• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Kerangka Teori

3. Komunikasi Interpersonal

3.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan

antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat atau

organisasi (bisnis dan nonbisnis), dengan menggunakan media

11

R.Wayne Pace, dan Don F.Faules.,Editor Mulyana,Deddy. 2006. Komunikasi Organisasi Strategi MeningkatkanKinerja Perusahaan. Jakarta: Erlangga

commit to user

komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami untuk

mencapai tujuan tertentu.

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah

penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang

lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan

dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.12

Komunikasi interpersonal biasanya terjadi antara dua orang

(diadik) secara tatap muka (face to face), walaupun dapat juga melalui

media telepon. Komunikasi interpersonal terbangun dari komunikasi

intrapersonal karena seseorang akan menyusun komunikasi efektif

saat interaksi. Hal terpenting ialah komunikasi interpersonal

membangun hubungan antar manusia.

Komunikasi oganisasi menunjuk pada pola dan bentuk

komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi

(interpersonal communications) dan komunikasi kelompok.

Efektivitas komunikasi interpersonal baru tercapai bila memenuhi

paling sedikit lima komponen, yaitu :

a. Adanya kesamaan kepentingan antara komunikator dengan komunikannya.

b. Adanya sikap yang mendukung dari kedua belah pihak.

c. Sikap positif, artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya.

d. Sikap keterbukaan yang ditampilkan oleh kedua belah pihak.

e. Masing-masing pihak mencoba menempatkan diri (ada unsur empati) pada lawan bicaranya.13

12

Effendy. Op.Cit. hal.30

13

commit to user

Djoko Purwanto memaparkan bahwa suatu komunikasi bisa

dimasukkan dalam lingkup komunikasi kelompok apabila, pertama,

proses komunikasi dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh

seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih banyak

daripada tatap muka. Kedua, komunikasi berlangsung kontinyu dan

bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima (receiver). Umpan

balik atau feedback yang didapat tidak maksimal karena waktu

terbatas dan khalayak relatif banyak. Ketiga, pesan yang disampaikan

terencana dan bukan spontanitas untuk kalangan tertentu.

Komunikasi kelompok terlibat di dalam lingkup komunikasi

organisasi. Kelompok-kelompok kecil saling berinteraksi sehingga

terjadi komunikasi organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Ernest Bormann bahwa grup berasal dari berbagai macam

share kepribadian. Teori Tindakan simbolik yaitu menjelaskan

bagaimana tipe komunikasi membentuk identitas grup dan budaya,

yang berdampak pada konsensus bersama dengan berbagi emosi,

motivasi dan makna.14

Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya

jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi

yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor

penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses

14

Beebe, Steven A, Susan J. Beebe, dan Diana K. Ivy. 2001. Communication Principles for a Lifetime. Boston: Allyn and Bacon

commit to user

yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses

komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan,

dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang

kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu

dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses

komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai

masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama

dengan timbulnya salah faham dan konflik.

3.2. Faktor-Faktor dalam Komunikasi Interpersonal

Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal

yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita

dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Anita

Taylor mengatakan Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak

unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting.

Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal,

kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang

mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah:

1. Percaya (trust)

Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan,

tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah

membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada

commit to user

a. Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut

memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang

tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan,

jujur dan konsisten.

b. Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai

kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.

c. Kualitas komunikasi dan sifatnya mengambarkan adanya

keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah

dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul.

2. Perilaku supportif akan meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa

ciri perilaku suportif yaitu:

a.Evaluasi dan deskripsi: maksudnya, kita tidak perlu memberikan

kecaman atas kelemahan dan kekurangannya.

b.Orientasi masalah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerja

sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain

bersama-sama menetapkan tujuan dan menetukan cra mencapai

tujuan.

c. Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif

yang pendendam.

d.Empati: menganggap orang lain sebagai persona.

e. Persamaan: tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak

commit to user

rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan

keyakinan.

f. Profesionalisme: kesediaan untuk meninjau kembali pendapat

sendiri.

3. Sikap terbuka, kemampuan menilai secara obyektif, kemampuan

membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa, orientasi ke

isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah

keyakinannya, profesional dll.15

3.3. Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah

komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini

dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku

seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik

bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu

juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti

apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia

dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya

seluas-luasnya (Sunarto, 2003, p. 13).

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum

yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap

15

commit to user

mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan

(equality).(Devito, 1997, p.259-264).

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi

interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus

terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti

bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat

hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu

komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri

mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan

pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu

kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap

stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap

pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita

ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan

kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada

ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.

Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan

terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan

dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini

adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah

commit to user

untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang

menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

2. Empati (empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan

seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada

suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata

orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain

atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu

seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan

merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.

Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang

lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka

untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik

secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat

mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif

dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2)

konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh

perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang

sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat

sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya

commit to user

empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung.

Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif,

bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan

sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal

dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara

positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap

positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal.

Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap

positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi

komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.

Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan

orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara

menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang

mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih

atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar

setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi

interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada

pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan

commit to user

penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang

ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat

sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada

sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak

mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku

verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak

lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk

memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

3.4. Fungsi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal yang ada dalam suatu organisasi memiliki

beberapa fungsi diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini sebagai salah satu tanda

efektivitas proses komunikasi.

2. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik.

3. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kita dapat

melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi.

Proses yang terjadi dalam komunikasi intrapersonal melibatkan beberapa

unsur atau elemen sebagai berikut (Burgon & Huffner, 2002):

1. Sensasi, yaitu proses menangkap stimulus (pesan/informasi verbal maupun

non verbal). Pada saat berada pada proses sensasi ini maka panca indera

commit to user

2. Persepsi, yaitu proses memberikan makna terhadap informasi yang

ditangkap oleh sensasi. Pemberian makna ini melibatkan unsur subyektif.

Contohnya, evaluasi komunikan terhadap proses komunikasi, nyaman

tidakkah proses komunikasi dengan orang tersebut?

3. Memori, yaitu proses penyimpanan informasi dan evaluasinya dalam

kognitif individu. Kemudian informasi dan evaluasi komunikasi tersebut

akan dikeluarkan atau diingat kembali pada suatu saat, baik sadar maupun

tidak sadar. Proses pengingatan kembali ini yang disebut sebagai recalling.

4. Berpikir, yaitu proses mengolah dan memanipulasi informasi untuk

memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah. Proses ini meliputi

pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan berfikir kreatif. Setelah

mendapatkan evaluasi terhadap proses komunikasi interpersonal maka ada

antisipasi terhadap proses komunikasi yang selanjutnya. Contohnya, jika

kita merasa tidak nyaman berkomunikasi dengan dosen maka kita

mempunyai cara untuk antisipasi agar komunikasi di kemudian hari

menjadi lancar.

Seringkali komunikan tidak saling memahami maksud pesan atau informasi

dari lawan bicaranya. Hal ini disebabkan beberapa masalah antara:

a. Komunikator;

1. Hambatan biologis, misalnya komunikator gagap.

2. Hambatan psikologis, misalnya komunikator yang gugup.

3. Hambatan gender, misalnya perempuan tidak bersedia terbuka terhadap

commit to user b. Media;

1. Hambatan teknis, misalnya masalah pada teknologi komunikasi

(microphone, telepon, power point, dan lain sebagainya).

2. Hambatan geografis, misalnya blank spot pada daerah tertentu sehingga

signal HP tidak dapat ditangkap.

3. Hambatan simbol/ bahasa, yaitu perbedaan bahasa yang digunakan pada

komunitas tertentu. Misalnya kata-kata “wis mari” versi orang Jawa

Tengah diartikan sebagai sudah sembuh dari sakit sedangkan versi

orang Jawa Timur diartikan sudah selesai mengerjakan sesuatu.

4. Hambatan budaya, yaitu perbedaan budaya yang mempengaruhi proses

komunikasi.

c. Komunikate;

1. Hambatan biologis, misalnya komunikate yang tuli.

2. Hambatan psikologis, misalnya komunikate yang tidak berkonsentrasi

dengan pembicaraan.

3. Hambatan gender, misalnya seorang perempuan akan tersipu malu jika

membicarakan masalah seksual dengan seorang lelaki.

Dokumen terkait