• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

ASPEK TEKNIS

2. Sistem Terpusat (Offsite) a Ketersediaan dan

7.4.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Persampahan

7.4.2.1.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan persampahan menjelaskan bahwa dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam.

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga

menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

Kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Muna diuraikan hal – hal berikut ini :

A. Aspek Teknis

Penanganan persampahan di Kabupaten Muna sebagian telah mengikuti sistem pengelolaan persampahan dimana sampah rumah tangga telah dilakukan pewadahan, kemudian juga telah terdapat tempat pembuangan sementara (TPS) yang berfungsi sebagai pengumpul sampah yang berasal dari pewadahan. Sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) tersebut kemudian diangkut lagi dan sampailah pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Namun sebagian besar penduduk masih membakar sampahnya utamanya yang berada di perdesaan. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Persampahan di Kabupaten Muna.

Sistem pengolahan sampah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan juga masyarakat. Pengelolaan sampah dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup, terutama dilakukan di kawasan perkotaan yang meliputi pengumpulan dari rumah tangga hingga pengolahan di TPA. Sarana TPA yang tersedia di Kabupaten Muna saat ini berupa TPA Lakanduma dengan luas lahan keseluruhan 8,5 Ha dan luas yang terpakai saat ini hanya 5 Ha. TPA Lakauduma baru difungsikan pada tahun 2010. Diprediksi TPA Lakaduma dapat melayani pembuangan sampah di Kabupaten Muna hingga 20 tahun mendatang. Dalam pengelolaan sampahnya, sistem TPA Lakanduma terdiri

dari Sanitarian fill; tetapi kenyataannya pelaksanaan di lapangan adalah Open dumping di sebabkan peralatan dan sarana yang ada sangat terbatas. Sistem

Open dumping yang terdapat di TPA Lakauduma adalah 75% dari luas lahan yang dimanfaatkan. Tahun 2012 TPA Lakauduma di pagar dari dana APBD Kabupaten Muna. Sedangkan fasilitas kantor dan bengkel belum ada.

Timbunan sampah di Kabupaten Muna sebagian besar merupakan sampah dari rumah tangga, pertokoan, perkantoran, industri, fasilitas pendidikan, pasar dan area publik lainnya.Pengelolaan sampah di Kabupaten Muna belum semua terlayani. Masih ada sebagian wilayah kota menggunakan sistem pembuangan open dumping dengan ditimbun atau dibakar. Sebagian wilayah yang kurang mempunyai lahan untuk membuang secara terbuka atau untuk membakar sampah terpaksa dibuang di sungai atau laut.

Pengambilan dan pengumpulan sampah yang dilaksanakan di Kabupaten Muna adalah sebagai Berikut :

erah perkotaan sepanjang jalan protokol sampah diambil mobil sampah

Pengangkutan dari TPS ke TPA dilakukan oleh petugas kebersihan Pengumpulan sampah disepanjang jalan protokol dilakukan oleh petugas penyapu sebanyak 69 orang, dilakukan pada pagi hari dan sore hari, Yang membersihkan got/selokan sebanyak 20 orang.

Penanganan sampah di Kabupaten Muna baik dalam pengangkutan atau dalam pengelolaan sampah di TPA Lakaduma belum melibatkan pihak swasta. Pengangkutan sampah di wilayah pelayanan kebersihan Kabupaten Muna saat ini mulai mengalami kendala karena jumlah timbulan sampah yang semakin banyak dan juga keadaan kendaraan (truck) yang semakin menurun. Keadaan ini semakin diperparah dengan wilayah pelayanan yang terlalu jauh dari TPA. Jarak Wilayah Kecamatan Katobu, Duruka ke TPA Lakaduma berjarak kurang lebih 20 kilometer.

Rute truck dalam pengambilan sampah setiap harinya sudah dijadwal dari Bidang Pengelolaan Sampah BLHKP Kabupaten Muna. Jumlah TPS yang diambil masing – masing truck berbeda, hal ini didasarkan pada volume sampah dimasing-masing TPS. Ritasi truck ke TPA tidak sama, rata – rata sebanyak 1 - 2 kali/hari. Namun pada hari-hari tertentu seperti menjelang lebaran pengangkutan sampah dilakukan 2-3 kali/hari. Profil TPA Lakauduma seperti terlihat pada Tabel berikut.

Tabel 7.53.

Profil TPA Lakauduma Kab. Muna

No Itemm Keterangan

1 Jenis Penimbunan Open dumping

2 Lokasi Desa Lakauduma Kec. Watopute

3 Waktu rencana TPA 2011 -2031

4 Luas keseluruhan 10 Ha

5 Luas Terpakai 2 Ha

6 Jarak dari permukiman 7 Km

7 Jarak dari kota 15 KM

8 Jarak terhadap Sungai 2,2 KM

9 Excavator 1 Unit

Sumber : Master Plan Pengelolaan Persampahan Kab. Muna, Tahun 2012 Beradasarkan Tabel diatas terlihat bahwa TPA Lakauduma saat ini masih menggunakan sistem open dumping. Namun pada tahun kedepan secara bertahap akan dikembangkan menjadi TPA dengan system sanitary landfill.

Gambar 7.34.

Grafik Pengelolaan Sampah

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa untuk Klaster 0, ternyata pengelolaan sampah rumah tangga di Kabupaten Muna semuanyadibakar (100%). Hal tersebut menunjukkan bahwa cara pengelolaan sampah dan perilaku masyarakatnya belum baik. Klaster 1, pengelolaan sampah rumah tangganya masih didominasi cara dibakar (53,9%) dan lainnya membuang sampah ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk (15,7%) serta ke badan air (sungai/kali/laut/danau) yaitu 8,9%. Ini menunjukkan masih adanya cara pengelolaan sampah dan perilaku masyarakat yang kurang baik. Klaster 2, cara Pengelolaan Sampah rumah tangganya masih didominasi cara tradisional, yaitu dibakar (58,0%), disamping masih ada sebagian yang membuang sampahnya ke lahan terbuka (lahan kosong/kebun/hutan) yaitu 11,3%, membuang sampah ke badan air (4,0%).

Hal ini menunjukkan masih adanya cara pengelolaan sampah dan perilaku masyarakat yang kurang baik. Sementara untuk klaster 3, pengelolaan sampah rumah tangganya masih ada yang menggunakan cara tradisional, yaitu dengan dibakar (15,0%) walaupun masih ada pula sebagian yang membuang sampahnya ke badan air (20,0%) dan lainnya yaitu 65,0%. Hal ini menunjukkan masih adanya Pengelolaan Sampah dan Perilaku

rumah tangganya sebagian besar masih dengan cara dibakar (72,5%) dan dibuang ke lahan terbuka (15%). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku masyarakatnya belum baik,dan secara keseluruhan mulai dari Klaster 0 – 4, cara yang paling banyak digunakan dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Kabupaten Muna pada tahun 2013 adalah dengan cara dibakar dan Lainnya, masih terdapat sebagian kecil membuang sampah ke lahan terbuka dan badan air, sedangkan pemanfaatan sarana TPS sama sekali tidak ada.

Gambar 7.35.

Grafik Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa untuk Klaster 1, praktik pemilahansampah oleh rumah tangga masih sebagian besar tidak dipilah yaitu 96,3% dan dipilah 3,7%. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku masyarakatnya masih belum baik. Untuk klaster 2 juga sebagian besar praktik pemilahan sampah oleh rumah tangga tidak dipilah (88,2%) dan yang Dipilah 11,8%. Ini juga menunjukkan bahwa perilaku masyarakatnya belum baik. Sedangkan pada klaster 3 praktis semua praktik pemilahan sampah oleh rumah tangga tidak dilakukan (100%). Sedangkan untuk klaster 0 dan 4 pembuangan sampahnya tidak dikumpulkan oleh kolektor ataupun dibuang ke TPS.Dan secara keseluruhan mulai dari klaster 0 – 4 masih didominasi Praktik

a. Pewadahan

Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sementara disumbernya baik individu maupun komunal. Pewadahan merupakan bagian dari system pengelolaan setelah mengadakan kegiatan identifikasi dan inventarisasi sumber sampah. Adapun jenis- jenis pewadahan yang ada di Kabupaten Muna yaitu :

- Drum/Tong sampah kapasitas 40 liter - Ban bekas, kapasitas 125 liter.

- Pasangan bata, kapasitas 1 M3

- Keranjang sampah dan kotak kayu, kapasitas 40-60 liter b . Pengumpulan

Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak sampah menuju tempat penampungan sementara (TPS). Sedangkan masyarakat yang bertempat tinggal di dekat TPS dan belum mendapatkan pelayanan secara individu membuang langsung ke TPS terdekat.

c . Pemindahan

Pemindahan sampah dari TPS dibawah oleh alat pengangkut berupa dump truk. Sarana pengangkutan yang dimiliki oleh BLHKPKP Kabupaten Muna hingga tahun 2013 sebanyak 9 unit

d. Pemprosesan Akhir

Sistem yang digunakan masih open dumping dan belum ada pemilahan sampah dan pengolahannya.

Kondisi eksisting pengembangan persampahan sebagaimana diuraikan di atas dapat ditampilkan dalam tabel berikut.

Tabel 7.54.

Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini No Uraian Teknis Operasional Volume Keterangan

A Jumlah Timbunan

1 Standar Timbulan Sampah/Org/Hr 2

Ltr/Org/Hari Standar timbunan BLHKP Kabupaten Muna 2 Perkiraan Jumlah Timbunan

Sampah (m3) 410.374 m3

B Pelayanan Sampah

1

Cakupan Pelayanan (Jml Sampah Terangkut + diolah / Jml Timbulan) 99% Untuk 2 Kecamatan (Katobu & Batalaiworu) 2 Perkiraan Jumlah KK yang Dilayani 3518 KK

3 Perkiraan Sampah Terangkut/hari 144 m3 4 Kapasitas Pelayanan TPS 110 m3

5 Kapasitas Pelayanan TPA TakTerhitung SanitaryLandfill Sumber :Analisa data persampahan dari BLHKPKP, Tahun 2015

Pelayanan pengangkutan sampah merupakan pelayanan yang diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup untuk melayani pengangkutan sampah dari masyarakat baik langsung maupun tidak langsung untuk kemudian di teruskan ke TPA. Untuk pelayanan pengangkutan sampah yang ada di Kabupaten Muna terbagi dalam 3 jenis pelayanan pengangkutan yaitu ;

a. Pelayanan Langsung

Pelayanan langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah yang dilaksanakan secara door to door oleh truk sampah milik Badan Lingkungan Hidup dan langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Lakauduma. Untuk pelayanan langsung daerahnya mencakup permukiman penduduk yang berada di jalur pelayanan langsung itu

sendiri maupun kawasan-kawasan perdagangan seperti pasar-pasar, ruko dan lain sebagainya.

b. Pelayanan Tidak Langsung

Pelayanan tidak langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah yang dilaksanakan dari Tempat Penumpukan/Pembuangan Sementara (TPS) kemudian diangkut ke Tempat Penumpukan Akhir (TPA). Pelayanan tidak langsung ini kebanyakan dilaksanakan untuk wilayah-wilayah permukiman penduduk yang memiliki TPS-TPS.

c. Pelayanan Umum

Pelayanan umum merupakan pelayanan yang dilakukan pada lokasi- lokasi yang menyangkut kepentingan umum baik itu dari pembersihan sampai pengangkutan, kebanyakan dilaksanakan di tempat fasilitas- fasilitas umum seperti jalan, pasar, dan lain sebagainya.

Untuk pelayanan persampahan di Kabupaten Muna dari 22 kecamatan yang ada baru 2 kecamatan yang dilayani pengangkutan sampahnya oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Muna yaitu Kec. Katobu dan Kec. Batalaiworu dikarenakan terbatasnya fasilitas pengangkut sampah yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Muna sehingga kebanyakan sampah yang tidak terangkut diambil alih oleh masyarakat setempat dalam menanganinya.

Hal yang terpokok dalam penanganan sampah di basis masyarakat dapat dilakukan dengan cara :

Reduce(mengurangi), dengan cara :

 Memilih produk kemasan yang cenderung menimbulkan sampah paling

 Membeli produk-produk dengan tidak perlu meminta bungus ganda.

 Menyediakan jaringan infromasi da tenologi yang hemat produk sampah

seperti komputer.

Re Use (menggunakan kembali), dengan cara :

 Menghindari pemakaian produk sekai pakai.

 Menggunakan kembali botol-botol tempat minyak atau bahan makanan.  Menggunakan wadah yang dapat dipakai berulang kali.

 Memakai halaman belakang untuk surat menyurat.

Re Cycle (mendaur ulang), antara lain :

 Memisahkan sampah basah dengan sampah kering.

 Menjual atau menyumbangkan barang-barang yang tidak dipakai kepada

orang lain yang membutuhkan.

 Pinjam meminjam atau sewa menyewa barang-barang yang jarang

pemakaiannya, misalnya peralatan pesat.

 Mengadakan tempat jual beli barang bekas.

 Upaya pemerintah untuk mendirikan UDPK (Usaha Daur Ulang Pembuatan Kompos) yang sangat tinggi manfaatnya dalam mereduksi timbulan sampah.

Ada 2 Kecamatan yang tersebar di Kabupaten Muna dan di setiap kecamatan terdapat fasilitas-fasilitas pewadahan sementara untuk mewadahi sampah lingkungan yang dihasilkan oleh masyarakat setempat untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA), untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 7.55.

Jumlah Fasilitas Pewadahan Sementara/TPS dalam Wilayah Kabupaten Muna

No Kecamatan TPS

Permanen

Tong

Kayu/Viber Drum Kontainer

1 Katobu 19 318 28 3

2 Bata Laiworu 2 217 12 -

Total 21 535 40 3

Sumber : BLHKP Kabupaten Muna, Tahun 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk fasilitas pewadahan Sementara /TPS paling banyak terdapat di Kecamatan Katobu.

Sedangkan untuk 20 kecamatan yang belum terlayani oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Muna, masyarakat setempat masih membuang sampah dengan cara :

1. Membuang ke sungai

2. Membuang ke jalan dan tanah kosong 3. Ditimbun dalam tanah

4. Dibakar, dll.

Gambar 7.36.

Kemampuan Pengangkutan Sampah Perhari

Armada sampah dan peralatan berat yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Muna sampai dengan Tahun 2015 adalah : Dump truck 9 unit dan motor sampah 6 unit.

Dari 9 unit armada sampah yang beroperasi dengan rata-rata kapasitas muat per unit kendaraan adalah 8 m3 dan kemampuan pelayanan pengangkutan sampah ke TPA per ret/hari sebanyak 1 retase, maka volume sampah terangkut ke TPA (Tahun 2015) per hari adalah 144 m3 atau tingkat pelayanan tercapai sebesar 99 % dari total 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Katobu dan Kecamatan Batalaiworu.

Jumlah personil tenaga pengangkut sampah berjumlah 6 orang dengan alat pengangkut sampah adalah keranjang, sekopang dan pengait. Jalur rute pengambilan sampah ke masyarakat dimulai dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Muna, kemudian seluruh mobil menuju lokasi pengambilan sampah berdasarkan rute yang telah ditetapkan. Rata-rata mobil pengangkut sampah menangkut sampah dari jam 7:30 sampai jam 12:30. Sehingga membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam untuk mengangkut sampah. Sampah yang telah diambil dari lingkungan masyarakat kemudian dilaporkan kembali ke BLHKP untuk selanjutnya diteruskan ke Tempat Pembungan Akhir Sampah (TPA).

Jalur rute, jumlah personil dan alat penunjang pengangkutan sampah di Kabupaten Muna selengkapnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 7.56.

Jalur Rute, Jumlah Personil dan Alat Penunjang Pengangkut Sampah

Rute Jalur Rute Jumlah

Personil Alat Penunjang 1 Pasar Laino - Jl. Tenggiri - Jl. Lumba-

Lumba - Jl. Kenari - Jl. Jambu Mete 6 Orang

Keranjang, Sekopang, Pengait 2 Jl. Dr. Sutomo - Jl. H. Agus Salim - Jl.

Sangke Palangga - Jl. Wamelai - Jl. Yos Sudarso - Jl. Patimura/Imam Bonjol - Jl. Jati - Jl. Ki Hajar Dewantara - Jl. Ronggo Warsito - Jl. Delima - Jl. S.Goldaria/Durian - Jl. Rambutan 5 Orang Keranjang, Sekopang, Pengait 3 Jl. Sukowati - Jl. Diponegoro - Jl. Kelapa

- Jl. Kenari - Jl. Jambu Mete 6 Orang

Keranjang, Sekopang, Pengait 4 Kantolalo - Jl. H.M. Thamrin - Jl. A. yani

- Jl. Jenderal Sudirman - Jl. Sutan Syahrir - Jl. Sugimanuru - Jl. Emil Sailan - Jl. Elang - Jl. LD. pandu - Jl. Juanda - Jl. La Ode Pulu

6 Orang

Keranjang, Sekopang, Pengait 5 Jl. Gatot Subroto - Jl. Made Sabara - Jl.

Srikaya - Jl.Bunga Anggrek - Jl. Bunga Dahlia - Jl. Kamboja - Jl. Bunga Melati - Jl. Bunga Cempaka - Jl. Bunga Mawar/Matahari - Jl. Teratai

6 Orang

Keranjang, Sekopang, Pengait 6 Jl. Basuki Rahmat - Jl. Lakilaponto - Jl.

Abdul Kudus - Jl.Paelangkuta - Jl. Banteng - Jl. Kasuari - Jl. Salepa - Jl. Kaendea - Jl. Dewi Sartika

6 Orang

Keranjang, Sekopang, Pengait 7 Jl. Kontu Kowuna - Jl. Mata Buntu/Siswa

- Jl. Pendidikan - Jl. Kancil - Jl. Kelinci -

Jl. Macan - Jl. Landak - Jl. PAM 6 Orang

Keranjang, Sekopang, Pengait Sumber : BLHKP Kab. Muna, Tahun 2015

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)

Pengelolaan akhir sampah Kabupaten Muna saat ini terletak di desa Lakaoduma Kecamatan Watopute. Tempat Pembuangan Akhir ini baru dioperasikan tahun 2011 yang rencananya akan menggunakan system Sanitary landfill, dibangun diareal 10Ha dimana sarana dan prasarananya masih dalam proses pembangunan. Spesifikasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) saat ini :

2. Luas areal : 10 Ha 3. Jarak terhadap pemukiman : 2 Km 4. Jarak terhadap sungai : 2,2 Km 5. Jarak terhadap pusat kota : 15 Km

Gambar 7.37.

Tabel 7.57.

Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan Sistem Pengelolaan/Sub Sistem Prasarana dan Sarana Satuan Kapasitas

per unit Jumlah

Lokasi Layan an Pengadaan Kondisi Ket. Tahun Sumber Dana Jumlah Biaya (Rp) DIKELOLA OLEH MASYARAKAT

1. Pewadahan a. Tong Sampah Unit - - - -

2. Pengumpulan a. Gerobak Sampah Unit - - - -

b. Motor Sampah Unit - - - -

3. Penampungan Sementara

a. Transfer depo Unit - - - -

b. Container Unit - - - -

4. Pengangkutan a. Dump Truck Unit - - - -

b. Arm Roll Truck Unit - - - -

5. Pengolahan a. Pengomposan Unit - - - - -

b. Daur Ulang Unit - - - -

Dokumen terkait