• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEPSI MENINGKATKAN KERJASAMA ANTAR PEMIMPIN (VISIONER) TINGKAT NASIONAL DENGAN INSTANSI TERKAIT

Dalam dokumen LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDO (Halaman 63-73)

24. Umum.

Konsepsi meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait merupakan solusi terhadap pokok-pokok persoalan yang ditemukan dan telah diuraikan pada Bab III. Solusi sebagai proses pemecahan masalah yang disampaikan pada bagian ini diperoleh dari analisis pokok-pokok persoalan dengan berorientasi kepada kondisi kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait yang diharapkan serta mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis dan dengan memanfaatkan peluang-peluang atau mengatasi kendala-kendala yang telah diidentifikasi sebelumnya.

Untuk mempertahankan kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional dihadapkan dengan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang begitu cepat, pengaruh globalisasi, demokratisasi dan kemajuan teknologi komunikasi dimana batas wilayah suatu negara semakin tidak kelihatan, potensi sumber kekayaan alam (SKA) yang dimiliki bangsa Indonesia harus mampu dikelola secara mandiri dan berdaulat dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kemandirian dan keberdaulatan dalam pengelolaan SKA akan memberi pengaruh positif dalam keberhasilan pembangunan nasional. Agar pengelolaan SKA dapat mandiri dan berdaulat diperlukan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait yang diberi kewenangan dan tanggung jawab atas nama negara untuk mengelola potensi SKA yang ada di Indonesia.

Konsepsi meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait berisi rumusan kebijakan yang dimaksudkan untuk menyelesaikan pokok permasalahan "bagaimana meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait guna pengelolaan potensi sumber kekayaan alam (SKA) dalam rangka pembangunan nasional". Sedangkan strategi yang akan dipilih merupakan bentuk operasional dari kebijakan yang menjawab pokok-pokok persoalan. Adapun upaya merupakan langkah konkret implementatif yang

akan menjadi prioritas sebagai penjabaran dari masing-masing strategi yang dipilih. Agar upaya dapat bersifat konkret implementatif maka upaya yang akan diuraikan pada bagian berikut ini akan secara jelas menentukan siapa berbuat apa dengan cara atau metode apa (Subyek, Obyek dan Metode atau SOM). Kebijakan, Strategi, dan Upaya (KSU) yang diuraikan pada bagian ini diharapkan dapat terwujud kondisi kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait yang diharapkan sehingga potensi sumber kekayaan alam (SKA) dapat dikelola secara berdaulat dan mandiri dalam mendukung pembangunan nasional.

25. Kebijakan.

Dengan memahami pokok-pokok persoalan yang diuraikan dalam Bab III dan dengan mempertimbangkan lingkungan strategis, peluang, dan kendala yang telah dijabarkan pada Bab IV, serta kondisi kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait yang diharapkan sebagaimana ditegaskan pada Bab V, dirumuskan kebijakan sebagai pedoman dalam proses pemecahan pokok permasalahan sebagai berikut:

“Optimalisasi kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait melalui penataan kewenangan pengelolaan SKA, penyelarasan pengaturan kerjasama lintas sektor, dan penataan ulang pola rekrutmen pemimpin tingkat nasional guna pengelolaan potensi sumber kekayaan alam (SKA) dalam rangka pembangunan nasional”.

26. Strategi.

Dalam rangka melaksanakan dan mengoperasionalisasikan kebijakan tersebut diatas, ditetapkan beberapa strategi sebagai berikut :

a. Strategi-1: Menata kewenangan pengelolaan SKA guna meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait melalui review kebijakan otonomi dan kerjasama pengelolaan SKA antar daerah.

semangat kedaerahan yang berlebihan (primordialisme), kurang tegasnya komitmen Pemerintah terkait desentralisasi kewenangan, kurangnya pemahaman Pemerintah Daerah atas kebijakan desentralisasi (otonomi kebablasan dan salah arah), dan belum lengkapnya RTRW yang mendasari kerjasama antar daerah.

Sasaran yang hendak dicapai adalah berkurangnya egosektoral dan primordialisme, antar instansi terjalin komunikasi dan kerjasama yang baik, adanya ketegasan sikap atas kebijakan desentralisasi sesuai dengan kemampuan daerah dan kearifan lokal yang ada, serta Perda RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota segera dituntaskan.

Strategi ini bertujuan untuk memberikan ketegasan atas kebijakan otonomi daerah dan pola kerjasama antar daerah sesuai dengan kewenangan yang dimiliki instansi pusat (dalam pengelolaan SKA) dalam mendasari kerjasama antar pemimpin tingkat nasional dalam pengelolaan potensi SKA dalam mendukung pembangunan nasional.

Sarana yang digunakan untuk mencapai sasaran adalah program APBN, APBD, dan forum dialog/diskusi.

Metode yang digunakan untuk mencapai sasaran meliputi bantuan teknis, diskusi, koordinasi, dan pembentukan peraturan.

b. Strategi-2: Menyelaraskan pengaturan kerjasama lintas sektor guna meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait melalui pembuatan peraturan/perundang-undangan atau mengevaluasi apabila sudah ada peraturan/perundang-undangan yang berlaku namun belum mengatur pelibatan lintas sektoral, secara komperehensif integral dan holistik dengan melibatkan seluruh lembaga/stake holder yang terkait.

Strategi ini merupakan jawaban atas persoalan-persoalan: masih lemahnya sinergitas jalinan kerjasama (net working) antar instansi terkait dan masih adanya regulasi yang tumpang tindih

Sasaran yang hendak dicapai adalah adanya jalinan kerjasama (net working) yang kuat antar instansi terkait dengan pengelolaan SKA dan regulasi yang komperehensif dan tidak tumpang tindih.

Strategi ini bertujuan untuk memberikan ketegasan atas fungsi dan pola kerjasama sesuai kewenangan masing masing instansi / daerah dalam pengelolaan potensi SKA untuk mendukung pembangunan nasional dengan mengutamakan kepentingan nasional serta asas keadilan untuk daerah.

Sarana yang digunakan untuk mencapai sasaran adalah forum dialog/diskusi.

Metode yang digunakan untuk mencapai sasaran meliputi bantuan teknis, diskusi, koordinasi, dan pembentukan peraturan.

c. Strategi-3: Mengoptimalkan pola rekrutmen pemimpin tingkat nasional guna meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait melalui peningkatan peran partai untuk menyiapkan kader yang visioner dan berbasis kompetensi, menghilangkan politisasi dalam jabatan karier, serta penyiapan kualitas, moral dan etika para calon pemimpin nasional.

Strategi ini merupakan jawaban atas persoalan-persoalan: masih adanya perbedaan orientasi dan kepentingan antar pemimpin nasional yang berbasis partai, masih adanya politisasi dalam jabatan penempatan jabatan karier di lembaga lembaga pemerintah dan masih rendahnya kualitas kompetensi, moral dan etika.

Sasaran yang hendak dicapai adalah adanya persamaan persepsi antar pemimpin nasional, penempatan jabatan berbasis kompetensi untuk pimpinan lembaga/instansi pemerintah dan meningkatnya kualitas moral dan etika para pemimpin (visioner) tingkat nasional.

Strategi ini bertujuan untuk menyiapkan kader pemimpin tingkat nasional yang visioner dan mementingkan kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi atau golongan.

Sarana yang digunakan untuk mencapai sasaran adalah program APBN, APBD, serta pendidikan dan latihan

Metode yang digunakan untuk mencapai sasaran meliputi sosialisasi dan edukasi

27. Upaya

Berbagai upaya yang akan dilakukan sebagai suatu langkah riil atau tindakan nyata dan bersifat teknis sebagai jabaran dari strategi-strategi yang telah ditetapkan di atas diuraikan berikut ini.

a. Upaya untuk merealisasikan strategi – 1 (Menata kewenangan pengelolaan SKA guna meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait melalui review kebijakan otonomi dan kerjasama pengelolaan SKA antar daerah)

1) Pemerintah sesuai kewenangan pengelolaan SKA melakukan penataan kewenangan yang didesentralisasikan disesuaikan dengan kemampuan daerah dan nilai-nilai kearifan lokal.

2) Pemerintah daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota) mengembangkan forum diskusi dan koordinasi pengelolaan SKA antar daerah dalam pengelolaan SKA.

3) Pemerintah sesuai kewenangan pengelolaan SKA memfasilitasi kerjasama

antardaerah dalam pengelolaan SKA untuk meningkatkan daya saing daerah.

4) Pemerintah (Kementerian PU) memberikan fasilitasi percepatan

penyelesaian RTRW Provinsi, Kabupaten, Kota hingga ditetapkan menjadi peraturan daerah (Perda).

5) Pemerintah sesuai kewenangan pengelolaan SKA menetapkan sentra- sentra pembangunan terpadu berdasarkan potensi daerah;

6) Pemerintah memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam menginisiasi mutual

relationship atau kemitraan yang melibatkan antar pemerintah daerah dan swasta/dunia usaha dalam pengelolaan SKA berasaskan keadilan dan saling menguntungkan.

b. Upaya untuk merealisasi strategi–2 (Menyelaraskan pengaturan kerjasama lintas sektor guna meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait melalui pembuatan peraturan/perundang- undangan atau mengevaluasi apabila sudah ada peraturan/perundang-undangan yang berlaku namun belum mengatur pelibatan lintas sektoral, secara

komperehensif integral dan holistik dengan melibatkan seluruh lembaga/stake holder yang terkait.

1) Pemerintah dan pemerintah daerah bersama lembaga legislatif mengkaji kembali peraturan / perundang undangan yang masih tumpang tindih, dengan melibatkan instansi / lembaga terkait yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam pengelolaan SKA tersebut, termasuk yang berwenang terhadap penegakan hukum.

2) Pemerintah dan pemerintah daerah bersama lembaga terkait menyusun aturan tentang pelibatan masing masing stake holder, apabila didalam pengelolaan SKA tersebut melibatkan beberapa instansi yang berwenang.

3) Antar pemerintah daerah mengkaji dan mensinergikan peluang untuk kerja sama dalam mengoptimalkan pengelolaan SKA, misalnya dalam pembangunan sarana prasarana yang memungkinkan untuk dimanfaatkan bersama ( interoperability )

c. Upaya untuk merealisasi strategi – 3 Mengoptimalkan pola rekrutmen pemimpin tingkat nasional guna meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait melalui peningkatan peran partai untuk menyiapkan kader yang visioner dan berbasis kompetensi, menghilangkan politisasi dalam jabatan karier, serta penyiapan kualitas, moral dan etika para calon pemimpin nasional.

1) Pemerintah bersama para pemimpin Partai, membuat komitmen bersama untuk menyiapkan kader pemimpin yang visioner serta mendahulukan kepentingan rakyat, bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan.

2) Pemerintah dengan melibatkan para pemimpin partai,Toga,Tomas dan Toda, membuat kajian yang komperehensif dan integral untuk meninjau ulang sistem pemilu langsung pada tingkat pemilihan

Bupati/Walikota, dengan melihat asas manfaat, efisien dan efektifnya serta kepentingan nasional.

3) Pemerintah mengedepankan penempatan jabatan karier pada pimpinan lembaga/instansi pemerintahan dengan berdasar right men on the right place, berbasis kompetensi serta tidak dicampur adukkan dengan kepentingan politik.

4) Pemerintah menyiapkan sarana prasarana untuk pembekalan wawasan kebangsaan, moral dan etika serta penyamaan persepsi kepada para calon pemimpin nasional sebelum melaksanakan tugas dan wewenangnya.

BAB VII PENUTUP

28. Kesimpulan.

Dari uraian pembahasan mengenai meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait maka dapat ditarik beberapa

a. Bahwa kepemimpinan sebagai suatu fenomena kemasyarakatan yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup suatu bangsa dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi strategis yang dapat mendorong terwujudnya cita-cita, aspirasi dan nilai- nilai yang berkembang dalam masyarakat yang timbul karena adanya interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin.

b. Semua negara atau organisasi harus menghadapi perkembangan lingkungan strategis yang semakin tak terduga. Perubahan ekonomi, sosial dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada berbagai negara, organisasi maupun perorangan. Persaingan global yang semakin ketat, kedaan ekonomi yang tidak menentu (fluktuatif) dengan cepat, teknologi yang berkembang pesat dan keadaan politik yang tidak terduga telah menciptakan lingkungan yang tidak pasti, hal ini berpenagruh besar bagi Indonesia terutama setelah terjadinya reformasi di Indonesia.

c. Tinjauan asta gatra dalam konteks kepemimpinan, mengindikasikan berbagai permasalahan akibat ketidak-efektifan dan ketidak-tepatan implementasi kepemimpinan dalam melaksanakan pembangunan nasional serta dalam menjawab berbagai tantangan dan persaingan global. Indonesia telah mengikut- sertakan berbagai delegasi sebagai konsekuensi hubungan bilateral dan multilateral, terutama terkait dengan kerjasama ekonomi dan perdagangan; khususnya mengenai pengelolaan potensi sumber kekayaan alam (SKA). Akan tetapi dengan mencermati kompleksitas permasalahan terutama terkait dengan lemahnya pemimpin bangsa, maka diragukan kemampuan Indonesia menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang kuat antar instansi terkait dengan pemimpin tingkat nasional yang visomer untuk mewujudkan pembangunan nasional., dan menciptakan kondisi pemerintahan yang bersih dan berwibawa, serta memelihara kelestarian lingkungan hidup.

d. Konsep strategis implementasi kepemimpinan visioner guna membangun kembali daya saing bangsa dituangkan ke dalam kebijakan dan strategi serta

upaya-upaya yang pada prinsipnya untuk merubah mindset kepemimpinan, agar senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Hal yang terpenting bahwa melalui kepemimpinan visioner terkait dengan kerjasama antar instansi terkait, maka terdapat tiga hal yang perlu menjadi perhatian yaitu:

1. agar tidak terjadinya tumpang tindih kewenangan diantara instansi terkait dalam melalukan kerjasama, maka diperlukan percepatan pembuatan peraturan daerah terkait RTRW, sehingga akan diperoleh gambaran yang jelas mengenai pengelolaan potensi sumber kekayaan alam yang ada di Indonesia; perlunya ditingkatkan koordinasi dan komunikasi antar instansi terkait dan untuk para pemimpin visioner yang ada diberikan pemantapan terhadap wawasan kebangsaan.

2. perlunya peningkatan pengaturan kerjasana lintas sektor dan instansi terkait secara terpadu untuk menciptakan: sinergitas yang kuat untuk terjalinnya kerjasama antar instansi, termasuk daerah dan pusat atau daerah dan daerah serta perlunya dilakukan evaluasi regulasi terkait mengenai pengelolaan potensi sumber kekayaan alam serta mekanisme koordinasi antar instansi terkait.

3. kebutuhan akan pemimpin nasional yang visioner di masa mendatang menjadi hal yang sangat utama, sehingga diperlukan pola rekrutmen pemimpin nasional, melalui: penyamaan persepsi bagi para pemimpin nasional yang visioner dalam melakukan kerjasama, melakukan pembinaan terhadap kader partai, agar mereka sebagai kader pemimpin nasional yang visioner mempunyai visi dan misi yang sejalan dengan kepentingan nasional; serta pemilihan pemimpin nasional di setiap kementerian atau lembaga didasarkan kepada kompetensinya dan perlu ditingkatkan kualitas moral dan etika sebagai pemimpin nasional.

29. Saran.

Menarik kajian-kajian yang telah disumpulkan di atas, maka peningkatan kerjasama pemimpin visioner tingkat nasional dengan instansi terkait guna pengelolaan

potensi sumber kekayaan alam, maka dalam rangka mengoptimalkan kebijakan dan konsepsi strategis, disampaikan beberapa saran, sebagai berikut:

a. Lemhannas RI dapat mengambil peran yang lebih besar bagi setiap pemimpin visioner tingkat nasional, agar sebelum proses rekrutmen dilakukan oleh instansi terkait, calon pemimpin tersebut wajib menempuh pendidikan sebagai Pemimpin Nasional Visioner - perlu disusun model yang secara khusus diperlukan oleh para calon pemimpin dalam melakukan kerjasama yang baik antar instansi terkait.

b. Menyadari akan arti penting Pemimpin Visioner dalam membawa bangsa Indonesia lebih maju dan mandiri, terlebih lagi pada masa transisi demokrasi yang sedang ditumbuh-kembangkan saat ini, seyogianya kontrak politik pada tataran pemimpin bangsa dapat lebih terbuka. Langkah keterbukaan demikian, bukan saja sekedar menimbulkan efek kontrol yang lebih besar dari masyarakat bangsa; justru lebih dahsyat daropada mewujudkan budaya kepemimpinan pada publik. Dengan terbentuknya budaya kepemimpinan yang visioner di masyarakat, maka penyiapan kader-kader calon pemimpin yang memiliki karakter kepemimpinan visioner dapat dilakukan lebih baik melalui pengamatan yang selektif serta dilakukan secara jujur berdasarkan "Talent Scouting" dan "Merrit System".

c. Terkait dengan pengelolaan potensi sumber kekayaan alam (SKA) yang menjadi perhatian bangsa, maka agar terjalin kerjasama yang baik antar instansi terkait serta terciptakan produk kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan, maka disarankan agar pada pemerintahan mendatang ditetapkannya Menteri Koordinator yang khusus menangani Sumber Kekayaan Alam, yaitu Menko SKA, dimana membawahi semua kementerian dan lembaga yang terkait dengan pengelolaan potensi sumber kekayaan alam yang ada di Indonesia.

Demikian Kertas Karya Kelompok (KKK) ini disusun dengan harapan semoga bermanfaat bagi penentu kebijaksanaan dalam upaya mendayagunakan wilayah perbatasan dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.

Peserta,

Dalam dokumen LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDO (Halaman 63-73)