• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Kondisi Eksternal

Analisis kondisi eksternal dalam kaitannya dengan proses manajemen strategi berfungsi untuk memantau dan mengidentifikasi berbagai peluang dan ancaman yang terdapat pada lingkungan eksternal perusahaan. Dengan menggunakan analisis lingkungan maka perubahan kondisi lingkungan akan dapat direspon perusahaan dengan tepat, sehingga perubahan tersebut tidak berdampak negatif pada kinerja perusahaan.

Berikut ini merupakan deskripsi mengenai beberapa aspek kondisi eksternal Hotel Kusuma Kartikasari Surakarta:

1. Kondisi ekonomi

Kondisi perekonomian suatu negara akan berpengaruh pada iklim dan perkembangan suatu jenis usaha. Kondisi perekonomian yang baik pada beberapa indikatornya cenderung akan mendorong perkembangan usaha, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian analisis kondisi ekonomi perlu dilakukan oleh perusahaan secara cermat untuk menghasilkan strategi yang tepat.

Salah satu indikator eksternal utama dalam pengendalian ekonomi makro adalah tingkat inflasi. Inflasi merupakan penurunan nilai uang terhadap barang dan jasa atau kecenderungan harga barang dan jasa meningkat dari sebelumnya. Tingkat inflasi yang tinggi menjadi

penyebab menurunnya pendapatan riil dan daya beli masyarakat, sehingga tingkat inflasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan sektor-sektor usaha.

Pada bulan Januari 2007 inflasi di Indonesia dibuka pada kisaran 6,26%. Selama tahun 2007 laju inflasi cukup terkendali dengan kisaran antara 5,7%-6,9%. Akhir tahun 2007 inflasi ditutup pada kisaran 6,59%. Di tahun 2008 krisis finansial mulai dirasakan hampir di seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Melemahnya perekonomian dunia telah mengimbas pada menurunnya kinerja perekonomian Indonesia. Pada bulan Januari 2008 inflasi dibuka pada kisaran 7,36%, dan tingkat inflasi terus meningkat sepanjang tahun 2008. Ketidakpastian perekonomian dunia merupakan salah satu faktor yang membuat konsumsi rumah tangga tumbuh melambat. Berbagai kebijakan pemerintah diarahkan untuk mengurangi tekanan inflasi dalam jangka menengah panjang. Inflasi bulan Oktober 2008 tercatat sebesar 11,77%, lebih rendah dari bulan sebelumnya. Dengan memperhitungkan berbagai hal yang mengurangi tekanan inflasi dan faktor risiko tersebut, pemerintah masih memperkirakan inflasi pada akhir tahun 2008 akan berada dalam kisaran 11,5% - 12,5%.

2. Kondisi sosial politik

Perubahan-perubahan kebijakan pemerintah seperti penciptaan peraturan dan perundangan akan mempengaruhi kelangsungan usaha perusahaan secara keseluruhan. Tidak bisa dipungkiri bahwa peraturan

dan perundangan tersebut akan memberikan peluang bagi perusahaan, tetapi di sisi lain bisa saja memberikan ancaman bagi perusahaan. Dengan demikian, para pengambil keputusan perusahaan hendaknya mempertimbangkan berbagai bentuk kebijakan pemerintah dalam penyusunan atau perumusan strateginya.

3. Kondisi sosial budaya

Kondisi sosial masyarakat sebagai faktor dalam lingkungan eksternal mempunyai pengaruh bagi operasional perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus jeli dalam mengantisipasi perubahan yang terjadi pada masyarakat. Perubahan yang berpengaruh pada perusahaan tersebut antara lain: struktur masyarakat, pola pikir, serta tingkat kemakmuran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan perubahan gaya hidup dan nilai dalam masyarakat.

4. Kemajuan dalam bidang teknologi

Perubahan atau kemajuan teknologi sangat mempengaruhi suatu perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing. Penggunaan alat yang canggih seperti koneksi internet, mesin ATM selain akan mempermudah sebuah hotel mengakses segala informasi juga akan membuat nilai tambah bagi hotel di mata pelanggan. Perusahaan yang tidak mengikuti perkembangan teknologi cenderung akan sulit bekembang, usaha akan menurun, bahkan akan gulung tikar.

5. Pertumbuhan lingkungan industri

Industri pariwisata di kota Solo terbilang cukup maju. Hal ini terlihat dari terdapatnya 59 hotel dengan berbagai kelas. Sejak tahun 2007, menurut ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo Soebandono, saat ini setidaknya ada 7 proses izin pembangunan hotel baru di Solo, mulai dari hotel bintang tiga dan hotel bintang empat, termasuk kompleks apartemen. Hal ini menggambarkan bahwa meskipun industri pariwisata kota Solo terbilang maju, namun secara umum kondisi perhotelan di Solo saat ini cenderung tidak seimbang karena masih banyak supply. Kamar yang disediakan banyak, sedangkan jumlah permintaan atau tamu cenderung berkurang.

6. Hubungan dengan relasi bisnis

Hubungan baik antara relasi bisnis akan menghasilkan keuntungan antara kedua belah pihak. Pihak hotel membutuhkan jasa para relasi bisinis seperti travel agent, pengelola lokasi wisata, jasa transportasi, dll untuk mendatangkan tamu/wisatawan ke hotel mereka. Sedangkan para relasi bisnis, selain mendapatkan konsumen untuk jasa yang mereka tawarkan, akan mendapatkan semacam fee atau semacam balas jasa dari pihak hotel.

Dari deskripsi mengenai beberapa aspek kondisi eksternal Hotel Kusuma Kartikasari Surakarta di atas, berikutnya penulis akan memaparkan hal-hal yang merupakan peluang dan ancaman bagi Hotel

Kusuma Kartikasari yang telah dibatasi oleh penulis dalam bab sebelumnya.

a. Peluang

1) Banyaknya event-event nasional dan internasional

Kota Solo sebagai kota budaya jelas menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Tiap tahunnya tak jarang kota Solo dipakai untuk tempat menggelar berbagai event, baik itu bertaraf lokal maupun nasional dan internasional.

Sekaten, kirab budaya, upacara Malem 1 Suro, upacara larungan di Sungai Bengawan Solo merupakan acara yang rutin digelar setiap tahun di Solo. Tahun 2008, kota Solo dipakai sebagai tempat digelarnya beberapa event kebudayaan bertaraf internasional. Event

yang dimaksud adalah Solo International Ethnic Music (SIEM) dan

World Heritage yang melibatkan berbagai Negara di dunia.

Berbagai event tersebut menyebabkan meningkatnya kunjungan wisatawan ke kota Solo. Hal ini membuat perusahaan perhotelan sebagai penyedia jasa penginapan kebanjiran tamu. Kondisi seperti ini jelas merupakan peluang yang harus dimanfaatkan para penyedia jasa penginapan untuk mengisi kamar yang mereka sediakan. Hotel Kusuma Kartikasari sebagai hotel yang berada di kota Solo pasti ikut merasakan dampak dari berbagai event

2) Kompetitor memasang harga tinggi

Sebagai hotel dengan kelas menengah, Hotel Kusuma Kartikasari mengerti bahwa dari segi kualitas mereka kalah dari hotel pesaing. Namun dari kondisi ini, mereka dapat memanfaatkannya dengan strategi penetapan harga. Harga/tarif tinggi yang diberlakukan pesaing jelas merupakan peluang bagi Hotel Kusuma Kartikasari. Dengan peluang tersebut, ditambah dengan kekuatan yang dimiliki, tidak mustahil akan menciptakan keunggulan bagi Hotel Kusuma Kartikasari.

3) Hubungan dengan relasi bisnis

Hubungan yang baik, khususnya dengan biro perjalanan sangat membantu Hotel Kusuma Kartikasari untuk mengisi hunian hotel. Tamu dari luar kota, atau pengunjung yang baru pertama kali datang ke Solo biasanya akan meminta bantuan biro perjalanan untuk merekomendasikan kemana sebaiknya mereka menginap. b. Ancaman

1) Munculnya pesaing baru

Pesaing baru mau tidak mau merupakan salah satu ancaman serius bagi hotel lama terutama dari segi fasilitas. Tahun 2008, sekitar 7 hotel baru sedang dalam tahap pembangunan. Hal ini jika tidak diperhatikan dan diperhitungkan, jelas merupakan ancaman serius bagi hotel-hotel lama.

2) Tidak ada standardisasi harga

Tidak adanya standardisasi harga hotel di kota Solo membuat pesaing, terutama dengan kelas lebih tinggi, dapat dengan seenaknya menurunkan harga. Saat volume kunjungan wisatawan tinggi, pesaing akan bersaing dalam menetapkan harga dengan harapan para tamu akan memilih hotel mereka. Situasi ini jelas akan mematikan hotel dengan kelas menengah kebawah. Konsumen yang seharusnya merupakan pasar sasaran mereka, dengan mudahnya di”bajak” pesaing.

3) Demand tetap supply bertambah

Pajak yang tinggi dirasakan sebagai sesuatu yang sangat memberatkan dunia usaha. Hal ini akan memberi pengaruh terhadap penyediaan harga yang terjangkau bagi para wisatawan, baik asal mancanegara maupun domestik. Tahun 2008, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mendesak pemerintah menurunkan pajak hotel dan restoran dari maksimal 10% menjadi 5%, serta bea masuk dan pajak penjualan atas barang mewah minuman dan makanan impor sebesar 50%. Menurut Ketua Umum PHRI, Yanti Sukamdani Hardjoprakoso, penurunan pajak selain akan memberikan harga yang terjangkau, juga akan menjadikan tarif hotel dan restoran di Indonesia jauh lebih kompetitif serta mampu bersaing dengan negara lain.

4) Kondisi sosial politik

Kondisi keamanan yang kondusif sangat menentukan keberhasilan bisnis. Maraknya aksi kriminal sebagai dampak dari rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu ancaman serius bagi sebuah perusahaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan ekonomi yang mendesak serta adanya kesenjangan sosial antara “si kaya” dan “si miskin” merupakan faktor utama yang menyebabkan tingginya angka kriminalitas. Hal ini jelas merupakan sesuatu yang sangat meresahkan terutama di kalangan industri seperti perusahaan perhotelan.

Selain faktor di atas, akhir-akhir ini Bangsa Indonesia dihadapkan pada situasi politik yang sedang memanas, yaitu Pilkada dan jelang Pemilu tahun 2009 nanti. Masa kampanye yang begitu panjang membuat para politisi jauh-jauh hari mulai mengadakan kunjungan politik ke daerah seperti Kota Solo. Tertanam di benak masyarakat kita bahwa kampanye identik dengan pengerahan massa. Dan massa yang dikerahkan tersebut sering tidak mengindahkan ketertiban umum. Hal ini bagi para pelanggan hotel jelas sangat meresahkan, terutama para wisatawan yang melakukan perjalanan wisata.

Dokumen terkait