• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Individu, Iklim Komunikasi, dan Tingkat Kohesivitas Anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Individu, Iklim Komunikasi, dan Tingkat Kohesivitas Anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI, DAN

TINGKAT KOHESIVITAS ANGGOTA KELOMPOK TANI

BINA TANI MANDIRI

ATRINA DWI PUTRI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Individu, Iklim Komunikasi, dan Tingkat Kohesivitas Anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Atrina Dwi Putri

(4)
(5)

ABSTRAK

ATRINA DWI PUTRI. Karakteristik Individu, Iklim Komunikasi, dan Tingkat Kohesivitas Anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. Dibimbing oleh

HADIYANTO

Intensitas komunikasi yang cukup sering dibutuhkan dalam sebuah kelompok, salah satunya adalah dengan membangun iklim komunikasi yang kondusif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik individu, karakteristik usaha tani, tingkat partisipasi, iklim komunikasi, dan tingkat kohesivitas anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri; menganalisis hubungan karakteristik individu dengan iklim komunikasi supportive dan defensive; hubungan karakteristik usaha tani dengan iklim komunikasi supportive dan

defensive; hubungan tingkat partisipasi dengan iklim komunikasi supportive dan

defensive; serta iklim komunikasi supportive dan defensive dengan tingkat kohesivitas anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung pendekatan kualitatif. Responden dalam penelitian ini adalah 30 anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri yang masih aktif. Hasil penelitian menunjukkan tujuan kelompok berhubungan nyata dengan iklim komunikasi supportive dan defensive dan iklim komunikasi supportive dan defensive berhubungan nyata dengan tingkat kohesivitas, sedangkan usia, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, tujuan individu, tingkat pengalaman, skala usaha, serta keterlibatan dalam tahap pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi tidak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi supportive dan defensive anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.

Kata kunci: peternak, kelompok, iklim komunikasi supportive, iklim komunikasi

defensive

ABSTRACT

ATRINA DWI PUTRI. Individual Characteristics, Communication Climate, and Cohesiveness Level of Bina Tani Mandiri Farmers Group Members. Supervised

by HADIYANTO

(6)
(7)

by qualitative approach. Thirty active members of Bina Tani Mandiri Farmers Group had become respondent in this study. The results showed that goals of group level had significant correlation with supportive and defensive communication climate. Besides, supportive and defensive communication climate also had significant correlation with cohesiveness level. In additon, this study showed that age level, educational attainment, main job, secondary job,

goals of individual level, experience level, animal husbandry business’s scale, and

complicity in the implementation, planning, and evaluation phase had no significant correlation with supportive and defensive communication climate of Bina Tani Mandiri Farmers Group members.

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

KARAKTERISTIK INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI, DAN

TINGKAT KOHESIVITAS ANGGOTA KELOMPOK TANI

BINA TANI MANDIRI

ATRINA DWI PUTRI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)

Judul Skripsi : Karakteristik Individu, Iklim Komunikasi, dan Tingkat Kohesivitas Anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri

Nama : Atrina Dwi Putri

NIM : I34100035

Disetujui oleh

Ir Hadiyanto, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Individu, Iklim Komunikasi, dan Tingkat Kohesivitas Anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Hadiyanto, Msi sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini serta Ibu Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS selaku dosen pembimbing akademik atas dukungannya. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada Ibu Eisyah Setia Patra dan Bapak Saiful Firdaus selaku orang tua tercinta, serta Rizki Israhayu, kakak tersayang yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis hingga penyelesian skripsi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri, Bapak Memed, Bapak Afnaan, pihak Mitra Tani Farm, serta pihak Desa Bojong Jengkol atas kesediaannya memberikan informasi kepada penulis. Tidak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat 2010 terutama Kunti MW, Astri SM, Anna NC, Fauziah Z, Aulia RA, dan Regina A juga teman satu pembimbing yaitu Umi Athiah dan Ditha FP yang telah sama-sama memberi semangat serta doa.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2014

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Masalah Penelitian 3 Tujuan Penelitian 4 Kegunaan Penelitian 5 PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7 Kelompok dan Kelompok Tani 7

Konsep Komunikasi Kelompok 9

Iklim Komunikasi 9

Kohesivitas Kelompok 10

Karakteristik Anggota Kelompok 11

Hasil Penelitian Sebelumnya tentang Kelompok 12

Kerangka Pemikiran 13 Hipotesis Penelitian 14 Definisi Operasional 15 PENDEKATAN LAPANGAN 19

Lokasi dan Waktu 19 Teknik Pengumpulan Data 20 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 21 GAMBARAN UMUM DESA BOJONG JENGKOL 23

Karakteristik Penduduk 24 GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI BINA TANI MANDIRI 27

Sejarah Terbentuknya Kelompok 27

Keanggotaan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri 27

Kegiatan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri 28

KARAKTERISTIK ANGGOTA KELOMPOK TANI BINA TANI MANDIRI 31

Usia 32

Tingkat Pendidikan 32

Pekerjaan Pokok 32

Pekerjaan Sampingan 33

Tingkat Tujuan Individu 34

Tingkat Tujuan Kelompok 35

(16)
(17)

KARAKTERISTIK USAHA TANI ANGGOTA KELOMPOK TANI BINA

TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK TANI BINA TANI

MANDIRI 43

Keterlibatan dalam Tahap Perencanaan 43

Keterlibatan dalam Tahap Pelaksanaan 44

Keterlibatan dalam Tahap Evaluasi 45

IKLIM KOMUNIKASI ANGGOTA KELOMPOK TANI BINA TANI

MANDIRI 47

Iklim Komunikasi Supportive 47

Iklim Komunikasi Defensive 51

Perbandingan Iklim Komunikasi Supportive dan Defensive Anggota

Kelompok Tani Bina Tani Mandiri 55

Ikhtisar 56

TINGKAT KOHESIVITAS KELOMPOK TANI BINA TANI MANDIRI 57 HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN IKLIM

KOMUNIKASI ANGGOTA KELOMPOK TANI BINA TANI MANDIRI 59 Hubungan Karakteristik Individu dengan Iklim Komunikasi Supportive 59 Hubungan Usia dengan Iklim Komunikasi Supportive 59 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Iklim Komunikasi Supportive 59 Hubungan Tujuan Individu dengan Iklim Komunikasi Supportive 60 Hubungan Tujuan Kelompok dengan Iklim Komunikasi Supportive 60 Hubungan Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan dengan Iklim Komunikasi Supportive 61

Ikhtisar 61

Hubungan Karakteristik Individu dengan Iklim Komunikasi Defensive 62 Hubungan Usia dengan Iklim Komunikasi Defensive 62 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Iklim Komunikasi Defensive 62 Hubungan Tujuan Individu dengan Iklim Komunikasi Defensive 63 Hubungan Tujuan Kelompok dengan Iklim Komunikasi Defensive 63 Hubungan Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan dengan Iklim Komunikasi Defensive 63 Ikhtisar 64 HUBUNGAN KARAKTERISTIK USAHA TANI DENGAN IKLIM

(18)
(19)

Ikhtisar 66 Hubungan Karakteristik Usaha Tani dengan Iklim Komunikasi Defensive 66 Hubungan Tingkat Pengalaman dengan Iklim Komunikasi Defensive 66 Hubungan Skala Usaha Ternak dengan Iklim Komunikasi Defensive 67 Ikhtisar 67 HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN IKLIM KOMUNIKASI ANGGOTA KELOMPOK TANI BINA TANI MANDIRI 69

Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Iklim Komunikasi Supportive 69 Hubungan Keterlibatan dalam Tahap Perencanaan dengan Iklim

Komunikasi Supportive 69 Hubungan Keterlibatan dalam Tahap Pelaksanaan dengan Iklim

Komunikasi Supportive 69 Hubungan Keterlibatan dalam Tahap Evaluasi dengan Iklim Komunikasi

Supportive 70 Ikhtisar 70 Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Iklim Komunikasi Defensive 71

Hubungan Keterlibatan dalam Tahap Perencanaan dengan Iklim

Komunikasi Defensive 71 Hubungan Keterlibatan dalam Tahap Pelaksanaan dengan Iklim

Komunikasi Defensive 71 Hubungan Keterlibatan dalam Tahap Evaluasi dengan Iklim Komunikasi

Defensive 71 Ikhtisar 72 HUBUNGAN IKLIM KOMUNIKASI DENGAN TINGKAT KOHESIVITAS ANGGOTA KELOMPOK TANI BINA TANI MANDIRI 73

Hubungan Iklim Komunikasi Supportive dengan Tingkat Kohesivitas 73 Hubungan Iklim Komunikasi Defensive dengan Tingkat Kohesivitas 74

Ikhtisar 74

SIMPULAN DAN SARAN 75

Simpulan 75

Saran 76

(20)
(21)

DAFTAR TABEL

Desa Bojong Jengkol tahun 2014 24

4 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian di

Desa Bojong Jengkol tahun 2014 25

5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik individu di

Kelompok Tani Bina Tani Mandiri tahun 2014 31

6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengalaman berusaha ternak di Desa Bojong Jengkol tahun 2014 37 7 Skala usaha ternak Anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri 38 8 Jumlah keseluruhan domba milik sendiri yang dipelihara responden 39 9 Jumlah ternak domba milik CV Mitra Tani Farm yang dipelihara

responden 39

10 Jumlah ternak domba milik orang lain yang dipelihara responden 40 11 Distribusi responden berdasarkan jawaban dari pernyataan dimensi

iklim komunikasi supportive 47

12 Distribusi responden berdasarkan jawaban dari pernyataan dimensi

iklim komunikasi defensive 51

13 Perbandingan skor rata-rata iklim komunikasi supportive dan defensive 55 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat kohesivitas

dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri tahun 2014 57 15 ujiHasil uji statistik hubungan karakteristik individu dengan iklim

komunikasi supportive 59

16 Hasil uji Chi Square pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan

dengan iklim komunikasi supportive 61

17 Hasil uji statistik hubungan karakteristik individu dengan iklim

komunikasi defensive 62

18 Hasil uji Chi Square pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dengan

iklim komunikasi defensive 64

19 Hasil uji statistik hubungan tingkat pengalaman dan skala usaha ternak

dengan iklim komunikasi supportive 65

20 Hasil uji statistik hubungan tingkat pengalaman dan skala usaha ternak

dengan iklim komunikasi defensive 66

21 Hasil uji statistik hubungan tingkat keterlibatan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan iklim komunikasi

supportive 69

22 Hasil uji statistik hubungan tingkat keterlibatan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan iklim komunikasi

defensive 71

23 Hasil uji statistik hubungan iklim supportive dan defensive dengan

(22)
(23)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 14

2 Struktur kepengurusan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri di Desa

Bojong Jengkol tahun 2014 28

3 Persentase responden berdasarkan keterlibatan dalam tahap perencanaan di Kelompok Tani Bina Tani Mandiri tahun 2014 43 4 Persentase responden berdasarkan keterlibatan dalam tahap

pelaksanaan di Kelompok Tani Bina Tani Mandiri tahun 2014 44 5 Persentase responden berdasarkan keterlibatan dalam tahap evaluasi di

(24)
(25)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea, Kabupaten

Bogor 81

2 Daftar Responden 82

3 Dokumentasi 83

4 Hasil uji Rank Spearman 84

(26)
(27)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai keinginan untuk hidup berkelompok. Menurut Maslow dalam Pace dan Faules (2006), setiap individu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu mulai dari fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, sampai kesempatan untuk mengembangkan diri di dalam sebuah kelompok maupun dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal seperti halnya perusahaan dan lembaga pemerintahan maupun organisasi di tingkat masyarakat pedesaan. Membangun sebuah kelompok atau organisasi dipercaya sebagai salah satu alat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. Keberadaan sumber daya manusia yang dapat menunjang pencapaian tujuan suatu kelompok atau organisasi merupakan hal yang sangat penting tak terkecuali bagi masyarakat yang ada di pedesaan. Berdasarkan hasil penelitian Suyono (2008), berbagai program pembangunan yang telah dicanangkan oleh pemerintah untuk membantu pengembangan masyarakat di pedesaan sudah banyak dilaksanakan namun hingga saat ini masyarakat pedesaan yang mayoritas adalah petani (dalam arti luas) masih berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan.

Menurut Syahyuti (2011), hingga saat ini konsep dan strategi pengembangan dan pembentukan berbagai organisasi di level petani seperti misalnya koperasi, kelompok tani, gapoktan, dan lain-lain belum memiliki konsep yang berbasiskan kepada kebutuhan dan kemampuan petani itu sendiri. Pengembangan organisasi di tingkat petani cenderung parsial. Pendekatan yang

top-down planning menyebabkan tidak tumbuhnya partisipasi anggota petani dalam suatu organisasi akibatnya para anggota biasa bekerja dengan intruksi dari atas dan hampir tidak memiliki peluang untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan padahal pengembangan kapasitas bukan hanya mencakup pengembangan kapasitas institusi saja namun juga kapasitas sumber daya manusia seperti yang dijelaskan oleh Sumardjo dan Saharudin (2006) dalam Suyono (2008).

Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2013, mayoritas pekerjaan penduduk yang ada di Indonesia adalah masih pada sektor pertanian secara luas yaitu sekitar 39 959 073, lalu diikuti oleh pekerjaan di sektor perdagangan dan industri. Penduduk yang berada di pedesaan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani namun fakta berdasarkan informasi dari Sensus Pertanian 2013 seperti halnya di Kabupaten Bogor, jumlah usaha pertanian meliputi tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan menurun dari sebelumnya 225 224 pada tahun 2003 menjadi 204 468 pada tahun 2013.

(28)

2

pedesaan. Menurut Syahyuti (2010), organisasi petani yang ada di pedesaan meliputi koperasi, gapoktan, dan kelompok tani.

Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha dari para anggota. Selain itu kelompok tani juga merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya dalam berusaha tani sehingga dapat meningkatkan pendapatan serta produktivitas menuju kehidupan yang lebih sejahtera1. Salah satu kelompok tani yang menyadari bahwa hidup berkelompok itu merupakan suatu hal yang sangat penting adalah Kelompok Tani Bina Tani Mandiri yang berada di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Kelompok tani ini merupakan kelompok tani yang bukan dibentuk oleh pemerintah seperti kelompok tani pada umumnya melainkan oleh pihak swasta yaitu CV Mitra Tani Farm yang diberi modal usaha oleh Bank Mandiri. Dengan intensitas sering betemunya para peternak (anggota) dalam kegiatan pertemuan kelompok baik formal maupun informal yang sering diadakan oleh kelompok ini, maka muncullah interaksi yang dinamakan dengan komunikasi kelompok.

Keberadaan kelompok tani harus tetap dipertahankan untuk dapat membantu petani memenuhi kebutuhannya sehingga perlu adanya interaksi yang kuat untuk membangun kebersamaan dalam kelompok. Intensitas komunikasi yang cukup sering dibutuhkan dalam sebuah kelompok, salah satunya adalah dengan membangun iklim komunikasi yang kondusif. Iklim komunikasi merupakan salah satu faktor internal dalam kelompok. Individu cenderung tertarik dan memilih untuk berpartisipasi yang anggotanya saling berbagi nilai, kebutuhan, sikap, dan harapan di dalam sebuah kelompok atau organisasi (Ruben 1992). Komunikasi dibutuhkan untuk dapat mewujudkan kerja sama dan partisipasi dalam sebuah kelompok atau organisasi.

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan bagi kehidupan semua umat manusia. Menurut Muhammad (2009), pentingnya komunikasi dengan manusia merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri lagi, sama halnya dalam sebuah organisasi atau kelembagaan. Setiap manusia membutuhkan individu lain untuk saling bekerja sama dalam kehidupannya dan komunikasi dapat digunakan untuk saling bertukar pesan, namun menurut Panuju (2001) dalam Rangkuti (2010), masalah komunikasi selalu muncul dalam proses organisasi untuk menghubungkan serta membangkitkan kinerja antar bagian dalam membangun iklim komunikasi secara sinergi. Penelitian mengenai iklim komunikasi dalam kelompok penting untuk dilakukan karena berbagai hasil penelitian sebelumnya hanya fokus menganalisis iklim komunikasi pada organisasi formal saja, padahal organisasi informal seperti kelompok tani perlu dilihat iklim komunikasinya karena penting kaitannya dengan kohesivitas kelompok tani dalam kelompok.

1

(29)

3 Manusia adalah pendukung utama setiap kelompok maupun organisasi dalam bentuk apapun. Salah satu cara untuk melihat struktur komunikasi dalam suatu organisasi adalah dengan meneliti pola-pola interaksi guna mengetahui siapa berkomunikasi dengan siapa karena tidak seorangpun mampu berkomunikasi secara persis seperti anggota yang lainnya atau dengan setiap anggota organisasi lainnya. Ruben (1992) menyatakan bahwa orientasi individu dalam hubungan dan pola komunikasi mereka dengan yang lain menghasilkan iklim komunikasi. Iklim komunikasi ini dapat digolongkan menjadi supportive atau defensive. Morisan (2009) menyatakan perlu diketahui bahwa struktur juga dapat menimbulkan iklim komunikasi yang dipandang sebagai salah satu variabel penting yang mempengaruhi komunikasi. Anggota mempertimbangkan iklim ketika mereka melakukan suatu kegiatan dan setiap kelompok atau organisasi memiliki berbagai macam iklim bagi kelompok orang yang berbeda.

Masalah Penelitian

Sumber daya manusia merupakan nyawa dari suatu kelompok maupun organisasi begitu juga peternak yang bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. Karakteristik individu, karakteristik usaha tani, tingkat partisipasi, iklim komunikasi, dan tingkat kohesivitas anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri yang berbeda-beda tidak luput untuk diteliti karena merupakan faktor penting yang dapat menggambarkan kelompok tani itu sendiri. Oleh karena itu menjadi penting untuk mendeskripsikan bagaimana karakteristik individu, karakteristik usaha tani, tingkat partisipasi, iklim komunikasi, dan tingkat kohesivitas anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri?

Setiap peternak mempunyai latar belakang yang berbeda-beda meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, serta tujuan mereka bergabung dalam kelompok yang meliputi tujuan individu dan tujuan kelompok. Karakteristik individu dapat menentukan iklim komunikasi anggota dalam kelompok baik itu supportive maupun defensive sehingga akan terlihat iklim yang diciptakan merupakan iklim yang mendukung atau tidak mendukung. Oleh karena itu menjadi penting untuk menganalisis bagaimana hubungan antara karakteristik individu dengan iklim komunikasi supportive dan defensive

anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri?

Tanpa adanya kumpulan peternak, usaha yang dijalankan oleh CV Mitra Tani Farm (MT Farm) tidak akan dapat berjalan. Peternak berperan sebagai plasma dari MT Farm. Para peternak ini bekerja memelihara ternak hingga bobotnya memenuhi syarat dan layak untuk dijual sesuai indikator yang telah dibuat MT Farm sedangkan MT Farm menjalankan fungsi manajemen di dalamnya serta memberikan modal, pengetahuan, keterampilan, serta memfasilitasi ternak yang dipelihara oleh para peternak. Tidak hanya karakteristik individu saja, karakteristik usaha tani seperti tingkat pengalaman dan skala usaha ternak dari anggota kelompok juga tidak luput untuk diteliti karena akan menentukan iklim komunikasi dalam kelompok baik itu supportive maupun

defensive. Oleh karena itu menjadi penting untuk menganalisis bagaimana hubungan antara karakteristik usaha tani dengan iklim komunikasi

(30)

4

Partisipasi anggota dalam sebuah kelompok mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, dan juga evaluasi. Kehadiran dan keterlibatan anggota kelompok dalam setiap kegiatan kelompok sangat penting karena dapat berpengaruh terhadap kualitas dari kelompok itu sendiri. Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi yang mendukung dalam kelompok, anggota perlu terlibat dalam berbagai macam kegiatan yang diadakan oleh kelompok. Oleh karena itu menjadi penting untuk menganalisis bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi dengan iklim komunikasi supportive dan defensive anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri?

Berdasarkan hasil penelitian Dwihayanti (2004), iklim komunikasi yang penuh persaudaraan akan mendorong anggota berkomunikasi secara terbuka, rileks, dan ramah tamah dengan anggota lainnya sedangkan iklim komunikasi yang negatif menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh persaudaraan. Selain memiliki latar belakang yang berbeda-beda, setiap peternak yang bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri juga memiliki persepsi masing-masing mengenai iklim komunikasi pada kelompok yang sedang mereka jalani baik itu supportive maupun defensive. Kurangnya keterbukaan di antara anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri dapat membuat kelompok menjadi tidak kompak karena dalam sebuah kelompok, komunikasi yang bebas dan terbuka menunjukkan kelompok yang sangat kohesif (kompak). Kelompok yang sangat kompak mempunyai suasana yang mempertinggi umpan balik, dan karena itu mendorong komunikasi yang lebih efektif. Kohesivitas dibutuhkan untuk memperkuat kebersamaan kelompok sehingga akan lebih mudah mencapai keberhasilan kelompok atau mempertahankan anggota di dalam kelompok. Hal tersebut akan dapat dicapai jika didukung oleh iklim komunikasi yang menunjang dalam kelompok. Oleh karena itu menjadi penting untuk menganalisis bagaimana hubungan antara iklim komunikasi supportive dan defensive dengan tingkat kohesivitas anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan karakteristik individu, karakteristik usaha tani, tingkat partisipasi, iklim komunikasi, dan tingkat kohesivitas anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.

2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan iklim komunikasi

supportive dan defensive anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. 3. Menganalisis hubungan karakteristik usaha tani dengan iklim komunikasi

supportive dan defensive anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. 4. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi dengan iklim komunikasi

supportive dan defensive anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. 5. Menganalisis hubungan iklim komunikasi supportive dan defensive dengan

(31)

5

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai alasan peternak bergabung dalam kelompok, kecenderungan iklim komunikasi yang diciptakan, kohesivitas kelompok Bina Tani Mandiri serta pengaruh iklim komunikasi terhadap kohesivitas kelompok. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, di antaranya adalah:

1. Bagi peternak yang tergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai hal-hal apa saja yang harus ditingkatkan dalam diri para peternak agar dapat meningkatkan kekompakan kelompok serta berusaha dan bekerja sama lebih baik lagi baik dengan sesama peternak maupun pengurus Mitra Tani Farm. 2. Bagi pihak CV Mitra Tani Farm

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai iklim komunikasi serta kohesivitas Kelompok Tani Bina Tani Mandiri sehingga pihak Mitra Tani Farm dapat memperbaiki beberapa hal yang dapat lebih disesuaikan lagi dengan kebutuhan peternak agar hubungan internal organisasi semakin baik.

3. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para pengambil kebijakan agar dapat meningkatkan kapasitas petani khususnya yang berada di Kabupaten Bogor agar tertarik untuk berorganisasi atau bergabung dalam sebuah kelompok karena dengan berorganisasi akan menjadi mudah untuk saling berbagi kebutuhan. Tentunya hal ini harus sesuai dengan karateristik masing-masing petani.

4. Bagi peneliti dan kalangan akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pustaka dan menjadi proses pembelajaran dalam memahami fenomena sosial yang terjadi khususnya yang berkaitan dengan iklim komunikasi petani serta kohesivitas kelompok tani.

5. Bagi masyarakat sekitar

(32)
(33)

7

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Kelompok dan Kelompok Tani

Kelompok didefinisikan oleh Robbins (2002) sebagai dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling tergantung antara satu dengan yang lainnya. Tidak semua himpunan orang disebut dengan kelompok. Sebuah kelompok mempunyai tujuan dan melibatkan interaksi di antara anggotanya. Kelompok memiliki dua tanda psikologis, pertama anggota merasa terikat dengan kelompoknya, dan kedua anggota kelompok saling bergantung satu sama lain. Kelompok dibagi ke dalam dua sifat yaitu formal dan informal. Kelompok formal digambarkan sebagai struktur organisasi dengan adanya penugasan. Perilaku anggota diarahkan kepada tujuan kelompok atau organisasi di dalam kelompok formal, sedangkan kelompok informal merupakan kelompok yang tidak memiliki struktur, kelompok semacam ini terbentuk secara alamiah karena adanya kebutuhan untuk mengadakan kontak sosial dengan anggota yang lainnya.

Cartwright dan Zander (1968) menjelaskan bahwa kelompok mempunyai sepuluh ciri-ciri, yaitu ditandai oleh adanya interaksi yang sering, orang-orang di dalamnya mendefinisikan dirinya sebagai anggota, menyadari bahwa mereka adalah kepunyaan kelompok, berbagi norma yang menyangkut kepentingan bersama, berpartisipasi sesuai dengan kedudukannya, orang-orang di dalamnya merasakan manfaat, mempunyai persepsi kolektif sebagai satu kesatuan, ada identifikasi terhadap objek, mempunyai sifat saling ketergantungan, dan ada kecenderungan berperilaku yang sama terhadap lingkungan kelompok. Menurut Mardikanto (1993) dalam Arimbawa (2004), kelompok merupakan himpunan yang terdiri atas dua individu atau lebih dengan ciri-ciri memiliki ikatan yang nyata, memiliki interaksi sesama anggotanya, memiliki struktur, memiliki norma tertentu yang disepakati bersama, serta memiliki keinginan dan tujuan bersama.

Menurut Robbins (2002), kelompok dibagi ke dalam empat subklasifikasi, yaitu kelompok perintah, kelompok tugas, kelompok kepentingan, dan kelompok persahabatan. Kelompok perintah dan kelompok tugas dicirikan oleh organisasi formal, sedangkan kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan lebih mengarah kepada aliansi informal. Kelompok perintah ditentukan oleh struktur organisasi. Kelompok ini terdiri dari atasan dan bawahan dimana para bawahan bertugas melapor langsung kepada atasannya sedangkan kelompok tugas mewakili orang-orang yang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Akan tetapi batasan kelompok ini tidak terbatas pada hierarki bawahan kepada atasan.

(34)

8

Menurut Beebe dan Masterson (1994), seseorang bergabung ke dalam suatu kelompok karena adanya lima dimensi, yaitu:

1. Kebutuhan pribadi (interpersonal needs): kebutuhan pribadi seseorang dapat dikaitkan dengan hierarki kebutuhan menurut Maslow yaitu dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan aktualisasi diri.

2. Tujuan individual (individual goals): merupakan alasan mengapa individu bergabung dalam suatu kelompok yang berkenaan dengan minat dalam dirinya untuk meningkatkan kemampuan mereka.

3. Tujuan kelompok (group goals): merupakan tujuan yang dapat diidentifikasi melampaui tujuan individual. Tujuan ini berkembang sebagai tujuan bersama yang meliputi tujuan individual masing-masing anggota.

4. Daya tarik interpersonal (interpersonal attraction): sebagian orang tertarik bergabung dalam sebuah kelompok karena mereka tertarik dengan orang-orang yang ada di dalamnya yang meliputi komponen kesamaan, saling melengkapi, kedekatan, dan daya tarik fisik.

5. Daya tarik kelompok (group attraction): ketika seseorang bergabung dalam sebuah kelompok karena tertarik dengan anggota di dalamnya, mereka juga mungkin tertarik dengan kelompok itu sendiri, yang meliputi aktivitas kelompok, tujuan, dan kesederhanaan dalam penerimaan anggota. Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT. 210/3/97 tanggal 18 Maret 1997, kelompok tani merupakan kumpulan dari petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta adanya kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama dalam meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan dari para anggotanya. Selain itu pada Peraturan Menteri Pertanian No. 273/ Kpts/OT.160/4/2007 13 April 2007 tentang pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani dijabarkan bahwa kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk meningkatan dan mengembangkan usaha dari para anggotanya.

(35)

9 memiliki aktivitas sesuai dengan fungsi kelompok dimana aktivitasnya saling berkaitan satu sama lain.

Konsep Komunikasi Kelompok

Menurut Goldberg dan Larson (1985), komunikasi kelompok merupakan suatu bidang studi yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Baik komunikasi kelompok maupun komunikasi interpersonal melibatkan dua atau lebih individu yang secara fisik berdekatan serta menyampaikan dan menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi kelompok terjadi dalam suasana yang lebih berstruktur, para anggota lebih cenderung melihat dirinya sebagai kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang tujuan bersama. Komunikasi kelompok cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan dengan komunikasi antar pribadi dan umumnya anggota lebih sadar terhadap peran dan tanggung jawab masing-masing. Seperti yang dikatakan Gales dalam Goldberg dan Larson (1985) bahwa setiap kelompok, individu dapat memperlihatkan sikap positif atau gabungan dengan menjadi ramah, mendramatisir, dan menyetujui. Sebaliknya, mereka juga dapat menunjukkan sifat negatif seperti adanya penolakan, memperlihatkan ketegangan, atau menjadi tidak ramah.

Iklim Komunikasi

Menurut Beebe dan Masterson (1994) [dalam bukunya „Communicating in Small Group‟], iklim komunikasi dalam suatu kelompok merupakan analogi dari sebuah iklim geografis yang sehari-hari anggota kelompok kenal dan rasakan yang biasa disebut dengan cuaca atau suhu. Seseorang mungkin berpartisipasi dalam kelompok yang memiliki rasa hangat dan keramah-tamahan yang sungguh-sungguh, kepercayaan, keakraban, dan kemahiran. Menururt Gibb (1961), iklim komunikasi supportive mampu mendukung interaksi yang terbuka, jujur, dan bersifat membangun sedangkan iklim defensive dapat membangkitkan konflik dan sikap kompetitif. Komunikator yang kompeten berusaha keras untuk mempertahankan iklim komunikasi yang supportive. Iklim komunikasi defensive

dan supportive merupakan iklim komunikasi dalam kelompok yang keduanya memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Iklim yang defensive terdiri atas enam dimensi, yaitu evaluasi (evaluation), kontrol (control), strategi (strategy), netralitas (netrality), superioritas (superiority), dan kepastian (certainty), sedangkan enam dimensi iklim supportive terdiri atas deskripsi (description), orientasi masalah (problem orientation), spontanitas (spontanity), empati (emphaty), persamaan (equality), dan kesementaraan (provisionalism).

a. Evaluasi VS Deskripsi

(36)

10

b. Kontrol VS Orientasi masalah

Perilaku komunikatif yang mengarahkan dan mengontrol seseorang dapat menghasilkan iklim yang defensive, sedangkan orientasi masalah merupakan pendekatan yang lebih efektif. Jika seseorang melihat anggota kelompok sebagai orang yang benar-benar berusaha untuk solusi yang akan menguntungkan semua pihak (bukan untuk diri sendiri), persepsi ini akan memberikan kontribusi bagi iklim yang mendukung seperti kekompakan yang lebih besar dan adanya peningkatan produktivitas.

c. Strategi VS Spontanitas

Strategi merupakan perilaku yang mengendalikan dan bersifat manipulatif. Strategi merupakan teknik perencanaan dan agenda tersembunyi seperti ketika seseorang bermain catur sedangkan jika seseorang dalam suatu kelompok bersikap spontan dan jujur, tidak ada perencanaan dan agenda yang disembunyikan, maka orang tersebut akan berkontribusi untuk menciptakan iklim yang mendukung.

d. Netralitas VS Empati

Iklim yang bersifat netral dikatakan bila seseorang jauh dari perasaan orang lain dan tidak ada keprihatinan, sedangkan empati merupakan keterlibatan dan kepedulian seseorang terhadap tugas kelompok dan juga anggota kelompok lain yang dianggap sebagai iklim pendukung dalam kelompok.

e. Superioritas VS Persamaan

Superioritas merupakan keadaan dimana seseorang merasa dirinya lebih baik dari yang lain. Hal ini tentunya tidak mampu mendukung iklim yang terjadi dalam kelompok. Persamaan merupakan keadaan dimana seseorang berusaha untuk menciptakan perencanaan yang partisipatif dengan saling mempercayai dan menghormati satu sama lain. Keadaan ini dapat menghasilkan iklim yang mendukung dalam kelompok.

f. Kepastian VS Kesementaraan

Kepastian adalah keadaan dimana seseorang yakin dengan pengetahuan dan persepsinya sedangkan jika seseorang bersikap kesementaraan, berarti ia membiarkan dirinya terbuka terhadap informasi baru dan bisa mengakui bahwa dari waktu ke waktu, mereka mungkin salah tentang sesuatu sehingga mereka akan menjadi anggota kelompok yang lebih efektif dan akan membantu membangun iklim kelompok yang lebih mendukung.

Kohesivitas Kelompok

Tingkatan yang menunjukkan anggota kelompok saling terkait satu sama lain menunjuk pada kohesivitas (kekompakan) kelompok. Di samping kualitas komunikasi, jumlah komunikasi juga dapat mempengaruhi kohesivitas kelompok. Komunikasi yang bebas dan terbuka mencirikan kelompok yang kohesif (Beebe dan Masterson 1994). Menurut Robbins (1999), setiap kelompok mempunyai tingkat kohesivitas yang berbeda-beda, tergantung dari sejauh mana anggota merasa tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap berada dalam kelompok tersebut. Berbagai hasil studi sebelumnya menunjukkan bahwa semakin kompak suatu kelompok, maka anggota akan mengarah pada tujuan-tujuan kelompok.

(37)

11 untuk kelihatan bodoh dan kehilangan muka. Anggota yang merasa bahwa keputusan kelompok jelek akan mengajukan pertanyaan. Ia tidak dapat tinggal diam dan membiarkan kelompok berbuat salah. Semakin kohesif sebuah kelompok, maka semakin baik norma-norma kelompok dapat dipatuhi oleh para anggotanya. Anggota merasa aman dan terlindungi dalam kelompok yang kohesif sehingga komunikasi menjadi lebih bebas, terbuka, dan lebih sering.

Kohesi kelompok diartikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins dan Raven 1964 dalam Rakhmat 2003). Kohesi kelompok dapat diukur dari ketertarikan anggota secara interpersonal satu sama lain, ketertarikan anggota pada fungsi kelompok dan kegiatan kelompok, serta ketertarikan anggota kepada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhannya (McDavid dan Harari 1968 dalam Rakhmat 2003). Menurut Hariadi (2011), tiga makna tentang kohesivitas kelompok yaitu ketertarikan pada kelompok termasuk tingkat mereka dapat bertahan dalam organisasi, moral dan tingkat motivasi anggota kelompok, serta koordinasi dan kerja sama anggota kelompok.

Anggota kelompok yang kohesivitasnya tinggi lebih energik di dalam suatu kelompok, jarang tidak hadir dalam kegiatan kelompok, dan merasa senang jika kelompok tersebut berhasil. Anggota kelompok juga akrab serta saling menghargai satu sama lain untuk mencapai tujuan, sedangkan kohesivitas rendah biasanya ditunjukkan oleh rasa agresif dan saling bermusuhan. Kohesi kelompok yang tinggi ditandai dengan curahan waktu untuk perencanaan kegiatan dan semua anggota kelompok mengikuti rencana yang telah disetujui bersama. Kelompok yang kohesivitasnya tinggi juga cenderung memiliki pemimpin yang memiliki sifat demokratik, sedangkan kelompok yang kohesivitasnya rendah cenderung memiliki pemimpin yang otokratik. Kelompok yang kohesivitasnya tinggi juga biasanya terdiri atas individu-individu yang termotivasi untuk membangun kebersamaan dan cenderung memiliki kinerja kelompok yang efektif. Kohesi juga berkaitan dengan interaksi. Interaksi yang kuat menunjukkan adanya kerja sama yang baik sehingga akan meningkatkan keberhasilan kelompok dalam proses belajar mengajar, kerja sama, produksi, dan usaha (Hariadi 2011).

Karakteristik Anggota Kelompok

McQuail dan Windahl (1981) dalam Suwanda (2008) menyatakan bahwa setiap orang yang berbeda akan memberikan respon yang berlainan karena individu mempunyai tingkat predisposisi motivasional yang berbeda dalam memberikan respon. Umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, suku, dan agama diasumsikan dapat menentukan selektivitas individu terhadap komunikasi sedangkan Setiawan (2006) dalam Suwanda (2008) menyatakan bahwa karakteristik personal yang meliputi umur, pendidikan, gender, kesehatan, suku, agama, serta karakteristik sumberdaya usaha tani yaitu luas lahan, modal, alat, dan penguasaan lahan sangat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima atau menerapkan informasi.

(38)

12

1. Usia: usia responden dihitung sejak tahun kelahirannya sampai waktu penelitian dilakukan.

2. Pendidikan formal: jenjang waktu sekolah formal yang pernah diikuti petani.

3. Pendidikan non-formal: kegiatan pembelajaran di luar sekolah formal yang pernah diperoleh petani.

4. Pengalaman berusaha tani: lamanya responden berusaha tani dalam satuan tahun.

5. Pendapatan rata-rata/bulan: penghasilan yang diperoleh petani. 6. Pola usaha tani: model monokultur/polikultur yang diterapkan petani. 7. Status usaha tani: dilihat dari posisi petani terhadap lahan yaitu penggarap

atau pemilik.

8. Luas lahan : luas area yang digarap petani untuk ditanami.

9. Orientasi berusaha tani: motif atau tujuan petani dalam berusaha tani. 10.Status petani: keanggotaan petani dalam kelompok tani.

11.Motivasi berusaha tani: keinginan petani dalam mengusahakan padi baik intrinsik maupun ekstrinsik.

Wibowo (2006) menyatakan bahwa karakteristik anggota kelompok tani terdiri atas usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, penguasaan lahan, akses terhadap media massa, gaya komunikasi anggota, dan tingkat partisipasi anggota. Tingkat partisipasi anggota kelompok tani merupakan presentase peran serta anggota dalam kegiatan kelompok. Berdasarkan hasil peneitian Andajani (2006), partisipasi dalam sebuah kelompok tani peternak adalah keterlibatan peternak dalam pembuatan rencana, dalam pelaksanaan rencana kegiatan dan pemanfaatan hasil serta dalam proses pengawasan kegiatan kelompok seperti yang dikatakan oleh Sajogyo (1980) dalam Andajani (2006) bahwa indikator partisipasi masyarakat tani dalam kegiatan pembangunan pertanian dapat dilihat dari adanya peluang ikut menentukan kebijakan pembangunan di tingkat desa/kecamatan terutama dalam bidang-bidang yang mengharapkan petani untuk bekerja, adanya peluang ikut melaksanakan rencana pembangunan, serta adanya peluang untuk ikut menilai hasil pembangunan, sampai hasil-hasil tersebut telah memperbaiki keadaan mereka menurut ukuran dan pengalaman mereka sendiri. Aspek yang dilihat dalam perencanaan adalah mengenai usaha kelompok, pengelolaan, pengembalian pinjaman, serta perguliran bantuan modal. Aspek dalam pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan hasil adalah pembelian sarana produksi, pembuatan kandang ternak, pengelolaan pakan, serta kegiatan mengikuti pelatihan, sedangkan dalam pengawasan aspek yang dilihat adalah pengawasan pada saat pembelian ternak, kegiatan kelompok, pengembalian pinjaman, dan proses perguliran bantuan modal.

Hasil Penelitian Sebelumnya tentang Kelompok

Hare (1962) dalam Wibowo (2006) menyatakan terdapat kecenderungan yang kuat bahwa kelompok akan lebih produktif jika mereka terdiri atas anggota-anggota kelompok yang mempunyai jenis kelamin yang sama, kohesivitas yang tinggi, ukuran relatif kecil, mempunyai jaringan komunikasi dengan feedback

(39)

13 serta individu berpartisipasi, semua anggota cenderung untuk merasakan daya tarik terhadap kelompok dan konsekuensinya menerima kepuasan secara personal. Kondisi tersebut berperan sebagai daya kekuatan bagi kelompok untuk menyelesaikan masalah karena ada keterbukaan dan kepercayaan sesamanya. Pada akhirnya dengan memelihara iklim kelompok yang positif maka akan berpengaruh terhadap produktivitas.

Muksin (2002) menyatakan dalam penelitiannya bahwa beberapa variabel yang dapat membentuk iklim kelompok adalah cara berkomunikasi, kohesivitas kelompok, jaringan komunikasi, dan ukuran kelompok. Iklim kelompok terdiri atas komitmen dan kepuasan anggota. Tingkat kohesivitas kelompok tani dapat dilihat dari sejauh mana keterampilan anggota kelompok dalam berkomunikasi yaitu mampu memahami penyampaian pesan serta bagaimana meresponnya dalam berinteraksi dengan anggota kelompok yang lain. Kohesivitas dapat dilihat dari kualitas komunikasi, kuantitas komunikasi, dan keterampilan komunikasi. Kualitas komunikasi diukur dari bagaimana anggota kelompok berkomunikasi secara terbuka, eksplisit, dalam menyampaikan pesan, serta kejujuran. Semakin besar kualitas komunikasi, maka semakin besar pula kemampuan anggota untuk berkomunikasi secara jujur, terbuka, dan eksplisit sedangkan kuantitas komunikasi dapat diukur dari jumlah komunikasi yang dilakukan oleh anggota kelompok tani yang dilihat dari seberapa sering anggota menghadiri pertemuan yang didakan oleh kelompok dan mengenai hubungan anggota dengan anggota yang lain. Kohesivitas ditunjukkan dengan tingkat daya tarik antar anggota kelompok. Semakin tinggi tingkat ketertarikan antar anggota kelompok tani maka semakin besar pula tingkat kohesivitas anggota kelompok.

Wibowo (2006) menyatakan dalam penelitiannya bahwa pekerjaan anggota kelompok tani dapat menentukan tingkat kedewasaan anggota dalam bertindak, anggota kelompok yang memiliki lebih dari satu pekerjaan berarti memiliki keterampilan yang lebih sehingga menjadi lebih percaya diri dalam berpendapat dan tidak selalu menunggu perintah ketua kelompok untuk dapat bertindak. Hasil penelitian Mayangsari (2013) menyatakan bahwa dalam organisasi informal yaitu Usaha Kecil dan Menengah (UKM), lama bekerja anggota mempengaruhi tingkat kepercayaan. Semakin lama anggota bekerja, maka semakin tinggi tingkat kepercayaan dalam kelompok.

Kerangka Pemikiran

Setiap anggota yang bergabung dalam kelompok tani memiliki latar belakang yang berbeda-beda termasuk para peternak yang bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. Tidak hanya karakteristik individu sepeti usia, pendidikan, dan pekerjaan saja yang penting untuk dilihat namun juga tujuan peternak bergabung dalam kelompok, karakteristik usaha tani seperti pengalaman berusaha tani dan skala usaha serta partisipasi dalam kelompok yang dapat dilihat dari tingkat keterlibatan anggota dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Karakteristik tersebut diduga berhubungan nyata dengan iklim komunikasi supportive dan defensive para anggota dalam kelompok.

(40)

14

iklim komunikasi yang dapat dianalogikan sebagai suhu atau cuaca. Iklim komunikasi ini terdiri atas defensive (yang bersifat melawan) dan supportive

(yang bersifat mendukung). Iklim komunikasi supportive dan defensive anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri diduga berhubungan nyata dengan tingkat kohesivitas (kekompakan) kelompok. Kohesivitas merupakan kekuatan dalam kelompok untuk membuat anggotanya tetap bertahan dan tidak ingin meninggalkan kelompok. Komunikasi yang bebas dan terbuka dalam suatu kelompok mencirikan kelompok yang kompak. Kohesivitas kelompok akan mempengaruhi tingkat keberhasilan kelompok baik itu sebagai unit belajar, kerja sama, unit usaha, dan kesatuan aktivitas.

Keterangan:

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, tingkat tujuan individu, dan tingkat tujuan kelompok) dengan iklim komunikasi supportive dan

(41)

15 2. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik usaha tani (tingkat pengalaman dan skala usaha ternak) dengan iklim komunikasi supportive dan defensive

anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.

3. Terdapat hubungan nyata antara partisipasi (tingkat keterlibatan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) dalam kelompok dengan iklim komunikasi supportive dan defensive anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.

4. Terdapat hubungan nyata antara iklim komunikasi supportive dan defensive

dengan tingkat kohesivitas anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.

Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik individu :

a. Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak responden dilahirkan sampai pada saat menjadi responden dalam penelitian ini. Usia responden dihitung dari ulang tahun terakhir responden. Pengkategorian usia responden dihitung berdasarkan sebaran normal, yaitu:

1. Usia muda (≤38 tahun)

2. Usia menengah (39 sampai 53 tahun) 3. Usia tua (>53 tahun)

b. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan responden digolongkan menjadi:

1. Tidak tamat SD

c. Pekerjaan pokok merupakan kegiatan mencari nafkah yang menjadi prioritas utama responden dan memberikan pendapatan uang yang paling besar dibandingkan dengan pekerjaan yang lainnya. Pekerjaan pokok akan diukur dengan menggunakan skala nominal dan dikategorikan menjadi:

1. Pekerjaan pokok beternak 2. Pekerjaan pokok bukan beternak 2.1 Buruh tani

2.2 Pekerja kasar 2.3 Lain-lain

d. Pekerjaan sampingan adalah kegiatan mencari nafkah yang pendapatannya lebih kecil dari pekerjaan pokok. Beternak bisa termasuk ke dalam pekerjaan pokok atau pekerjaan sampingan. Pekerjaan responden diukur dengan menggunakan skala nominal dan dapat dikategorikan menjadi:

1. Tidak ada pekerjaan sampingan 2. Ada pekerjaan sampingan, meliputi:

(42)

16

2.3 Pekerja kasar 2.4 Lain-lain

e. Tingkat tujuan individu (individual goals) merupakan minat dalam diri responden untuk meningkatkan kemampuan individu yang dapat diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dapat dikategorikan menjadi:

1. Rendah: skor 3 sampai 6 2. Sedang: skor 7 sampai 10 3. Tinggi: skor 11 sampai 15

f. Tingkat tujuan kelompok (group goals) melampaui tujuan individu, berkenaan dengan hal yang ingin dicapai bersama dalam kelompok. Motivasi bergabung dalam kelompok tani diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dikategorikan menjadi:

1. Rendah: skor 3 sampai 6 2. Sedang: skor 7 sampai 10 3. Tinggi: skor 11 sampai 15 2. Karakteristik Usaha Tani:

a. Tingkat pengalaman berusaha tani adalah lamanya responden memelihara ternak yang dihitung berdasarkan jumlah tahun dari awal berusaha hingga saat wawancara dilakukan. Pengkategorian tingkat pengalaman berusaha tani responden dihitung berdasarkan sebaran normal, yaitu:

1. Rendah: pengalaman ≤3 tahun

2. Sedang: pengalaman 4 sampai 7 tahun 3. Tinggi: pengalaman >7 tahun

b. Skala usaha merupakan jumlah ternak yang dipelihara oleh responden saat dilakukannya penelitian tanpa membedakan kepemilikannya dalam satuan setara domba dewasa (SDD). Pengkategorian tingkat skala usaha ternak responden dihitung berdasarkan sebaran normal, yaitu:

1. Rendah: skala usaha ≤9.6 SDD

2. Sedang: skala usaha 9.7 sampai 20.2 SDD 3. Tinggi: skala usaha >20.2 SDD

3. Partisipasi dalam kelompok merupakan keikutsertaan anggota kelompok dalam tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

a. Tingkat keterlibatan dalam tahap perencanaan merupakan keikutsertaan anggota dalam pembentukan kelompok, struktur kepengurusan kelompok serta peraturan dan bantuan modal berupa uang yang diberikan kepada kelompok yang diberi skor yang diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dikategorikan menjadi:

1. Rendah: skor 5 sampai 7 2. Tinggi: skor 8 sampai 10

b. Tingkat keterlibatan dalam tahap pelaksanaan merupakan keikutsertaan anggota dalam mengikuti pertemuan kelompok, mengeluarkan pendapat untuk kemajuan kelompok, serta dalam bekerja sama dengan anggota yang lain seperti membantu memberikan obat/penyuntikan pada ternak dan membuat kandang bersama yang diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dikategorikan menjadi:

(43)

17 2. Tinggi: skor 8 sampai 10

c. Tingkat keterlibatan dalam tahap evaluasi merupakan keikutsertaan anggota dalam proses memecahkan masalah dan mengawasi jalannya kegiatan serta pelaksanaan peraturan yang ada di dalam kelompok yang diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dikategorikan menjadi: 1. Rendah: skor 5 sampai 7

2. Tinggi: skor 8 sampai 10

4. Iklim komunikasi dalam kelompok meliputi iklim defensive dan supportive. Kuesioner iklim komunikasi dinyatakan dalam 12 pernyataan untuk masing-masing iklim. Iklim komunikasi defensive dan supportive diukur dengan menggunakan skala interval dengan lima kategori, yaitu:

Untuk iklim komunikasi supportive, kategorinya adalah: Selalu (SL) : skor 5

Deskripsi: perilaku komunikatif anggota yang mampu menghargai dan mendengarkan pendapat anggota lain serta tidak selalu menyalahkan pendapat anggota lain.

Orientasi masalah: perilaku komunikatif anggota yang berusaha menemukan solusi yang menguntungkan semua pihak dengan cara mengajak anggota lain mencari jalan keluar secara bersama-sama.

Spontanitas: perilaku anggota yang mengatakan hal secara jujur kepada anggota yang lain sehingga perkataan yang disampaikan sama dengan perbuatan yang dilakukan serta tidak menyembunyikan hal penting terkait dengan kelompok demi kebaikan bersama.

Empati: perilaku anggota yang merasa peduli dan prihatin terhadap anggota kelompok lain serta tidak akan membiarkan anggota lain yang sedang mengalami kesusahan.

Persamaan: perilaku komunikatif anggota yang menganggap bahwa seluruh anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi walaupun statusnya berbeda-beda.

Kesementaraan: perilaku komunikatif anggota yang mau terbuka terhadap saran dan informasi baru serta tidak menganggap dirinya yang paling benar, ia juga dapat mengakui kesalahannya jika ia memang berbuat salah.

Untuk iklim komunikasi defensive, skornya adalah: Selalu (SL) : skor 5

(44)

18

Kontrol: perilaku komunikatif anggota yang mengarahkan perilaku anggota yang lain serta selalu menguasai pembicaraan ketika ada pertemuan kelompok.

Strategi: perilaku anggota yang perkataannya berbeda dengan apa yang dilakukannya (tidak jujur) atau banyak hal yang disembunyikan dari anggota yang lain.

Netralitas: perilaku anggota yang menunjukkan sikap acuh tak acuh dan tidak mementingkan perasaan orang lain (jauh dari empati).

Superioritas: perilaku komunikatif anggota yang menunjukkan bahwa dirinya lebih baik karena memiliki status, kekuasaan, atau kemampuan lebih tinggi (lebih pintar) daripada anggota yang lain.

Kepastian: perilaku komunikatif anggota yang merasa yakin dengan pengetahuan dan pandangannya sehingga menganggap dirinya selalu benar dan tidak ingin diganggu gugat, ingin menang sendiri, serta tertutup terhadap hal-hal atau informasi yang baru.

5. Tingkat Kohesivitas Kelompok

Kohesivitas (kekompakan) kelompok adalah kekuatan yang mendorong anggota untuk tetap tinggal dalam kelompok. Tingkat kohesivitas diukur dengan menggunakan skala interval dan diberikan skor sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) : skor 5 Setuju (S) : skor 4 Netral (N) : skor 3 Tidak Setuju (TS) : skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

Hasil dari tingkat kohesivitas akan dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal, yaitu:

1. Rendah: skor 9 sampai 21 2. Sedang: skor 22 sampai 33 3. Tinggi: skor 34 sampai 45

Tingkat kohesivitas kelompok dapat dilihat dari:

Tingkat ketertarikan interpersonal: perasaan senang ketika bertemu dengan anggota kelompok serta kenyamanan anggota terhadap anggota lainnya karena adanya kesamaan di antara keduanya, baik kesamaan dalam hal tujuan maupun sifat.

Tingkat ketertarikan anggota pada kegiatan, fungsi, dan tujuan kelompok: keikutsertaan anggota dalam kegiatan kelompok baik dalam diskusi kelompok formal maupun pertemuan informal dan seberapa jauh anggota menyukai kelompok karena mempunyai tujuan yang sesuai dengan tujuan dirinya bergabung serta dapat memberikan manfaat bagi dirinya.

(45)

19

PENDEKATAN LAPANGAN

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengujian hipotesis atau penelitian penjelasan (explanatory research). Penelitian explanatory merupakan penelitian dengan menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun 2008). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatf dan didukung dengan kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner untuk dapat mengumpulkan data mengenai karakteristik individu, karakteristik usaha tani, tingkat partisipasi, iklim komunikasi, dan tingkat kohesivitas responden, sedangkan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam yang diharapkan dapat menggali informasi mengenai sejarah terbentuknya kelompok, permasalahan dalam kelompok, hubungan antar anggota, serta teknis kerja sama Kelompok Tani Bina Tani Mandiri dengan CV Mitra Tani Farm.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor tepatnya di Kelompok Tani Bina Tani Mandiri yang bergerak di bidang peternakan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

(sengaja) dengan pertimbangan: (1) mayoritas penduduk di Desa Bojong Jengkol bermata pencaharian sebagai petani (2) Kelompok Tani Bina Tani Mandiri merupakan kelompok tani yang terbentuk bukan karena program dari pemerintah melainkan dibentuk oleh pihak swasta yaitu CV Mitra Tani Farm yang mendapatkan bantuan modal dari Bank Mandiri sehingga memungkinkan adanya keberlanjutan karena terbentuk bukan dari proyek pemerintah yang seringkali bubar setelah proyek selesai. Selain itu aturan yang berada dalam kelompok juga ditentukan dari pihak swasta serta tidak adanya penyuluh pertanian dari Kabupaten yang mendampingi. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data di lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi dan perbaikan skripsi. Semua kegiatan tersebut dilakukan dalam kurun waktu bulan Februari 2014 hingga Juli 2014.

Penentuan Responden dan Informan Penelitian

(46)

20

Responden adalah pihak yang memberikan keterangan mengenai dirinya dan kelompok tani yang ia masuki, sedangkan informan adalah pihak yang dapat memberikan keterangan dan informasi tambahan mengenai kelompok tersebut. Penelitian ini menggunakan metode sensus dengan jumlah responden sebanyak 30 anggota aktif, sedangkan informan berasal dari pihak Mitra Tani Farm dan Ketua Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner dan wawancara mendalam. Data mengenai karakteristik responden, iklim komunikasi, dan tingkat kohesivitas dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner diberikan kepada responden dan peneliti memandu responden dalam pengisian kuesioner tersebut untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengisian. Kuesioner telah diuji reliabilitasnya dengan nilai Cronbach‟s Alpha sebesar 0.722. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan panduan pertanyaan kepada responden dan informan yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya. Panduan pertanyaan ini berfungsi untuk menambah informasi mengenai sejarah terbentuknya Kelompok Tani Bina Tani Mandiri dan kondisi internal yang ada di dalam kelompok. Data primer yang telah diperoleh dijelaskan dalam bentuk penelitian deskriptif dan korelasi untuk menjelaskan hubungan antar variabel.

(47)

21

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi, uji Chi Square, dan analisis korelasi Rank Spearman yang berfungsi untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Riduwan 2004). Data hasil kuesioner akan diolah dengan menggunakan

software Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) for Windows versi 20.0 dan Mirosoft Excel 2007. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan beberapa teknik, antara lain:

1. Tabel frekuensi dengan bantuan Microsoft Excel 2007 untuk mendeskripsikan hasil penelitian mengenai karakteristik individu (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, tingkat tujuan individu, dan tingkat tujuan kelompok); karakteristik usaha ternak (tingkat pengalaman dan skala usaha ternak); tingkat partisipasi (keterlibatan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi); distribusi dan perbandingan reponden berdasarkan iklim komunikasi supportive dan defensive; dan tingkat kohesivitas responden.

2. Uji korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan antar variabel dengan menggunakan total skor. Uji ini digunakan untuk menentukan hubungan usia, tingkat pendidikan, tingkat tujuan individu, tingkat tujuan kelompok dengan iklim komunikasi supportive dan defensive; menguji hubungan tingkat pengalaman dan skala usaha ternak dengan iklim komunikasi supportive dan defensive; menguji hubungan tingkat keterlibatan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan iklim komunikasi supportive dan defensive; serta menguji hubungan iklim komunikasi supportive dan defensive dengan tingkat kohesivitas.

(48)
(49)

23

GAMBARAN UMUM DESA BOJONG JENGKOL

Kondisi Geografis

Desa Bojong Jengkol merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Jarak Desa Bojong Jengkol dari pusat Pemerintah Kecamatan Bogor adalah 2 km, sedangkan jarak dari pusat Kabupaten Bogor adalah 42 km. Desa Bojong Jengkol memiliki luas wilayah 211 ha dengan ketinggian tanah 600 m dari permukaan laut dan memiliki batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Benteng Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cinangka Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tegal Waru Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cihideung Udik

Tabel 1 Luas lahan berdasarkan peruntukkan di Desa Bojong Jengkol tahun 2014

Peruntukkan Luas (ha) Persentase (%)

Sawah dan ladang 130.5 61.8

Jalan 2.8 1.4

Bangunan umum 9.8 4.6

Pemukiman 59.1 28.0

Perkuburan 3.5 1.6

Lain-lain 5.3 2.6

Jumlah 211.0 100.0

Sumber: Profil Desa Bojong Jengkol 2012 (diolah)

(50)

24

Sumber: Profil Desa Bojong Jengkol 2012 (diolah)

Berdasarkan Tabel 2, penduduk Desa Bojong Jengkol lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki dengan usia >40 tahun yaitu sebesar 29.5%. Tingkat usia kedua terbanyak adalah usia 20 sampai 29 yaitu sebesar 19.2%, sedangkan jumlah yang paling sedikit adalah usia 30 sampai 39 tahun dengan persentase sebesar 15.2%. Jika berkeliling di Desa Bojong Jengkol memang terlihat bahwa di desa ini lebih banyak laki-laki dengan usia cukup tua dibandingkan dengan usia muda, begitu juga dengan jenis kelamin perempuan.

Tingkat pendidikan penduduk di Desa Bojong Jengkol sangat beragam mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi seperti yang tercantum pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa

Bojong Jengkol tahun 2014

Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Sekolah Dasar (SD) 3 470 55.0

Sumber: Profil Desa Bojong Jengkol 2012 (diolah)

(51)

25 Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian di Desa Bojong Jengkol tahun 2014

Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) Karyawan:

Pegawai Negeri Sipil (PNS) ABRI

Swasta

147 7 367

3.9 0.1 10.0

Wiraswasta/pedagang 758 20.7

Tani 1 838 49.6

Pertukangan 148 4.0

Jasa 429 11.7

Jumlah 3 694 100.0

Sumber: Profil Desa Bojong Jengkol 2012 (diolah)

(52)
(53)

27

GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI BINA TANI

MANDIRI

Sejarah Terbentuknya Kelompok

Kelompok Tani Bina Tani Mandiri dibentuk oleh Commanditaire Vennootschap (CV) Mitra Tani Farm yaitu unit usaha agribisnis subsektor peternakan di bidang penggemukan kambing dan domba. Selain itu, unit usaha ini juga bergerak di bidang aqiqah, peternakan ayam hingga kebun sayuran organik yang belum berkembang seperti bidang peternakan. Unit usaha ini didirikan oleh empat orang alumni IPB khususnya alumni Fakultas Peternakan yang pada saat kuliah bekerja sama dengan petani untuk memasok kambing dan domba pada saat Idul Adha.

Ketekunan dan kerja keras yang dilakukan selama masih menjadi mahasiswa akhirnya berbuah manis dengan dibentuknya CV Mitra Tani Farm pada tahun 2004. MT Farm memiliki visi sebagai pusat penjualan ternak kambing dan domba di Jabodetabek sedangkan misinya adalah sebagai penyedia ternak kambing dan domba yang murah, sehat, dan berkualitas. Para pendiri Mitra Tani Farm memiliki bagian masing-masing dalam mengurus MT Farm yaitu ada yang bertanggung jawab pada pengembangbiakkan ternak, penjualan dan pembelian, manajemen, serta distribusi ternak yang umumnya berasal dari luar Jawa Barat.

Setelah mendapatkan kepercayaan dari para konsumennya, MT Farm mendapatkan bantuan modal dari Bank Mandiri untuk memperluas usahanya dengan memberdayakan peternak yang ada di desa sekitar dengan membentuk sebuah kelompok tani yang dinamakan dengan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. Kelompok Tani Bina Tani Mandiri dibentuk sejak lebih dari dua tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2011. Berdasarkan informasi yang didapat dari informan, setiap anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri mendapatkan bantuan modal berupa domba dan uang senilai Rp2 000 000 untuk membangun kandang. Kelompok Tani Bina Tani Mandiri dibentuk sebanyak dua periode yang seluruh anggotanya berjenis kelamin laki-laki, periode pertama terdiri atas 18 orang anggota sedangkan periode kedua terdiri atas 22 orang, namun perbedaan tahun pembentukan kelompok tidak terlalu jauh.

Keanggotaan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri

(54)

28

oleh pihak Mitra Tani Farm. Adanya fasilitas ini dapat membantu anggota yang tidak memiliki lahan kosong dan tidak memiliki uang untuk menyewa lahan kosong namun ada juga beberapa anggota yang mersa keberatan karena merasa jarak dari rumah ke kandang kelompok cukup jauh dan adanya beberapa masalah internal yang terjadi di antara anggota-anggota yang memiliki kandang bersama.

Keterlibatan anggota dalam kegiatan awal pembentukan kelompok sangat minim, sedangkan untuk pembentukan kepengurusan sekaligus pemilihan ketua disepakati secara bersama-sama dengan berbagai macam pertimbangan. Gambar 2 menunjukkan struktur kepengurusan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri yang dibentuk dan disepakati secara bersama-sama.

.

Gambar 2 Struktur kepengurusan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri di Desa Bojong Jengkol tahun 2014

Sumber: Data struktur kepengurusan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri sejak awal pembentukan kelompok

Anggota kelompok berjumlah 40 orang pada awal pembentukan kelompok, namun seiring berjalannya waktu, ada sepuluh orang yang sudah tidak aktif lagi karena ada yang dikeluarkan dari kelompok dan ada juga yang sedang tidak ingin memelihara ternak untuk saat ini.

Kegiatan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran
Tabel 1  Luas lahan berdasarkan peruntukkan di Desa Bojong Jengkol tahun 2014
Tabel 4  Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian di                  Desa Bojong Jengkol tahun 2014
Gambar 2  Struktur kepengurusan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian sebelumnya menemukan beberapa indikator variabel karakteristik kewirausahaan yang teridentifikasi menjadi determinan faktor perilaku kewirausahaan

Tidak ada pengaruh nyata dari suplementasi mineral (Mg, Zn dan Se) yang berbentuk mineral blok terhadap kadar NaCl dan pH lendir serviks selama siklus estrus

Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan Al–Qur’an adalah dengan menghafalnya. 5 Dalam menghafalkan Al-Qur’an ini tentu tidak mudah dengan sekali membaca

Pendapatan tol anak usaha pada 2012 senilai Rp 82 miliar yang kemudian naik menjadi Rp 123 miliar pada 2013, serta ditargetkan akan naik menjadi Rp 450 miliar pada tahun

Sistem ini meliputi sebuah perangkat keras scanner dan perangkat lunak merekam karakteristik sidik jari yang spesifik, menyimpan data tiap-tiap user ke dalam sebuah

Hasil dari penelitian ini memaparkan tentang potensi-potensi yang ada di Desa Wisata Brayut, kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan, produk yang ditawarkan, serta analisis

Keterampilan remaja dalam mengatur emosi sangat penting untuk keberhasilan menjalin hubungan dengan orang lain, dengan menjalin hubungan dengan orang lain maka

Kata Kunci : Nilai Ekonomi, Sumberdaya Alam, Total Hutan Mangrove Pasca Rehabilitasi di Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara