• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

IV.1.3 Komunikasi Antarpribadi Antara Petugas Dengan Masing-Masing Narapidana

Di dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan petugas dengan narapidana terlihat dalam bentuk teori-teori yang di tuangkan oleh peneliti di dalam penelitian ini. Seperti halnya di karakteristik komunikasi antarpribadi dalam proses melakukan pembinaan ataupun bimbingan terhadap para narapidana, hubungan timbal balik yang terjadi pada saat melakukan pembinaan yang terlihat seperti kegiatan petugas pada setiap petugas melakukan pembinaan dan bimbingan oleh para narapidana dan salah satunya Pak Darwis dan Pak Manurung.

Hubungan interaksi petugas dengan narapidana terjalin dengan sangat baik, seperti yang dikutip oleh petugas Pak Harahap dan dari narapidana oleh Pak Darwis serta dari pengamatan peneliti selama berada di cabang RUTAN Aceh Singkil. Serta para petugas pun memiliki sifat persuasif dalam melakukan pembinaan seperti kegiatan olah raga dan bimbingan kerohanian, proses pembinaan yang diberikan oleh petugas melibatkan dua orang atau lebih.

Para informan yang dipilih oleh peneliti memiliki ruang pribadi masing- masing seperti di jelaskan dalam self disclosure, yang terlihat dari salah satu informan, yakni Pak Darwis yang memiliki ruang pribaditerbuka dan memiliki ruang yang sangat ideal untuk komunikasi antarpribadi dengan petugas, serta Pak Darwis memilki ruang buta yang di ketahui oleh petugas, dan hal ini sangat berguna dalam melakukan pembinaan karena orang yang mengetahui dirinya sendiri tetapi orang lain banyak tahu tentang dirinya. Di sini petugas banyak melakukan pendekatan untuk mengetahui ruang tersembunyi yang di sembunyikan oleh bapak Manurung, dan pada ruang tidak di kenal yang di miliki juga oleh informan, menunjukan berbagai keadaan diri sendiri yang tidak diketahui oleh diri informan dan orang lain, yang menbuat petugas melakukan pendekatan secara terus-menerus. Lain halnya dengan Pak Manurung yang memiliki ruang tersembunyi, dan selalu menyembunyikan banyak hal tentang dirinya dan tidak ada orang lain yang mengetahuinya.

Efek negatif dari self disclosure dalam teori penetrasi social ini adalah narapidana mengalami penurunan keawasan diri para informan, karena adanya informasi pribadi yang dibagikan oleh para petugas. Aspek-aspek yang berada

sanjungan dan pujian kepada para informan yang telah melakukan pembinaan kebugaran jasmani dengan memenangkan permain olah raga yang diberikan oleh petugas seperti bermain bola voli dan tenis meja.

Kesediaan informasi di dalam penetrasi sosial di dalam penelitian ini tidak begitu terlihat pada diri para informan, hanya terlihat Aksesibilitas informan pada petugas, seperti bapak Darwis telah mengenal sebagian petugas, serta informan sering juga melakukan komunikasi antarpribadi dengan petugas dalam konsultasi hukum dan kasus yang dialaminya, sehingga informan memahami sedikit tentang hukum yang melanggar peraturan yang dibuat oleh penegakhukum.

Sedangkan bapak Manurung menpunyai semangat yang tinggi untuk merubah sikapnya, setalah keluar dari penjara, informan mampu menghadapi segala macam tantangan dan rintangan untuk merubah sikapnya di dalam RUTAN. Ketika informan ingin berubah, informan pun mengikuti pembinaan yang dilakukan oleh petugas, dan belajar tentang hukum dengan cara berinteraksi dan berkomunikasi sesama petugas.

Aksesibilitas juga didapatkan dengan mudah oleh bapak Darwis dan bapak Manurung seperti kemudahan mendapatkan informasi dari petugas atau orang-orang terdekat dengan mereka. Terlihat dalam para narapidana dengan mudah bertukar pendapat dengan petugas pada waktu jam istirahat. Sejauh peneliti mengamati intensitas kunjungan keluarga dan orang dekat bapak Darwis sangat sering terlihat yakni setiap hari, sedangkan bapak Manurung tidak mendapatkan intensitas kunjungan keluarga yang sama seperti bapak Darwis, disebabkan oleh jarak yang cukup jauh keluarga, yang bertempat tinggal di sibolga. Meski pun

kemudahan didapatkan para narapidana, dalam hal ini, kunjungan keluarga tetaplah harus mengikuti peraturan berkunjung di RUTAN, yakni dari jam 09.00 sampai dengan jam 17.00 wib.

Kejujuran didapat oleh para petugas dari Interaksi antar pihak keluarga narapidana dengan petugas menciptakan suatu pesan yang sangat membantu tugas para petugas, dalam mengetahui kepribadian para narapidana dari pihak keluarga sehingga nantinya dapat proses pembinaan dapat terlaksana dengan lancar dan baik.

Kegiatan yang dilakukan oleh bapak Darwis dan bapak Manurung dilakukan secara sukarela, dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh para petugas, dengan harapan hal ini dapat mengurangi masa tahanan para narapidana tersebut. Antara lain seperti berkebun yang di lakukan bapak Manurung dan mengikuti pengajian yang dilakukan yang dilakukan bapak Darwis.

Norma sosial yang berlaku di RUTAN turut mempengaruhi para narapidana dalam mengambil keputusan, untuk mengubah kebiasaannya terdahulu menjadi terarah agar lebih baik lagi dari sebelumnya, yakni terlihat dari sikap bapak Darwis dan bapak Manurung sekarang ini. Sedangkan efektifitas dalam penyampaian informasi dapat dilihat atau diamati dari adanya hubungan yang dibangun atas dasar keakraban petugas dan para narapidana seperti timbulnya motivasi dalam diri para narapidana di RUTAN.

Proses penerapan dari ketujuh ponit yang disebutkan tadi, dapat ditandai dengan tiga proses sosial yang berperan dalam proses perubahan sikap yaitu

kesediaan, identifikasi dan internalisasi. Kesedian yang terlihat dari bapak Darwis dan bapak Manurung dalam menerima pengaruh di karenakan mereka berharap untuk memperoleh reaksi atau tanggapan positif dari petugas seperti pujian, dukungan, simpati, motivasi dan keringanan masa hukuman sembari menghindari hal-hal yang dianggap negatif. Oleh karena itu kesedian adalah perubahan prilaku bukan perubahan sikap mendasarinya.

Identifikasi yang terlihat dari bapak Darwis dan bapak Manurung dalam meniru perilaku atau sikap seseorang petugas dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa sebagai bentuk hubungan yang menyenangkan antara mereka dan petugas. Jelas bahwa identifikasi dapat terjadi sekalipun sikap yang ditiru itu belum tentu sesuai dan memuaskan bagi individu yang bersangkutan akan tetapi dikarenakan sikap itu membawa kepada kepuasan hubungan dengan orang lain. Misalnya bapak Darwis akan menjalan kan perannya sebagai seseorang yang menjalani hukuman di RUTAN dan akan kembali sebagai ayah dari bagian keluarganya, begitu juga dengan bapak Manurung.

Internalisasi yang terlihat dari bapak Darwis dan bapak Manurung yakni terjadinya proses yang menerima dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang mereka percayai sebelumnya serta dianggap sebagai suatu hal memuaskan. Proses inilah yang paling tidak mudah untuk berubah selama adanya kepercayaan dalam diri meraka terhadap petugas. Lebih lanjut, dalam teori ini kelman menerangkan bahwa proses mana yang akan terjadi banyak bergantung pada sumber kekuatan pihak yang mempengaruhi, berbagai kondisi yang mengendalikan masing-masing proses terjadi pengaruh, dan implikasinya terhadap permanensi perubahan sikap.

Dokumen terkait