• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Lingkungan Regional.

Dalam dokumen LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDO (Halaman 43-46)

PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS 15 Umum.

17. Perkembangan Lingkungan Regional.

Menguatnya Persatuan Eropa (Uni Eropa) mendorong Amerika Serikat lebih mengutamakan kepentingan sendiri dibandingkan kepentingan kolektif APEC. Keadaan ini mendorong ASEAN untuk lebih meningkatkan kerjasama negara-negara kawasan Asia Timur seperti dengan Jepang, RRT dan Korea Selatan. Amerika Serikat, Jepang dan RRT masih merupakan mitra dagang terpenting bagi ASEAN. Perdagangan secara bilateral dengan negara-negara Amerika Utara, Jepang dan RRT dapat dilakukan secara bilateral oleh negara-negara ASEAN dengan memanfaatkan pengaturan- pengaturan yang telah dicapai dalam forum APEC.

Pada pertemuan ASEAN + 3 di Brunei Darussalam pada bulan Nopember 2001, dicapai kesepakatan bahwa ASEAN dan RRT akan menjalin perdagangan bebas pada tahun 2010. Hal tersebut diikuti dengan penandatanganan Naskah Kerangka Kerjasama Ekonomi (The Framework Agreement on A Comprehensive Economic Cooperation) oleh para peserta ASEAN-China Summit di Pnom Penh pada November 2002, dimana naskah ini menjadi landasan bagi pembentukan ACFTA. Kemudian, pada November 2004, peserta ASEAN-China Summit menandatangani Naskah Perjanjian Perdagangan Barang (The Framework Agreement on Trade in Goods) yang berlaku pada 1 Juli 2005. Tujuan dari Framework Agreement ACFTA tersebut adalah (a) memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi kedua pihak; (b) meliberalisasikan perdagangan barang, jasa dan investasi (c) mencari area baru dan mengembangkan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan kedua pihak; (d) memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan negara anggota baru ASEAN dan menjembatani gap yang ada di kedua belah pihak. Selain itu, menyepakati untuk memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi melalui (a) penghapusan tariff dan hambatan non tarif dalam perdagangan barang; (b) liberalisasi secara progresif perdagangan jasa; (c) membangun regim investasi yang kompetitif dan

terbuka dalam kerangka ASEAN-China FTA. Berdasarkan perjanjian ini negara ASEAN- 5 (Indonesia, Thailand, Singapura, Philipina, Malaysia) dan Tiongkok sepakat untuk menghilangkan hamper semua tarif komoditas pada tahun 2010. Perdagangan bebas tersebut mulai berlaku pada 1 Januari 2010 dengan penghapusan tariff pada produk- produk ekspor impor sesuai dengan kesepakatan. Langkah ini merupakan tindakan penting ASEAN mengingat pertumbuhan ekonomi RRT yang mengesankan, serta diterimanya RRT sebagai anggota WTO. Tingginya pertumbuhan ekonomi RRT menyebabkan beberapa pengamat memperkirakan bahwa RRT menyebabkan beberapa pengamat memperkirakan bahwa RRT dalam satu dekade dapat menyamai Jepang yang lebih dahulu dijuluki raksasa ekonomi Asia.

Dampak pelaksanaan perjanjian perdagangan dalam rangka ACFTA, berdasarkan perhitungan kuantitatif dengan model CGE (GTAP) diperoleh hasil net trade creation perdagangan internasional Indonesia sebesar 2% serta pertumbuhan total ekspor Indonesia meningkat 1,8%. Hasil tersebut kemudian dilakukan konfirmasi hasil dengan menggunakan indikator perdagangan internasional yang biasa digunakan dalam analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ACFTA memberikan peluang bagi peningkatan komoditas ekspor Indonesia. Namun demikian, kinerja ekspor Indonesia dalam masa pengamatan menunjukkan penurunan daya saing, seperti ditunjukkan dengan penurunan pangsa komoditas ekspor Indonesia yang berdaya saing tinggi dan didukung dengan indikator keterkaitan intra-industri. Temuan lainnya adalah adanya struktur komoditas Tiongkok dan negara ASEAN (termasuk Indonesia) yang tidak berkompetisi serta cenderung melengkapi, sehingga Tiongkok relatif lebih mudah melakukan penetrasi ekspor ke pasar ASEAN. Dengan masuknya produk dari Tiongkok hendaknya memberikan peluang bagi produsen domestik meningkatkan kapasitas produksi dengan tersedianya pilihan impor barang modal dengan harga yang relatif murah.

Di bidang ekonomi, beberapa negara ASEAN masih tertinggal dibanding negara anggot alainnya, sperti Myanmar yang masih menganut sistem sosialisme dan Laos yang secara geografis memang tidak menguntungkan terletak di dalam kontinental (tidak memiliki akses ke laut). Permasalahan ASEAN ke depan lebih disebabkan masih kecilnya kemampuan ekonomi, dibandingkan kemampuan RRT yang diperkirakan akan

menjadi negara terkemuka di kawasan Asia Pasifik.Pertumbuhan RRT sebesar 10% per tahun setara dengan 30% lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata anggota ASEAN. Oleh karena itulah dalam rangka meningkatkan kemampuan ekonominya, ASEAN harus memanfaatkan negara-negara kawasan Asia Timur seperti Jepang, RRT maupun Korea Selatan yang jauh lebih maju dan unggul baik di bidang ekonomi, perdagangan maupun tekonologi. Berbagai keberhasilan yang dicapai negara-negara Asia Tenggara secara individu, harus diperkokoh secepatnya melalui kerjasama regional. Diberlakukannya perdagangan bebas di Asia Tenggara (AFTA) pada tahun 2003, menjadi cambuk perjuangan ekonomi dengan pasar keluar, sehingga negara-negara ASEAN akan siap menghadapi diberlakukannya perdagangan bebas Asia Pasifik pada tahun 2010.

Pada 2015 mendatang, kesepakatan Masyakarat Ekonomi ASEAN atau pasar bebas ASEAN mulai berlaku. Jika ingin tetap bisa bersaing, Indonesia harus berbenah. Sebab, daya saing beberapa sektor industri utama kita masih kalah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Ini merupakan suatu kesepakatan sebagai bentuk penguatan di berbagai sektor, terutama demi pertahanan guncangan global. Implementasi dari kebijakan ini mirip seperti FTA yakni Free Trade Area, tetapi masih dalam ASEAN. Kebijakan ini rencananya masih jauh-jauh hari, namun karena semakin dibutuhkannya kerja sama bilateral dalam penguatan negara-negara ASEAN dari serangan produk luar negeri maka diajukanlah MEA hingga tahun 2015. Hal ini juga didukung oleh AFTA yang dilaksanakan pada tahun 2020. Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah pasar terbesar karena jumlah konsumsi yang besar. Tetapi dengan melihat data tingkat persaingan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, Indonesia masih terlihat di kelas bawah. Artinya kita bisa saja diserang oleh produk-produk luar. Tidak hanya produk luar, tetapi juga oleh serbuan Tenaga Kerja (Skilled Labour) yang bisa menggeser mata pencaharian kita. Kita sebagai warga negara terutama yang masih bersekolah hingga pejabat tingkat birokrat, tentu sebagai penentu apakah kita akan menjadi winner atau loser.

Pengaruh perkembangan lingkungan strategis terutama global, regional dan nasional telah membawa konsekuensi tersendiri terhadap kebijaksanaan dalam meningkatkan sinergi pengelolaan SKA. Dampak globalisasi yang paling kuat adalah munculnya ketidakpastian (uncertainty), kompleksitas (complexity), dan kompetisi

(competition). Oleh sebab itulah, globalisasi disamping memberikan dampak negatif juga memberikan peluang jika dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Pergeseran kekuatan politik dunia dari bipolar menjadi multipolar pasca perang dingin, telah berdampak pada situasi yang berubah sangat cepat dan sulit untuk diprediksi. Terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 telah berdampak luas terhadap solidaritas negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN), karena masing-masing negara anggota lebih mencurahkan perhatian serta upaya-upaya penanggulangan untuk mengatasi krisis di dalam negerinya masing-masing.

Dalam dokumen LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDO (Halaman 43-46)