commit to user
PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM PARENTS
TEACHERS ASSOCIATION (PTA) UNTUK MEMBANGUN HUBUNGAN
HARMONIS, MENANAMKAN KEPERCAYAAN DAN MENCEGAH
KONFLIK DI FOCUS INDEPENDENT SCHOOL SOLO
Disusun Oleh :
ESTI WARDANI
D 1206525
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
PROGRAM ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Penulisan Skipsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dosen Penguji
Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Menyetujui,
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Dra. Hj. Sofiah, M.Si Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si
commit to user
iii
(……….)
(……….)
(……….)
(……….)
PENGESAHAN
Penulisan Skripsi ini telah diterima dan disahkan
Oleh Dosen Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada
Hari : Senin
Tanggal : 18 April 2011
DOSEN PENGUJI
1. Ketua : Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D
NIP. 19600813 198702 2 001 2. Sekretaris: Drs. Hamid Arifin, M.Si
NIP. 19600517 198803 1 002 3. Penguji I : Dra. Hj. Sofiah, M.Si
NIP. 19530726 197903 2 001
4. Penguji II: Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si
NIP. 19690207 199512 2 001
Mengetahui, Dekan
Drs. H. Supriyadi SN, SU
commit to user
iv
Entah pebagaimana...
Dalam perjalanan kehidupanmu
Kamu belajar tentang dirimu sendiri
Dan menyadari bahwa penyesalan
Tidak seharusnya ada
Hanya penghargaan abadi atas pilihan kehidupan
Yang telah kamu buat
commit to user
v
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul , PERAN PARENTS TEACHERS ASSOCIATION (PTA) SEBAGAI
WAHANA KOMUNIKASI DALAM RANGKA MEMBANGUN
HUBUNGAN HARMONIS, MENANAMKAN KEPERCAYAAN DAN
MENCEGAH KONFLIK DI FOCUS INDEPENDENT SCHOOL SOLO,
sebagai syarat memperoleh gelar sarjana (S-1) Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Semoga Skipsi
ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu komunikasi.
Penulis menyadari, penyusunan skripsi ini tidak lepas dari semua pihak
yang telah membantu. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, perhatian, dukungan, dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan sekripsi ini. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. H. Supriyadi SN, SU , selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin
penulisan skripsi ini.
2. Drs. Surisno S.U, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dra. Hj. Sofiah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I terima kasih atas
bimbingan dan pengarahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
4. Tanti Hermawati, S.sos, M.Si, selaku pembimbing II terima kasih atas
bimbingan dan pengarahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
5. Dra. Christina Th., M.Si, selaku Pembimbing Akademis, terima kasih atas
commit to user
vii
6. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, terima kasih atas semua ilmu
yang telah dibagikan.
7. Segenap keluarga besar Focus Independent School Solo, penulis ucapkan
terimakasih karena penulis diijinkan melakukan penelitian sehingga
skripsi ini dapat selesai dengan baik.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih ada beberapa kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, oleh karena itu penulis terbuka akan setiap kritik dan saran yang
membangun.
Surakarta, Maret 2011
commit to user
3.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal... 15
3.1 Evektivitas Komunikasi Interpersonal... 20
3.2 Fungsi Komunikasi Interpersonal... 24
E. Kerangka Berpikir... 26
F. Metode Penelitian... 29
1. Jenis Penelitian... 29
2. Metode Penelitian... 30
commit to user
ix
4. Jenis Data... 31
5. Teknik Pengambilan Sampel... 32
6. Sumber Data... 32
7. Teknik Pengumpulan Data... 33
8. Validitas Data... 34
9. Teknik Analisis Data... 35
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 38
A. Sejarah Berdirinya Focus Independent School... 38
B. Visi dan Misi Focus Independent School... 39
C. Value/Nilai……… 40
D. Fasilitas Sekolah……… 40
E. Struktur Organisasi Sekolah……….. 41
F. Customer Relations……… 42
1. Public Relations Officer……… 44
2. Public Relations Officers Services……… 46
G. Parents Teachers Associations (PTA) Focus Independent School……… 47
1. Peran dan Fungsi PTA………. 47
2. Kepengurusan PTA………. 48
3. Tata Cara Pemilihan Pengurusan PTA………… 48
4. Tugas Ketua dan Pengurus PTA……….. 48
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………… 49
A. Peran Pengurus Parents Teachers Association (PTA) selaku Komunikator dalam Membangun Hubungan Harmonis dengan Orangtua Murid……….. 49
commit to user
x
C. Upaya Media PTA Dalam Menyelesaikan Konflik antara
Pihak Sekolah dengan Orangtua Murid……… 67
BAB IV PENUTUP... 79
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran... 82
DAFTAR PUSTAKA... 85
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Hasil Evaluasi Kegiatan PTA Focus Independent School
commit to user
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan l Proses Komunikasi... 12
Bagan 2 Struktur Organisasi Sekolah... 42
Bagan 3 Penyelenggaraan Sistem... 43
Bagan 4 Standar Prosedur Operasional Pelayanan... 44
commit to user
xiii
ABSTRAK
ESTI WARDANI, D 1206525, PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DALAM PARENTS TEACHERS ASSOCIATION (PTA) UNTUK
MEMBANGUN HUBUNGAN HARMONIS, MENANAMKAN
KEPERCAYAAN DAN MENCEGAH KONFLIK DI FOCUS
INDEPENDENT SCHOOL SOLO, Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.
Parents Teachers Associations (PTA) dibentuk dengan tujuan untuk
kemajuan pendidikan murid-murid Focus Independent School. Peran dan fungsi PTA yakni pertama, sebagai supporter, membantu kegiatan sekolah di luar program-program akademis sekolah. Kedua, sebagai aspirator, memberi masukan-masukan sehubungan dengan program-program yang dilakukan oleh sekolah.
Penelitian ini dilaksanakan di Parents Teachers Associations (PTA) Focus
Independent School yang berlokasi di Jl. K.S Tubun No 27, Manahan Solo.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus tunggal yaitu peran komunikasi interpersonal dalam PTA untuk membangun hubungan harmonis, menanamkan kepercayaan dan mencegah konflik. Sampel diambil dari pengelola PTA yaitu manager, guru,
Public Relations Officer (PRO) dan anggota PTA yaitu orangtua murid. Data
dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif.
commit to user
xiv
ABSTRACT
ESTI WARDANI, D 1206525, THE ROLES OF AN INTERPERSONAL COMMUNICATION IN PARENTS TEACHERS ASSOCIATION (PTA) IN
ESTABLISHING GOOD RELATION, BUILDING TRUST AND
AVOIDING CONFLICT IN FOCUS INDEPENDENT SCHOOL, A Thesis, Communication Department, The Faculty of Communication and Politics, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.
Parents Teachers Association (PTA) was established with the purpose of improving the education quality for the students of Focus Independent School. The first role and function of PTA is as a supporter, PTA involves in school activities other than academic activities. Secondly, PTA functions as aspirator; giving inputs in relation to the programs conducted by school.
This research is held in Parents Teachers Associations (PTA) Focus Independent
School located in Jl. K.S Tubun No 27, Manahan-Solo. This research is a
descriptive-qualitative research. The strategy used in this research is a single case study. It is the role of interpersonal communication in PTA in establishing good relation, building trust and avoiding conflict. The sample is taken from the committee of PTA, they are; the managers, teachers, Public Relations Officer (PRO) and the members of PTA who are the parents. The data collected is taken from an interview, observation and research study. The data validity in the research is using resource triangulation. The data analysis procedure used in this research is an interactive analysis model.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik
individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak
komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Sementara itu,
untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab diperlukan saling pengertian
sesama anggota masyarakat. Menurut Onong Uchjana Effendy1 menyatakan
bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.
Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang
kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila timbul saling
pengertian yaitu kedua belah pihak pengirim dan penerima dapat memahami.
Dalam hal seperti inilah baru dapat dikatakan bahwa komunikasi telah berhasil
baik atau komunikatif.
Masalah penting yang dihadapi lembaga/perusahaan baik bisnis
maupun jasa adalah masalah “hubungan” (relationship), dan masalah ini tentu
saja berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan. Permasalahannya berkisar
pada pertanyaan “bagaimana menciptakan komunikasi untuk membangun dan
1
commit to user
mengembangkan hubungan-hubungan yang baik antara lembaga tersebut
dengan publiknya demi tercapainya tujuan dari lembaga tersebut”.
Dalam sebuah organisasi banyak aktivitas yang perlu dikomunikasikan
dengan khalayak. Dalam mengkomunikasi sebuah dengan khalayak ini
memerlukan media komunikasi yang dapat menampung semua aspirasi.
Media komunikasi yang banyak digunakan oleh organisasi adalah media
kelompok, misalnya rapat, seminar dan konferensi dan lain-lain Rapat
biasanya digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh
suatu organisasi.
Focus Independent School atau dahulu dikenal dengan Palm Kids
sebagai perusahaan penyedia jasa pendidikan di kota Solo, senantiasa
berusaha menciptakan hubungan baik dan menjalin relasi dengan berbagai
publiknya, salah satunya adalah dengan orangtua murid selaku customer
(pelanggan). Focus Independent School menyediakan jasa pendidikan untuk
anak-anak usia pre-school (1-4 tahun), TK/Kindergarten (5-6 tahun), dan
SD/Primary (6-12 tahun). Customer Focus Independent School adalah
orangtua murid yang menyekolahkan anak-anak mereka di Focus Independent
School.
Hubungan pelanggan atau yang dikenal sebagai customer relations
merupakan bagian dari aktivitas public relations. Focus Independent School
melalui divisi Public Relations Officer (PRO) telah menerapkan fungsi ini
terhadap customernya yakni orang tua murid. Hubungan ini pada umumnya
commit to user
mendukung adanya sebuah ide hubungan yang saling percaya dan
menghargai.
Semakin ketatnya persaingan serta pelanggan yang semakin selektif
dan berpengalaman, mengharuskan Focus Independent School untuk selalu
meningkatkan kualitas pelayanannya. Kepuasan pelanggan pada bisnis
pendidikan tidak hanya ditentukan oleh mutu pelayanan saja, akan tetapi juga
didukung oleh komunikasi yang baik dan berkesinambungan. Keberhasilan
komunikasi yang dijalankan akan menciptakan hubungan yang harmonis
dengan customer. Hubungan yang harmonis tersebut nantinya akan
menumbuhkan kepercayaan customer terhadap perusahaan sehingga
membantu terbentuknya image yang positif di mata masyarakat.
Tidak mudah bagi sebuah organisasi yang memiliki tujuan profit bisnis
karena secara ekonomi, organisasi tersebut akan mencari keuntungan yang
signifikan. Demikian halnya dengan Focus Independent School. Di satu sisi
Focus Independent School senantiasa membenahi dirinya dengan
meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembangunan struktur dan
peningkatan fasilitas pendidikan di dalamnya. Namun di sisi lain, dana
operasional peningkatan fasilitas pendidikan tersebut tentu tidak lepas dari
biaya pendidikan yang di keluarkan oleh orang tua wali murid. Sehingga tidak
salah apabila orang tua wali murid senantiasa berpersepsi bahwa biaya
pendidikan di Focus Independent School pada saat ini memang terbilang
mahal, apalagi jika dilihat dengan pertimbangan kondisi finansial masyarakat
commit to user
Setiap tahun ajaran baru, biaya pendidikan di Focus Independent
School terus merangkak naik, walaupun sebagian orang tua wali murid masih
tetap dapat menjangkau biaya tersebut meskipun dengan kemampuan minimal.
Namun, ada juga sebagian orang tua wali murid yang beranggapan bahwa
biaya mahal identik dengan bonafiditas, excellent, dan tentunya gengsi
sekalipun persepsi ini hanya mewakili sebagian orang tua wali murid.
Adanya program-program sekolah tersebut apabila tidak di
komunikasikan baik dengan orang tua wali murid tentu akan berdampak pada
citra sekolah karena efek dari naiknya biaya pendidikan. Tidak jarang
muncul ketidakpuasan atas informasi maupun kebijakan sekolah.
Ketidakpuasan tersebut menimbulkan komplain (keluhan) sehingga perlu
ditangani secara cepat. Komplain orangtua murid terhadap sekolah biasanya
disampaikan langsung terhadap guru maupun front-line staff. Salah satu
contoh adalah komplain orangtua murid terhadap kurikulum Focus
Independent School yang dinilai terlalu maju jika dibandingkan dengan
kurikulum di sekolah nasional plus yang lain. Tanggapan langsung yang
disampaikan oleh pihak sekolah baik melalui guru maupun front-line staff
menimbulkan reaksi yang beragam dari masing-masing orangtua murid. Ada
yang puas dengan jawaban yang diberikan, tetapi ada pula yang mengaku
kurang puas.
Fenomena konflik yang terjadi antara pihak sekolah dengan orangtua
murid seringkali terjadi akibat kurangnya komunikasi yang terbentuk sehingga
commit to user
belah pihak, baik sekolah itu sendiri maupun orangtua murid. Hubungan yang
terjalin antara pihak sekolah dengan orangtua murid menjadi tidak harmonis
yang tentu saja mempengaruhi citra yang terbangun menjadi menurun akibat
ketidakpercayaan orangtua murid terhadap sekolah. Selain itu, efek dari
konflik yang terjadi juga dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa
di sekolah.
Hal ini seperti yang terjadi di TK dan SD Tri Amerta milik Yayasan
Tri Atma Surya Jaya di kawasan Lovina Desa Anturan Kecamatan Buleleng,
Bali. Sejumlah orang tua siswa di sekolah itu mengancam memindahkan
anak-anak mereka dari sekolah tersebut karena kecewa terhadap pengelolaan
sekolah yang dinilai amburadul. Sejumlah orang tua siswa mengatakan di TK
dan SD Tri Amerta itu terdapat sejumlah persoalan yang tidak bisa dijelaskan
secara transparan kepada orang tua siswa. Salah satunya adalah konflik antara
kepala sekolah dan guru yang sempat membuat para guru mengadu ke yayasan
pusat dan Denpasar dan kegiatan belajar mengajar di sekolah itu terganggu.
Selain itu, pihak sekolah juga diduga memotong beasiswa yang diperoleh
siswa dan memotong hadiah siswa yang berhasil memenangkan kejuaraan.
Untuk mendapatkan penjelasan tentang persoalan tersebut, ratusan orang tua
menggelar pertemuan dengan pihak pengelola sekolah dan pihak yayasan.
Namun, pertemuan itu berlangsung gaduh dan diwarnai aksi walk out
sehingga tidak berhasil menelurkan keputusan apa pun2.
2
commit to user
Beberapa konflik juga terjadi antara sejumlah orangtua murid SDN
RSBI Rawamangun 12 Pagi, Jakarta. Seperti dikutip dari harian Kompas edisi
Rabu, 9 Juni 2010, orangtua murid menuntut transparansi atas pemanfaatan
dana bantuan operasional sekolah dan bantuan operasional pendidikan di
sekolah itu. Konflik meruncing setelah orangtua murid membuat laporan
dugaan penyimpangan dana pendidikan kepada Kejaksaan Tinggi DKI
Jakarta.
Konflik antara sejumlah orangtua murid SMP Negeri 6 Makasar yang
menolak politisasi di tubuh komite sekolah yang berimbas munculnya konflik
antara komite sekolah dengan orangtua siswa. Konflik yang bernuansa politik
antara komite sekolah dengan orangtua siswa telah mengganggu proses belajar
mengajar, utamanya bagi siswa kelas tiga yang sedang melakukan persiapan
ujian nasional. Konflik pemilihan ketua komite terjadi akibat pro dan kontra
kenaikan iuran komite. Saat ini iuran komite telah diturunkan dari Rp 250 ribu
dan Rp 200 ribu menjadi Rp 150 ribu yang dinilai memberatkan sebagian
orangtua murid.3
Untuk mengkomunikasikan permasalahan orang tua wali murid
dengan pihak sekolah maka Focus Independent School memerlukan media
komunikasi untuk menjembatani antara kepentingan sekolah dan orangtua
murid sehingga dapat tercapai keselarasan antara kedua belah pihak.
Seiring dengan munculnya berbagai fenomena konflik yang terjadi
antara sekolah dengan orangtua murid, Focus Independent School membentuk
3
commit to user
media Parents Teachers Associations (PTA). Tujuan dibentuknya PTA adalah
untuk kemajuan pendidikan murid-murid Focus Independent School. Anggota
PTA adalah seluruh orang tua murid dan guru-guru Focus Independent
School. Focus Independent School tidak memisahkan PTA kelompok
Pre-School & Kindergarten dan Primary Pre-School. Kegiatannya meliputi semua
kegiatan yang sifatnya untuk kemajuan sekolah dan sosial kemasyarakatan.
Peran dan fungsi media komunikasi PTA yakni pertama, sebagai supporter,
membantu kegiatan sekolah di luar program-program akademis sekolah.
Kedua, sebagai aspirator, memberi masukan-masukan sehubungan dengan
program-program yang dilakukan oleh sekolah.
Dalam kegiatan media PTA, pihak sekolah secara formal dapat
menyampaikan setiap kebijakan maupun program-program sekolah.
Sebaliknya, pihak orangtua murid dapat menyampaikan aspirasinya sekaligus
menggunakan media komunikasi PTA sebagai sarana mengemukakan
keluhan (komplain) apabila kurang atau tidak setuju terhadap kebijakan
maupun program sekolah tersebut. Dalam forum ini, pihak sekolah dapat
memberikan penjelasan secara lebih detail sekaligus menanggapi komplain
yang disampaikan oleh orangtua murid. Media PTA disini merupakan wadah
yang diharapkan mampu menjembatani kepentingan antara pihak sekolah
dengan orangtua murid sehingga dapat mewujudkan tujuan yang ingin dicapai
bersama yakni terciptanya hubungan yang harmonis, menanamkan
commit to user
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti menarik rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana peran pengurus Parents Teachers Association (PTA) sebagai
komunikator dalam membangun hubungan harmonis dengan orangtua
murid?
2. Bagaimana upaya orangtua murid selaku komunikan dalam berkomunikasi
dengan pihak sekolah?
3. Bagaimana upaya PTA dalam menyelesaikan konflik antara pihak sekolah
dengan orangtua murid?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran tentang peran pengurus Parents Teachers
Association (PTA) sebagai komunikator dalam membangun hubungan
harmonis dengan orangtua murid
2. Untuk mengetahui upaya orangtua murid selaku komunikan dalam
berkomunikasi dengan pihak sekolah.
3. Untuk mengetahui upaya media PTA dalam menyelesaikan konflik antara
commit to user
D. Kerangka Teori
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik
individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau
tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
Sementara itu, untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab diperlukan
saling pengertian sesama anggota masyarakat.
Menurut Wilbur Schramm, bila kita mengadakan komunikasi,
maka kita berusaha untuk menciptakan persamaan mengenai informasi, ide
atau pemikiran, serta sikap kita dengan orang lain. Inti dari komunikasi
tersebut adalah membawa komunikan (khalayak komunikasi) dan
komunikator menuju kesepakatan pesan.4 Jadi komunikasi diartikan
sebagai suatu penyampaian pesan yang diharapkan dapat menumbuhkan
terciptanya suatu mengenai pesan tertentu antara komunikator dengan
komunikan.
Komunikasi merupakan kemampuan yang tidak hanya memerlukan
bakat, tetapi juga kemauan untuk melakukan proses belajar yang kontinu.
Keterampilan berkomunikasi yang baik meliputi kemampuan dasar untuk
mengirim dan menguraikan pesan secara akurat dan efektif, serta untuk
memahami makna simbolis tindakan-tindakan seseorang. Komunikasi
adalah suatu pertukaran sebuah konsep yang sederhana tetapi vital.
4
commit to user
Bertahan atau tidaknya suatu perusahaan tergantung bagaimana
cara mereka menyampaikan pesan kepada konsumen. Melalui pesan-pesan
tersebut, informasi penting tersalurkan, termasuk untuk memperkuat posisi
perusahaan di mata konsumen.
Kata ”komunikasi” berasal dari kata dalam bahasa latin communis,
yang berarti ”sama” (dalam bahasa Inggris : common). Komunikasi
kemudian dapat dianggap sebagai proses menciptakan suatu kesamaan
(commoness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dan penerima.
Sedangkan cara yang tepat untuk memahami komunikasi menurut
Lasswell adalah dengan menjawab pertanyaan : who, says what, in which
channel, to whom, with what effect? Rumusan pertanyaan tersebut
mengandung lima unsur dasar dalam komunikasi, yaitu :
a. Siapa yang mengatakan? (komunikator, pengirim atau sumber) b. Apa yang disampaikan? (pesan, ide, gagasan)
c. Dengan saluran mana? (media atau sarana) d. Kepada siapa? (komunikan atau penerima) e. Apa dampaknya? (efek atau hasil komunikasi)5
Kesimpulannya bahwa komunikasi merupakan penyampaian
informasi (pesan, ide, gagasan) dari komunikator kepada komunikan
melalui media tertentu dan menghasilkan dampak-dampak tertentu pula.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.
Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara,
tulisan, gesture dan broadcasting. Komunikasi dapat berupa interaktif,
transaltif, bertujuan, atau tak bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan
5
commit to user
perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.
Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang
disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Proses komunikasi tradisional, dimana menggambarkan aliran pesan
dari pengirim kepada penerima melalui sandi, media, dan memecahkan
kode, terlihat dari perubahan yang nyata dan teribat dalam proses yang lebih
interaktif dan dinamis. “(The traditional communication process, which
depicts the flow of messages from senders to receivers via elements such as
encoding, media, and decoding, has undergone noticeable changes and has
evolved into a more interactive and dynamic process)” 6
Dalam suatu proses komunikasi terdapat sejumlah komponen atau
unsur persyaratan terjadinya komunikasi sebagai berikut:7
a. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan;
b. Pesan, yaitu pernyataan yang didukung oleh lambang;
c. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan;
d. Media, yaitu sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan
jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;
e. Efek, yaitu dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Komunikasi terjadi antara sebuah sumber (pengirim berita) dan
sebuah penerima berita. Pesan disandikan (diubah dalam bentuk simbol) dan
6
Madhavaram, Sreedhar, Vishag Badrinarayanan, dan Robert E. McDonald. 2005. “Integrated Marketing Communication (IMC) and Brand Identity as Critical Components of Brand Equity Strategy”. Journal of Advertising, vol. 34, no. 4 (Winter 2005), pp. 69–80. American Academy of Advertising. ISSN 0091-3367 / 2005.
7
commit to user
disalurkan kepada si penerima pesan yang menterjemahkan (memecahkan
sandi) pesan yang disampaikan oleh pengirim berita, hasilnya berupa sebuah
pemindahan maksud dari satu orang kepada orang lain.
Bagan 1 Proses Komunikasi
Pesan Pesan Pesan Pesan
umpan balik Sumber: Robbins (2006: 393)
Aktivitas komunikasi melibatkan delapan elemen sebagai berikut.8
a. Sumber (source) atau pengirim adalah orang atau kelompok orang
(misalnya sebuah perusahaan) yang memiliki pemikiran (ide, rencana
penjualan, dan lain-lain) untuk disampaikan kepada orang atau kelompok
orang yang lain.
b. Penerjemahan. Sumber kemudian diterjemahkan (encoding). Encoding
adalah suatu proses menerjemahkan pemikiran ke dalam bentuk-bentuk
simbolis. Sumber tersebut memilih tanda-tanda spesifik dari berbagai
kata, struktur kalimat, simbol, dan unsur nonverbal yang luas pilihannya
untuk menerjemahkan sebuah pesan sehingga dapat dikomunikasikan
dengan efektif kepada khalayak sasaran.
8
Shimp, Terence A.. 2003. Periklanan Promosi; Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Penterjemah Revyani Sahrial. Jakarta : Erlangga.
commit to user
c. Pesan (message) adalah suatu ekspresi simbolis dari pemikiran sang
pengirim. Dalam komunikasi pemasaran, pesan dapat berbentuk sebuah
iklan, sebuah presentasi penjualan, sebuah rancangan kemasan, berbagai
petunjuk di tempat-tempat pembelian (point of purchase) dan sebagainya.
d. Saluran penyampaian pesan (message channel) adalah suatu saluran yang
dilalui pesan dari pihak pengirim, untuk disampaikan kepada pihak
penerima. Perusahaan menggunakan media elektronik dan media cetak
sebagai saluran untuk menyampaikan pesan iklan kepada pelanggan dan
calon pelanggan. Pesan-pesan juga dapat disampaikan kepada pelanggan
secara langsung melalui wiraniaga, melalui telepon, brosur-brosur surat
langsung, display di tempat pembelian, dan secara tidak langsung melalui
berita dari mulut ke mulut.
e. Penerima (receiver) adalah orang atau kelompok orang yang dengan
pihak pengirim berusaha untuk menyampaikan ide-idenya. Dalam
komunikasi pemasaran, penerima adalah pelanggan atau calon pelanggan
suatu produk atau jasa perusahaan.
f. Intepretasi. Decoding melibatkan aktivitas yang dilakukan pihak
penerima dalam menginterpretasi atau mengartikan pesan pemasaran.
Hal ini dikarenakan proses pembentukan arti mempunyai peran yang
penting dalam semua kegiatan komunikasi pemasaran.
g. Gangguan. Sebuah pesan yang melintas dalam suatu saluran dipengaruhi
oleh stimulus-stimulus eksternal yang menganggu. Stimulus ini
commit to user
h. Umpan Balik (feedback). Umpan balik memungkinkan sumber untuk
menentukan apakah pesan sampai pada target secara akurat atau apakah
pesan tersebut perlu diubah untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas di benak penerima.
2. Komunikasi Organisasi
Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa Latin
Communication mengacu pada kata comunis yang berarti sama makna.
Komunikasi ialah penyampaian pesan dari komunikator (sender) kepada
komunikan (receiver) melalui media tertentu dan menyebabkan efek.
Organisasi ialah sekelompok masyarakat yang saling bekerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu dan komunikasi merupakan perekat yang
memungkinkan kelompok masyarakat tersebut secara bersama-sama
melakukan fungsinya dengan baik9. Unsur-unsur dasar organisasi ialah
anggota organisasi, pekerjaan dalam organisasi, praktik-praktik
pengelolaan, struktur organisasi, dan pedoman organisasi.
Komunikasi organisasi ialah komunikasi dalam kumpulan yang
mempunyai hirarki dan tujuan. Komunikasi organisasi merupakan proses
untuk anggota menghimpun informasi yang berhubungan dengan
organisasinya dan merubah yang terjadi di dalamnya.10
Definisi komunikasi organisasi secara fungsional ialah pertunjukan
dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan
9
Purwanto, Joko, 2006, Komunikasi Bisnis, Jakarta: Edisi Kedua, Erlangga
10
commit to user
bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu komunikasi terdiri dari unit
komunikasi dalam hubungan-hubungan hirarkis antara yang satu dengan
lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Secara interpretatif dapat
diartikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan
organisasi.11
Keterkaitan komunikasi dengan organisasi menurut William V.
Hanney bahwa “organisasi terdiri dari sejumlah orang, melibatkan keadaan
saling bergantung, kebergantungan memerlukan koordinasi yang
mensyaratkan komunikasi”.
Komunikasi organisasi melingkupi komunikasi interpersonal dan
komunikasi kelompok. Kepentingan bersama dan tujuan organisasi
menjadi orientasi komunikasi organisasi. Hirarki organisasi menentukan
pola komunikasi yang terjadi.
3. Komunikasi Interpersonal
3.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan
antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat atau
organisasi (bisnis dan nonbisnis), dengan menggunakan media
11
commit to user
komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami untuk
mencapai tujuan tertentu.
Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang
lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan
dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.12
Komunikasi interpersonal biasanya terjadi antara dua orang
(diadik) secara tatap muka (face to face), walaupun dapat juga melalui
media telepon. Komunikasi interpersonal terbangun dari komunikasi
intrapersonal karena seseorang akan menyusun komunikasi efektif
saat interaksi. Hal terpenting ialah komunikasi interpersonal
membangun hubungan antar manusia.
Komunikasi oganisasi menunjuk pada pola dan bentuk
komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi
(interpersonal communications) dan komunikasi kelompok.
Efektivitas komunikasi interpersonal baru tercapai bila memenuhi
paling sedikit lima komponen, yaitu :
a. Adanya kesamaan kepentingan antara komunikator dengan komunikannya.
b. Adanya sikap yang mendukung dari kedua belah pihak.
c. Sikap positif, artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya.
d. Sikap keterbukaan yang ditampilkan oleh kedua belah pihak.
commit to user
Djoko Purwanto memaparkan bahwa suatu komunikasi bisa
dimasukkan dalam lingkup komunikasi kelompok apabila, pertama,
proses komunikasi dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh
seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih banyak
daripada tatap muka. Kedua, komunikasi berlangsung kontinyu dan
bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima (receiver). Umpan
balik atau feedback yang didapat tidak maksimal karena waktu
terbatas dan khalayak relatif banyak. Ketiga, pesan yang disampaikan
terencana dan bukan spontanitas untuk kalangan tertentu.
Komunikasi kelompok terlibat di dalam lingkup komunikasi
organisasi. Kelompok-kelompok kecil saling berinteraksi sehingga
terjadi komunikasi organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Ernest Bormann bahwa grup berasal dari berbagai macam
share kepribadian. Teori Tindakan simbolik yaitu menjelaskan
bagaimana tipe komunikasi membentuk identitas grup dan budaya,
yang berdampak pada konsensus bersama dengan berbagi emosi,
motivasi dan makna.14
Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya
jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi
yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor
penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses
14
commit to user
yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses
komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan,
dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang
kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu
dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses
komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai
masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama
dengan timbulnya salah faham dan konflik.
3.2. Faktor-Faktor dalam Komunikasi Interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal
yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita
dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Anita
Taylor mengatakan Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak
unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting.
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal,
kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah:
1. Percaya (trust)
Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan,
tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah
membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada
commit to user
a. Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut
memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang
tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan,
jujur dan konsisten.
b. Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai
kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.
c. Kualitas komunikasi dan sifatnya mengambarkan adanya
keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah
dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul.
2. Perilaku supportif akan meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa
ciri perilaku suportif yaitu:
a.Evaluasi dan deskripsi: maksudnya, kita tidak perlu memberikan
kecaman atas kelemahan dan kekurangannya.
b.Orientasi masalah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerja
sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain
bersama-sama menetapkan tujuan dan menetukan cra mencapai
tujuan.
c. Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif
yang pendendam.
d.Empati: menganggap orang lain sebagai persona.
e. Persamaan: tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak
commit to user
rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan
keyakinan.
f. Profesionalisme: kesediaan untuk meninjau kembali pendapat
sendiri.
3. Sikap terbuka, kemampuan menilai secara obyektif, kemampuan
membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa, orientasi ke
isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah
keyakinannya, profesional dll.15
3.3. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini
dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku
seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik
bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu
juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti
apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia
dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya
seluas-luasnya (Sunarto, 2003, p. 13).
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum
yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
15
commit to user
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan
(equality).(Devito, 1997, p.259-264).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus
terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti
bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat
hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu
komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu
kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap
pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita
ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan
kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada
ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan
terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan
dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini
adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah
commit to user
untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang
menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan
seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada
suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata
orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain
atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu
seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan
merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang
lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka
untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik
secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat
mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif
dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2)
konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh
perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang
sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya
commit to user
empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung.
Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif,
bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan
sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal
dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara
positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap
positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap
positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi
komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.
Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan
orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara
menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih
atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar
setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi
interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada
pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
commit to user
penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang
ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat
sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada
sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku
verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak
lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk
memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
3.4. Fungsi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal yang ada dalam suatu organisasi memiliki
beberapa fungsi diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini sebagai salah satu tanda
efektivitas proses komunikasi.
2. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik.
3. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kita dapat
melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi.
Proses yang terjadi dalam komunikasi intrapersonal melibatkan beberapa
unsur atau elemen sebagai berikut (Burgon & Huffner, 2002):
1. Sensasi, yaitu proses menangkap stimulus (pesan/informasi verbal maupun
non verbal). Pada saat berada pada proses sensasi ini maka panca indera
commit to user
2. Persepsi, yaitu proses memberikan makna terhadap informasi yang
ditangkap oleh sensasi. Pemberian makna ini melibatkan unsur subyektif.
Contohnya, evaluasi komunikan terhadap proses komunikasi, nyaman
tidakkah proses komunikasi dengan orang tersebut?
3. Memori, yaitu proses penyimpanan informasi dan evaluasinya dalam
kognitif individu. Kemudian informasi dan evaluasi komunikasi tersebut
akan dikeluarkan atau diingat kembali pada suatu saat, baik sadar maupun
tidak sadar. Proses pengingatan kembali ini yang disebut sebagai recalling.
4. Berpikir, yaitu proses mengolah dan memanipulasi informasi untuk
memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah. Proses ini meliputi
pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan berfikir kreatif. Setelah
mendapatkan evaluasi terhadap proses komunikasi interpersonal maka ada
antisipasi terhadap proses komunikasi yang selanjutnya. Contohnya, jika
kita merasa tidak nyaman berkomunikasi dengan dosen maka kita
mempunyai cara untuk antisipasi agar komunikasi di kemudian hari
menjadi lancar.
Seringkali komunikan tidak saling memahami maksud pesan atau informasi
dari lawan bicaranya. Hal ini disebabkan beberapa masalah antara:
a. Komunikator;
1. Hambatan biologis, misalnya komunikator gagap.
2. Hambatan psikologis, misalnya komunikator yang gugup.
3. Hambatan gender, misalnya perempuan tidak bersedia terbuka terhadap
commit to user b. Media;
1. Hambatan teknis, misalnya masalah pada teknologi komunikasi
(microphone, telepon, power point, dan lain sebagainya).
2. Hambatan geografis, misalnya blank spot pada daerah tertentu sehingga
signal HP tidak dapat ditangkap.
3. Hambatan simbol/ bahasa, yaitu perbedaan bahasa yang digunakan pada
komunitas tertentu. Misalnya kata-kata “wis mari” versi orang Jawa
Tengah diartikan sebagai sudah sembuh dari sakit sedangkan versi
orang Jawa Timur diartikan sudah selesai mengerjakan sesuatu.
4. Hambatan budaya, yaitu perbedaan budaya yang mempengaruhi proses
komunikasi.
c. Komunikate;
1. Hambatan biologis, misalnya komunikate yang tuli.
2. Hambatan psikologis, misalnya komunikate yang tidak berkonsentrasi
dengan pembicaraan.
3. Hambatan gender, misalnya seorang perempuan akan tersipu malu jika
membicarakan masalah seksual dengan seorang lelaki.
E. Kerangka Berpikir
Pendidikan yang bermutu merupakan tuntutan masyarakat Indonesia
untuk menghasilkan sumber daya manusia bermutu yang mampu bersaing
commit to user
bermutu diperlukan strategi, langkah-langkah konkrit dan operasional yang
dilakukan secara berkelanjutan.
Salah satu langkah konkrit peningkatan mutu pendidikan adalah
pemberdayaan satuan pendidikan agar mampu berperan sebagai subjek
penyelenggara pendidikan, yang diberi kewenangan untuk merancang serta
melaksanakan pendidikan sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing
sekolah.
Sebagai salah satu pilar pemberdayaan masyarakat di era global ini,
sekolah mempunyai tanggung jawab besar. Tanggung jawab yang tidak hanya
sebagai pelaksana dan tempat dimana masyarakat bisa menempuh pendidikan
tetapi juga tanggung jawab moril sebagai bagian dari masyarakat yang harus
mampu memahami kondisi dan permasalahan yang sedang berkembang.
Sebuah hal yang memaksa sekolah untuk terus berbenah, baik secara fisik
maupun manajerial
Sekolah merupakan organisasi yang komplek. Organisasi yang terdiri
dari puluhan atau bahkan ratusan anggota, mulai dari siswa yang didalam alur
organisasi berada di posisi paling bawah, guru dan pegawai sekolah, kepala
sekolah dan komite sekolah. Tentunya masing-masing dari mereka
mempunyai latar belakang yang berbeda yang nantinya turut mempengaruhi
bagaimana konsep mereka menjalankan proses komunikasi di organisasi
sekolah. Oleh karena itu harus dipahamai bagaimana konsep komunikasi yang
commit to user
Untuk membangun sebuah proses komunikasi yang berjalan sesuai
dengan koridor fungsi dan tujuan berorganisasi, di Focus Independent School
di bentuklah sebuah media komunikasi yang disebut sebagai Parents Teachers
Association (PTA). Pada Media PTA ini seluruh anggota organisasi
melakukan fungsi komunikasi khususnya komunikasi interpersonal antara
pihak sekolah dengan orangtua murid diantaranya untuk mengkomunikasikan
informasi dari pihak sekolah kepada orangtua murid yang tergabung dalam
kepengurusan dan anggota PTA dengan efektif, sehingga tingkat gangguan
komunikasi bisa diminimalkan, dan kesenjangan persepsi bisa dikurangi.
Dengan adanya media PTA ini, maka Focus Independent School harus bisa
membangun iklim komunikasi yang sehat dan positif.
Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat
dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa
organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan
dalam mengambil resiko, mendorong mereka dan memberi mereka tanggung
jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka, menyediakan informasi yang
terbuka dan cukup tentang organisasi, mendengarkan dengan penuh perhatian
serta memperoleh informasi yang dapat dipercayai dan terus terang dari
anggota organisasi, secara aktif member penyuluhan kepada para anggota
organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting
bagi keputusan-keputusan dalam organisasi, menaruh perhatian pada
commit to user
Berdasarkan paparan tersebut diatas, maka kerangka berpikir dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 2
Kerangka Berpikir
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian
yang dimaksudkan menggambarkan suatu fenomena atau kenyataan sosial.
Jenis penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi untuk
menjelaskan variabel-variabel yang menyebabkan gejala atau kenyataan
sosial.16 Whitney (1960) menjelaskan bahwa metode deskriptif merupakan
upaya pencari fakta dengan interpretasi yang lengkap, mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu termasuk
16
Faisal, Sanapiah. 1995. Format-Format Penelitian Sosial. Dasar-Dasar dan Aplikasi.
commit to user
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap dan pandangan-pandangan serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena.17
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan peran
komunikasi interpersonal dalam PTA sebagai media komunikasi antara
Focus Independence School dengan orangtua murid selaku customer untuk
membangun hubungan harmonis, menanamkan kepercayaan dan
mencegah konflik.
2. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif tidak bekerja
dengan mempergunakan data untuk ditransformasikan dalam bilangan atau
angka. Penelitian ini juga tidak mengolah rumus dan tidak ditafsirkan atau
diinterpretasikan sesuai dengan ketentuan statistik atau matematik.
Menurut Lexy Moleong, metode kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian ini akan berisi
kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut.18
Berdasarkan pengertian tersebut penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan
data mengenai kebijakan Focus Independent School Solo melalui
sumber-sumber data yang dipaparkan diatas.
17
Mohammad Nazir.1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hal. 64
18
commit to user
Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus tunggal yaitu peran
komunikasi interpersonal dalam PTA untuk membangun hubungan
harmonis, menanamkan kepercayaan dan mencegah konflik antara Focus
Independent School dengan orangtua murid. Studi kasus tunggal diperoleh
karena fokus penelitian sudah ditentukan dari awal. Penelitian mengarah
pada tujuan yang biasanya berupa fokus permasalahan.
3. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, lokasi yang digunakan penelitian adalah forum
Parents Teachers Associations (PTA) Focus Independent School yang
berlokasi di Jl. K.S Tubun No 27, Manahan Solo.
4. Jenis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari lapangan, yaitu
yang langsung diperoleh dari lokasi penelitian di Focus Independent
School Solo melalui interview dengan pengurus PTA dan orang tua
wali murid selaku anggota PTA.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber utamanya
yaitu dengan cara mengutip atau memperoleh data yang sudah tersedia
commit to user
5. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Penarikan sampel secara purposive yaitu
dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan
dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui
masalah secara mendalam.19 Dalam penelitian ini penulis mengambil
sampel dari pengurus PTA diantaranya : Mrs. Ririen Wiropranoto Lim
selaku penasehat PTA, Ms. Anastasia Risna selaku PRO/ humas PTA, Bp
Wijanarko selaku orangtua murid dan ketua PTA, dan Ibu Febri Haryu
Apsari selaku orangtua murid dan Ibu Atit Andriyani selaku orang tua
wali.
6. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber
data internal. Data internal adalah data yang diperoleh atau bersumber dari
dalam perusahaan bersangkutan. Data tersebut dikumpulkan dari hasil
wawancara dengan menggunakan interview guide terhadap pengurus dan
anggota PTA Focus Independent School, yaitu :
a. Mrs. Ririen Wiropranoto Lim selaku penasehat PTA.
b. Ms. Anastasia Risna selaku PRO/humas PTA.
c. Bp Wijanarko selaku orangtua murid dan ketua PTA.
d. Ibu Febri Haryu Apsari selaku orangtua murid dan anggota PTA.
19
commit to user
e. Ibu Atit Andriyani selaku orang tua murid dan anggota PTA.
7. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data yang dapat di
golongkan sebagai penelitian lapangan (field research) yang dilakukan
dengan mengamati secara langsung terhadap aktivitas dan peran PTA
khususnya dalam berkomunikasi dengan orangtua murid selaku customer
Focus Independent School berusaha memahami gejala yang tidak
diramalkan sebelumnya dan mengembangkan kesimpulan-kesimpulan
umum sementara yang mendorong pengamatan lebih lanjut. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu :
a. Wawancara mendalam
Wawancara yang dilakukan kepada responden yang menggunakan
interview guide yang pertanyaannya tidak berstruktur dan dengan
bentuk open ended question. Dalam melakukan pengumpulan
informasi, peneliti menggunakan hand record untuk merekam hasil
wawancara sehingga lebih mudah menginterpretasikan dan
menganalisa informasi yang diperoleh.
b. Observasi
Yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung ke lapangan
terhadap objek penelitian.
commit to user
Studi pustaka adalah cara pengumpulan data yang melakukan
penelitian kepustakaan. Selain itu dilakukan penelusuran data-data
teoristis.
8. Validitas Data
Untuk mengembangkan validitas data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi data, yaitu suatu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data itu. Hal tersebut dimaksudkan untuk pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data.
Dalam hal ini, penelitian dengan menggunakan teknik triangulasi
dengan sumber, yaitu dengan cara membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan suatu penelitian. Dengan
demikian keberadaan data yang satu akan berkaitan dengan suatu
penelitian. Dengan demikian keberadaan data yang satu akan
dikonfirmasikan dengan data yang diperoleh dari sumber data yang lain,
sehingga datanya akan terjamin validitasnya. Data yang dikumpulkan tidak
semuanya dianggap valid oleh karena itu perlu dilakukan reduksi agar data
yang dianalisis benar-benar memiliki validitas dan variabel yang tinggi.
Perbandingan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
data hasil wawancara antara pihak pengurus PTA dengan wawancara
dengan orangtua murid. Selain itu, data akan dibandingkan lagi dengan
commit to user
9. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data terkumpul terutama sekali terdiri
atas kata-kata dan bukan dari angka-angka. Kalaupun angka-angka itu ada,
dipisahkan dari kata-kata yang bermakna. Selain itu dalam penelitian
kualitatif tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pegangan
semua penelitian. Salah satu cara yang dapat dianjurkan adalah mengikuti
langkah-langkah yang masih bersifat umum yaitu : reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Seperti yang dikemukakan oleh HB.
Sutopo: ”Data dianalisis melalui tiga tahap yaitu mereduksi data,
menyajikan data dan kemudian menarik kesimpulan dilakukan pada siklus
antara ketiga tahap tersebut sehingga data yang terkumpul berhubungan
satu sama lain secara sistematis”.20
Langkah pertama dari analisis data adalah reduksi data yaitu proses
seleksi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan di Focus Independent School. Data tersebut dipilih dan
disederhanakan berdasarkan fokus permasalahan yang akan di bahas.
Langkah selanjutnya adalah penyajian data hasil seleksi yang sesuai
dengan pokok permasalahan yang akan diteliti, dengan penyajian data
peneliti akan mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang
harus dilakukan lebih jauh menganalisa berdasarkan atas pemahaman yang
didapat dari data tersebut. Sedangkan data terakhir adalah penarikan
kesimpulan. Penarikan simpulan dalam penelitian kualitatif bukan berarti
20
commit to user
sudah berakhir, namun peneliti tetap beraktivitas dengan waktu yang
tersisa. Model analisis seperti ini disebut model analisis interaktif.
Bagan 3
Model Analisis Interaktif
(Sumber: HB. Sutopo, 2002 : 96)
Yang dimaksud dengan ketiga komponen dalam proses analisa kualitatif
interaktif di atas adalah :
a. Reduksi data
Reduksi data adalah bagian analisis, merupakan bentuk analisis yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang
tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhir dapat dilakukan.
b. Penyajian data
Penyajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
commit to user c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan terjadi saat proses pengumpulan data berakhir, dan
diverifikasi sehingga makna data lebih lanjut dapat diuji validitasnya dan
commit to user
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Focus Independent School
Focus Independent School dahulu dikenal dengan Palm Kids School
Solo. Palm Kids School Solo adalah sekolah nasional plus yang merupakan
franchise dari Palm Kids School Palembang. Palm Kids School Solo didirikan
pada tanggal 16 April 2002 di Jalan Dr. Supomo 48 Solo. Pada awalnya, Palm
Kids Solo hanya membuka kelas Pre-school dan Kindergarten dengan jumlah
murid 48 anak. Pada tahun 2006, Palm Kids School Solo membuka Palm Kids
Primary School di Jalan RM. Said No 208 Solo. Setelah 6 tahun lebih berdiri,
Palm Kids School Solo kini memiliki gedung sendiri yang terletak di Jalan
KS. Tubun No 27 Manahan Solo.
Palm Kids School Solo adalah sekolah yang didirikan secara
independen dan tidak berbasis agama. Palm Kids School Solo menyediakan
pendidikan mulai dari Pre-school, TK (Kindergantern), dan SD (Primary).
Pendidikan disampaikan dengan dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan
Indonesia serta mengacu pada kurikulum Palm Kids dan International
Primary Curiculum.
Seiring dengan berkembangnya Palm Kids School di kota Solo, maka
pihak manajemen bekerjasama dengan PT. Fokus Edukasi Internasional untuk
lebih memperluas prospek bisnis dalam jasa pendidikan ini. PT. Fokus
commit to user
mulai dari tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi. PT. Fokus Edukasi
Internasional didirikan di Solo pada tanggal 27 April 2005 sesuai dengan akte
notaris No 112, yang disahkan oleh Notaris Pujiastuti Pangestu, SH.
Mengingat semakin tingginya arus globalisasi, maka dibuatlah FIS
(Focus Independent School). FIS adalah sekolah nasional plus yang
menggunakan kurikulum internasional IPC (International Primary
Curriculum) dari Inggris. IPC adalah kurikulum yang sudah digunakan di
hampir 54 negara di seluruh dunia. FIS adalah sekolah nasional pertama di
Indonesia yang menggunakan kurikulum IPC.
B. Visi dan Misi Focus Independent School
1. Visi
“we are providing the best quality education services”.
2. Misi
a. memberi layanan pendidikan kepada masyarakat dengan cara yang
memuaskan
b. mencapai tingkat masukan murid yang merata serta keluaran murid
yang bermutu
c. menciptakan kegairahan dan motivasi belajar yang tinggi dari
murid-murid dan semangat kepemimpinan yang besar
commit to user
C. Value/Nilai
Setiap orang yang bekerja di Focus Independent School harus
memiliki sikap dan perilaku (value) yang terkandung pada kata
EDUCATIONS, antara lain:
1. E : Eager to learn; memiliki keinginan untuk terus belajar
memperbaiki diri.
2. D : Discipline; memiliki disiplin yang tinggi.
3. U : Unique & Dynamic; Memiliki sifat yang unik dan selalu dinamis.
4. C : Creative; memiliki kreativitas yang tinggi.
5. A : Adventurer; memiliki jiwa berpetualang.
6. T : Tactical; memiliki sikap yang taktis dalam menghadapi setiap
persoalan.
7. I : Innovative; memiliki keinginan untuk selalu membuat inovasi.
8. P : Purposive; memiliki tujuan yang jelas dalam menjalankan setiap
tindakan.
9. N : Noteworthy; memiliki arti dan fungsi dimanapun berada.
10. S : Spriritual; memiliki jiwa spiritual.
D. Fasilitas Sekolah
Focus Independent School memiliki bentuk bangunan menarik yang
dilengkapi dengan fasilitas yang bersifat mendidik. Setiap kelas dilengkapi
dengan pintu keluar/masuk dan AC. Sekolah juga memiliki kolam renang,
commit to user
yang lebih kecil. Sebagai tambahan, perpustakaan FIS telah memiliki lebih
dari 1000 buku baik dalam bahasa Inggris maupun Indonesia.
E. Struktur Organisasi Sekolah
Struktur Organisasi Focus Independent School terdiri dari :
1. Director
2. Director of Study
3. Principal
a. Berfungsi sebagai pendidik, manajer, administrator, supervisor, leader,
innovator, motivator, dan pembimbing.
b. Bertugas menyusun rencana dan program sekolah, membina
kesiswaan, pembelajaran dan membina serta melaksanakan kerjasama
dengan masyarakat.
4. Trainer
5. Psychologist
6. Teacher
7. Staff
a. Public Relations Officer (PRO)
b. Helper
c. Office Boy
8. Non Academic Director
9. Marketing