• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 53 Persentase jenis pekerjaan penduduk di sekitar TAD

5.1 Sungai sebagai Media Alir Berbagai Limbah 1 Kualitas Fisik Sunga

Seperti uraian-uraian sebelumnya yang mengemukakan bahwa perubahan kualitas air perairan laut tidak selamanya karena aktivitas di laut saja, akan tetapi sebagian besar juga akibat aktivitas yang dilakukan di lahan atas. Input limbah domestik merupakan salah satu sumber terjadinya pencemaran limbah organik di laut dan sedimentasi sebagai akibat peningkatan pembangunan berbagai fasilitas umum, misalnya pembangunan perumahan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang layak bagi masyarakat,dan sebagainya.

Dalam kaitan dengan konsep pembangunan berkelanjutan maka ada beberapa prinsip dasar yang menjadi prasyarat yang harus dicapai, antara lain: a) lingkungan yang lestari, b) sosial yang serasi, dan c) ekonomi yang sehat. Indikator lingkungan yang lestari adalah tersedianya dan berfungsinya sumber daya alam, antara lain, hutan, lahan, air tawar, pesisir dan laut, serta udara (Machbub 2004). Sumber daya air sebagai komponen lingkungan sangat penting di dalam menunjang pembangunan berkelanjutan, Namun kenyataannya banyak daerah aliran sungai di seluruh Indonesia justru sudah mengalami perubahan baik fisik maupun kimia.

Berdasarkan pandangan Manitoba (1992) dalam Mitchel at al. (2003) bahwa pembangunan berkelanjutan hendaknya berbasis pada wawasan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam hal ini lingkungan harus bersih, aman dan sehat. Persoalannya adalah ketika pengembangan suatu wilayah apakah dilihat secara utuh dalam kesatuan ekonomi, sosial, lingkungan dan ekologi ataukah tidak. Oleh karena perubahan tata guna lahan wilayah akan menimbulkan keseimbangan baru yang biasanya berupa peningkatan bencana di sub wilayah tersebut. Dengan demikian menjadi tanggung jawab dan wewenang pemerintah untuk mengatur kompensasi terhadap perubahan tata guna lahan tersebut agar daya dukung lingkungan tetap terjaga.

Akibat perubahan-perubahan yang dikemukakan tersebut maka baik kondisi fisik maupun kualitas sumber daya airpun terganggu. Bencana banjir,

tanah longsor, erosi dan sedimentasi disepanjang perairan pantai hingga pencemaran lingkungan yang cukup parah menjadi fenomena yang tidak asing lagi di negara ini. Sampah dan limbah buangan baik domestik maupun industri sudah sangat sulit dikendalikan. Kualitas air di bagian hilir DAS juga sudah bergeser dari nilai-nilai alami akibat masukan bahan-bahan buangan tersebut terus menerus.

5.1.2 Karakteristik Sungai

Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut. Daerah pengaliran sebuah sungai adalah tempat presipitasi itu mengkonsentrasi ke sungai. Daerah pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai pengaruh terhadap debit banjir, corak banjir, debit pengaliran dasar, dan seterusnya (Sosrodarsono dan Takeda 2003).

Diketahui bahwa air merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Air bersifat sumber daya yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun. Air secara alami mengalir dari hulu ke hilir, dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah. Air mengalir di atas permukaan tanah namun air juga mengalir di dalam tanah. Aliran air sangat tergantung oleh kondisi tata guna lahan di permukaan bumi (Kodoatie dan Sjarief 2005).

Bila tidak ada daerah yang bisa menyerap dan daerah yang bisa menahan laju aliran maka pada waktu musim penghujan air akan mengalir langsung ke laut. Sebaliknya bila musim kemarau debit air menjadi kecil sehingga beberapa wilayah terjadi kekeringan. Biasanya pada kedua musim ini terjadi perbedaan debit yang sangat besar untuk beberapa sungai.

Berdasarkan Tabel 21, terlihat bahwa debit aliran sungai Waetonahitu Passo merupakan yang tertinggi di semua musim kecuali pada musim barat (Januari) menempati urutan kedua setelah sungai Air Besar Halong. Akan tetapi secara keseluruhan rata-rata debit aliran sungai Waetonahitu merupakan yang

tertinggi, diikuti sungai Waeheru, Waerekan dan terakhir sungai Air Besar Halong.

Kondisi debit aliran sungai-sungai ini tentunya tergantung pada karakteristik masing-masing sungai yang digambarkan pada Lampiran 3. Secara keseluruhan baik lebar, kedalaman segmen maupun luas penampang sungai memperlihatkan bahwa sungai Waetonahitu merupakan sungai yang dominan diantara sungai-sungai lainnya, sehingga tidak mengherankan jika debit aliran yang dihasilkan sungai ini juga tinggi.

Tabel 21 Debit aliran sungai pada tiap musim **)

Debit (m3/det)

Nama Sungai M.Timur M.Panca.II M.Barat M.Panca.I Jumlah Rerata

S.Air Bsr Halong 0,183 0,129 *0,079 0,045 0,437 0,109

S.Waerekan 0,504 0,087 0,068 0,253 0,912 0,228

S.Waetonahitu *1,247 *0,327 0,072 *5,900 *7,546 *1,886

S.Waeheru 0,349 0,191 0,070 0,366 0,975 0,244

Keterangan : *) nilai tertinggi **) hasil penelitian ini

Hal ini diperkuat dengan menyimak informasi karakteristik sungai seperti lebar sungai terbesar diperoleh pada musim timur yaitu pada sungai Waetonahitu (27,500 m), kedalaman segmen terdalam diperoleh pada musim barat juga pada sungai Waetonahitu (0,976 m), dan luas penampang terbesar diperoleh pada musim barat (23,424 m2) juga ditemukan pada sungai Waetonahitu. Dengan demikian jika sungai berfungsi mengumpulkan curah hujan maka karakteristik sungai serta debit aliran sungai semestinya akan tergantung pada curah hujan masing-masing musim tersebut. Sosrodarsono dan Takeda (2003) mengemukakan bahwa sumber air sungai adalah curah hujan atau salju yang mencair. Biasanya air itu mencapai sungai melalui tiga jalan sebagai berikut: 1) curah hujan di saluran (channel precipitation) adalah curah hujan yang jatuh langsung pada permukaan air di sungai utama dan anak-anak sungainya yang umumnya termasuk dalam limpasan permukaan; 2) limpasan permukaan adalah air yang mencapai sungai tanpa mencapai permukaan air tanah, yakni curah hujan yang dikurangi sebagian dari besarnya infiltrasi, besarnya air yang tertahan dan besarnya genangan. Limpasan permukaan ini merupakan bagian yang penting dari puncak banjir.

Bagian terbesar dari curah hujan lebih, mengalir selama periode hujan dan sebagian sesudah periode hujan; dan 3) aliran air tanah adalah air yang menginfiltrasi ke dalam tanah, mencapai permukaan air tanah dan bergerak menuju sungai dalam beberapa hari, beberapa minggu atau lebih.

Jumlah curah hujan masing-masing bulan (musim) pengambilan sampel terlihat pada Tabel 22, dimana musim barat (Januari) memberikan kontribusi curah hujan yang tertinggi (140,6 mm), akan tetapi ternyata debit aliran di empat sungai yang ada pada musim barat ternyata malah yang terkecil dari musim- musim yang lain. Demikian juga tergambar pada rata-rata kecepatan aliran yang cenderung kecil untuk semua musim dan sungai. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan diameter, besarnya serta lama waktu hujan. Selain itu dikatakan bahwa aliran air tanah merupakan dasar hidrograf, maka aliran ini disebut juga debit aliran dasar yang hanya berubah sedikit selama musim kering dan basah sepanjang tahun.

Tabel 22 Jumlah curah hujan tiap musim selama penelitian

Musim Jumlah CH (mm) M.timur (Agustus,06) 71,4 M.pancaroba II (Oktober,06) 6,6 M.barat (Januari,07) 140,6 M.pancaroba I (Maret,07) 77,2 Total 295,8

5.2 Kualitas Kimia Sungai