• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya)

Peran pendamping, perangkat kelurahan serta tokoh masyarakat mempengaruhi aktvitas komunikasi yang berlangsung dengan sesama partisipan di kegiatan Posdaya Kenanga. Komunikasi pada Posdaya Kenanga diikuti dan dilakukan pengamatan secara langsung diberbagai kegiatan komunikasi yaitu rapat rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga dan Focused Group Discussion (FGD) serta rapat evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga. Rapat kerja dan FGD diikuti sebanyak dua kali selama penelitian berlangsung, yaitu rencana kerja Posdaya Kenanga untuk 3 tahun kedepan dan FGD mengenai aspirasi masyarakat dan rapat evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga. Informasi pendukung dan pembanding dilakukan untuk mengetahui komunikasi yang berlangsung selama kegiatan dilaksanakan dengan wawancara mendalam dan pengamatan berperan serta kepada partisipan yaitu kader, pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat.

Rapat dilaksanakan dengan agenda menyusun rencana kerja Posdaya Kenanga untuk 3 tahun kedepan dilaksanakan di pelataran Masjid Nurul Yaqin pada hari Jumat, 2 September 2010 pukul 14.00 sampai dengan 16.00 WIB. Rapat seharusnya dilaksanakan pukul 13.00 WIB atau setelah shalat Jumat sesuai dengan undangan yang disampaikan kepada kader, dikarenakan hujan maka rapat ditunda pukul 14.00 WIB. Peserta rapat terdiri dari kader Posdaya Kenanga serta pendamping dari pihak P2SDM LPPM IPB. Jumlah peserta rapat sebanyak 15 orang yang terdiri dari 11 orang kader dan 4 orang pendamping dari P2SDM LPPM IPB. Sebelum menyusun rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga, perlu dijelaskan bahwa rapat yang dilaksanakan di pelataran Masjid Nurul Yaqin tidak membedakan posisi tempat duduk atau hijab antara kader dan pendamping baik laki-laki maupun perempuan, sehingga penyusunan rapat kerja diikuti seluruh kader dan pendamping secara fisik saling bertatap muka.

Rencana kerja Posdaya Kenanga untuk 3 tahun kedepan dilakukan karena Posdaya Kenanga baru dibentuk di RW 05 Kelurahan Situgede pada tanggal 21 Mei 2010 berdasarkan SK Kelurahan Situgede. Rapat dibuka dan diarahkan oleh Koordinator Posdaya Kenanga, selanjutnya rapat diserahkan kepada pihak P2SDM LPPM IPB selaku pendamping untuk membantu dan mengarahkan kader menyusun rencana kerja Posdaya Kenanga.

104

Penyusunan rencana kerja diawali dengan pertanyaan oleh pendamping Ibu Mnt mengenai hambatan yang dirasakan kader di kegiatan Posdaya Kenanga. Hambatan yang dirasakan kader yaitu masih sedikitnya jumlah masyarakat yang ingin menjadi kader sehingga kader di Posdaya Kenanga belum lengkap dan masih menduduki pekerjaan yang ganda, seperti ibu Jwh selain sebagai Bendahara Posdaya Kenanga juga merangkap sebagai kader Bina Keluarga Remaja (BKR) di Posyandu Kenanga, dikarenakan sedikitnya jumlah masyarakat yang mau dan mampu menjalani kegiatan sebagai kader. Minimnya jumlah kader di Posdaya Kenanga dikarenakan tidak banyak dari masyarakat yang bersedia menjadi kader untuk membantu sesama masyarakatnya dengan ikhlas dan sukarela. Masyarakat cenderung melakukan pekerjaan untuk mendapatkan insentif atau uang.

Rencana kerja Posdaya Kenanga di mulai dari bidang kesehatan, yang menaungi Posyandu dan Posbindu Lansia. Posyandu dan Posbindu Lansia telah melakukan aktivitas sebelum tergabung dengan Posdaya Kenanga. Posyandu dan Posbindu Lansia dimulai pada tahun 2000 dengan fasilitas yang belum lengkap, seperti belum memiliki tempat tidur untuk pemeriksaan, belum memiliki timbangan lansia, belum memiliki alat pengukur tekanan darah dan belum ada pemberian PMT untuk balita maupun lansia. Kegiatan yang dilaksanakan Posyandu dan Posbindu sebelum bergabung dengan Posdaya Kenanga antara lain pemeriksaan balita dan ibu hamil serta lansia setiap hari Rabu dan Kamis di minggu ke II setiap bulannya, memiliki bidan dan mantri yang dapat membantu memeriksakan kondisi kesehatan masyarakatnya, dan olah raga masyarakat setiap hari Minggu di lapangan RW 05.

Rencana kerja yang dibuat oleh kader Posdaya Kenanga untuk bidang kesehatan meliputi pemenuhan PMT untuk balita dan lansia dengan mencari donatur dari masyarakat yang bersedia memberikan PMT setiap bulannya atau dari uang “keropak” masyarakat ketika mengunjungi Posyandu dan Posbindu yang digulirkan kembali untuk PMT, mengaktifkan kembali senam lansia satu bulan sekali yang sempat terhenti, pengadaan alat tekanan darah dan timbangan lansia yang belum dimiliki di Posyandu dan Posbindu, pengadaan Kartu Menuju Sehat untuk lansia agar dapat memantau kondisi kesehatan para lansia yang memeriksakan diri ke Posbindu, pengadaan Alat Permainan Edukatif (APE) untuk Bina Keluarga Balita yang dilaksanakan Posyandu untuk saling berbagi

105

mengenai tumbuh kembang anak, emosi anak, dan bakat anak dan pengadaan termometer.

Penyusunan rencana kerja bidang kesehatan tidak hanya dilakukan oleh kader bidang kesehatan yang didominasinya ibu-ibu, tetapi kader dari bidang lain laki-laki atau pun perempuan turut memberikan saran untuk bidang kesehatan, seperti yang disampaikan oleh kader bidang pendidikan:

“Untuk senam lansia perlu di buat seragam olah raganya, biar lansianya jadi semangat gitu pas senamnya” (Rhd).

Usulan yang disampaikan Bapak Rhd disambut tawa seluruh kader dan pendamping yang menghadiri rapat kerja tersebut. Masukan yang disampaikan oleh Bapak Rhd menunjukkan bahwa seluruh kader terlibat dalam penyusunan rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga untuk tiga tahun kedepan, tidak hanya masing-masing kader yang melakukan penyusunan rencana kerja. Tidak adanya pemisahan atau hijab tempat duduk antara laki-laki dan perempuan serta tidak adanya batasan dalam menyampaikan pendapat membuat seluruh kader mengetahui rencana kegiatan Posdaya Kenanga di masing-masing bidang. Sehingga tidak mementingkan kebutuhan di masing-masing bidang, melainkan ikut memberikan masukan untuk kepentingan bersama di Posdaya Kenanga.

Kegiatan pendidikan yang ada di RW 05 hanya Taman Pedidikan Agama (TPA) Nurul Yaqin. Adanya Posdaya Kenanga, bidang pendidikan membentuk PAUD yang belum ada di RW 05. Dibentuknya PAUD dikarenakan belum adanya pendidikan untuk anak dibawah usia 5 tahun, TPA Nurul Yaqin merupakan pendidikan yang diikuti oleh anak-anak usia Sekolah Dasar yaitu usia 5 hingga usia 12 tahun. Sebelumnya PAUD di RW 05 sudah pernah ada, tetapi terhenti karena alasan tertentu. Dibentuknya PAUD Kenanga diharapkan dapat membantu anak-anak balita yang berusia di bawah 5 tahun untuk mau sekolah dan belajar. Pembelajaran yang dilakukan di PAUD ditekankan pada bermain sambil belajar, anak-anak diharapkan merasa senang saat belajar. Materi belajar yang disampaikan di PAUD Kenanga antara lain mengenal huruf, mengenal angka, mengenal warna, mengenal buah, mengenal binatang dan mengenal jenis kendaraan. Pendidikan di PAUD Kenanga tidak ditekankan untuk bisa membaca dan menulis, seperti penuturan pendamping berikut:

“PAUD itu sifatnya hanya belajar untuk mengenal dahulu, mengenal huruf, angka, warna bukan untuk mengajarkan membaca dan tulis. Kalau mereka (anak-anak) sudah mengenal huruf, angka dan warna tadi dan orang tuanya ada rezeki bisa melanjutkan ke TK yang memang diajarkan untuk membaca dan menulis” (Mnt).

106

Bidang pendidikan juga merencanakan untuk membuat perpustakaan atau taman bacaan warga, dikarenakan selama ini belum dimiliki RW 05. Masyarakat mengharapakan dibentuknya taman bacaan warga atau perpustakaan dapat meningkatkan minat baca masyarakat selain untuk menambah pengetahuan dan wawasan juga untuk mengisi waktu luang yang bermanfaat. Pengadaan buku untuk perpustakaan dan taman bacaan warga dikoordinir dengan mencari bantuan dari donatur ataupun pihak lainnya.

Setelah bidang pendidikan merencanakan kegiatan untuk 3 tahun kedepan, bidang ekonomi merencanakan untuk memperkenalkan home industry dodol talas lebih jauh lagi melalui pameran dan lokakarya. Home industry dodol talas sudah berjalan sejak tahun 2001 dan sudah banyak dari masyarakat yang mengenal dodol talas “Sawargi”. Tidak hanya dodol talas yang diproduksi oleh home industry “Sawargi” melainkan kerupuk talas, kerupuk wortel, dan asinan wortel seperti penuturan kader berikut ini:

“Sekarang kan dodol talas sudah banyak yang tahu karena sudah sering ikut pameran, tetapi kita juga pengen untuk memperkenalkan yang lainnya seperti kerupuk talas, kerupuk wortel dan asinan wortel” (Asn).

Bidang ekonomi selain memajukan home industry “Sawargi” juga membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM), berupa simpan pinjam untuk menambah dan membantu usaha produktif masyarakat RW 05. Sebelumnya, LKM di RW 05 sudah pernah ada, namun karena pengurusan yang tidak maksimal serta proses pengembalian yang tidak lancar sehingga LKM terhenti. LKM yang direncanakan oleh kader dan pendamping Posdaya Kenanga adalah LKM yang tidak ada riba atau bunga, melainkan sistem bagi hasil sehingga peminjam tidak terbebani dengan bunga. Besaran biaya peminjaman pada LKM disesuaikan dengan usaha produksi yang dijalankan oleh peminjam, jika skalanya usaha produksi yang dijalankan sudah besar, peminjaman diberikan sebesar yang diinginkan, begitupun dengan skala usaha produksi kecil diberikan peminjaman sesuai dengan kebutuhannya, kisaran pinjaman pada LKM ditentukan di bawah 1 juta rupiah.

Bidang terakhir yang melakukan rencana kerja adalah bidang lingkungan. Bidang lingkungan merencanakan kegiatan yang pernah dilakukan sebelum ada Posdaya Kenanga diaktifkan kembali seperti Gerakan untuk Lingkungan Sehat (GEuLIS), pelatihan kompos dan biopori. GEuLIS merupakan kegiatan yang

107

membuat kerajinan anyaman dari bahan ramah lingkungan seperti bungkus indomie, bungkus kopi, agar ibu-ibu dan remaja putri dapat memanfaatkan waktu luang, menambah kreatifitas yang bernilai ekonomi. Ibu-ibu yang pernah mendapatkan pelatihan GEuLIS di Pejaten Jakarta hendaknya mampu

“menularkan” ilmu yang didapat di pelatihan kepada ibu-ibu dan remaja putri

lainnya.

Pelatihan kompos dan biopori pernah dilakukan yaitu untuk pelatihan kompos diikuti oleh 12 orang dari masing-masing RW di Kelurahan Situgede, dari RW 05 diwakilkan oleh 3 orang. Setelah diberikan pelatihan kompos tidak ada lagi kegiatan “perpanjangan tangan” dari yang mengikuti pelatihan kompos ke masyarakat RT lain di RW 05. Bidang lingkungan merencanakan agar setiap rumah mampu membuat pupuk kompos sendiri dari sampah rumah tangga masing-masing, tentunya dengan melakukan pemisahan sampah terlebih dahulu yaitu sampah kering dan sampah basah. Pengelolan kompos yang diawali dari rumah tangga sangat efektif untuk menjaga kelestarian lingkungan, seperti yang dijelaskan kader Posdaya Kenanga bidang lingkungan berikut:

“Di Situgede ini tidak ada tempat pembuangan sampah, jadi selama ini warga mengumpulkan sampah yang ada kemudian dibakar bahkan ada yang membuang sampah rumah tangga di Sungai Cisadane, di Setu. Kalau di bakar, dilempar ke sungai, dilempar ke situ, itukan merusak lingkungan, maka dari itu hendaknya masyarakat disekitar sini membuat pupuk kompos sendiri dari sampah yang ada dirumah tangga masing-masing, selain menjaga kelestarian lingkungan juga bisa dijualkan, dapat uang, tetapi ya itu harus ada yang memulai dulu sebagai contohlah. Kalau sudah ada yang contohin, mudah-mudahanlah masyarakat sini mau mencoba karena sudah liat manfaatnya” (Ade).

Pelatihan biopori telah diperkenalkan kepada masyarakat di RW 05, dan antusias masyarakat mengikuti pelatihan biopori sangat baik. Pelatihan biopori diawali dengan memperkenalkan alat yaitu bor tanah untuk membuat lubang-lubang dengan kedalaman 30 cm dan diameter 10 cm. Biopori memiliki manfaat ganda dibandingkan pengelolaan kompos, biopori selain membuat lubang untuk menambah resapan air pada saat musim kering atau kemarau sampah organik yang ada di dalam lubang biopori sudah menjadi kompos dan bisa digunakan untuk pupuk tanaman hias dan tanaman obat keluarga. Pelatihan biopori hanya sekali dilakukan dan belum ada yang dipraktekkan oleh masyarakat di RW 05. Diharapkan kegiatan yang pernah dilakukan namun belum diterapkan dapat dilanjutkan dengan kehadiran Posdaya Kenanga di RW 05 Situgede.

108

Rapat rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga untuk tiga tahun kedepan di pending (tunda) karena waktu menunjukkan pukul 15.30 WIB serta adzan ashar telah berkumandang. Rapat yang dilaksanakan di pelataran masjid, menjadikan para kader dan pendamping melaksanakan shalat ashar berjamaah. Seusai shalat ashar, rapat dilanjutkan dengan Foccused Group Discussion (FGD) yang diarahkan oleh Bapak Pdj selaku Kepala P2SDM LPPM IPB. Agenda yang dibahas dalam FGD adalah untuk mengetahui aspirasi masyarakat (kader) mengenai kehadiran Posdaya Kenanga di lingkungan RW 05.

Permasalahan yang ada di lingkungan RW 05 dan cara mengatasi permasalahan tersebut menjadi pertanyaan pembuka dalam FGD yang disampaikan oleh Bapak Pdj kepada kader. Satu persatu kader menyampaikan permasalahan yang ada di wilayah Situgede meliputi 1) pola pikir masyarakat yang masih rendah sehingga cenderung menilai program ataupun kegiatan yang ada merupakan pemberian bantuan dan dana, 2) kesadaran masyarakat yang kurang dalam hal kesehatan lingkungan dibuktikan dengan banyaknya sampah yang berserakan di halaman rumah dan jalan raya Kelurahan Situgede dan masih membuang sampah disembarang tempat seperti di sungai atau di setu, dikarenakan Kelurahan Situgede belum memiliki tempat pembuangan sampah akhir dan 3) peluang usaha dan ekonomi yang kurang karena tidak adanya Balai Latihan Kerja (BLK) dan sebagai besar mata pencaharian masyarakat Situgede adalah petani dan buruh tani.

Lembaga yang ada di Kelurahan Situgede antara lain karang taruna, Lembaga Keuangan Mikro (LKM), Lembaga Pemeberdayaan Mayarakat (LPM), Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Posyandu, Posbindu, dan Pengajian mingguan. Tidak semua aktivitas kelembagaan yang ada aktif dilaksanakan, beberapa diantara terhenti seperti karang taruna, dan LKM. Aktivitas kelembagaan yang aktif dilaksanakan di Situgede adalah BKM, Posyandu, Posbindu dan Pengajian mingguan. Aktifnya kelembagaan tersebut dipengaruhi beberapa faktor yaitu: 1) Ketua BKM, Bapak Skn adalah masyarakat yang aktif dalam kegiatan di lingkungannya dan Kelurahan Situgede disamping pekerjaannya yang sebagai guru olahraga SMA Kornita, Ketua RW 05 dan Koordinator Posdaya Kenanga, 2) Kader di Posyandu dan Posbindu RW 05 terlibat aktif dalam PKK Kelurahan, 3) Masyarakat RW 05 memiliki antusias yang tinggi dalam setiap kegiatan agamaan seperti pengajian yang dilaksanakan

109

setiap hari Kamis di Masjid Nurul Yaqin dengan mendatangkan penceramah yang berbeda-beda tiap minggunya.

Suasana FGD semakin sore terasa semakin santai antara kader dan pendamping namun tetap fokus. Para kader dengan bebas mengutarakan jawaban yang diajukan Bapak Pdj tanpa ada intervensi dan dominasi dalam menyampaikan pendapat terhadap pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya Bapak Pdj menanyakan respon masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat yang ada di wilayah Situgede. Disampaikan oleh Koordinator Posdaya Kenanga bahwa respon masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat yaitu kebanyakan program yang telah selesai dilaksanakan masyarakat yang terlibatpun selesai dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga tidak ada keberlanjutan dari masyarakat untuk meneruskan kegiatan yang sudah dilaksakan.

Partisipasi atau keterlibatan masyarakat RW 05 dalam program pemberdayaan masyarakat sangat baik karena sikap saling tolong menolong dan kegotongroyongan masih dilaksanakan untuk saling membantu satu sama lain. Berbeda di Kelurahan Situgede, seperti yang disampaikan salah satu kader kegiatan gotong royong sulit dilakukan, misalnya saja kegiatan bersih lingkungan disekitar Kantor Kelurahan Situgede yang dilaksanakan satu bulan sekali setiap hari Minggu, masyarakat dari RW 05 yang paling banyak terlibat, masyarakat dari RW lain sedikit sekali. Kebersihan lingkungan di sekitar Kantor Kelurahan Situgede merupakan tanggung jawab semua masyarakat, semua RW dan semua RT yang ada di Kelurahan Situgede. Kenyataan di atas juga disampaikan oleh kader yang menyatakan bahwa:

“Pada umumnya masyarakat Situgede itu sulit sekali untuk melakukan kerjasama, sehingga RW 05 yang terdekat dengan Kantor Kelurahan Situgedelah yang aktif dan rajin mengikuti kegiatan yang ada di Kelurahan Situgede. Sebagian besar yang aktif terlibat dalam PKK kelurahan adalah ibu-ibu dari di RW 05” (Gst).

Pertanyaan inti dari FGD disampaikan Bapak Pdj yaitu apa yang diketahui oleh kader tentang Posdaya. Koordinator Posdaya Kenanga mengatakan bahwa Posdaya adalah wadah bagi kegiatan-kegiatan yang sudah ada di RW 05, membentuk kegiatan yang belum ada di RW 05 serta mengaktifkan kembali kegiatan yang sempat terhenti. Kader dari bidang kesehatan juga menyampaikan pendapatnya bahwa:

110

“Posdaya itukan bukan saingan untuk program yang sudah ada justru program yang sudah ada karena posdaya diwadahi misalnya di KWTnya jadi sudah dirangkum menjadi suatu rangkaian, ibaratnya kegiatan yang sudah ada itu mutiaranya, Posdaya itu rantainya jadi disatukan menjadi keserumahan gitu kan. Jadi program yang sudah ada karena ada posdaya kita tingkatkan, kalau emang program yang belum ada kita bentuk, yang tadinya ada vakum, diaktifkan lagi gitu” (Asn).

Harapan dari kader dengan adanya Posdaya Kenanga di RW 05 yaitu 1) dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, 2) meningkatkan taraf hidup masyarakat dan 3) masyarakat dapat mandiri dengan memiliki usaha produksi sendiri seperti home industry. Koordinator Posdaya Kenanga juga mengatakan bahwa dengan adanya Posdaya Kenanga kinerja program lain tetap berjalan melakukan aktivitas masing-masing serta hambatan yang dialami dalam pengembangan Posdaya Kenanga belum terlihat jelas dan belum konkrit, kendala yang terjadi hanya jumlah kader yang masih sedikit dan terbatas sehingga kader masih melaksanakan kegiatan lebih dari satu bidang, namun hal itu bukan hambatan yang mengganggu aktivitas kegiatan Posdaya Kenanga.

Partisipasi masyarakat terhadap Posdaya Kenanga menjadi pertanyaan FGD yang terakhir. Masyarakat di RW 05 dalam sikap kegotongroyongan dan tolong menolong masih baik untuk saling membantu satu sama lain. Partisipasi masyarakat RW 05 terhadap Posdaya Kenanga yaitu terlibat dalam gotong royong secara fisik dan gotong royong dalam materi. Gotong royong secara fisik dilakukan saat kerja bakti kebersihan lingkungan di sekitar RW 05 setiap minggunya sedangkan gotong royong dalam materi yaitu menjadi donatur untuk kegiatan Posdaya Kenanga seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita di Posyandu.

Rapat rencana kerja dan FGD aspirasi masyarakat berjalan lancar dan fokus serta keterlibatan kader dalam menyusun rencana kerja, menyampaikan masukan, kritik serta pendapat sangat antusias. Setiap kader memiliki hak untuk bersuara tanpa ada intervensi dan dominasi dari Koordinator Posdaya Kenanga, sesama kader, maupun pendamping. Pertanyaan terakhir mengenai partisipasi masyarakat menjadi penutup dari kegiatan rapat rencana kerja serta FGD aspirasi masyarakat. Kegiatan FGD yang semula diarahkan oleh Bapak Pdj selaku Kepala P2SDM LPPM IPB dan pendamping diserahkan kembali kepada Koordinator Posdaya. Rapat ditutup pada pukul 16.30 WIB dengan mengucapkan hamdalah (Alhamdulliah).

111

Rapat kedua yang diikuti adalah rapat evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga setelah satu tahun. Rapat dilaksanakan di teras rumah Koordinator Posdaya Kenanga pada hari Sabtu tanggal 14 Mei 2011 pukul 16.00 WIB. Rapat evaluasi hanya dihadiri oleh kader di semua bidang yang ada di Posdaya Kenanga seperti bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Tepat pukul 16.00 WIB rapat dibuka oleh bendahara Posdaya Kenanga dengan mengucapkan salam dan Bismillahirrahmanirrahim.

112

Selanjutnya rapat diserahkan kepada Koordinator Posdaya Kenanga untuk melanjutkan rapat dengan agenda evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga di masing-masing bidang. Sebelum evaluasi dimulai dari masing-masing bidang, Bapak Skn selaku Koordinator Posdaya Kenanga menjelaskan kembali mengenai Posdaya berikut ini:

“Posdaya adalah forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Ada inpresnya No 3 tahun 2010, instruksi presiden ya langsung itu mengembangkan Posdaya. Posdaya bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan dan menjadikan masyarakat itu mandiri secara terpadu. Posdaya itu tidak mengganggu kegiatan yang sudah ada tetapi mewadahi semua kegiatan yang sudah berjalan” (Skn).

Setelah menjelaskan sekilas mengenai Posdaya, Koordinator Posdaya Kenanga selanjutnya melakukan evaluasi kerja di masing-masing kegiatan Posdaya Kenanga. Kesempatan pertama diberikan Koodinator kepada bidang pendidikan, yaitu Ibu Ynh untuk menyampaikan evaluasi kerja kegiatan di bidang pendidikan. Berikut petikan dialog antara Ibu Ynh sebagai kader bidang pendidikan (KP) dengan Koordinator Posadaya Kenanga (Ko):

KP : PAUD sudah berjalan selama 6 bulan, ada dua kelompok belajar usia 2 sampai 5 tahun, waktu belajar dari hari Senin sampai Rabu dari jam 9 sampai jam 11. Jumlah murid yang ada di PAUD kurang lebih ada 50 anak dibagi dengan dua kelompok, tutornya empat orang. Trus sarana dan prasarana, untuk APE kita sudah ada sebagian, kemarin kita udah dapat semacam proposal ke pemda dapat uang sebesar 1 juta udah kita beliin “tape” sisanya untuk tahun ajaran baru pak, kita mau nambah permainan lagi. Kemarin juga kita udah SK kelurahan udah ada, untuk SK dari Diknas kita sudah coba kesana kemarin, kita diminta persyaratan-persyaratannya

Ko : Apa syaratnya katanya?

KP : Syaratnya ijazah dari tutor pengelola, trus minta surat izin dari tempat yang kita tempatinkan. Untuk tahun ajaran baru sudah mulai buka, kemarin sudah ada 2 orang yang daftar ya tetapi karena memang itu anak-anak, disuruh masuk aja dulu untuk pengenalan biar nanti waktunya nggak kaget lagi.

Ko : Ada kendalanya?

KP : Kendalanya sih, selama ini ada ga bu yah, (“banyak” sambut suara

dari kader yang lain diiringi tawa, pasti ada, sarana prasarana) Ko : terutama sarana ya.

Bidang kesehatan selanjutnya menyampaikan evaluasi kerja kegiatan yang telah dilaksanakan. Berikut kutipan penjelasan evaluasi kegiatan bidang kesehatan yang disampaikan oleh Ibu Asn selaku ketua Posyandu:

“Bidang kesehatan dilakukan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat umum secara optimal yang terutama untuk kesehatan ibu dan anak. Perjalanan kita di kesehatan itu di Posyandu dan

113

Posbindu sudah rutin ya melaksanakannya. Dana sehat sudah 80 %,