya mengikuti tetangga, mayoritas anggota tetap dapat menghargai satu sama lain, menghormati perbedaan yang ada dalam kelompok, serta tidak merasa paling berkuasa karena status yang dimilikinya.

Hubungan Tingkat Tujuan Kelompok dengan Iklim Komunikasi Defensive Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 17, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0.048, karena nilai signifikansi <0.05 maka terdapat hubungan nyata antara tingkat tujuan kelompok dengan iklim komunikasi defensive. Nilai korelasi yaitu -0.364 menunjukkan semakin rendah tingkat tujuan kelompok maka semakin defensive iklim komunikasi. Responden yang bergabung dengan kelompok karena didasari keinginan untuk mencapai tujuan kelompok yang tinggi tidak pernah dan jarang berperilaku negatif seperti dimensi yang tercantum dalam iklim komunikasi defensive, sedangkan responden yang bergabung dalam kelompok karena didasari keinginan untuk mencapai tujuan kelompok pada kategori sedang terkadang melakukan perilaku komunikatif yang termasuk dalam dimensi iklim komunikasi defensive, seperti terkadang tidak merasa prihatin pada anggota yang sedang kesusahan, dan terkadang tidak bersikap jujur kepada anggota yang lain dalam kelompok.

Hubungan Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan dengan Iklim Komunikasi Defensive

Pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dapat menjelaskan iklim komunikasi defensive masing-masing responden dengan menggunakan uji Chi Square seperti dalam Tabel 18.

64

Tabel 18 Hasil uji Chi Square pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dengan iklim komunikasi defensive

Karakteristik individu Iklim defensive

χ² p Pekerjaan pokok Pekerjaan sampingan 10.556 13.200 0.481 0.280 Keterangan:

χ² = nilai chi square

P = nilai sig. (2-tailed)

Hasil uji Chi Square pada Tabel 18 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dengan iklim komunikasi defensive (p>0.05) karena baik responden yang pekerjaan pokoknya beternak atau bukan beternak mayoritas tidak mempengaruhi terciptanya iklim

defensive dalam kelompok. Begitu juga dengan pekerjaan sampingan, responden yang memiliki pekerjaan sampingan maupun tidak memiliki pekerjaan sampingan mayoritas tidak mempengaruhi terciptanya iklim defensive dalam kelompok. Walaupun 10.0% responden yang bekerja sebagai buruh tani terkadang melakukan perilaku komunikatif yang termasuk dalam iklim komunikasi

defensive, namun hal ini tidak menggambarkan bahwa responden yang pekerjaan pokoknya sebagai buruh tani akan memiliki iklim komunikasi yang lebih

defensive dibandingkan dengan responden yang pekerjaan pokoknya beternak, karena beberapa responden lain yang pekerjaan pokoknya sebagai buruh tani juga tetap dapat saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada dalam kelompok, tidak merasa sok pintar karena status yang dimilikinya, dan juga dapat saling membantu anggota satu sama lain.

Ikhtisar

Pembahasan sebelumnya menjelaskan bahwa hipotesis yang menyatakan karakteristik individu responden yaitu usia, tingkat pendidikan, tingkat tujuan individu, tingkat tujuan kelompok, pekerjaan pokok, dan pekerjaan sampingan berhubungan nyata dengan iklim komunikasi defensive ditolak. Hal ini dikarenakan hanya variabel tingkat tujuan kelompok saja yang berhubungan nyata dengan iklim komunikasi defensive, yang berarti semakin rendah tingkat tujuan kelompok dari responden diikuti dengan semakin defensive iklim komunikasi anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.

65

HUBUNGAN KARAKTERISTIK USAHA TANI DENGAN

IKLIM KOMUNIKASI ANGGOTA KELOMPOK TANI BINA

TANI MANDIRI

Hubungan Karakteristik Usaha Tani dengan Iklim Komunikasi Supportive Karakteristik usaha tani yang terdiri atas tingkat pengalaman berusaha tani dan skala usaha ternak merupakan hal yang dapat menjelaskan iklim komunikasi

supportive dalam kelompok. Hubungan tingkat pengalaman usaha tani dan skala usaha ternak dengan iklim komunikasi diuji dengan menggunakan uji Rank Spearman yang dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Hasil uji statistik hubungan tingkat pengalaman dan skala usaha ternak dengan iklim komunikasi supportive

Karakteristik usaha tani Koefisien p

Tingkat pengalaman rs= -0.009 0.960

Skala usaha ternak rs= 0.170 0.341

Keterangan:

rs: nilai Rank Spearman

p: nilai Sig. (2-tailed)

Hubungan Tingkat Pengalaman dengan Iklim Komunikasi Supportive

Hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 19 menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0.960, karena nilai signifikansi >0.05 maka tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pengalaman responden dalam berusaha ternak dengan iklim komunikasi supportive. Responden yang lebih lama memiliki pengalaman dalam berusaha ternak tidak diikuti dengan semakin supportive iklim komunikasi dalam kelompok.

Pengalaman yang sudah lama dijalani responden dalam berusaha ternak tidak membuat responden menjadi anggota kelompok yang sombong melainkan dapat saling membantu anggota lain yang masih kurang memiliki pengalaman dalam berusaha ternak seperti yang dilakukan oleh salah satu responden yang memiliki tingkat pengalaman tinggi dalam berusaha tani yaitu Bapak AT (35 tahun):

“Saya usaha ternak udah lama jadi saya suka jadi orang kepercayaan MT Farm. Terus banyak anggota yang suka nanya-nanya tentang cara ngerawat ternak ke saya ya suka saya bantu kan kita mah harus saling bantu di dalam kelompok.”

Hubungan Skala Usaha Ternak dengan Iklim Komunikasi Supportive

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 19, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0.341, karena nilai signifikansi >0.05 maka tidak terdapat hubungan nyata antara skala usaha ternak responden dengan klim komunikasi supportive. Jumlah ternak yang dipelihara oleh responden tidak mempengaruhi perilaku komunikatif yang dibentuk dalam kelompok. Responden

66

yang memelihara ternak dalam jumlah yang tinggi tidak menjadikan responden sebagai anggota yang menyombongkan diri melainkan menjadikan mereka sebagai anggota yang dapat menghargai dan membantu satu sama lain seperti yang dikatakan oleh Bapak UJ (37 tahun).

“Saya seneng bisa gabung di kelompok soalnya walaupun ternak saya sedikit tapi sesama anggota bisa saling ngasih masukan jadinya saya mah betah kalau di kelompok bisa bareng-bareng ya apalagi saya ga bisa ngerawat ternak banyak- banyak juga karna harus nyawah tiap hari, kadang-kadang juga ada kerjaan serabutan.”

Ikhtisar

Pembahasan sebelumnya menjelaskan bahwa hipotesis yang menyatakan karakteristik usaha tani responden yaitu tingkat pengalaman dan skala usaha ternak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi supportive ditolak. Hal ini dikarenakan tingkat pengalaman dan skala usaha ternak responden yang berbeda- beda tidak diikuti dengan perbedaan iklim komunikasi supportive anggota dalam kelompok. Baik anggota yang tingkat pengalamannya dalam berusaha tani (khususnya ternak) tergolong rendah, sedang, maupun tinggi ketiganya mayoritas dapat melakukan perilaku komunikatif yang termasuk dalam dimensi iklim komunikasi supportive seperti saling menghargai dan menghormati perbedaan satu sama lain dalam pertemuan kelompok, mengambil keputusan bersama dalam pertemuan kelompok, dan saling dapat memberikan atau menerima saran satu sama lain dalam pertemuan kelompok.

Hubungan Karakteristik Usaha Tani dengan Iklim Komunikasi Defensive Karakteristik usaha tani yang terdiri atas tingkat pengalaman berusaha tani dan skala usaha ternak merupakan hal yang dapat menjelaskan iklim defensive

dalam kelompok. Hubungan tingkat pengalaman usaha tani dan skala usaha ternak dengan iklim komunikasi defensive diuji dengan menggunakan uji Rank Spearman yang dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Hasil uji statistik hubungan tingkat pengalaman dan skala usaha ternak dengan iklim komunikasi defensive

Karakteristik usaha tani Koefisien p

Tingkat pengalaman rs= 0.170 0.369

Skala usaha ternak rs= -0.179 0.343

Keterangan:

rs: nilai Rank Spearman

p: nilai Sig. (2-tailed)

Hubungan Tingkat Pengalaman dengan Iklim Komunikasi Defensive

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 20, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0.369, karena nilai signifikansi >0.05 maka tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pengalaman responden dalam berusaha ternak dengan iklim komunikasi defensive. Responden yang tingkat

67 pengalamannya lebih lama tidak diikuti dengan iklim komunikasi yang semakin

defensive. Sebanyak 10.0% responden yang iklim komunikasinya lebih defensive

dibandingkan yang lain dalam kelompok memiliki tingkat pengalaman berusaha tani yang rendah dan tinggi, namun mayoritas responden yang memiliki tingkat pengalaman rendah, sedang, maupun tinggi tetap dapat menciptakan iklim yang

supportive dalam kelompok karena didasari dengan keinginan untuk dapat berkembang bersama dalam kelompok.

Hubungan Skala Usaha Ternak dengan Iklim Komunikasi Defensive

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 20, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0.343, karena nilai signifikansi >0.05 maka tidak terdapat hubungan nyata antara skala usaha ternak responden dengan klim komunikasi defensive. Sebanyak 10.0% responden yang iklim komunikasinya sedikit lebih defensive dan kurang supportive dari yang lain memiliki skala usaha ternak pada kategori sedang dan tinggi, tetapi mayoritas dari keseluruhan responden tidak pernah dan jarang melakukan perilaku komunikatif yang termasuk dalam dimensi iklim komunikasi defensive seperti tidak pernah menyalahkan pendapat anggota lain dalam pertemuan kelompok, tidak pernah mengambil keputusan sendiri, dan tidak pernah merasa sok pintar dalam setiap pertemuan kelompok karena status yang dimilikinya.

Ikhtisar

Pembahasan sebelumnya menjelaskan bahwa hipotesis yang menyatakan karakteristik usaha tani responden yaitu tingkat pengalaman dan skala usaha ternak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi defensive ditolak. Hal ini dikarenakan tingkat pengalaman dan skala usaha ternak responden yang berbeda- beda tidak diikuti dengan perbedaan iklim komunikasi defensive anggota dalam kelompok. Baik anggota yang tingkat pengalamannya dalam berusaha tani (khususnya ternak) tergolong rendah, sedang, maupun tinggi ketiganya mayoritas tidak pernah dan jarang melakukan perilaku komunikatif yang termasuk dalam dimensi iklim komunikasi defensive seperti tidak pernah menyalahkan dan menilai buruk pendapat anggota lain dalam pertemuan kelompok, tidak pernah mengambil keputusan sendiri, dan tidak pernah merasa ingin menang sendiri dalam pertemuan kelompok.

69

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN IKLIM

KOMUNIKASI ANGGOTA KELOMPOK TANI BINA TANI

MANDIRI

Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Iklim Komunikasi Supportive Hubungan tingkat partisipasi responden dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan iklim komunikasi supportive diuji dengan menggunakan uji Rank Spearman yang dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Hasil uji statistik hubungan tingkat keterlibatan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan iklim komunikasi supportive

Tingkat partisipasi Koefisien p

Tahap perencanaan rs= 0.017 0.931

Tahap pelaksanaan rs= -0.014 0.943

Tahap evaluasi rs= -0.210 0.266

Keterangan:

rs: nilai Rank Spearman

p: nilai Sig. (2-tailed)

Hubungan Keterlibatan dalam Tahap Perencanaan dengan Iklim Komunikasi Supportive

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 21, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0.931, karena nilai signifikansi >0.05 maka tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat keterlibatan responden dalam tahap perencanaan dengan klim komunikasi supportive. Berdasarkan data yang didapat di lapangan, responden yang memiliki tingkat keterlibatan dalam tahap perencanaan dengan intensitas rendah maupun tinggi keduanya sama-sama dapat menciptakan iklim komunikasi yang supportive dalam kelompok. Keterlibatan responden dalam tahap perencanaan tidak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi supportive karena tidak dipengaruhi oleh keinginan mereka untuk mengembangkan kelompok tetapi dipengaruhi oleh faktor lain seperti tidak adanya waktu luang untuk mengikuti tahap perencanaan dan adanya tingkat kepercayaan yang tinggi kepada ketua kelompok sehingga mereka merasa tidak masalah jika tidak hadir dalam pembentukan kepengurusan atau kesepakatan aturan karena nantinya juga akan diberitahu hasil keputusannya oleh ketua kelompok. Meskipun keterlibatan beberapa responden tergolong rendah, responden tetap dapat saling menghargai satu sama lain dan dapat menerima juga memberikan masukan kepada sesama anggota dalam kelompok.

Hubungan Keterlibatan dalam Tahap Pelaksanaan dengan Iklim

Dokumen terkait