• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Kasus Limbah Adolina dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Mengenai Penyelesaian Kasus Limbah PKS Adolina Terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan Di Kalangan Warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penyelesaian Kasus Limbah Adolina dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Mengenai Penyelesaian Kasus Limbah PKS Adolina Terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan Di Kalangan Warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin)"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELESAIAN KASUS LIMBAH ADOLINA DAN CITRA PERUSAHAAN (Studi Korelasional Mengenai Penyelesaian Kasus Limbah PKS Adolina Terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan Di Kalangan Warga Desa

Celawan Kecamatan Pantai Cermin )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun oleh:

WIDYA ULIMA AMBARITA 060904033

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Widya Ulima Ambarita

NIM : 060904033

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Penyelesaian Kasus Limbah Adolina dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Mengenai Penyelesaian Kasus Limbah PKS Adolina Terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan Di Kalangan Warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin)

Medan, Maret 2010 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Rusni, M.A Drs. Amir Purba, M.A 195108041985032001 195102191987011001

A.n. Dekan Pembantu Dekan I

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Pada Hari :

Tanggal : Pukul :

Tim Penguji:

1. Ketua :

2. Anggota 1 :

(4)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Penyelesaian Kasus Limbah Adolina dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Penyelesaian Kasus Limbah PKS Adolina terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan di Kalangan Warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara penyelesaian kasus limbah Adolina terhadap citra perusahaan dengan menggunakan perspektif komunikasi, komunikasi organisasi dan hubungan masyarakat. Model ini menekankan penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menghasilkan efek terhadap perusahaan yaitu citra PTPN IV Adolina.

Sampel dalam penelitian ini adalah warga Desa Celawan yang berusia 17 sampai 50 tahun, mengetahui pencemaran limbah PKS Adolina di sungai kanal Pantai Cermin, dan mengetahui penyelesaian kasus limbah Adolina. Jumlah sampel yang diambil sebesar 98 orang dengan menggunakan rumus Taro Yamane. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup sejumlah 22 buah dan 1 buah pertanyaan terbuka. Analisa data menggunakan analisa tabel tunggal lalu dihubungkan menjadi tabel silang. Selanjutnya uji hipotesa dan tes signifikansi. Semuanya dilakukan dengan program SPSS for Windows version 17.0.

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat

Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi syarat memperoleh gelar

kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak menghadapi kesulitan

karena keterbatasan dan kemampuan, namun penulis bersyukur dan berterima kasih

karena telah mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak yang turut

membantu menyelesaikan skripsi ini. Terutama bagi kedua orangtua penulis, Bapak

Drs. J. M. Ambarita dan Mama N. S. Sitompul yang selalu memberikan dukungan dan

semangat di setiap saat. Semoga penulis dapat membuat Bapak dan Mama selalu

tersenyum bahagia dan bangga. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi.

3. Ibu Dra. Rusni, M.A selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu

dan berbagi ilmu yang sangat berharga selama membimbing penulis.

4. Bapak Drs. Humaizi, M.A selaku dosen wali penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bekal

pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu

(6)

7. Karyawan/ti PTPN IV (Persero) yang telah sangat membantu memberi ijin

penelitian, terutama Pak Zulfachri Nasution dan Pak Wilmar. Dan kepada

segenap karyawan/ti PTPN IV Adolina Perbaungan yang membantu penulis

mengumpulkan sejumlah data di lapangan, terutama Ibu Nuraida Pohan dan

Pak Bambang.

8. Kepala Desa dan staff beserta seluruh warga Desa Celawan Kecamatan Pantai

Cermin yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian.

9. Abang dan adik penulis, Junet Fernandus Ambarita, S.St.Pi, (Alm) Sasmita

Wibowo Ambarita, Yona Ambarita, Marthin Ambarita, Rio Ambarita, Mora

Yoga Ambarita dan Febrisa Siregar yang telah bersedia membantu penulis saat

membutuhkan dan berbagi suka dan duka yang dapat membuat penulis tertawa

dan menangis bersama.

10.Keluarga besar Ambarita dan Sitompul dimanapun mereka berada yang terus

mendoakan dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan perkuliahan

dan mendapat gelar kesarjanaan.

11.Sahabat-sahabat penulis yang banyak membantu selama penyelesaian skripsi

ini, Christina, Flora, Yudhy, Pina, Hendra, Efron, Minarno, dan Kak Ilma S.

Tamsil. Meskipun kadang kita sering berselisih paham, namun penulis sangat

menyayangi kalian semua. Semoga segala perbedaan yang ada pada diri kita

tidak memudarkan persahabatan ini dan suatu hari nanti kita akan berkumpul

kembali sebagai orang yang sukses.

12.Teman-teman Komunikasi stambuk 2006 yang lain,. canda tawa yang dibagi

sangat berkesan dan berarti. Penulis merasa sangat senang karena telah

(7)

13.Teman-teman seperjuangan dibawah bimbingan Ibu Rusni, Mey Ersantiara,

Lusi, Nina, Hanna dan Erin beserta teman-teman yang masih dan akan

berjuang, tetap semangat dan pantang menyerah.

14.Semua pengarang buku yang telah menjadi narasumber bagi penulis.

15.Semua pihak yang turut membantu kelancaran skripsi ini baik disadari ataupun

tidak.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini belum mencapai

kesempurnaan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk

menyelesaikannya dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis bersedia

untuk diberikan saran maupun kritik yang sifatnya membangun. Semoga Tuhan Yang

Maha Esa memberikan berkah kepada kita semua. Terima kasih.

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN

I.5.2. Komunikasi Organisasi 11

I.5.3. Hubungan Masyarakat 13

I.5.4. Komunikasi Eksternal 14

I.5.5. Citra Perusahaan 15

I.5.6. Teori SOR 16

I.6 Kerangka Konsep 17

I.7 Model Teoritis 18

I.8 Variabel Operasional 18

I.9 Definisi Operasional 19

I.10 Hipotesis 20

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi 21

II.1.1 Definisi Komunikasi 21

II.1.2 Dimensi-Dimensi Komunikasi 29

II.2 Komunikasi Organisasi 32

II.3 Hubungan Masyarakat 38

II.3.1 Definisi Humas 38

II.3.2 Publik-Publik Dalam Humas 44

II.3.3 Fungsi-Fungsi Humas 47

II.4 Komunikasi Eksternal 49

II.5 Citra Perusahaan 50

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian 61

III.2 Deskripsi Lokasi Penelitian 62

III.2.1 Sejarah Adolina 62

III.2.1.1 Ruang Lingkup Bidang Usaha 63

III.2.1.2 Lokasi Perusahaan 64

III.2.1.3 Logo Perusahaan 64

III.2.1.4 Daerah Pemasaran 66

III.2.1.5 Dampak Sosial Ekonomi 67

III.2.2 Struktur Organisasi 69

III.2.3 Deskripsi Penyelesaian Kasus Limbah Adolina 73

III.2.4 Deskripsi Desa Celawan 78

III.5.1 Purposive Sampling 81

III.6 Teknik Pengumpulan Data 81

III.6.1 Studi Kepustakaan 81

III.6.2 Penelitian Lapangan 81

III.7 Teknik Analisa Data 82

III.7.1 Analisa Tabel Tunggal 82

III.7.2 Analisa Tabel Tunggal 82

III.7.3 Uji Hipotesis 82

BAB IV ANALISA DATA

IV.1 Pengumpulan Data 85

IV.1.1 Tahapan Awal 85

IV.1.2 Proses Dan Tahapan Pengolahan Data 85

IV.2 Analisa Tabel Tunggal 87

IV.3 Analisa Tabel Silang 105

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.5 Kemampuan Komunikator Dalam Menyampaikan

Keterangan-keterangan Tentang Pencemaran Limbah

Di Sungai Kanal 90

Tabel 4.6 Kesan dan Pendapat tentang Peran Humas di Adolina 91

Tabel 4.7 Penyampaian Informasi Kepada Masyarakat Mengenai

Kegiatan Eksternal Perusahaan 91

Tabel 4.8 Menanggapi Keluhan-keluhan Warga 92

Tabel 4.9 Mengerti Dengan Isi Informasi Yang Di Sampaikan Adolina

Mengenai Penyelesaian Kasus Limbah 93

Tabel 4.10 Kejelasan Informasi Yang Di Sampaikan Adolina 94

Tabel 4.11 Efektivitas Saluran Atau Media Yang Di Gunakan

Untuk Menyelesaikan Kasus Limbah 95

Tabel 4.12 Reaksi Warga Setelah Menerima Penjelasan Mengenai

Kasus Limbah 96

Tabel 4.13 Kepuasan Dengan Penyelesaian Kasus Limbah 96

Tabel 4.14 Kesan dan Pendapat Warga Terhadap PTPN IV Adolina

Setelah terjadinya Limbah Di Sungai Kanal 97

Tabel 4.15 Hubungan Perusahaan Dengan Masyarakat Atau

Pihak Luar 98

Tabel 4.16 Percaya PTPN IV Adolina Tidak Akan Menimbulkan

Pencemaran Kembali 98

(11)

Tabel 4.19 Tidak Bersedia Menerima Bantuan-bantuan Yang Di Berikan

Adolina Baik Secara Fisik Maupun Non Fisik Dalam Rangka

Meningkatkan Hubungan Dengan Masyarakat Setempat 101

Tabel 4.20 Partisipasi Adolina Dalam setiap kegiatan Yang

Di Selenggarakan Masyarakat 102

Tabel 4.21 Adolina Bertanggung Jawab Terhadap Setiap Kegiatan

Yang Di Lakukan Perusahaan 103

Tabel 4.22 Perhatian Warga Terhadap Adolina 104

Tabel 4.23 Hubungan Antara Kemampuan Komunikator Dalam

Menyampaikan Keterangan-keterangan Tentang Kasus

Limbah Terhadap Kepercayaan Warga Terhadap Adolina 105

Tabel 4.24 Hubungan Antara Reaksi Warga Setelah Menerima

Penjelasan Tentang Kasus Limbah Terhadap Perhatian

Masyarakat 106

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Teoritis 18

Gambar 2.1 Proses Komunikasi 35

Gambar 2.2 Model Pembentukan Citra 53

Gambar 2.3 Model Komunikasi dalam Public Relations 57

Gambar 2.4 Teori S-O-R 59

Gambar 3.1 Logo Perusahaan 64

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Penelitian

Lampiran II Tabel SPSS

Lampiran III Surat permohonan penelitian dari Fakultas Imu Sosial dan

Ilmu Politik USU

Lampiran IV Surat balasan ijin penelitian PTPN IV (Persero)

Lampiran V Surat balasan ijin penelitian PTPN IV Adolina Perbaungan

Lampiran VI Surat balasan ijin penelitian Desa Celawan

Lampiran VII Lembar catatan bimbingan skripsi

Lampiran VIII Struktur Organisasi PTPN IV

Lampiran IX Artikel Harian Medan Pos, Senin, 13 Juli 2009

Lampiran X Artikel Sinar Indonesia Baru, Rabu, 29 Juli 2009

Lampiran XI Artikel Analisa, Rabu, 12 Agustus 2009

(14)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Penyelesaian Kasus Limbah Adolina dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Penyelesaian Kasus Limbah PKS Adolina terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan di Kalangan Warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara penyelesaian kasus limbah Adolina terhadap citra perusahaan dengan menggunakan perspektif komunikasi, komunikasi organisasi dan hubungan masyarakat. Model ini menekankan penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menghasilkan efek terhadap perusahaan yaitu citra PTPN IV Adolina.

Sampel dalam penelitian ini adalah warga Desa Celawan yang berusia 17 sampai 50 tahun, mengetahui pencemaran limbah PKS Adolina di sungai kanal Pantai Cermin, dan mengetahui penyelesaian kasus limbah Adolina. Jumlah sampel yang diambil sebesar 98 orang dengan menggunakan rumus Taro Yamane. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup sejumlah 22 buah dan 1 buah pertanyaan terbuka. Analisa data menggunakan analisa tabel tunggal lalu dihubungkan menjadi tabel silang. Selanjutnya uji hipotesa dan tes signifikansi. Semuanya dilakukan dengan program SPSS for Windows version 17.0.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis merupakan bagian integral dari kehidupan organisasi, baik yang

berorientasi profit maupun tidak. Dapat dikatakan, tidak ada satu perusahaan yang

terbebas dari krisis, dan banyak yang hilang dilanda krisis karena tidak dapat

ditanggulangi. Dalam hal itu, perbedaan antara satu perusahaan dengan perusahaan

lain tergantung pada besaran krisis yang dialami dan keberhasilan mereka

melewatinya. Ada perusahaan yang sepanjang hidupnya mengalami krisis yang kecil

akibat sebab-sebab yang kecil, lalu dapat keluar dengan selamat dari krisis tersebut.

Adapula yang mempunyai pengalaman yang sama dengan perusahaan tersebut, tetapi

karena tidak mampu mengatasinya, krisis membesar dan akhirnya menghancurkan

perusahaan. Kemungkinan lain krisis yang dialami perusahaan tergolong berat dan

berbahaya, tetapi berkat adanya persiapan perusahaan dapat melewati krisis meskipun

harus mengorbankan energi, waktu dan biaya.

Haywood menyederhanakan pengertian krisis sebagai keadaan darurat yang

tentu saja berbahaya bila tidak dihadapi secara serius. Krisis diibaratkan sebagai

sebuah penyakit pada tubuh yang harus segera diobati. Demikianlah halnya dengan

perusahaan, krisis menjadi sebuah penyakit berat yang apabila tidak ditangani segera

akan menyebabkan kerugian besar bahkan kehancuran (Chatra, 2005;2).

Krisis pada perusahaan biasa terjadi dimana saja, kapan saja, dan pada siapa

(16)

sungai, kasus keracunan pada produk makanan, kasus kecelakaan yang menimpa

karyawan pabrik, krisis keuangan, dan lain sebagainya. Bahkan perkebunan milik

negara seperti Adolina juga pernah mengalami krisis akibat berbagai kasus yang

terjadi di dalamnya.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan Nusantara IV Adolina

Perbaungan merupakan unit usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang

bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit. Pabrik ini didirikan pada tahun 1956

dengan kapasitas 26 ton Tandan Buah Segar (TBS)/jam. Sebagai salah satu

perkebunan badan usaha milik negara, PTPN IV Adolina Perbaungan tidak lepas dari

berbagai macam kasus. Di antaranya adalah kasus pembabatan tanaman petani

anggota SPI Damak Maliho pada 11 Juni 2009 yang mendapat perlawanan dari DPW

Satuan Petani Indonesia (SPI) Sumatera Utara. Kemudian kasus sengketa lahan antara

PT Perkebunan Nusantara (PTPN) unit Adolina dengan warga di Desa Bah Sidua-dua

Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai pada 12 Desember 2008.

Berikutnya kasus pembokaran paksa 61 rumah penggarap di Batu Kober, Kecamatan

Bangun Purba, Kabupaten Deliserdang yang dilakukan oleh Pam Swakarsa PTPN IV

(Perkebunan Terbatas Pemerintah Nusantara) Adolina pada 2 Juni 2009, dan yang

terakhir kasus pencemaran sungai kanal akibat limbah Adolina di tiga desa

Kecamatan Pantai Cermin pada Juni-Agustus 2009. Berbagai kasus tersebut, harus

segera diselesaikan untuk memperoleh kepercayaan publik. Salah satu kasus yang

menarik perhatian adalah kasus limbah Adolina yang mencemari sungai kanal.

Pada Juni-Agustus 2009, limbah Adolina telah mencemari sungai kanal yang

mengalir melewati tiga desa di Kecamatan Pantai Cermin yaitu Desa Ujung

(17)

langsung dampak limbah Adolina adalah Desa Celawan. Desa Celawan atau yang

lebih dikenal dengan sebutan Desa Sukaramai merupakan salah satu desa di

Kecamatan Pantai Cermin dengan luas 18,915 Km2. Di tengah-tengah desa ini

mengalir sungai kanal yang dicemari oleh limbah yang berasal dari pembuangan

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Adolina Perbaungan.

Limbah Adolina terjadi akibat adanya kebocoran pada parit penampungan

sebesar 80 cm, yang kemudian mengalir melewati sungai kanal. Sebelum terjadinya

limbah, kondisi sungai kanal berwarna kuning kecoklatan seperti warna sungai pada

umumnya. Jauh sebelumnya warga banyak memanfaatkan sungai untuk irigasi

persawahan, memberi minum ternak, mandi, mencuci, dan lain sebagainya. Tetapi

ketika limbah mencemari sungai, warna air berubah hitam dan mengeluarkan bau.

Bau yang dirasakan warga lebih terasa pada saat curah hujan rendah. Tidak hanya itu,

rembesan air sungai juga mencemari sumur milik warga sehingga tidak dapat

digunakan untuk minum karena bau, berminyak dan berwarna keruh.

Akibat pencemaran tersebut, warga banyak mengeluh dan berniat mengadukan

hal tersebut pada pihak PTPN IV Adolina Perbaungan. Warga meminta agar diadakan

pertemuan antara masyarakat sekitar dengan pihak perkebunan, akan tetapi pihak

perkebunan tidak memberi respon terhadap keluhan warga. Warga menjadi kecewa

dan berencana melakukan unjuk rasa di depan PTPN IV Adolina. Karena tidak

mendapat respon dari pihak perkebunan, warga akhirnya melaporkan masalah tersebut

kepada Kepala Kantor Lingkungan Hidup Serdang Bedagai dan perwakilan DPRD.

Terkait pemberitaan beberapa media dan hasil pantauan tim Lingkungan Hidup di

lapangan, maka pihak Lingkungan Hidup menyurati PTPN IV Adolina Perbaungan

(18)

diberikan oleh pihak Lingkungan Hidup menarik perhatian media. Berita tersebut

begitu cepat beredar di beberapa harian surat kabar yang menimbulkan perhatian

publik. Sebagian besar isi berita banyak menyudutkan PTPN IV Adolina karena lalai

memperhatikan sistem pembuangan limbah.

Kejadian tersebut akan menjadi lebih buruk apabila tidak ditangani segera oleh

humas karena akan berdampak pada pencemaran nama baik atau citra perusahaan.

Jika citra perusahaan negatif, maka akan berdampak pada publik yang dilayaninya.

Jika tidak ada penanganan lebih lanjut maka akan mempengaruhi kinerja yang pada

akhirnya akan membuat perusahaan tutup atau bangkrut. Oleh sebab itu, untuk

menangani ini dibutuhkan kepekaan dari humas dalam melihat krisis yang terjadi.

Humas adalah fungsi manajemen yang berkelanjutan dan terarah lewat mana

organisasi dan lembaga umum maupun pribadi, berusaha memenangkan dan

mempertahankan pengertian, simpati dan dukungan orang-orang yang mereka

inginkan dengan menilai pendapat umum disekitar mereka sendiri. Humas adalah

urusan dari keseluruhan komposisi yang ada, sehingga jika terjadi krisis maka

merupakan bagian tanggungjawab Humas juga. Tetapi banyak orang belum

menyadari hal tersebut, sehingga memposisikan Humas sebagai bagian organisasi

yang berdiri sendiri, hidup sendiri, bahkan tidak diberi akses untuk berhubungan

dengan bagian yang lain (Panuju, 2002:5).

Untuk menyelesaikan kasus diatas, maka pihak perkebunan bekerjasama

dengan Direktorat Jenderal Lingkungan Hidup tentang Limbah yang berasal dari

Jakarta dan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai untuk meninjau langsung ke

lapangan. Berdasarkan tinjauan tersebut diketahui bahwa air limbah dialirkan ke

(19)

limbah dapat menyuburkan lahan pertanian. Akan tetapi ada unsur kesengajaan dari

pihak ketiga yang tidak senang dengan aliran limbah tersebut. Di sebabkan karena

tidak semua lahan pertanian penduduk mendapat pemberian aliran air limbah. Bentuk

ketidaksenangan tersebut berdampak pada bocornya pipa penampungan sehingga

mencemari sungai kanal. Keterangan tersebut kemudian disampaikan kepada

masyarakat melalui pertemuan antara masyarakat, Manajer Unit Adolina dan Humas

PTPN IV Adolina Perbaungan.

Ruang lingkup Humas di PTPN IV Adolina lebih sempit dibandingkan dengan

ruang lingkup Humas di Kantor Pusat PTPN IV. Peran Humas di PTPN IV Adolina

Perbaungan berada pada bagian SDM dan Umum sehingga tugas dan

tanggungjawabnya tidak hanya mengenai kehumasan tetapi juga mengenai sumber

daya manusia, penerimaan tenaga kerja dan kegiatan umum lainnya. Penggabungan

dua fungsi yang berbeda menyebabkan terabaikannya peranan humas untuk fokus

pada tugas dan tanggungjawab yang sebenarnya. Fungsi dan tugas humas acapkali

mengalami perubahan yang tidak relevan, disebabkan ketidaktahuan petugas humas

terhadap fungsi dan tugasnya, sehingga tidak mampu meyakinkan top manajer betapa

pentingnya fungsi dan tugas institusi humas.

Salah satu tugas dan tanggungjawab humas adalah menjaga dan membina

hubungan baik dengan semua pihak baik di dalam dan di luar perusahaan, khususnya

dalam menjaga citra perusahaan. Dampak krisis akan berpengaruh apabila

kasus-kasus yang terjadi menimbulkan pemberitaan negatif yang menyudutkan perusahaan.

Pemberitaan tersebut akan menjadi lebih buruk apabila tidak ditangani dengan segera

oleh humas karena akan berdampak pada pencemaran nama baik atau citra

(20)

akan dilayaninya, dan jika tidak ada penanganan lebih lanjut maka akan

mempengaruhi kinerja seluruh karyawan perusahaan.

Munculnya pemberitaan mengenai limbah Adolina menarik minat peneliti

untuk meneliti pengaruhnya terhadap citra perusahaan. Dari semua kasus diatas,

peneliti tertarik untuk meneliti kasus limbah Adolina yang mencemari sungai kanal

Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin. Peneliti ingin mengetahui pendapat

masyarakat mengenai citra PTPN IV Adolina setelah adanya penyelesaian tersebut.

Penelitian ini menjadi alasan bagi peneliti untuk meneliti hubungan penyelesaian

kasus limbah Adolina terhadap citra PTPN IV Adolina Perbaungan di kalangan

masyarakat Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi

perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Sejauhmana Penyelesaian Kasus

Limbah PKS Adolina Berpengaruh Terhadap Citra PTPN IV Adolina Perbaungan di

Kalangan Warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin?”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian terlalu luas sehingga

menghasilkan uraian yang sistematis, maka peneliti membatasi maslah yang akan

diteliti. Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas,

terarah, sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang

(21)

1. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari hubungan antara

penyelesaian kasus limbah PKS Adolina dengan citra PTPN IV Adolina

Perbaungan.

2. Penelitian ini dibatasi hanya pada kasus limbah PKS PTPN IV Adolina

Perbaungan yang mencemari sungai kanal pada Juni-Agustus 2009.

3. Objek penelitian adalah warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin.

4. Penelitian dilakukan pada Maret 2010 di Desa Celawan Kecamatan Pantai

Cermin.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan

menguraikan apa yang akan dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak

lain yang berhubungan dengan penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pendapat masyarakat Desa Celawan Kecamatan Pantai

Cermin mengenai citra PKS PTPN IV Adolina Perbaungan setelah adanya

penyelesaian kasus tersebut.

2. Untuk mengetahui efektivitas komunikasi yang dilakukan perusahaan untuk

menyelesaikan kasus limbah Adolina.

3. Untuk menemukan hubungan penyelesaian kasus limbah PKS Adolina

(22)

14.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan dan

wawasan peneliti terhadap penelitian.

2. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU

khususnya Departemen Ilmu Komunikasi bagi peneliti lain yang ingin

mengembangkannya.

3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberi kontribusi kepada pihak PTPN IV

Adolina Perbaungan mengenai pendapat masyarakat mengenai kasus limbah

Adolina terhadap citra perusahaan.

1.5 Kerangka Teori

Dalam penelitian diperlukan teori sebagai acuan, pedoman, dan kerangka

berfikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara jelas dan sistematis.

Kerlinger menjabarkan pengertian teori sebagai suatu himpunan konstruk (konsep),

defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala

dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan

gejala tersebut (Rakhmat:2004).

Setiap peneliti memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam

memecahkan atau menyorot masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang

memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah

penelitian disorot (Nawawi, 1995: 39-40). Dalam sebuah penelitian harus ada

teori-teori yang mendukung suatu penelitian tersebut, teori-teori yang relevan dalam penelitian

ini adalah komunikasi, komunikasi organisasi, hubungan masyarakat, komunikasi

(23)

1.5.1 Komunikasi

Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan

nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau

lebih. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respon pada

penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik

bentuk verbal atau bentuk nonverbal, tanpa harus memastikan terlebih dahulu bahwa

kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama (Mulyana,

2005).

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi

manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara individu maupun

kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan

antar manusia. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia

yang saling berpengaruh satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja (Effendy, 2003:8).

Secara etimologi istilah komunikasi dalam bahasa Inggris yaitu

communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Pengertian

sama dalam hal ini adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila

terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikan.

Dari hal tersebut dapat diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara

komunikator dan komunikan maka komunikasi tidak akan terjadi (Effendy, 2003:30).

Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk mancapai suatu tujuan

komunikasi yang dapat dilihat dari berbagai kegiatan. Tujuan komunikasi itu pada

dasarnya menerapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan orang lain. Dengan

demikian suatu kegiatan yang dilakukan tersebut memberikan dampak sosial terhadap

(24)

Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan

perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya

tarik jika pihak komunikan merasa adanya persamaan antara komunikator dengannya,

sehingga dengan demikian komunikan bersedia taat kepada pesan yang

dikomunikasikan oleh komunikator.

Menurut Harold Laswell dalam karyanya The Structure and Function of

Communication in Society, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan

komunikasi ialah dengan menjawab “Who Says What In Which Channel To Whom

With What Effect?”. Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi

lima unsure sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni:

- Komunikator

- Pesan

- Media

- Komunikan

- Efek

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyamapian

pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek

tertentu. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa

merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.

Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan,

(25)

1.5.2 Komunikasi Organisasi

Di pandang dari sudut perpekstif fungsional, komunikasi organisasi dapat

didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit

komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan dari

sudut perspektif interpretif, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai proses

penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah

organisasi dan menekankan peranan orang-orang dan proses dalam menciptakan

makna.

Menurut Goldhaber komunikasi organisasi adalah proses saling menciptakan

dan menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama

lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah. Komunikasi organisasi

mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi-fungsi manajemen dalam

suatu perusahaan yaitu:

1. Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan.

2. Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Melakukan pengorganisasian terhadap sumber daya manusia dan sumber daya

lainnya dengan cara efektif.

4. Mengadakan seleksi , pengembangan dan penilaian anggota organisasi.

5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang menimbulkan

keinginan orang untuk memberi kontribusi.

6. Mengendalikan prestasi.

Zelco dan Dance mengemukakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu

sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal.

(26)

dan begitu juga sebaliknya. Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan

organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil

produksi, pembuatan iklan, hubungan dengan masyarakat umum

1.5.3 Hubungan Masyarakat

Menurut The British Institute of Public Relations, Public Relations atau

Hubungan Masyarakat adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan

berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (goodwill)

dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.

Menurut Frank Jefkins, Humas adalah semua bentuk komunikasi yang

terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua

khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada

saling pengertian.

Menurut The Mexican Statement (Pernyataan Meksiko), Humas adalah sebuah

seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan

setiap kemungkinan konsekuensinya, memberi masukan dan saran-saran kepada para

pemimpin organisasi, serta menerapkan program-program tindakan yang terencana

untuk melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan khalayaknya. (Jefkins,

2003:9-11).

Menurut Edward L. Barney, terdapat 3 fungsi utama Humas yaitu:

1. Memberikan penerangan kepada masyarakat.

2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara

(27)

3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga

sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.

Menurut Scott M. Cutlip and Allen H. Centre (2006:6), dalam bukunya

Effective Public Relations, mengungkapkan bahwa PR atau Humas adalah fungsi

manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata

cara organisasi demi kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu program

kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya.

Publik atau khalayak pada suatu perusahaan adalah para pemegang saham,

konsumen, masyarakat setempat, distributor, pendidik dan pemerintah.

Khalayak-kahlayak ini mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Karena alas an itulah

maka suatu perusahaan harus menerima tanggung jawab terhadap komunitas di

tempat perusahaan itu beroperasi. Untuk menanggulangi penentangan komunitas dan

untuk memperoleh pengakuan komunitas, banyak di antara mereka berupaya

menciptakan pengenalan yang lebih dekat melalui program hubungan komunitas

(community relations) (Moore, 2004:416).

1.5.4 Komunikasi Eksternal

.Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan

khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur secara timbal

balik, yakni komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak kepada

organisasi (Effendy, 2006: 128-130).

1. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak

Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informative,

(28)

setidak-tidaknya ada hubungan batin. Kegiatan ini sangat penting dalam usaha

memecahkan suatu masalah jika terjadi tanpa diduga.

2. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi

Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek

dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Jika informasi yang

disebarkan kepada khalayak itu menimbulkan efek yang sifatnya kontroversial

(menyebabkan adanya pro dan kontra di kalangan khalayak), maka ini disebut

opini publik. Opini publik ini sering sekali merugikan organisasi. Karenanya harus

diusahakan agar segera dapat diatasi dalam arti kata tidak menimbulkan

permasalahan.

1.5.5 Citra Perusahaan

Menurut Collins Englis Dictionary, citra adalah suatu gambaran tentang

mental; ide yang dihasilkan oleh imajinasi atau kepribadian yang ditunjukkan kepada

publik oleh seseorang, organisasi, dan sebagainya.

Lawrence L. Steinmetz, Ph. D, penulis buku Managing Small Business

mengartikan citra sebagai pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang

perorangan, benda atau organisasi. Menurutnya citra bagi perusahaan dapat diartikan

sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Selanjutnya Lawrence

mengemukakan persepsi seseorang terhadap perusahaan didasari atas apa yang

mereka ketahui atau mereka kira tentang perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Bill Canton citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri public

terhadap perusahaan; kesan yang sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau

(29)

benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai

pribadi, perusahaan, organisasi atau produk.

Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations menyimpulkan bahwa secara

umum citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang

muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman seseorang mengenai

fakta-fakta atau kenyataan. (Soemirat, 2004 :111-114)

Pengertian citra itu sendiri abstrak atau intangible, tetapi wujudnya dapat

dirasakan dari hasil penilaian, penerimaan, kesadaran, dan pengertian, baik semacam

tanda respek dan rasa hormat, dari publik sekelilingnya atau masyarakat luas terhadap

perusahaan sebagai sebuah badan usaha atau pun terhadap personelnya (dipercaya,

professional dan dapat diandalkan dalam pemberian pelayanan yang baik).

1.5.6 Teori S-O-R

Pada awalnya teori ini dikenal sebagai teori Stimulus-Response (SR). tetapi

kemudian Melvin De Fleur menambahkan Organism dalam bagiannya, sehingga

menjadi Stimulus-Organism-Response (S-O-R). Unsur-unsur dalam teori ini, terdiri

dari stimulus (rangsangan atau dorongan berupa pesan), Organism (manusia atau

penerima pesan/receiver), dan response (reaksi, efek, pengaruh, atau tanggapan).

Menurut teori S-O-R, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap

stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi (Effendy, 2003: 253).

Dalam penelitian ini, maka unsur S-O-R dapat dijabarkan sebagai berikut: S

(30)

Celawan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Badagai; R (Response), yaitu

pengaruh terhadap citra PTPN IV Adolina Perbaungan.

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang

bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan

dapat mengantarkan perumusan pada hipotesa (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti

yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak

kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social

(Singarimbun, 1995:57).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikran yang rasional dalam menguraikan

rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji

kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus

dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor yang

menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya faktor atau unsur yang lain

(Nawawi, 1997:40). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyelesaian kasus limbah di PKS

(31)

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau unsur atau faktor yang ada atau

muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena

variabel lain (Nawawi: 1997). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah citra

perusahaan di kalangan warga Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin.

3. Karakteristik Responden, yang meliputi Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan dan

Pekerjaan.

1.7 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan

terkait antara satu dengan lainnya. Variabel-variabel yang dikelompokkan dalam

kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y) Penyelesaian Kasus Limbah Adolina Citra Perusahaan

Gambar 1.1

Model Teoritis

1. 8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas,

untuk lebih memudahkan operasionalisasi pemecahan masalah, maka perlu dibuat

(32)

Tabel 1.1

Operasional Variabel

No. Variabel Teoritis Variabel Operasional

1 Variabel Bebas (X)

Penyelesaian Kasus

Limbah Adolina

a. Peranan Komunikator

b. Pesan yang disampaikan

c. Saluran yang digunakan

d. Reaksi masyarakat

3 Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin

b. Usia

c. Pendidikan

d. Pekerjaan

1.9 Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang

telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu

petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi

operasional juga merupakan informasi ilmiah yang amat membantu penelti lain yang

(33)

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Penyelesaian Kasus Limbah Adolina), terdiri dari:

a. Peranan Komunikator artinya Humas sebagai komunikator dalam

menyelesaikan kasus limbah Adolina mempunyai peranan untuk

menyampaikan keterangan-keterangan menyangkut kasus limbah.

b. Pesan yang disampaikan adalah isi atau keterangan-keterangan yang

disampaikan oleh pihak Adolina kepada masyarakat.

c. Saluran yakni alat, wahana atau media yang digunakan Adolina untuk

menyampaikan pesannya kepada masyarakat

d. Reaksi masyarakat yaitu pendapat, sikap, dan tindakan warga Desa Celawan

Kecamatan Pantai Cermin terhadap penyelesaian kasus limbah.

2. Variabel Terikat (Citra Perusahaan), terdiri dari:

a. Kepercayaan adalah kesan dan pendapat atau pemikiran positif khalayak atau

masyarakat terhadap PTPN IV Adolina Perbaungan..

b. Realitas artinya realistis, jelas terwujud dapat diukur dan hasilnya dapat

dirasakan serta dapat dipertanggungjawabkan dengan perencanaan yang

matang dan sistematis bagi responden seperti pemberian bantuan fisik maupun

non fisik.

c. Kerjasama saling menguntungkan yaitu saling memberikan keuntungan

sesama pihak baik bagi perusahaan maupun khalayak

d. Kesadaran yaitu adanya kesadaran khalayak dan perhatian terhadap produk

atau segala sesuatu yang berkaitan dengan PTPN IV Adolina Perbaungan.

3. Variabel Terikat (Karakteristik Responden) merupakan ciri khas yang dimiliki oleh

(34)

dalam penelitian ini adalah Masyarakat Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin

yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan mengenai

hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan

penghubung antara teori dan dunia empiris (Rakhmat, 2004:14), Hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara penyelesaian kasus limbah Adolina

terhadap citra PKS PTPN IV Adolina Perbaungan

Ha: Terdapat hubungan antara penyelesaian kasus limbah Adolina terhadap

(35)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 KOMUNIKASI II.1.1 Definisi Komunikasi

Secara epistemologi istilah kata komunikasi atau dalam bahasa Inggris

communication berasal dari bahasa Latin yakni communicatio, dan bersumber dari

kata communis yang berarti sama. Sama dalam arti kata ini bisa diinterpretasikan

dengan pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana dalam proses

komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan

makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut

(Purba, 2006: 1).

Menurut Carl I. Hovland ilmu komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis

untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut

disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap. Adapun mengenai

komunikasinya sendiri, Hovland merumuskan sebagai proses dimana seseorang

(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang

dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikate). Dari

definisi tersebut dapat diketahui bahwa ilmu komunikasi mempelajari dan meneliti

perubahan sikap dan pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan

oleh seseorang kepada orang lain.

Menurut Wilbur Schramm communication berasal dari kata Latin communis

yang artinya common atau sama. Jadi menurut Schramm jika kita mengadakan

(36)

memperoleh commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu (Purba,

2006: 29-30).

Menurut Gerald R. Miller komunikasi terjadi ketika suatu sumber

menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk

mempengaruhi perilaku penerima.

Menurut Everett M. Rogers komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka.

Harold S. Laswell cara baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With

what Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan

Pengaruh Bagaimana?

Berdasarkan definisi Laswell tersebut dapat diturunkan lima unsur komunikasi

yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: Pertama, Sumber (source), atau

pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara

(speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai

kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber dapat berupa individu, kelompok,

organisasi, perusahaan, atau suatu negara. Untuk menyampaikan apa yang ada dalam

hatinya (perasaan) atau dalam pikiran, sumber harus mengubah perasaan dan pikiran

tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang idealnya dipahami

oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding).

Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.

Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan,

(37)

simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi

pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan

objek (benda), gagasan, dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi,

ceramah, dan sebagainya) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, famflet,

dan sebagainya). Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui

tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman,

tatapan mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan, patung, tarian, dan

sebagainya.

Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber

untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran merujuk pada bentuk pesan

yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal.

Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan

suara, meskipun dapat juga menggunakan lima indra untuk menerima pesan dari

orang lain. Saluran merujuk pada cara penyajian pesan: apakah langsung (tatap muka)

atau lewat media cetak (surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi).

Surat pribadi, telepon, selebaran, Overhead Projektor (OHP), sistem suara (sound

system) multimedia, semua itu dapat dikategorikan sebagai bagian dari saluran

komunikasi. Pengirim pesan akan memilih saluran-saluran itu, bergantung pada

situasi, tujuan yang hendak dicapai dan jumlah penerima pesan yang dihadapi.

Keempat, penerima (receiver), sering disebut sasaran/tujuan (destination),

komunikate (communicate), penyandi balik (decoder) atau khalayak (audience),

pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari

sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi,

(38)

seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat

dipahami. Proses ini disebut penyandian balik (decoding).

Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan

tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur,

perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan

perilaku (dari tidak bersedia menjadi bersedia), dan lain sebagainya.

Kelima unsur diatas sebenarnya belum lengkap, bila dibandingkan dengan

unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam model-model lebih baru. Unsur-unsur

lain yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan/kendala

komunikasi (noise/barriers), dan konteks atau situasi komunikasi. Dalam peristiwa

komunikasi begitu banyak unsur yang terlibat. Ke semua unsur itu saling bergantung

atau tumpang tindih, namun diasumsikan terdapat unsur-unsur utama yang dapat

diidentifikasi dan dimasukkan ke dalam suatu model. Pemahaman komunikasi

berorientasi-sumber yang diuraikan diatas menekankan variabel-variabel tertentu

seperti isi pesan (pembicaraan), cara pesan disampaikan, dan daya bujuknya.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa

merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.

Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan,

keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang

juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok

orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan

(39)

Komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi

berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, komunitas juga berbagi

bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa, dan

masing-masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap,

perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas tersebut.

Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “berbagi pengalaman”. Sampai

batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam

pengertian berbagi pengalaman (Mulyana, 2005: 42).

Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting mendasari definisi-definisi

komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation) atau

derajat keabstrakan. Komunikasi didefinisikan sebagai proses yang menghubungkan

satu sama lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan adalah terlalu umum,

sementara komunikasi sebagai alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan

sebagainya lewat telepon, telegraf, radio, kurir dan sebagainya adalah terlalu sempit.

Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Sebagian definisi

mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang disengaja; sedangkan

sebagian definisi lainnya tidak menuntut syarat ini, seperti yang dikemukakan Gerald

R. Miller, yakni komunikasi sebagai situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber

mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk

mempengaruhi perilaku penerima. Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan

kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni suatu proses yang

membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli

(40)

Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian definisi, meskipun secara

implisif, menyertakan keberhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti

itu. Definisi komunikasi dari John B. Hoben, misalnya mengasumsikan bahwa

komunikasi itu (harus) berhasil: “komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau

gagasan”. Asumsi dibalik definisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan

secara berhasil dipertukarkan. Sebagian definisi lainnya tidak otomatis mensyaratkan

keberhasilan ini, seperti definisi komunikasi dari Bernard Berelson dan Gary Steiner:

“komunikasi adalah transmisi informasi”. Jadi definisi tersebut tidak mensyaratkan

bahwa informasi harus diterima atau dimengerti (Mulyana, 2005: 54-55).

Banyak definisi komunikasi bersifat khas, mencerminkan paradigma atau

perspektif yang digunakan ahli-ahli komunikasi tersebut dalam mendekati fenomena

komunikasi. Paradigma “ilmiah” (objektif, mekanistik, positivistik) tampak dominan,

mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab akibat, yang

mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut

komunikator/sumber/pengirim/encoder (yang aktif) untuk mengubah pengetahuan,

sikap atau perilaku komunikate/penerima pesan/sasaran/khalayak/decoder (atau dalam

wacana komunikasi Indonesia sering disebut komunikan) yang pasif.

Kontras dengan definisi-definisi dan model-model komunikasi bersifat linier

atau mekanistik, dalam pendekatan terhadap komunikasi yang transaksional atau lebih

humanistik, definisi-definisi dan model-model komunikasinya pun berbeda. Bila

dalam pendekatan saintifik orang-orang yang terlibat dalam komunikasi dikategorikan

sebagai pengirim pesan (sumber, komunikator) dan penerima pesan (sasaran,

komunikate), dalam pendekatan yang lebih humanistik, mereka disebut

(41)

(communicator). Beberapa ahli menggunakan istilah komunikan untuk merujuk pada

pihak-pihak yang berkomunikasi atau peserta komunikasi, jadi identik pengertiannya

dengan komunikator, bukan sebagai penerima pesan.

Tubbs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai proses penciptaan makna

antara dua orang atau lebih, sedangkan Gudykunst dan Kim mendefinisikan

komunikasi (antarbudaya) sebagai proses transaksional, simbolik yang melibatkan

pemberian makna antara orang-orang (dari budaya yang berbeda). Jadi inti dari

komunikasi adalah penafsiran (interpretasi) atas pesan tersebut, baik disengaja

ataupun tidak disengaja (Mulyana, 2005: 58-59).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah

penyampaian informasi atau adanya saling pengertian dari seseorang kepada orang

lain (Purba, 2006:34).

II.1.2 Dimensi-Dimensi Komunikasi A. Bentuk/Tatanan Komunikasi

Bentuk atau tatanan komunikasi dapat ditinjau dari jumlah komunikannya

yaitu:

1. Komunikasi pribadi (personal communication)

a. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)

b. Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication)

2. Komunikasi kelompok (group communication)

a. Komunikasi kelompok Kecil (small group communication), meliputi ceramah,

forum, simposium, diskusi panel, seminar, curah saran (brainstorming).

(42)

3. Komunikasi Organisasi (organization communication)

4. Komunikasi massa (mass communication)

a. Komunikasi massa cetak, meliputi surat kabar, majalah, buku, dll.

b. Komunikasi massa elektronik, meliputi radio, televisi, film, dll.

B. Sifat komunikasi

Berdasarkan sifatnya maka komunikasi dapat diklasifiksikan sebagai berikut:

1. Komunikasi verbal

a. Komunikasi lisan

b. Komunikasi tulisan

2. Komunikasi non verbal

a. Komunikasi kial (gestural/body communication)

b. Komunikasi gambar (pictorial communication)

3. Komunikasi tatap muka

4. Komunikasi bermedia

C. Tujuan Komunikasi

1. Untuk mengubah sikap

2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan

3. Untuk mengubah perilaku

4. Untuk mengubah masyarakat

D. Fungsi Komunikasi

1. Menginformasikan

(43)

3. Menghibur

4. Mempengaruhi

E. Metode Komunikasi

Kata metode berasal dari bahasa Inggris, rangkaian yang sistematis. Metode

komunikasi berarti kegiatan-kegiatan yang terorganisasi, meliputi:

1. Komunikasi informatif

2. Komunikasi persuasif

3. Komunikasi pervasif

4. Komunikasi koersif

5. Komunikasi instruktif

6. Hubungan manusiawi

F. Bidang Komunikasi

1. Komunikasi sosial

2. Komunikasi organisasional/manajemen

3. Komunikasi bisnis

4. Komunikasi politik

5. Komunikasi internasional

6. Komunikasi antarbudaya

7. Komunikasi pembangunan

8. Komunikasi tradisional

(44)

G. Teknik Komunikasi

Teknik berasal dari kata ‘technikon’ bahasa Yunani, yang berarti ketrampilan.

Berdasarkan ketrampilan komunikasi maka teknik komunikasi dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1. Jurnalistik

2. Hubungan masyarakat (public relations)

3. Periklanan

4. Propaganda

5. Publisitas

H. Model Komunikasi

1. Komunikasi satu tahap (one step flow communication)

2. Komunikasi dua tahap (two step flow communication)

3. Komunikasi banyak tahap (multi step flow communication)

II.2 KOMUNIKASI ORGANISASI

Di pandang dari sudut perpekstif fungsional, komunikasi organisasi dapat

didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit

komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan dari

sudut perspektif interpretif, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai proses

penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah

organisasi dan menekankan peranan orang-orang dan proses dalam menciptakan

makna (Purba, 2006:112)

(45)

termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan

persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada

bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan,

komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya

dalam organisasi, ketrampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis

dan komunikasi evaluasi program.

Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus

informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi.

Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai suatu sistem terbuka yang

menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi tersebut menjadi produk

atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.

Zelco dan Dance mengemukakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu

sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal.

Komunikasi internal adalah komunikasi yang dilakukan dari atasan kepada bawahan

dan begitu juga sebaliknya. Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan

organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil

produksi, pembuatan iklan, hubungan dengan masyarakat umum. Kemudian bersama

Lesikar, mereka menambahkan satu dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu

dimensi komunikasi pribadi di antara sesama anggota organisasi yang berupa

pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan di antara sesama

anggota organisasi.

Thayer menggunakan pendekatan sistem secara umum dalam memandang

komunikasi organisasi. Dia mengatakan komunikasi organisasi sebagai arus data yang

(46)

cara. Dia memperkenalkan tiga sistem dalam komunikasi organisasi yaitu: a.

berkenaan dengan kerja oragnisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau

beroperasinya organisasi; b. berkenaan dengan pengaturan organisasi, seperti

perintah-perintah, aturan-aturan, petunjuk-petunjuk; c. berkenaan dengan

pemeliharaan dan pengembangan organisasi. Yang termasuk bagian ini antara lain

hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuatan iklan dan latihan.

Greenbaunm mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi termasuk arus

komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan komunikasi

internal dengan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sekali

sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas.

Menurut Goldhaber definisi komunikasi organisasi adalah proses saling

menciptakan dan menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling

tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah.

Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling

tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian (Muhammad, 2009: 65-67).

Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi

organisasi, tetapi dari semuanya ada beberapa hal umum yang dapat disimpulkan,

yaitu:

a. Komunikasi organisasi terjadi dalam satu sistem terbuka yang kompleks yang

dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal

b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.

c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya

(47)

Proses komunikasi menghidupkan organisasi melalui informasi yang

dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka mempunyai dasar perencanaan,

rencana dikomunikasikan kepada pihak lain agar dilaksanakan. Pengarahan

mengharuskan manajer berkomunikasi dengan bawahan agar tujuan tercapai.

Komunikasi lisan dan tulisan adalah bagian penting dari bentuk pengawasan jadi

manajer dapat melakukan fungsi manajemen melalui interaksi dan komunikasi

melalui pihak lain. Dan mereka melakukan hal itu melalui komunikasi yang diawali

oleh pimpinan teras.

Atasan harus berkomunikasi dengan bawahan dan sebaliknya juga antar

sesama manajer dan sesama bawahan. Komunikasi yang berlangsung antara

komunikator dan komunikan menyangkut beberapa unsur yang terlibat dalam proses

penyampaian pesan smapai kepada umpan balik (Purba, 2006: 115).

Gambar Proses Komunikasi

Gambar 2.1 UMPAN BALIK

Pikiran Pengolahan

PENGIRIM

Penggunaan saluran

untuk menyampaikan

informasi

Penerimaan

Pengelolaan

Pemahaman

(48)

(Sumber: Purba, 2006:115)

Pada dasarnya karyawan menginginkan informasi mengenai hal-hal secara

mendasar yang ingin mereka ketahui, yaitu:

1. Posisi mereka dalam hubungannya terhadap struktur otoritas formal. Posisi

mereka dalam hubungan organisasi informal dengan penghargaan terhadap

kekuatan status individu, penerimaan dan lain sebagainya.

2. Peristiwa yang berhubungan dengan keamanan ekonomi mereka pribadi dan

perusahaan.

3. Informasi operasional yang akan memampukan mereka untuk mengembangkan

rasa bangga terhadap pekerjaan mereka.

Ada beberapa kendala yang menghambat efektivitas komunikasi organisasi di

antaranya adalah:

1. Perbedaan kerangka acuan, berdasarkan perbedaan kompleks latar belakang dan

pengalaman komunikatif sebelumnya, orang akan mempersepsikan komunikasi

yang sama dengan cara yang berbeda.

2. Kredibilitas sumber, mengacu pada bagaimana seorang pembicara dipersepsi oleh

receiver sebagai jujur, dapat dipercaya, meyakinkan dan tidak memanipulasi

pesan.

3. Persepsi selektif, berdasarkan kecenderungan kepentingannya, orang hanya mau

menerima dan mempersepsi berbagai rangsangan, informasi, berita, dan lain-lain.

4. Penilaian akhir, terjadi bila orang terlalu cepat mengambil kesimpulan akhir, final

(49)

5. Keterbatasan atau tekanan waktu, seorang manajer ditandai terlalu sibuk, kurang

waktu, sehingga kesempatan untuk berkomunikasi secara efektif dengan karyawan

sangat terbatas.

6. Penyaringan melebihkan arti dan distorsi, merupakan upaya mengubah arti

sehingga arti yang dikirim dengan yang diterima sama sekali berbeda makna dan

pengertiannya.

7. Masalah semantik, semantik adalah pengkajian makna dan pengertian dalam

bentuk bahasa, kata-kata dan simbol-simbol yang maknanya dimengerti bersama.

8. Komunikasi berlebihan, karyawan terlalu sering kali berkomunikasi dalam volume

dan frekuensi dan intensitas atau menerima terlalu banyak menerima pesan dan

informasi melebihi dari kebutuhan dan kemampuan untuk mengolahnya.

9. Kurangnya ketrampilan atau mendengar yang efektif. Dari penjelasan De Vito

proses komunikasi yang efektif, maka kemampuan menyimak yang adalah proses

psikologi atau mental dan intelektual yang membutuhkan energi.

Cara Mengatasi Hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengikuti terus (following up), usaha untuk terus menyimak dan mendengarkan

dengan seksama.

2. Memanfaatkan umpan balik (utilizing feedback), merupakan pemanfaatan optimal

terhadap metode komunikasi dua arah.

3. Empati, usaha untuk kemampuan sumber menempatkan diri secara imajiner pada

posisi peran, pandangan dan emosi penerima.

4. Penggunaan bahasa yang sederhana (simplifying language), kemampuan bahasa

(50)

5. Meningkatkan umpan balikan verbal dan nonverbal (utilizing verbal and

nonverbal feedback) dalam proses komunikasi tanda-tanda verbal dan nonverbal

ini saling mendukung dan mengisi.

6. Meningkatkan kemampuan menyimak yang efektif (effecting listening skills) baik

manajer maupun karyawan, perlu meningkatkan kemampuan dasar ini agar

efektivitas komunikais lebih optimal.

7. Memanfaatkan saluran benalu (utilizing grapevine) karena tidak semua informasi

penting tersalurkan lewat saluran formal, seperti sentimen, emosi, sikap dan

lain-lain yang relevan dan penting bagi organisasi, maka manajer perlu lebih

meningkatkan kepekaan.

II.3 HUBUNGAN MASYARAKAT II.3.1 Definisi Humas

Humas mempunyai ruang lingkup kegiatan yang menyangkut banyak manusia

(publik, masyarakat, kahalayak) baik di dalam (internal) maupun di luar (eksternal).

Humas sebagai komunikator mempunyai fungsi ganda yaitu keluar memberikan

informasi kepada khalayak dan ke dalam menyerap reaksi dari khalayak. Eksistensi

Humas pada setiap lembaga/instansi merupakan suatu keharusan fungsional dalam

rangka memperkenalkan kegiatan dan aktivitas kepada masyarakat (khalayak). Humas

merupakan alat untuk memperlancar jalannya interaksi serta penyebaran informasi

kepada khalayak melalui berbagai media massa (Purba, 2006:132-133).

Pandangan terhadap PR yang terus berubah merefleksikan revolusi dalam

praktik PR di dalam organisasi dan masyarakat. Perubahan ini juga menggambarkan

(51)

Pada awal 1990-an PR digunakan untuk membela diri dan mempertahankan

monopolinya dari serangan jurnalis dan pembatasan aturan pemerintah yang makin

ketat. Fungsi utamanya adalah menjelaskan pandangan mereka dan menyerang balik

opini lain dalam rangka memengaruhi opini publik dan mencegah bertambahnya

aturan pemerintah yang mengatur bisnis yang mereka jalankan. Selama masa-masa

awal ini, PR berbentuk publisitas yang didesain untuk memengaruhi orang lain dan

sering disebut propaganda.

Banyak orang yang masih mendefinisikan PR sebagai sekedar persuasi atau

bujukan. Definisi ini merefleksikan tulisan Edward L. Bernays dalam bukunya

berpengaruh, The Engineering of Consent bahwa PR adalah mengajak publik agar

memahami dan punya kemauan baik (Cutlip, 2006:3).

Selama beberapa dekade setelah perang dunia II, pemahaman tentang efek

media menjadi makin canggih. Konsekuensinya, definisi tersebut mulai memasukkan

gagasan komunikasi dan hubungan dua arah. Definisi ini mencakup kata-kata seperti

resiprokal, mutual dan antara, yang mengindikasikan pandangan yang lebih matang

terhadap fungsi PR. Konsep interaktif ini muncul dalam definisi di dalam Webster’s

Third New International Dictionary: “seni atau ilmu tentang pengembangan

pemahaman resiprokal dan kehendak hati (goodwill).” British Institute of Public

Relations mendefinisikan fungsi ini sebagai usaha untuk membangun dan memelihara

“pemahaman bersama yang baik antara organisasi dan publiknya”.

Edisi awal dari teks ini mendefinisikan PR sebagai konsep interaktif, “usaha

terencana untuk mempengaruhi opini melalui karakter yang baik dan kinerja yang

bertanggung jawab, berdasarkan pada komunikasi dua arah yang saling memuaskan.

(52)

menekankan komunikasi dalam konsep interaktif ini, “manajemen komunikasi antara

organisasi dengan publiknya”.

Harwood L. Childs, seorang profesor dari Yale dan pendiri Public Opinion

Quarterly, memperkenalkan konsep yang lebih maju pada akhir 1930-an. Berbeda

dengan pendapat konvensional, Childs menyimpulkan bahwa esensi PR “bukanlah

penyajian satu sudut pandang, bukan seni untuk mengubah sikap mental, juga bukan

perkembangan hubungan yang hangat dan menguntungkan.” Tetapi dia mengatakan,

bahwa fungsi dasarnya adalah “merekonsialisasikan atau menyesuaikan aspek-aspek

dari perilaku korporat dan personal, yang mengandung signifikansi sosial, dengan

kepentingan publik”. Childs menganggap fungsi PR adalah membantu organisasi

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Fungsi PR dalam membantu penyesuaian organisasi selain membutuhkan

komunikasi juga memerlukan upaya untuk memengaruhi kebijakan di level

manajemen, dan membutuhkan tindakan korektif. International Public Relations

Association (IPRA) mengadopsi unsur-unsur ini dengan memasukkan kalimat

“pemimpin organisasi konseling” dan kalimat mengimplementasikan “program aksi

terencana” ke dalam definisi PR.

Ringkasnya, konsep PR satu arah hampir sepenuhnya didasarkan pada

propaganda dan komunikasi persuasif, biasanya dalam bentuk publisitas. Sedangkan

konsep dua arah menekankan pada pertukaran komunikasi, resiprositas, dan

pemahaman bersama. Selain itu, konsep dua arah mencakup manajemen konseling

terhadap perubahan yang dibutuhkan dalam organisasi.

Public Relations News, salah satu dari beberapa Newsletter di bidang ini,

Gambar

Tabel 1.1
Gambar Proses Komunikasi
Gambar 2.2 (Sumber: Soemirat, 2004:115)
Gambar 2.3 (Sumber: Soemirat, 2004: 118)
+7

Referensi

Dokumen terkait