• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah beberapa dekade pembangunan pertanian di Indonesia, ternyata pembangunan belum mampu meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menjadi penyebabnya adalah: (1) Pembangunan itu hanya mengutamakan pertumbuhan, mengejar target dan jarang memperhatikan faktor manusia sebagai subyek dan (2) Tidak efisiennya sistem birokrasi yang dikembangkan oleh pemerintah. Golongan yang diuntungkan adalah mereka yang dekat dengan elit kekuasaan atau mereka yang secara sosial ekonomi mampu meraih kesempatan yang ada.

Pendekatan komunikasi yang dijalankan pemerintah dalam program-program pembangunan selama ini dirasakan bersifat top down, komunikasi yang dilakukan bersifat searah linier dimana tidak ada mekanisme untuk memberikan umpan balik (feedback) dari masyarakat. Masyarakat seringkali hanya dijadikan sebagai obyek bukan subyek dalam pembangunan. Masyarakat diwajibkan terhimpun dalam kelompok yang dibentuk dan dikontrol oleh pemerintah, sehingga kelompok sulit sekali mandiri karena pengelolaannya harus mengikuti petunjuk pemerintah. Akibatnya kelompok biasa bekerja dengan instruksi dari atas dan hampir tidak memiliki peluang terlibat pada proses pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan mereka.

Dalam era kemunculan paradigma baru komunikasi pembangunan yang partisipatif ini, semua pihak diundang untuk berpartisipasi dalam proses komunikasi sampai dengan pengambilan keputusan. Komunikasi pendukung pembangunan dilaksanakan dalam model komunikasi horizontal, interaksi komunikasi dilakukan secara lebih demokratis. Kegiatan komunikasi bukan

kegiatan memberi dan menerima melainkan “berbagi” dan “berdialog.”

Peningkatan komunikasi pembangunan sangat penting untuk meningkatkan program-program pembangunan. Pengembangan komunikasi pembangunan ini perlu dilakukan dengan mengubah paradigma komunikasi pembangunan dari yang berciri linier (searah) dari atas ke bawah ke komunikasi yang berciri konvergen. Agar program yang dilaksanakan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Salah satu prinsip dari program pembangunan adalah partisipasi. Partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan memerlukan kesadaran warga masyarakat akan minat dan kepentingan yang sama.

2

Selama ini, keterlibatan masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan sosial. Dengan kondisi ini, peran-peran serta

masyarakat “terbatas” pada implementasi atau penerapan program, masyarakat

tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus

menerima keputusan yang sudah diambil “pihak luar.” Partisipasi menjadi bentuk yang pasif (Midgley, 1986 dalam Prijono dan Pranaka,1996).

Pemerintah pada tahun 2006 menyatakan bahwa pembangunan, utamanya pembangunan manusia dan keluarga, tidak saja menjadi tanggung jawab dan monopoli pemerintah, tetapi memerlukan kerja sama dan partisipasi masyarakat luas. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan manusia yang secara tidak langsung berkontribusi dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia (Human Development Index).

Menurut United Nations Development Programme (UNDP), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan bagi penduduk, kebebasan untuk hidup lebih sehat, lebih berpendidikan, dan dapat menikmati standar hidup yang layak. Laporan Pembangunan Manusia 2010 yang dikeluarkan UNDP menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di peringkat 108 dari 169 negara yang tercatat. IPM merupakan indeks komposit yang mencakup kualitas kesehatan, tingkat pendidikan, dan kondisi ekonomi (pendapatan)1.

Upaya dalam pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia, salah satunya yaitu program pemberdayaan yang saat ini tengah dikembangkan oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (P2SDM) LPPM IPB bekerjasama dengan Yayasan Damandiri adalah membangun dan mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di wilayah-wilayah yang memiliki kantong kemiskinan baik tingkat desa, dusun atau RW. Menurut Suyono dan Haryanto (2009), Posdaya sebagai forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut diharapkan setiap keluarga mampu membangun dirinya menjadi keluarga

1Media Indonesia. 2011. Indeks Pembangunan Manusia. http://www.media indonesia.com /read/2011/01/27/198895/68/11/Kinerja Pembangunan-Manusia-Indonesia [diakses 27 Januari 2011].

3

sejahtera, keluarga yang mandiri dan keluarga yang mampu menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik.

Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah untuk membangun sumberdaya manusia melalui partisipasi keluarga secara aktif. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan dan kemiskinan dalam arti yang luas. Sasaran kegiatan yang dituju adalah terselenggaranya upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Dalam rangka pelaksanaan Millenium Development Goals (MDGs), pengembangan fungsi keluarga tersebut diarahkan kepada lima prioritas sasaran utama, yaitu komitmen pada pimpinan dan sesepuh tingkat desa dan pendukuhan, kecamatan dan kabupaten, pengembangan fungsi keagamaan, fungsi KB dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi kewirausahaan dan fungsi lingkungan hidup yang memberi makna terhadap kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera (Muljono et al. 2010a). Sasaran akhir Posdaya adalah membentuk manusia-manusia yang bermutu dan sejahtera. Posdaya menggunakan keluarga sebagai ujung tombak untuk memperbaiki pendidikan, kesehatan, lingkungan dan ekonomi masyarakat dengan pilar keswadayaan dan kemandirian sebagai semangat kerjanya. Hal ini dikarenakan keluarga adalah lembaga utama, yang terdekat dan paling akrab dengan setiap anggotanya. Keluarga merupakan anggota terkecil dalam masyarakat. Kondisi keluarga merupakan cerminan kekuatan masyarakat, bangsa dan negara. Posdaya mewadahi kegiatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan inti kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan ekonomi.

Pembentukan forum pemberdayaan keluarga yang dikenal dengan Posdaya didirikan pada tahun 2006. Jumlah Posdaya yang sudah dibentuk di Indonesia pada saat ini sekitar 5.155 Posdaya, dimana sebanyak 53 Posdaya di antaranya telah terbentuk di sekitar Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi2. Posdaya sebagai sebuah gagasan pemberdayaan dari, oleh dan untuk masyarakat adalah sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mengimplementasikan nilai-nilai kegotongroyongan di masyarakat. Posdaya adalah sebuah gerakan dengan ciri

2 Posdaya IPB. 2010. Pemberdayaan. http://posdayaipb.blogspot.com/2010/01/posdaya-sebagai-model-pemberdayaan.html [diakses 18 Januari 2011].

4

khas “buttom-up programme,” kemandirian dan pemanfaatan sumberdaya serta

potensi lokal sebagai sumber segala solusi. Pihak “luar” hanya berperan sebagai

fasilitator, mediator dan pembangkit gagasan.

Kota Bogor masih dihadapkan pada masalah besarnya jumlah warga miskin yang berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010 jumlah warga miskin Kota Bogor mencapai 42.328 Rumah Tangga. Berbagai kegiatan yang dilakukan pada tahun 2010 telah menurunkan KK miskin sebanyak 1.452 keluarga miskin, atau 3,43% dari 42.328 KK, dengan jumlah terbanyak ada di Kecamatan Bogor Barat yang mencapai 358 KK3. Salah satu wilayah di Kota Bogor yang mendapatkan kesempatan melaksanakan program percontohan Institut Pertanian Bogor dalam rangka peningkatan Indeks Pembangunan Manusia adalah RW 05 Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat.

Berdasarkan Surat Keputusan Lurah Situgede No.147/96/V/2010 tertanggal 21 Mei 2010 RW 05 Kelurahan Situgede telah siap melaksanakan kegiatan Posdaya di lingkungan mereka. Kelurahan Situgede RW 05 menjadi salah satu wilayah pelaksana program Posdaya yang berada di lingkar kampus IPB dan siap mempraktekkan kegiatan Posdaya di lingkungan mereka, Posdaya Kelurahan Situgede RW 05 dinamakan Posdaya Kenanga. Program Posdaya di Kelurahan Situgede RW 05 ini mencakup empat bidang yaitu bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan hidup.

Bidang kesehatan yakni peran aktif dalam Posyandu (menangani 37 balita dan 2 ibu hamil), pembentukan Posbindu Lansia (menangani 75 lansia), penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dan narkoba, pengukuran tensi darah dan timbangan untuk lansia, serta penyuluhan dan penanganan gizi buruk; bidang pendidikan melalui program kejar paket bagi pelajar drop out,

perpustakaan “Kenanga” warga, PAUD Nurul Yaqin (terdapat 50 murid dan 4 tenaga pengajar), pengembangan MI, dan TPA/TK; bidang ekonomi yaitu lembaga keuangan mikro dengan modal awal sebesar 1 juta, pelatihan budidaya pertanian, perikanan, tanaman hias, pengolahan makanan ringan, kelompok usaha pengolahan limbah rumah tangga, home industy (dodol talas, keripik talas, rumah jamur), kelompok wanita terampil (KWT Sawargi dan KWT Jamur Tiram) serta kelompok usahatani (jamur tiram dan tanaman hias); dan untuk bidang

3Badan Pusat Statistik. 2010. Angka Kemiskinan. http://www.kotabogor.go. id/download/ILPPD-2010.pdf [diakses 18 Januari 2011].

5

lingkungan melakukan upaya pengelolaan sampah menjadi kompos, penanggulangan sampah atau limbah plastik menjadi tas atau kerajinan tangan, menggerakkan kerja bakti kebersihan, PSN (pemberantasan sarang nyamuk), biopori, briket sampah, dan memulai pemilahan sampah organik dan non organik di RT masing-masing.

Program Posdaya diperlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi dalam hal mengemukakan pendapat, harapan, yang ingin dicapai dalam program Posdaya yang ada di lingkungannya. Partisipasi masyarakat merupakan prasyarat penting keberhasilan suatu pembangunan. Partisipasi ini dapat diartikan sebagai proses keterlibatan masyarakat lokal yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar RW 05 Kelurahan Situgede yang terlibat dalam kegiatan Posdaya dengan tujuan agar dapat meningkatkan potensi diri dan mampu meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu cara agar masyarakat berpartisipasi dalam program tersebut yaitu program harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Keikutsertaan masyarakat dalam program Posdaya harus dapat menumbuhkan rasa memiliki, sehingga program tersebut menjadi berkelanjutan. Partisipasi ini bukan hanya pengerahan tenaga masyarakat untuk melaksanakan kegiatan pembangunan tetapi mengajak masyarakat untuk mau menyumbangkan pikiran, ide dan kreativitasnya. Masyarakat bukan menjadi obyek pembangunan yang menjadi ketergantungan dan tidak mandiri, melainkan sebagai subyek pembangunan yang perlu proses belajar untuk memperbaiki kehidupannya, memiliki kemampuan dan keterampilan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut sehingga dapat mengatasi kesulitan hidup dan menjadi masyarakat yang mandiri. Partisipasi di sini baik dari perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi pembangunan.

Posdaya merupakan pemberdayaan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Mengacu pada pernyataan tersebut maka pendekatan komunikasi dalam Posdaya adalah melibatkan berbagai unsur, seperti pendamping yakni pihak P2SDM LPPM IPB, perangkat kelurahan, dan tokoh masyarakat RW 05 Kelurahan Situgede. Melalui komunikasi yang partisipatif sesuai dengan gagasan Posdaya, maka masyarakat diajak untuk turut bersama-sama P2SDM LPPM IPB merencanakan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya, melaksanakan dan memberikan penilaian terhadap apa yang akan dan telah dilaksanakannya.

6

Tanpa adanya partisipasi yang baik dari masyarakat maka kegiatan yang sudah dirancang sedemikian rupa tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dari pelaksanaan program. Untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam program Posdaya, diperlukan suatu komunikasi partisipatif yang baik dimana terjadi komunikasi timbal balik antara pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan Posdaya dengan masyarakat.

Komunikasi dalam kegiatan Posdaya sangat diperlukan agar apa yang diinginkan baik oleh P2SDM LPPM IPB maupun masyarakat dalam pelaksanaan Posdaya dapat tercapai. Dengan komunikasi partisipatif yang dilakukan peran pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat diharapkan dapat menghilangkan berbagai hambatan, terutama dalam hal tukar-menukar informasi maupun berbagai ketimpangan dalam pelaksanaan Posdaya. Oleh karena itu, sejauh mana komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Posdaya perlu dikaji. Hal lain yang menarik adalah karena Posdaya merupakan program pemberdayaan yang melibatkan institusi pendidikan dalam hal ini P2SDM LPPM IPB dan hingga saat ini penelitian atau kajian yang secara spesifik membahas tentang komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Posdaya belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut dan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian lebih mendalam agar program Posdaya dapat lebih dikembangkan lagi.

Perumusan Masalah

Posdaya merupakan forum komunikasi, silaturahmi, advokasi, penerangan dan pendidikan sekaligus wadah kegiatan penguatan fungsi keluarga secara terpadu. Proses komunikasi dan partisipasi memegang peranan penting dalam pembangunan masyarakat, karena komunikasi dan partisipasi diperlukan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan. Proses pelaksanaan program Posdaya merupakan suatu proses komunikasi partisipatif. Melalui tahapan yang dilaksanakan, diharapkan masyarakat sebagai sasaran akhir terlibat secara langsung untuk memberikan saran, pendapat dan masukan kepada pendamping yaitu pihak P2SDM LPPM IPB mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat di RW 05 Kelurahan Situgede tersebut, sehingga pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam program Posdaya merupakan bentuk keterlibatan masyarakat secara langsung dalam program tersebut. Jadi dalam pembangunan, masyarakat diletakkan sebagai subyek

7

pembangunan sehingga masyarakat menjadi tidak ketergantungan pada pihak lain.

Secara ringkas tujuan program Posdaya adalah menyegarkan modal sosial seperti hidup gotong-royong dalam masyarakat untuk membantu pemberdayaan keluarga; ikut memelihara lembaga sosial kemasyarakatan yang terkecil dan memberi kesempatan kepada setiap keluarga untuk memberi atau menerima pembaharuan yang dapat dipergunakan dalam proses pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Keberhasilan program Posdaya sangat ditentukan oleh pendamping, perangkat kelurahan, dan tokoh masyarakat sebagai pelaksana program serta komunikasi partisipatif yang digunakan dalam program Posdaya. Berkaitan hal itu, maka dirasa perlu mengkaji mengenai peran pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat serta komunikasi partisipatif yang terjadi dalam program Posdaya.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan di antaranya:

1. Bagaimana peran pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat dalam kegiatan Posdaya?

2. Bagaimana komunikasi partisipatif yang terjadi dalam kegiatan Posdaya? 3. Bagaimana dampak komunikasi partisipatif dalam kegiatan Posdaya? 4. Bagaimana respons masyarakat terhadap kehadiran Posdaya?

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis peran pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat dalam kegiatan Posdaya.

2. Menganalisis komunikasi partisipatif yang terjadi dalam kegiatan Posdaya. 3. Menganalisis dampak komunikasi partisipatif dalam kegiatan Posdaya. 4. Menganalisis respons masyarakat terhadap kehadiran Posdaya.

Kegunaan Penelitian

Penelitian komunikasi partisipatif antara pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat dalam program Posdaya dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak terkait yang berkenaan dengan pembangunan masyarakat demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.

8

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran dan pemahaman pengembangan ilmu tentang komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Posdaya dan kajian komunikasi pembangunan lainnya.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penentu kebijakan dalam program pembangunan harus senantiasa memperhatikan kebutuhan baik real needs dan felt needs dari masyarakat setempat.