DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAMPADA MUSIM PANCAROBA 1 (MARET)
4.3 Perspektif Ekologi dalam Pencemaran Pesisir dan Laut 1 Kondisi Biologi Perairan TAD
4.3.3 Komunitas Lamun
4.3.3.1 Jumlah Tegakan Jenis Lamun di Perairan TAD
Komunitas yang mempunyai peranan ekologis yang tidak kalah penting, seperti mangrove adalah lamun. Kehadiran komunitas lamun di suatu perairan turut menyumbangkan nilai produktivitas perairan tersebut. Padang lamun yang dijumpai di alam sering berasosiasi dengan fauna dan flora akuatik lainnya, seperti alga, meiofauna, moluska, ekinodermata, krustasea serta berbagai jenis ikan. Asosiasi inilah yang membentuk suatu ekosistem yang kompleks di padang
lamun (Dahuri 2003). Dengan demikian kehilangan komunitas lamun di suatu perairan, tentunya akan mempengaruhi rantai makanan yang sebelumnya ada di komunitas ini.
Dari 20 jenis lamun yang dijumpai di perairan Asia Tenggara, hanya 12 jenis lamun yang dijumpai di perairan Indonesia yaitu Cymodocea serrulata, C.rotundata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, H.pirifolia, Halophilia minor, H.ovalis, H.decipiens, H.spinulosa, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium dan Thalassodendron ciliatum. Ke 12 jenis menyebar di perairan
Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTT dan Irian Jaya. Selanjutnya Den Hartog (1970) mendapatkan bahwa ada 13 jenis lamun di
perairan Indonesia, dengan tambahan jenis yaitu Halophilia beccari, dan tujuh jenisnya ada di perairan Maluku. Padang lamun merupakan suatu ekosistem bahari yang sangat menunjang produktivitas perairan. Lamun sendiri merupakan tumbuhan yang sudah sepenuhnya beradaptasi dengan lingkungan laut, sehingga mampu melaksanakan penyerbukan dengan perantaraan air (hydrophilous). Sama dengan ekosistem mangrove, lamun juga memiliki peranan ekologis, selain sebagai produktivitas primer, morfologi daunnya dapat sebagai substrat bagi biota lain, maupun untuk meredam pukulan ombak, gelombang ke arah pantai. Selain itu lamun juga sebagai makanan langsung bagi berbagai jenis biota laut seperti ikan duyung (Dugong dugong), ikan samandar (Siganus spp.), sehingga kehadiran komunitas ini adalah sangat penting demi kelangsungan hidup organisma laut.
Hasil penelitian sebelumnya menemukan jumlah jenis lamun di TAD adalah lima jenis yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halodule pinifolia, Cymodocea rotundata dan Halophila ovalis (Setyono 1993). Komunitas lamun di perairan pantai TAD memiliki penyebaran yang tidak merata, mulai dari perairan pantai Desa Rumah Tiga sampai Desa Galala. Pada umumnya jenis-jenis lamun pada perairan pantai tersebut terdiri atas: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata dan Halophila ovalis. Enhalus acoroides tersebar merata sepanjang pantai Desa Rumahtiga, sedangkan pada perairan pantai Desa Poka (Tanjung Tiram) terdapat sejumlah lamun yang terdiri atas: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata dan Halophila ovalis. Penyebaran jenis Thalassia hemprichii mendominasi daerah ini
dengan kerapatan 331,42 ind/m2. Secara umum kerapatan padang lamun pada lokasi Tanjung Tiram tercatat sebesar 539,41 ind/m2. Lamun yang bertahan dan hidup di sepanjang perairan pantai Desa Hunuth sampai ke Desa Passo, Lateri, Latta dan Halong tercatat memiliki kerapatan kecil dengan jenis yang hampir seragam, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata dan Halophila ovalis. Jenis lamun Thalassia hemprichii biasanya mendominasi perairan. Sedangkan di Perairan pantai Desa Galala, Enhalus acoroides berada dalam jumlah dominan dengan kerapatan tinggi, diikuti Thalassia hemprichii (Pemkot Ambon dan Unpatti 2002).
Penelitian ini sendiri menemukan bahwa ada 6(enam) jenis lamun yang tersebar di perairan Poka (5sp.), Waeheru (2sp.), Lateri (2sp.), Halong (5sp.) dan Galala (1sp.). Jenis yang menyebar di semua lokasi adalah Enhalus acoroides dengan jumlah tegakan tiap lokasi bervariasi dari sedikit hingga banyak (Tabel 16). Jumlah tegakan tertinggi ditemukan di Poka yaitu jenis Halodule pinifolia (113,852).
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa khusus untuk perairan Galala dengan kondisi perairan yang sejak dulu sebagai tempat aktivitas transportasi perahu tradisional, perairan yang penuh sampah serta terdapat buangan minyak disekitarnya, membuat perairan ini menjadi tidak sehat bagi pertumbuhan lamun. Kehadiran hanya (1) satu jenis lamun saja yaitu Enhalus acoroides, yang sebelumnya dengan kondisi yang sama masih ditemukan 3(tiga) jenis di tempat ini. Hal ini menjelaskan bahwa tingkat kerusakan di habitat perairan ini semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Tabel 16 Jumlah tegakan dan jumlah jenis lamun pada perairan TAD
No NAMA SPESIES Poka Waiheru Lateri Halong Galala
1 Cymodocea rotundata 2,360 2 Enhalus acoroides 21,724 3,848 2,444 4,288 75 3 Halodule pinifolia 113, 852 18,184 4 Halophyla ovata 1,720 468 5 Halophyla ovalis 1,768 6 Thalassia hempricii 19,204 68 1,420 968 Jumlah Jenis 5 2 2 5 1
4.3.3.2 Kerapatan Jenis Lamun di Perairan TAD
Uraian sebelumnya telah banyak memberi informasi bagaimana kondisi lamun yang ada di perairan Indonesia, Maluku dan Teluk Ambon. Hasil penelitian ini juga memberi gambaran bahwa walaupun jenis Halodule pinifolia (4743,83 teg/m2) memiliki nilai kerapatan tertinggi di perairan Poka dan Halong, namun jenis Enhalus acoroides merupakan jenis yang memberi sumbangan nilai kerapatan yang berkisar antara 42,33-905,17 teg/m2di semua lokasi (Gambar 43). Demikian juga dengan jenis Thalassia hemprichii yang juga memberi sumbangan nilai kerapatan berkisar antara 7,56-800,17 teg/m2 di 4(empat) lokasi pengamatan. Kehadiran Halodule pinifolia, Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii dominan pada masing-masing lokasi menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut dapat beradaptasi dengan kondisi substrat lokasinya, tetapi juga mampu memanfaatkan sumberdaya makanan yang tersedia. Jenis Halodule pinifolia secara fisik memiliki daun yang kecil seperti jarum, memudahkannya untuk berlindung di antara jenis-jenis yang berdaun lebar khususnya menghadapi gempuran ombak.
Gambar 43 Nilai kerapatan jenis lamun di perairan TAD
4.3.3.3 Persen Penutupan Lamun di Perairan TAD
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa jenis E.acoroides merupakan jenis yang memiliki persen penutupan tertinggi sekitar 75% (Gambar 44). Hal ini
Kerapatan jenis Lamun di Perairan TAD
905.17 427.56 488.8 612.57 425.33 4743.83 2597.71 800.17 7.56 284 138.29 0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00 5000.00
P.Poka P.Waiheru P.Lateri P.Halong P.Galala
S tasion K ep ad atan je n is (te g/ m2)
Cym odocea rotundata Enhalus acoroides Halodule pinifolia
kemungkinan berhubungan dengan kondisi fisik tumbuhan yang relatif besar sehingga lebih tahan terhadap perubahan-perubahan fisik perairan yang terjadi.
Bentuk daun yang lebar serta lebih besar dibanding jenis lainnya, membuat jenis E.acoroides mampu bersaing di dalam memanfaatkan cahaya matahari untuk fotosintesa. Selain itu E.acoroides juga mampu menahan diri terhadap gempuran ombak setiap saat, mengingat tempat hidup tumbuhan ini biasanya pada daerah dangkal.
Ditinjau dari peranan ekologis ekosistem lamun untuk usaha perikanan, maka jenis E.acoroides yang berdaun lebar serta panjang memainkan peran yang sangat penting bagi beberapa sumber daya laut ekonomis penting seperti, udang, kepiting dan ikan yaitu sebagai nursery ground, feeding ground dan spawning ground. Sementara itu Setyono (1993) menjelaskan bahwa jenis T.hemprichii, H.pinifolia dan H.ovalis merupakan makanan bagi beberapa jenis biota laut, seperti moluska (Strombus gigas), kepiting (Uca sp.), bulu babi (Diadema antilarum), ikan (Siganus sp., Scarus sp., dan Acanthurus sp.), kura-kura (Chelonia midas) dan lumba-lumba (Dugong dugong).
Dengan demikian apabila tingkat kerusakan tidak terdeteksi secara awal maka akan sangat sulit untuk memulihkannya lagi. Apalagi substrat sebagai habitat tempat hidup sampai terkontaminasi berbagai bahan buangan yang sudah sulit untuk dieliminir. Oleh karena itu status ekosistem lamun perlu diketahui, guna mencari cara penanganan yang tepat.
Gambar 44 Persen penutupan jenis lamun di perairan TAD
Persen Penutupan Lamun di Perairan TAD
30.81 72.5 75 75 75 75 57.5 67.9 26.3 54.2 30.5 13 25.5 27.8 0 20 40 60 80
.P.Poka P.Waiheru P.Lateri P.Halong P.Galala
S tasion P e r se n P e nut upa n (%)
Cymodocea rotundata Enhalus acoroides Halodule pinifolia