• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Kerjasama Antar Pemimpin (visioner) Tingkat Nasional Dengan Instansi Terkait Yang Diharapkan.

Dalam dokumen LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDO (Halaman 57-61)

KONDISI KERJASAMA ANTAR PEMIMPIN (VISIONER) TINGKAT NASIONAL DENGAN INSTANSI TERKAIT YANG DIHARAPKAN

21. Kondisi Kerjasama Antar Pemimpin (visioner) Tingkat Nasional Dengan Instansi Terkait Yang Diharapkan.

Sebagaimana telah diuraikan dalam Bab terdahulu bahwa Pemimpin Visioner tidak lain berujud seseorang pemimpin yang mampu berpikir, bersikap dan bertindak dengan berorientasi kepada upaya mewujudkan keberhasilan masa depan (jangka panjang) dan mampu mengantisipasi serta mentransformasikan tuntutan jaman dalam mengarahkan bangsa untuk meraih cita-cita dan mencapai tujuan nasional. Nilai-nilai yang tercantum didalamnya termaktub sebagai seorang pemimpin, maka dia akan berpikir bagaimana merencanakan pembangunan secara berkelanjutan (sustainable development) melalui pencanangan vivi dan misi yang tepat bagi kepentingan generasi berikutnya. Memiliki kecerdasan intelektual, sehingga dengan cepat, tepat dan kreatif mampu menilai, mencermati dan mengantisipasi kecenderungan global yang secara makro akan berpengaruh terhadap keputusannya. Memiliki kecerdasan emosional, dalam wujud keteguhan hati akan kebenaran yang diyakini, emosi yang stabil sehingga dapat memberikan kesejukan hati, meski dalam situasi krisis untuk senantiasa berperilaku dan berbuat dalam kebenaran hakiki, meyakini akan kemampuan memimpin sebagai anugerah dari Tuham Yang Maha Esa serta menerima kepercayaan memimpin dalam arti suatu amanah yang diberikan untuk kepentingan rakyat dan bangsanya.

Enambelas tahun pelaksanaan reformasi telah cukup menjadi modal dasar untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia kepada kepemimpinan nasional.

Tahun 2014 merupakan momentum yang sangat strategis bagi bangsa Indonesia untuk menatap masa depan yang lebih gemilang, karena pada tahun 2014 ini atau telah terselenggara peristiwa politik besar yaitu Pemilihan calon Pemimpin Tingkat Nasional dari jalur legislatif dan baru beberapa hari yang lalu ditetapkan partai mana yang mendominasi, partai mana yang lolos parliamentary threshold serta partai mana yang gagal berkecimpung dalam parlemen. Dalam waktu tidak terlalu lama akan diselenggarakan pula Pemilihan Presiden yang akan menjadi nakhoda utama membawa “kapal Negara Kesatuan Republik Indonesia” menuju arah yang dicita- citakan bangsa sebagaimana diamanahkan dalam pembukaan UUD NRI tahun 1945. Kesempatan emas ini harus benar-benar dapat dimanfaatkan oleh segenap Rakyat Indonesia agar Indonesia memiliki Pemimpin yang visioner, yaitu Pemimpin di tingkat nasional yang tidak melakukan hal-hal yang tercela, mampu mencegah tumbuh suburnya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, serta memiliki kualitas moral dan etika yang tinggi yang lebih mengedepankan kepentingan negara dan bangsa di atas kepentingan pribadi, partai dan atau golongan.

Harapan ke depan, peningkatan kerjasama antar pemimpin visioner tingkat nasional dengan instansi terkait, senantiasa berorientasi kepada pembangunan Indonesia secara berkelanjutan, merupakan jawaban atas segala persoalan yang dihadapi. Pemimpin visioner harus dapat memikul tanggung jawab moral guna menyiapkan generasi muda berkualitas dan memiliki daya saing kompetitif. Keunggulan komparatif Indonesia sebagai negara kepulauan yang harus dimanfaatkan sebesar- besarnya bagi kepentingan rakyat Indonesia, dan bukan untuk kepentingan pemimpin secara individu dan atau sektoral.

Adapun kondisi kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait yang diharapkan adalah sebagai berikut :

a. Tidak ada lagi tumpang tindih kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terdapat permasalahan pokok yaitu bagaimana mensikronkan hubungan kewenangan dalam menyelenggarakan urusan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, baik urusan yang diatur dalam UU Pemerintahan daerah dan UU Perimbangan Keuangan, maupun urusan-urusan yang diatur dalam berbagai UU sektoral, sehingga selaras dengan prinsip otonomi yang luas. Dalam

Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi Jangka Menengah Tahun 2012-2014 dan Jangka Panjang Tahun 2012-2025, telah menegaskan perlunya harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan sesuai dengan kebijakan nasional dengan kebutuhan daerah terkait masalah sumber daya alam, khususnya terkait masalah bidang kehutanan, mineral dan batu bara, sumberdaya air, pertanahan, tata ruang, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai bagian dari fokus strategi jangka menengah pencegahan dan pemberantasan korupsi.

b. Makin terpadunya pengaturan kerjasama lintas sektoral. Ditandai dengan makin kuatnya sinergitas jalinan kerjasama antar daerah dan adanya harmonisasi peraturan perundang-undangan lintas sektor dalam pengelolaan SKA, sehingga makin terpadunya pengaturan kerjasama lintas sektoral dalam pengelolaan SKA.

c. Terwujudnya pola rekrutmen pemimpin tingkat nasional yang baik. Pola rekrutmen pemimpin tingkat nasional yang dilaksanakan baik melalui jalur karir maupun jalur partai politik diharapkan lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan partai atau golongannya, sehingga akan terwujud sosok pemimpin yang negarawan, visioner dengan didasari kualitas intelektual, moral dan etika pimpinan nasional yang tidak diragukan lagi. Disamping itu dalam pemilihan pemimpin tingkat nasional di kementerian dan lembaga tidak ada lagi politisasi maupun beda orientasi kepentingan yang dapat menurunkan kualitas pemimpin yang terpilih.

Dalam konteks pengelolaan SKA, kepemimpinan tingkat nasional yang akan datang diharapkan dapat memberikan dorongan terhadap upaya peningkatan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait guna pengelolaan SKA agar tidak ada lagi tumpang tindih kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, makin terpadunya pengaturan kerjasama lintas sektoral dan terwujudnya pola rekrutmen pemimpin tingkat nasional yang baik sehingga akan

memberikan kontribusi pada pengelolaan SKA dan selanjut apabila pengelolaan SKA sudah berjalan dengan baik maka berkontribusi dalam pembangunan nasional.

22. Kontribusi Peningkatan Kerjasama Antar Pemimpin (Visioner) Tingkat

Nasional Dengan Instansi Terkait Terhadap Pengelolaan Potensi SKA dan Kontribusi Pengelolaan SKA Terhadap Pembangunan Nasional.

Terwujudnya peningkatan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait akan membawa kontribusi yang cukup signifikan terhadap pengelolaan SKA. Dengan terselenggaranya pengelolaan SKA yang baik akan memberikan kontribusi yang besar pada terwujudnya pembangunan nasional.

a. Kontribusi peningkatan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait terhadap pengelolaan SKA, antara lain adalah:

1) Dalam hubungannya dengan penataan RTRW diharapkan seluruh pemerintah daerah sudah mempunyai Perda tentang RTRW daerahnya masing-masing yang mengacu pada RTRW nasional agar lebih terencana dan terpadu sehingga pengelolaan SKA maupun penyelenggaraan pembangunan nasional akan lebih optimal

2) Terselenggaranya forum rapat koordinasi dan komunikasi antar tingkat pemerintahan dan instansi terkait secara lebih intensif, efektif, terprogram, terarah dan memiliki target yang jelas, sehingga dalam pengelolaan SKA akan terpadu.

3) Makin mantapnya wawasan kebangsaan bagi setiap pemimpin (visioner) tingkat nasional sehingga pimpinan nasional mempunyai semangat nasionalisme yang tinggi dalam penglelolaan SKA.

b. Kontribusi Pengelolaan SKA terhadap Pembangunan Nasional, antara lain adalah:

1) Peningkatan pengelolaan SKA yang optimal akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pencapaian pembangunan nasional;

2) Pengelolaan SKA yang optimal akan memberikan sebesar- besarnya kemakmuran rakyat yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional.

Dalam dokumen LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDO (Halaman 57-61)