• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

II.1 KOMUNIKASI .1 Definisi Komunikasi

Secara epistemologi istilah kata komunikasi atau dalam bahasa Inggris

communication berasal dari bahasa Latin yakni communicatio, dan bersumber dari

kata communis yang berarti sama. Sama dalam arti kata ini bisa diinterpretasikan dengan pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut (Purba, 2006: 1).

Menurut Carl I. Hovland ilmu komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap. Adapun mengenai komunikasinya sendiri, Hovland merumuskan sebagai proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikate). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa ilmu komunikasi mempelajari dan meneliti perubahan sikap dan pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.

Menurut Wilbur Schramm communication berasal dari kata Latin communis yang artinya common atau sama. Jadi menurut Schramm jika kita mengadakan komunikasi dengan suatu pihak, maka kita menyatakan gagasan kita untuk

memperoleh commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, 2006: 29-30).

Menurut Gerald R. Miller komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

Menurut Everett M. Rogers komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

Harold S. Laswell cara baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With

what Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan

Pengaruh Bagaimana?

Berdasarkan definisi Laswell tersebut dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: Pertama, Sumber (source), atau pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber dapat berupa individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau suatu negara. Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya (perasaan) atau dalam pikiran, sumber harus mengubah perasaan dan pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang idealnya dipahami oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding).

Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.

Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: makna,

simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan, dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah, dan sebagainya) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, famflet, dan sebagainya). Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapan mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan, patung, tarian, dan sebagainya.

Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber

untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara, meskipun dapat juga menggunakan lima indra untuk menerima pesan dari orang lain. Saluran merujuk pada cara penyajian pesan: apakah langsung (tatap muka) atau lewat media cetak (surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi). Surat pribadi, telepon, selebaran, Overhead Projektor (OHP), sistem suara (sound system) multimedia, semua itu dapat dikategorikan sebagai bagian dari saluran komunikasi. Pengirim pesan akan memilih saluran-saluran itu, bergantung pada situasi, tujuan yang hendak dicapai dan jumlah penerima pesan yang dihadapi.

Keempat, penerima (receiver), sering disebut sasaran/tujuan (destination),

komunikate (communicate), penyandi balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan

seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat dipahami. Proses ini disebut penyandian balik (decoding).

Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan

tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia menjadi bersedia), dan lain sebagainya.

Kelima unsur diatas sebenarnya belum lengkap, bila dibandingkan dengan unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam model-model lebih baru. Unsur-unsur lain yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan/kendala komunikasi (noise/barriers), dan konteks atau situasi komunikasi. Dalam peristiwa komunikasi begitu banyak unsur yang terlibat. Ke semua unsur itu saling bergantung atau tumpang tindih, namun diasumsikan terdapat unsur-unsur utama yang dapat diidentifikasi dan dimasukkan ke dalam suatu model. Pemahaman komunikasi berorientasi-sumber yang diuraikan diatas menekankan variabel-variabel tertentu seperti isi pesan (pembicaraan), cara pesan disampaikan, dan daya bujuknya.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas.

Komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, komunitas juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa, dan masing-masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas tersebut.

Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “berbagi pengalaman”. Sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam pengertian berbagi pengalaman (Mulyana, 2005: 42).

Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation) atau derajat keabstrakan. Komunikasi didefinisikan sebagai proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan adalah terlalu umum, sementara komunikasi sebagai alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan sebagainya lewat telepon, telegraf, radio, kurir dan sebagainya adalah terlalu sempit.

Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Sebagian definisi mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang disengaja; sedangkan sebagian definisi lainnya tidak menuntut syarat ini, seperti yang dikemukakan Gerald R. Miller, yakni komunikasi sebagai situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.

Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian definisi, meskipun secara implisif, menyertakan keberhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu. Definisi komunikasi dari John B. Hoben, misalnya mengasumsikan bahwa komunikasi itu (harus) berhasil: “komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan”. Asumsi dibalik definisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Sebagian definisi lainnya tidak otomatis mensyaratkan keberhasilan ini, seperti definisi komunikasi dari Bernard Berelson dan Gary Steiner: “komunikasi adalah transmisi informasi”. Jadi definisi tersebut tidak mensyaratkan bahwa informasi harus diterima atau dimengerti (Mulyana, 2005: 54-55).

Banyak definisi komunikasi bersifat khas, mencerminkan paradigma atau perspektif yang digunakan ahli-ahli komunikasi tersebut dalam mendekati fenomena komunikasi. Paradigma “ilmiah” (objektif, mekanistik, positivistik) tampak dominan, mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab akibat, yang mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut komunikator/sumber/pengirim/encoder (yang aktif) untuk mengubah pengetahuan, sikap atau perilaku komunikate/penerima pesan/sasaran/khalayak/decoder (atau dalam wacana komunikasi Indonesia sering disebut komunikan) yang pasif.

Kontras dengan definisi-definisi dan model-model komunikasi bersifat linier atau mekanistik, dalam pendekatan terhadap komunikasi yang transaksional atau lebih humanistik, definisi-definisi dan model-model komunikasinya pun berbeda. Bila dalam pendekatan saintifik orang-orang yang terlibat dalam komunikasi dikategorikan sebagai pengirim pesan (sumber, komunikator) dan penerima pesan (sasaran, komunikate), dalam pendekatan yang lebih humanistik, mereka disebut peserta-peserta komunikasi (communication participants) atau keduanya disebut komunikator

(communicator). Beberapa ahli menggunakan istilah komunikan untuk merujuk pada pihak-pihak yang berkomunikasi atau peserta komunikasi, jadi identik pengertiannya dengan komunikator, bukan sebagai penerima pesan.

Tubbs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih, sedangkan Gudykunst dan Kim mendefinisikan komunikasi (antarbudaya) sebagai proses transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang-orang (dari budaya yang berbeda). Jadi inti dari komunikasi adalah penafsiran (interpretasi) atas pesan tersebut, baik disengaja ataupun tidak disengaja (Mulyana, 2005: 58-59).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi atau adanya saling pengertian dari seseorang kepada orang lain (Purba, 2006:34).

II.1.2 Dimensi-Dimensi Komunikasi A. Bentuk/Tatanan Komunikasi

Bentuk atau tatanan komunikasi dapat ditinjau dari jumlah komunikannya yaitu:

1. Komunikasi pribadi (personal communication)

a. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi kelompok (group communication)

a. Komunikasi kelompok Kecil (small group communication), meliputi ceramah, forum, simposium, diskusi panel, seminar, curah saran (brainstorming).

3. Komunikasi Organisasi (organization communication) 4. Komunikasi massa (mass communication)

a. Komunikasi massa cetak, meliputi surat kabar, majalah, buku, dll. b. Komunikasi massa elektronik, meliputi radio, televisi, film, dll.

B. Sifat komunikasi

Berdasarkan sifatnya maka komunikasi dapat diklasifiksikan sebagai berikut: 1. Komunikasi verbal

a. Komunikasi lisan b. Komunikasi tulisan 2. Komunikasi non verbal

a. Komunikasi kial (gestural/body communication) b. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Komunikasi tatap muka

4. Komunikasi bermedia

C. Tujuan Komunikasi

1. Untuk mengubah sikap

2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan 3. Untuk mengubah perilaku

4. Untuk mengubah masyarakat

D. Fungsi Komunikasi 1. Menginformasikan 2. Mendidik

3. Menghibur 4. Mempengaruhi E. Metode Komunikasi

Kata metode berasal dari bahasa Inggris, rangkaian yang sistematis. Metode komunikasi berarti kegiatan-kegiatan yang terorganisasi, meliputi:

1. Komunikasi informatif 2. Komunikasi persuasif 3. Komunikasi pervasif 4. Komunikasi koersif 5. Komunikasi instruktif 6. Hubungan manusiawi F. Bidang Komunikasi 1. Komunikasi sosial 2. Komunikasi organisasional/manajemen 3. Komunikasi bisnis 4. Komunikasi politik 5. Komunikasi internasional 6. Komunikasi antarbudaya 7. Komunikasi pembangunan 8. Komunikasi tradisional 9. Komunikasi lingkungan

G. Teknik Komunikasi

Teknik berasal dari kata ‘technikon’ bahasa Yunani, yang berarti ketrampilan. Berdasarkan ketrampilan komunikasi maka teknik komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Jurnalistik

2. Hubungan masyarakat (public relations) 3. Periklanan

4. Propaganda 5. Publisitas

H. Model Komunikasi

1. Komunikasi satu tahap (one step flow communication) 2. Komunikasi dua tahap (two step flow communication) 3. Komunikasi banyak tahap (multi step flow communication)

Dokumen terkait