• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDO"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MENINGKATKAN KERJASAMA ANTAR PEMIMPIN (VISIONER) TINGKAT NASIONAL DENGAN INSTANSI TERKAIT GUNA PENGELOLAAN POTENSI SUMBER KEKAYAAN ALAM (SKA) DALAM RANGKA PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum.

Sungguh merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, bahwa kelahiran NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) melalui tangan-tangan kepemimpinan dan buah pemikiran yang mendalam da ri para pemimpin bangsa kita. Keputusan mereka untuk meletakkan dasar-dasar bernegara dan menata NKRI sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia serta menetapkan "Pancasila" sebagai falsafah dan ideologi negara serta "UUD 1945" sebagai konstitusi nasional. Dalamnya pemikiran cemerlang mereka tersebut, mampu menembus dan menggali keunikan ciri khas bangsa Indonesia dan sekaligus membedakannya dengan bangsa negara kepulauan lainnya di dunia. Lebih lanjut, kepemimpinan the founding fathers menggarisbawahi keinginan untuk menegaskan sila ketiga Pancasila yang secara mutlak menyuratkan perlunya memelihara dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam bernegara.

(3)

didalamnya. Cara pandang ini yang kemudian ditetapkan oleh the founding fathers sebagai "Wawasan Nusantara". Demikian pula dalam rangka menjaga dan mengembangkan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia, maka selanjutnya menetapkan "konsepsi ketahanan nasional" sebagai wujud keuletan dan ketangguhan untuk menghadapi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dalam mengembangkan kehidupan NKRI. Keempat wujud buah pikiran kepemimpinan the founding fathers diatas telah disepakati oleh seluruh komponen bangsa Indonesia sebagai "Paradigma Nasional" dan sekaligus digunakan sebagai landasan dalam berpola pikir, berpola sikap dan berpola tindak guna menetapkan setiap langkah kebijakan dan strategi untuk menjaga, memelihara dan menumbuh-kembangkan kehidupan NKRI, melalui pelaksanaan pembangunan nasional termasuk pembangunan daerah-daerah otonomi.

Mencermati pemikiran para pendiri bangsa dan negara, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa buah pemikiran pada masa tersebut, merupakan gambaran dari kepemimpinan yang bukan hanya sebagai pemimpin negara bangsa tapi juga sebagai pemimpin yang visioner, karena telah terbukti pemikiran beliau pada saat itu, mampu menembus batas-batas masa depan, dengan segala keunikan multikultural serta konstelasi geografi Nusantara. Dikatakan visioner karena relevan dengan apa yang dikatakan oleh Dr. Anthony D'Souza bahwa1

"Visi mengarahkan kita ke masa depan, tetapi dialami pada masa sekarang. Visi berfokus pada masa depan, tetapi berakar pada kenyataan saat ini. Visi menciptakan tegangan yang muncul dari perbandingan gambaran tentang masa depan yang dicita-citakan dengan kondisi saat ini".

(4)

globalisasi. Seorang pemimpin visioner harus memiliki keahlian dan otoritas untuk mengendalikan perubahan yang terjadi, baik secara langsung (memiliki otoritas untuk membuat keputusan-keputusan kunci mengenai alokasi sumber daya, personil, struktur, arus informasi, dan proses-proses operasional yang dilakukan dalam organisasi) maupun tidak langsung (mempengaruhi perilaku orang lain ke arah tujuan tertentu melalui jalan yang baru, seperti konsultasi, persuasi, inspirasi dan imbalan). Kepemimpinan Nasional bangsa Indonesia termasuk para Kepala Daerah belum dapat berbuat banyak atas fenomena kehidupan politik yang telah merambah dan saling terkait dengan aspek kehidupan sosial lainnya, baik ekonomi, sosial budaya maupun hankam. Kondisi ini kemudian diperparah oleh sikap dan perilaku para Pemimpin Nasional khususnya beberapa pejabat baik pusat maupun daerah yang tidak mencerminkan keteladanan sebagai bagian dari kepemimpinan Nasional.

Dalam konteks Pemimpin yang Visioner, sudah barang tentu para Kepala Pemerintahan baik di tingkat Pusat maupun Daerah, harus memperhatikan dan menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis. Padahal di sisi lain, hampir di semua daerah memiliki potensi sumber kekayaan alam (SKA) yang melimpah dan sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Manusia dapat hidup dan menjalani kehidupan di dunia ini sangat bergantung kepada sumber kekayaan alam (SKA). Keberadaan sumber kekayaan alam tersebut sudah dapat disejajarkan dengan kebutuhan primer manusia. SKA yang kita miliki apabila di kelola dengan baik dapat mendatangkan manfaat bagi negara, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, serta menciptakan kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah khususnya dan Indonesia pada umumnya, sehingga kelangsungan pembangunan nasional terjamin.

Untuk mencapai hal tersebut, tentunya selain diperlukan pemimpin nasional yang visioner juga di tuntut untuk adanya kerja sama serta koordinasi yang baik serta terintegrasi antar instansi terkait, agar apa yang menjadi harapan bersama dapat tercapai demi pembangunan nasional.

(5)

melakukan diskusi kelompok berdasarkan Kertas Kerja Acuan masing-masing anggota Kelompok I dengan judul:

"Meningkatkan Kerjasama Antar Pemimpin (Visioner) Tingkat Nasional Dengan Instansi Terkait Guna Pengelolaan Potensi Sumber Kekayaan Alam (SKA) Dalam Rangka Pembangunan Nasional", dan tentunya penulisan ini tidaklah berlebihan apabila juga terkandung maksud sebagai konstribusi strategis dalam upaya membantu pemerintah mengatasi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud.

Penulisan Kertas Karya Kelompok ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana langkah-langkah meningkatkan kerjasama kepemimpinan nasional yang visioner dengan instansi terkait guna pengelolaan potensi sumber kekayaan alam (SKA) dalam rangka pembangunan nasional. b. Tujuan.

Adapun tujuannya adalah sebagai salah satu bahan masukan/saran alternatif guna memberikan sumbang pikir kepada pemerintah dan institusi lain dalam upaya menganalisis dan memecahkan permasalahan untuk mewujudkan kerjasama yang terkoordinasi dengan baik antar instansi terkait oleh para pemimpin nasional yang visioner guna pengelolaan sumber kekayaan alam (SKA) dalam mendukung tercapainya pembangunan nasional.

3. Ruang lingkup dan Sistematika.

a. Ruang Lingkup.

(6)

kepemimpinan nasional yang sangat kompleks dan sangat beragam bentuknya, maka fokus pembahasan diarahkan kepada permasalahan kerjasama antar instansi terkait dalam lingkup hubungan pemerintahan pusat dan daerah sebagai pengelola potensi sumber kekayaan alam (SKA) yang ada di Indonesia.

b. Sistematika.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat gambaran umum tentang Kepemimpinan Nasional yang Visioner yang berisikan latar belakang disusunnya naskah ini, maksud dan tujuan, ruang lingkup, metode dan pendekatan serta sistematika penulisan tentang meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait guna pengelolaan potensi sumber kekayaan alam (SKA) dalam rangka pembangunan nasional.

BAB II : LANDASAN PEMIKIRAN

Dalam Bab ini memuat analisis dan penjelasan tentang landasan pemikiran yang digunakan untuk implementasi Kepemimpinan Nasional yang Visioner yang meliputi Pancasila sebagai landasan Idiil, UUD 1945 sebagai landasan Konstitusional, Wawasan Nusantara sebagai landasan Visional, Ketahanan Nasional sebagai landasan Konsepsional dan Perundang-undangan sebagai landasan Operasional serta Peraturan perundang--undangan yang terkait sebagai landasan Yuridis, yang keseluruhannya dimaksudkan untuk melandasi pembahasan tentang meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait guna pengelolaan potensi sumber kekayaan alam (SKA) dalam rangka pembangunan nasional.

BAB III : KONDISI KERJASAMA ANTAR PEMIMPIN (VISIONER) TINGKAT NASIONAL DENGAN INSTANSI TERKAIT SAAT INI DAN PERMASALAHANNYA

(7)

dalam hal pengelolaan potensi sumber kekayaan alam (SKA) yang dihadapi untuk dapat dijadikan data awal dalam menemukan solusinya.

BAB IV : PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS Diuraikan di dalam Bab ini mengenai berbagai pengaruh perkembangan situasi lingkungan strategis yang bersifat global, regional dan nasional yang didalamnya terdapat berbagai peluang dan kendala dalam upaya meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait guna pengelolaan potensi sumber kekayaan alam (SKA) dalam rangka pembangunan nasional.

BAB V : KONDISI KERJASAMA ANTAR PEMIMPIN (VISIONER) TINGKAT NASIONAL DENGAN INSTANSI TERKAIT YANG DIHARAPKAN.

Bab ini diarahkan untuk menganalisis tentang kondisi kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait akan mengulas berbagai kondisi ideal yang diharapkan dengan perkembangan lingkungan strategis global, regional maupun nasional. Disamping itu juga dibahas tentang bagaimana bentuk dan langkah-langkah peningkatannya.

BAB VI : KONSEPSI MENINGKATKAN KERJASAMA ANTAR PEMIMPIN (VISIONER) TINGKAT NASIONAL DENGAN INSTANSI TERKAIT.

Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan dalam bab-bab terdahulu, maka di dalam bab ini akan dirumuskan pemikiran sebuah konsepsi tentang kebijakan, strategi dan upaya yang akan dilaksanakan guna mendapatkan solusi dalam meningkatkan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait guna pengelolaan potensi sumber kekayaan alam (SKA) dalam rangka pembangunan nasional untuk menuju terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional.

BAB VII : PENUTUP

(8)

(visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait guna pengelolaan potensi sumber kekayaan alam (SKA) dalam rangka pembangunan nasional.

4. Metoda dan Pendekatan.

a. Metode.

Pembahasan dalam tulisan ini menggunakan metode deskriptif analisis dan teoritis dimana akan2 digambarkan dari berbagai literatur dan pengamatan obyektif

dengan menggunakan pendekatan konsepsional secara komprehensif integral terhadap implementasi segala permasalahan terkait kepemimpinan nasional yang visioner melalui analisis secara komprehensif terhadap permasalahan kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait untuk merumuskan konsepsi kebijakan, strategi dan upaya yang diperlukan.

b. Pendekatan.

Adapun pendekatannya dilaksanakan secara komprehensif integral yang didukung dengan studi kepustakaan dan empirik berdasarkan data dan temuan, pengamatan di lapangan dan media maupun melalui studi literatur dari kelompok I.

5. Pengertian-pengertian.

a. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. (Miftah Thoha, Fisipol UGM dalam buku Perilaku Organisasi) Sebagai ilmu dan seni, kepemimpinan dapat dipelajari kemudian diciptakan dan dapat pula merupakan faktor bawaan atau bakat.

(9)

(bangsa dan negara) dalam rangka pencapaian tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta memperhatikan dan memahami perkembangan lingkungan strategis guna mengantisipasi berbagai kendala dalam memanfaatkan peluang. Sedangkan secara operasional dapat diartikan dapat pula diartikan sebagai seseorang atau sekelompok elite bangsa yang mampu melakukan proses kepemimpinan untuk menggerakkan atau mengarahkan segala sumber daya (empowerment all resources) bangsa menuju tercapainya cita-cita nasional sesuai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945.

c. Visi adalah kemampuan untuk melihat pada inti persoalan; pandangan; wawasan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Visi merupakan hasil kerja pikiran dan hati sekaligus, Visi bersama berfungsi seperti magnet yang dapat menarik orang secara bersama-sama kearah yang sama, Visi mengarahkan kita ke masa depan tetapi dialami pada masa sekarang, Visi berfokus pada masa depan tetapi berakar pada kenyataan saat ini (Proactive Visionary Leadership, karya Dr. Anthony D'Souza, halman 98). Visioner, adalah orang yang memiliki cita-cita tinggi, orang yang mempunyai wawasan kedepan, orang yang memiliki daya khayal tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

d. Pemimpin Visioner adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mencetuskan, memiliki visi serta menjalankannya. Pemimpin visioner berarti organg tersebut memiliki visi adalah masa depan yang realistis, dapat dipercaya, dan menarik bagi setiap organisasi. Visi adalah pernyataan tujuan ke mana organisasi tersebut akan dibawa, sebuah masa depan yang lebih baik, lebih berhasil, atau lebih diinginkan dibandingkan dengan kondisi sekarang. Visi selalu berhubungan dengan masa depan, karena visi mengekspresikan apa yang anda dan orang lain berusaha keras untuk mencapainya. Kebanyakan orang tidak memikirkan secara sistematis tentang masa depan, maka hanyalah mereka yang memikirkannya dan yang mendasarkan strategi serta tindakan pada visi yang dapat memusatkan kekuatan untuk membentuk masa depan.

(10)

merupakan 1. Sebuah tindakan atau bekerja bersama untuk mencapai tujuan atau keuntungan bersama; bertindak bersama; 2. Bantuan aktif dari orang/organisasi/kelompok lain (bisa dengan banyak atau sedikit); 3. Keinginan untuk bekerjasama, menandakan keinginan bekerjasama; 4. Kerjasama dalam pandangan ekonomi, merupakan gabungan individu yang saling membantu untuk mencapai hasil produksi, pembelian atau distribusi demi keuntungan bersama; 5. Kerjasama dalam pandangan Sosiologi, adalah aktifitas yang dilakukan bersama demi mencapai hasil yang saling menguntungkan; 6. Kerjasama dalam pandangan Ekologis, berarti interaksi saling menguntungkan antara organisme hidup dalam sebuah wilayah terbatas.3

f. Instansi terkait adalah berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, dalam Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 yang memuatkan definisi, pada butir 15. termaktub Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan instansi daerah; jo butir 16. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga nonstruktural; jo butir 17. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan rakyat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. Instansi pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan kerja/satuan organisasi kementerian/departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, kesekretariatan lembaga tinggi negara, dan instansi pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah, termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah. Dalam pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Daerah, Instansi pemerintah adalah sebuah kolektif dari unit organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meliputi Kementerian Koordinator/Kementerian Negara, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Provinsi, Pemko, Pemkab serta lembaga-lembaga pemerintahan yang menjalankan fungsi pemerintahan dengan menggunakan APBN dan/APBD4

(11)

g. Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

h. Kepentingan Nasional dapat diartikan sebagai tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan bangsa/negara atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Dengan demikian, kepentingan nasional Indonesia adalah tujuan nasional sebagaimana tersurat di dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

i. Sumber Kekayaan Alam (SKA) adalah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya. Potensi terhadap semua yang terdapat di alam (kekayaan alam) yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya, terbagi dua yaitu sumber kekayaan alam hayati dan sumber kekayaan alam non hayati. Sumber kekayaan alam hayati disebut juga sumber kekayaan alam biotik yaitu semua yang terdapat di alam (kekayaan alam) berupa makhluk hidup. Sedangkan sumber kekayaan alam non hayati atau sumber kekayaan alam abiotik adalah semua kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia berupa benda mati.

j. Asas Komprehensif Integral adalah sistem kehidupan nasional yang mencakup segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh, dan terpadu dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras dari seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(12)

pangan, kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, air bersih, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup, perlindungan hak atas tanah, rasa aman, serta kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pembangunan.

(13)

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

6. Umum.

Kepemimpinan sangat berkaitan dengan kemampuan seorang pemimpin untuk memotivasi mempengaruhi, mengajak dan menggerakan orang lain untuk bersikap dan berperilaku seperti yang dikehendaki oleh pemimpinnya. Oleh karena itu seorang Pemimpin Tingkat Nasional harus dapat mempengaruhi pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model kuat keteladanan, penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman. Seorang pemimpin dapat dikatakan efektif apabila dapat membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan organisasi.

Untuk menemu kenali postur kepemimpinan yang dapat mengoptimalkan peran pemimpin (visioner) tingkat nasional di lingkungan pemerintahan dalam pelaksanaan kerjasama lintas sektor guna menjawab tantangan semakin meningkat baik berupa harapan maupun tuntutan masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan potensi SKA sangat diperlukan, karena dengan optimalnya peran pemimpin (visioner) tingkat nasional dalam melaksanakan kerjasama lintas sektor, maka dapat diharapkan adanya komunikasi yang baik antara pemimpin tingkat nasional dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan Pembangunan Nasional.

Kepemimpinan visioner menjadi penting dalam kecekatan untuk memberikan respon terhadap perubahan-perubahan di pasar dan teknologi serta pemisahan geografis operasional organisasi yang menyebabkan tidak mungkinnya menerapkan sentralissi dalam pengambilan keputusan. Hal ini akan menciptakan kebutuhan akan pemimpin visioner di level bawah organisasi, para pemimpin yang mampu menetapkan bagi unit sendiri.

(14)

sumber kekayaan alam, maka kerjasama antar Pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait harus berlandaskan pemikiran paradigma nasional dan teori–teori kepemimpinan.

7. Paradigma Nasional.

a. Pancasila sebagai Landasan Idiil.

Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa merupakan kristalisasi nilai-nilai dan norma dasar yang diyakini kebenarannya sehingga menimbulkan tekad untuk mewujudkannya melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun demikian masih terdapat kalangab yang mempermasalahkan dan mempertentangkan dengan ideologi lan, bahkan ada yang berupaya untuk menggantikannya, namun mayoritas bangsa Indonesia masih tetap menilai Pancasila merupakan landasan ideologi, dasar negara dan falsafah hidup bangsa. Realitas ini membuktikan bahwaPancasila sangat relevan menjadi pedoman dan pengarah bangsa agar tetap kokoh serta mampu melandasi dalam memecahkan berbagai permasalahan bangsa, baik di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan.

Dengan demikian upaya meningkatkan kerjasama antar Pemimpin (Visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait harus dilandasi Pancasila sebagai dasar negara, sebagai ideologi negara dan pandangan hidup bangsa. Dalam kaitan ini, maka Pancasila wajib dijadikan landasan dalam pola-pola kepemimpinan visioner dalam rangka meningkatkan kerjasama antar instansi terkait guna pengelolaan potensi sumber kekayaan alam disemua bidang pembangunan nasional.

b. UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional.

(15)

masih bersifat garis besar sehingga merupakan norma tunggal dan belum disertai norma sekunder.

UUD 1945 adalah landasaan konstitusional yang merupakan aturan dasar dan belum ada sanksinya, maka untuk menjamin tetap tegaknya hukum agar norma norma hukum yang terdapat dalam hukum dasar itu dapat berlaku sebagaimana mestinya, maka harus terlebih dahulu dituangkan dalam perudang undangan agar dapat mengikat seluruh warga negara. Fakta inilah yang mestinya mendorong peran kepemimpinan tingkat nasional untuk menjadikan cermin dalam pembuatan dan pelaksanaan perundang undangan berserta aturan lainnya guna menjamin terciptanya manusia indonesia yang berkualitas. Inilah yang dijadikan sebagai landasan pemikiran untuk meningkatkan kerjasama pemimpin (visioner) tingkat nasional guna pengelolaan potensi SKA dalam rangka Pembangunan nasional. UUD 1945 merupakan koridor dalam setiap tindakan seorang pemimpin visioner dalam menjalankan dan mentaati semua peraturan dan perundangan yang berlaku. Sebagai konsekuensi logisnya, maka setiap kebijakan dan/atau peraturan yang diberlakukan tidak boleh bertentangan dengan sistem perundang-undangan dan tingkat peraturan lebih tinggi. Terbentuknya karakter kepemimpinan visioner yang dijiwai oleh nilai-nilai instrumental Pancasila menjadi modal dasar terbentuknya kehidupan demokratis. Maka, tidaklah berlebihan jika disebutkan bahwa sukses tidaknya Indonesia melewati tahap transisi demokrasi sekarang ini, khususnya pada penerapan kehidupan demokratis ke depan, akan sangat tergantung kepada integritas dan moralitas para pemimpinnya dan sejauh mana tingkat kesadaran hukum setiap warga negara dalam perwujudan sikap dan perilakunya pada tata kehidupan sehari-hari. Padahal, realitas dalam UUD 1945 telah menorehkan relevansinya dengan upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya yang tercermin pada pasal 28 ayat (2): "setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya".

(16)

Pengaruh geografi merupakan suatu fenomena yang perlu diperhitungkan, karena Indonesia kaya akan aneka sumber kekayaan alam (SKA) dan suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sebagai suatu kesatuan politik, terdiri dari kewilayahan nasional, persatuan dan kesatuan bangsa, kesatuan falsafah dan ideologi negara, dan kesatuan hukum untuk kepentingan nasional Indonesia memiliki cara pandangnya sendiri yang dinamakan Wawasan Nusantara. Wawasan Nusatara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang sarwa nusantara yang meliputi darat, laut dan udara di atasnya sebagai kesatuan Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Hankam yang utuh menyeluruh tidak dapat terpisahkan dalam wadah NKRI.

Pijakan konkrit konsolidasi jati diri berwawasan kebangsaan akan mewujudkan sebuah cara pandang modern dalam sikap perbuatan seluruh rakyat Indonesia selaku masyarakat, yang senantiasa mengimplementasikannya dalam menciptakan suatu kesatuan dan keutuhan wilayah yang mampu memberikan kontribusi bernegara. Cara pandang dan sikap demikian, harus dilestarikan penerapannya dalam pemanfaatan hasil-hasil sumber kekayaan alam untuk kesejahteraan segenap rakyat Indonesia. Disamping itu perlu terus menumbuh-kembangkan wawasan kebangsaan serta sekaligus memberi legitimasi serta toleransi setinggi-tingginya untuk menghormati dan mengakui semua bentuk kebhinnekaan dalam kehidupan bernegara. Kebhinnekaan tersebut, justru kemudian akan menciptakan peluang komplementari dalam tata kehidupan masyarakat yang secara sadar akan saling menutupi, sehingga terwujud sinergitas. Pemahaman demikian dapat dijadikan sebagai landasan utama oleh pemimpin nasional untuk membawa bangsa agar dapat mencapai cita-ctanya.

(17)

d. Ketahanan Nasional sebagai Landasan Konseptual

Konsepsi ketahanan nasional yang merupakan pedoman dalam pelaksanaan kehidupan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Konsepsi ketahanan nasional juga berfungsi sebagai konsepsional strategis untuk terbangunnya suatu pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam usaha bersama bangsa untuk mencapai tujuan nasional. Selain itu, konsepsi ketahanan nasional sebagai pola dasar pembangunan nasional pada hakekatnya merupak arah dan pedoman pembangunan yang meliputi seluuh bidang dan sektor pembangunan. Asas komprehensif dan integral mengandung maksud bahwa ketahanan nasional haruslah mencakup ketahanan seluruh aspek kehidupan bangsa yang dilihat secara menyeluruh dan sinergis, artinya bahwa dalam merumuskan kebijakan menggunakan metode umum yang berlandaskan astagatra yang terdiri dari aspek trigatra yaitu geografi, demografi dan sumber daya alam, seta aspek pancagatra yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.

Mewujudkan ketahanan nasional yang kuat memerlukan hubungan seimbang, serasi dan selaras antara pemimpin dengan masyarakat yang dipimpinnya. Hubungan ini tercermin dalam fungsi pemerintahan, yaitu peranan kepemimpinan visioner sebagai penentu kebijakan. Hubungan ini seharusnya senantiasa memiliki kepekaan yang tinggi terhadap segala aspirasi, tuntutan dan gejolak perkembangan yang timbul di kalangan masyarakat yang dipimpinnya. Dengan demikian menjadi jelaslah bahwa ketahanannasional harus menjadi orientasi para pemimpin untuk membawa dan mengarahkan seluruh rakyat Indonesia dan sumber daya nasional guna mencapai tujuan dan cita-cita nasional.

(18)

8. Peraturan Perundang-undangan sebagai Landasan operasional.

Adapun peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan kepemimpinan sebagai berikut:

a. UU Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

Undang undang yang mengatur mekanisme pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden untuk memilih dan menghasilkan pemimpin berintegritas tinggi, menjunjung tinggi etika dan moral, serta memiliki kapasitas dan kapabilitas. Presiden dan Wakil Presiden wajib memiliki visi, misi dan program kerja yang akan dilaksanakan selama 5 tahun ke depan. Pasal 6 huruf a UUD 1945 menyatakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat yang dicalonkan oleh partai politik.

b. UU Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD

Pemilu diselenggarakan dengan menjamin prinsip keterwakilan yang artinya setiap warga negara indonesia dijamin memiliki wakil yang duduk di lembaga perwakilan yang akan menyuarakan aspirasi rakyat disetiap tingkatan peamerintahan dari pusat hingga ke daerah. Pemilu merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan wakil rakyat yang berkualitas, dapat dipercaya, dan dapat menjalankan fungsi kelembagan legislatif.

c. UU Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara

(19)

d. UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang ini lahir sebagai respons terhadap perkembangan lingkungan strategis yang terjadi untuk menggantikan UU No. 22 Tahun 1999. Berdasarkan UU ini maka pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali yang urusan pemerintahan yang oleh UU ditentukan menjadi urusan pemerintah pusat. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 ini disebutkan kewajiban daerah diantaranya adalah meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Dengan demikian diharapkan kualitas kesejahteraan masyarakat dapat diatasi melalui pembangunan ekonomi yang sistemik dan holistik mellaui optimalisasi pengelolaan potensi sumber kekayaan alam.

Pemilihan Kepala Daerah dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan Kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaksud adalah Gubernur dan wakil gubernur untuk propinsi dan Bupati dan Wakil Bupati untuk kabupaten, Walikota dan Wakil Walikota untuk Kota.

e. UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Undang-undang ini dibuat dalam rangka mewujudkan cita-cita Indonesia sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945, dibutuhkan aparatur sipil negara yang profesional, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, bebas dari intervensi politik, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik kepada masyarakat. Dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara masih belum mengacu pada perbandingan antara kompetensi & kualifikasi yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi & kualifikasi yang dikuasai calon dalam proses rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik; serta sudah tidak sesuainya UU Kepegawaian, maka diperlukan Undang-undang Aparatur Sipil Negara untuk memenuhi hal diatas.

(20)

Hingga saat ini Indonesia memang tidak memiliki UU yang secara khusus mengatur mengenai pengelolaan Sumber Kekayaan Alam (SKA), melainkan diatur sesuai dengan sektoral dari setiap potensi sumber kekayaan alam yang ada di negara Indonesia, antara lain: Yaitu UU No.5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No.4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, UU No.5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 41/1999 tentang Kehutanan, UU No. 22/2001tentang Minyak dan Gas Bumi, UU No. 27/2003 tentang Panas Bumi, UU No.7/2004 tentang Sumberdaya Air, UU No. 31/2004 tentang Perikanan, UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, UU No. 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah dan UU No. 30/2007 tentang Energi.

9. Landasan Teori.

a. Teori Kepemimpinan

Pemimpin Nasional dalam konteks Pemilu ini adalah para pemimpin legislatif, Presiden dan lembaga pemerintah terkait seperti penyelenggara pemilu (eksekutif) yang dipilih langsung melalui Pemilu dan Pemilukada, pemimpin formal, non formal dan informal yang memiliki kemampuan dan kewenagan untuk mengarahkan / mengerahkan segenap potensi nasional (bangsa dan negara) dalam rangka pencapaian tujuan nasional.

(21)

Kemampuan pemimpin nasional dalam menyelenggarakan pemilu diharapkan dapat memunculkan pemimpin yang memiliki sifat, karakter, dan peran peran self leadership, strong leadership, visionary leadership, servant leadership, situational leadership.

b. Teori tentang Pemilu dan Demokrasi

Pemilu adalah salah satu pilar utama demokrasi. Joseph Scumpeter menempatkan pemilu yang bebas dan berkala sebagai kriteria utama bagi suatu sistem politik yang demokrasi. Partisipasi politik rakyat berkaitan dengan demokrasi suatu negara adalah pemilihan wakil rakyat yang dilaksanakan secara langsung oleh warga. Partisipasi politik ini merupakan ukuran kualitas demokrasi suatu negara yang dapat dilihat secara normatif yakni pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Maurice Duvenger menyatakan dalam sistem politik yang demokratis cara pengisian jabatan demokratis dibagi menjadi dua yakni demokratis langsung dan demokratis perwakilan. Yang dimaksud demokratis langsung merupakan cara pengisian jabatan dengan rakyat secara langsung memilih seseorang untuk menduduki jabatan jabatan tertentu dalam pemerintahan, sedangkan demokrasi perwakilan merupakan cara pengisian jabatan dengan rakyat memilih seseorang atau partai politik untuk memilih seseorang menduduki jabatan tertentu guna menyelengarakan tugas tugas negara seperti kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.

c. Teori Sifat (Traits Theory)

Kepemimpinan adalah sifat atau perilaku dari seorang pemimpin. Hal ini dapat dimengerti karena seorang pemimpin awalnya difokuskan pada aspek aspek yang bersifat fisik, intelektual, dan sifat sifat kepribadian hingga dapat dibedakan pemimpin dan yang dipimpin. Pendekatan yang berdasarkan sifat kepemimpinan berasumsi bahwa pemimpin itu selalu mempunyai kelebihan dibandingkan dengan orang yang dipimpinnya.

(22)

bahwa seorang pemimpin harus mempunyai sifat sifat kepemimpinan yang dibawanya sejak lahir.

d. Pemimpin Tingkat Nasional

Pemimpin Tingkat Nasional diartikan sebagai sekelompok pemimpin bangsa pada segenap strata kehidupan nasional didalam setiap gatra (asta gatra) pada bidang atau sektor profesi, baik ditingkat suprastruktur, infrastruktur dan substruktur maupun formal, nonformal dan informal yang memiliki kemampuan dan kewenangan untuk mengarahkan segenap potensi nasional (bangsa dan negara) dalam rangka pencapaian tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

e . Teori Pengelolaan

Pengelolaan sumber kekayaan alam mengacu pada teori pengelolaan dan pemberdayaan yang mendasari berlangsungnya proses manajemen. Peter Drucker (1999) menyatakan terdapat tiga paradigma baru dalam manajemen, yaitu 1) manajemen adalah fungsi khusus dan berbeda bagi seluruh organisasi, 2) organisasi menyesuaikan tugasnya, dan 3) manajemen bukan mengelola orang, namun memimpin orang dengan tujuan meningkatkan knowledge setiap individu dan kekuatan tertentu dari organisasi. Dengan pernyataan Drucker tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada cara tunggal yang dapat menyelesaikan semua masalah pada abad 21, namun diperlukan adanya penyesuaian dengan tugas dan peran organisasi masing-masing dan kuncinya terletak pada pembangunan knowledge SDM.

f. Teori Perubahan

(23)

dapat diramalkan. Kehidupan bukanlah rangkaian peristiwa yang saling terkait dan susul menyusul. Teori Alvin mendukung pandangan Chaos dan sekaligus menafikan pendapat Newtonian. Teori Chaos selanjutnya membahas efek gejolak perubahan yang berlangsung secara cepat mengakibatkan kesementaraan menjadi sifat hakiki dari kegiatan usaha di masa depan. Kegiatan bisnis menghadapi berbagai kondisi paradoksial yang penuh ketidakpastian. Dalam bukunya: "The New Rules: How to Succeed in Today's Post-Corporate Wolrd", John P. Kotter (Tommy Sudjarwadi, 2003) menyebut empat penyebab utama yang memaksa kultur organisasi atau negara untuk berubah. Keempat faktor tersebut disebutkan sebagai (i) perubahan teknologi, (ii) integrasi ekonomi internasional, (iii) kejenuhan pasar di negara-negara maju serta (iv) jatuhnya rezim komunis dan sosialis. Perubahanperubahan tersebut memang sangat signifikan karena negara -bangsa sudah berkurang untuk dapat mengontrol jalannya perdagangan atau pasar. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pemasukan perekonomian negara, karena pasar dapat dilakukan secara bebas oleh individu-individu. Dari keenam teori diatas dapat disimpulkan bahwa adanya keterbatasan kemampuan bangsa dan negara untuk mengontrol jalannya pasar dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidak pastian di mana satu peristiwa dapat mengubah peristiwa-peristiwa lain secara tak terduga, bahkan dapat menghancurkan. Untuk itu negara perlu memiliki pemimpin yang visioner, vermat berwawasan strategis dan memahami arus teknologi modern serta dapat memanfaatkannya untuk kepentingan negara. Pemimpin visioner akan mampu menangkap dinamika kehidupan masyarakatnya dan membawanya ke arah tujuan nasional dalam mencapai cita-cita negara.

10. Tinjauan Pustaka.

(24)

kepemimpinan, khususnya yang menyangkut kepemimpinan situasional, diperoleh dari berbagai suku teks. Selain itu, studi kepustakaan yang telah dilakukan juga mendasari pendapat yang mengatakan kepemimpinan dapat dipersiapkan, dibentuk dan dilatih. Hal ini mendasari pembahasan sesuai dengan judul Kertas Karya Kelompok mengenai pengembangan kepemimpinan visioner. Selain itu, studi kepustakaan yang berkaitan dengan visi dan manajemen perubahan. Kepemimpinan visionerlah yang mengetahui keberadaan bangsa pada sat ini, dia pula yang mempunyai visi untuk menunjukkan arah bangsa ini akan dibawa, dan menguasai cara-cara atau metode yang digunakan dalam satu manajemen perubahan yang terencana.

(25)

peluang untuk bekerja sama dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi; dan j. embracing change, perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan atau tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.

Menurut Adi Sujatno dan Asep Suhendar (2013; 37-38) dalam bukunya yang berjudul “Konsep Ideal Kepemimpinan Nasional Nusantara Menjawab Tantangan Global” menyatakan bahwa di dalam pelaksanaan demokrasi melalui Pemilu Indonesia masih terjadi berbagai pelanggaran dari tahap pendaftaran, perekrutan samapi dengan proses penghitungan suara serta penetapan pemenang oleh KPU. Langkah-langkah penegakan hukum yang dilakukan oleh Panwaslu, Bawaslu, POLRI serta berbagai instansi terkait atas terjadinya pelanggaran hukum pemilu tersebut belum dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut menunjukan bahwa pelaksanaan pemilu yang dilakukan selama ini belum mampu mewujudkan Pemilu yang berkualitas.

Oleh karena itu diperlukan fungsi dan peran pemimpin nasional yang secara kolektif dapat menjaga dan mengawal pelaksanaan proses demokrasi tersebut menjadi Pemilu yang berkualitas, yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, sesuai asas asas penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Dan akhirnya akan dapat melaksanakan keberlanjutan pembangunan nasional secara menyeluruh menuju masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dan demokratis.

Istilah sumber kekayaan (resource), mulai populer di Indonesia sejak dekade 1980-an. Hal tersebut tercermin dari penggunaan istilah sumber kekayaan dalam peraturan perundang-undangan di bawah tahun 1980-an dan setelah tahun 1980-an. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan di bawah tahun 1980, istilah sumber kekayaan lebih disebut sebagai kekayaan. Pada peraturan perundang-undangan di atas tahun 1980, istilah sumber kekayaan menjadi umum digunakan untuk merujuk pada berbagai konotasi seperti sumber daya manusia, alam, dan buatan.

(26)

bersifat langka yang dapat menghasilkan utilitas (kegunaan/kemanfaatan) baik melalui proses produksi maupun bukan, dalam bentuk barang dan jasa. Secara etimologis, istilah sumber kekayaan alam dapat berarti merujuk pada beberapa pengertian sebagai: (1) Kemampuan untuk memenuhi atau menangani sesuatu; (2) Sumber persediaan, penunjang dan pembantu; dan (3) Sarana yang dihasilkan oleh kemampuan atau pemikiran seseorang. Dengan demikian, pengertian sumber kekayaan alam sangat luas, yang dapat meliputi sumber daya alam, manusia, modal, buatan, dan sebagainya.

Sudah banyak definisi sumber kekayaan alam yang dikemukakan, baik yang bersifat akademis maupun yang digunakandalam perundangan. Beberapa definisi sumber kekayaandapat bersifat sangat luas, dan beberapa yang lainnya lebih sempit dan yang mengarah dalam konteks disiplin tertentu (biologi dan ekologi). Dalam beberapa literatur juga dijumpai pengertian sumber kekayaan sebagai sebutan singkat untuk sumber kekayaan alam.

Beberapa definisi mengenai sumber kekayaan dapat disajikan sebagai berikut: 1. Seluruh Faktor Produksi/input produksi untuk menghasilkan output.

2. Berbagai faktor produksi yang dimobilisasikan dalam suatu proses produksi, atau lebih umum dalam suatu aktivitas ekonomi, misalkan modal, tenaga manusia, energi, air, mineral, dan lain-lain.

3. Aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia.

4. Segala bentuk input yang dapat menghasilkan utilitas (kemanfaatan) dalam proses produksi atau penyediaan barang dan jasa.

5. Sumber kekayaan alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam, baik hayati maupun nonhayati, dan sumber daya buatan.

(27)

BAB III

KONDISI KERJASAMA ANTAR PEMIMPIN (VISIONER) TINGKAT NASIONAL DENGAN INSTANSI TERKAIT SAAT INI DAN PERMASALAHANNYA

11. Umum.

Manusia merupakan subyek pembangunan, akan tetapi manusia juga merupakan obyek pembangunan melalui dinamika kegiatan dan profesi yang dijalaninya. Keberhasilan pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, dan ditunjang oleh budaya bangsa yang berlaku dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menyimak akan keberhasilan bangsa-bangsa maju dalam peradaban kemanusiaan, karena selain ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang handal, bangsa tersebut secara umum memiliki budaya tertib, berdisiplin, bekerja keras, dan menaati norma-norma hukum yang telah disepakati bersama. Tidak pelak lagi, budaya ini dapat tumbuh subur jika dan hanya jika Pemimpinnya yang memiliki kelebihan-kelebihan secara intelektual, emosional maupun spiritual mampu menggerakkan masyarakat dan bangsa.

Jadi semakin jelaslah disini, bahwa pemimpin dalam berbagai karakter harus lebih unggul dari mereka yang dipimpinnya, dan keberhasilan pembangunan nasional sangat dipengaruhi oleh kualitas, kredibilitas dan realibilitas semua pemimpin dalam menerapkan nilai-nilai kepemimpinan yang diyakininya kepada bangsa dan negara. Secara kumulatif, keberhasilan para pemimpin dalam menerapkan nilai-nilai kepemimpinan dapat dicermati lebih jauh dari hasil-hasil yang dicapai dalam masa kepemimpinannya. Mencermati akan kondisi bangsa Indonesia saat ini setelah hampir 69 tahun merdeka, perlu mengkaji lebih jauh tentang implementasi kepemimpinan visioner yang berimplikasi terhadap meningkatnya kerjasama antar instansi terkait dalam pengelolaan potensi sumber kekayaan alam serta permasalahan yang dihadapinya.

(28)

pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional. Dalam pengertian lain, pembangunan nasional Indonesia dapat diartikan merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan Tujuan Nasional bangsa Indonesia seperti yang tercantum didalam pembukaan UUD 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Bangsa Indonesia wajib bersyukur kepada Tuhan YME, dikaruniai modal dasar yang cukup besar dalam melaksanakan pembangunan nasional yang mempunyai nilai lebih dari bangsa lain, yaitu aspek Trigatra, berupa posisi geografis yang strategi, demografi berupa sumber daya manusia yang banyak dengan berbagai macam keanekaragamannya serta sumber kekayaan alam yang melimpah baik di darat, laut maupun udara. Namun dengan modal yang besar tersebut ternyata bangsa Indonesia belum kompetitif mengelolanya dengan baik, sehingga sampai saat ini kesejahteraan rakyat masih belum tercapai. Pengelolaan sumber kekayaan alam masih dikendalikan oleh negara lain dan daya saing pasar masih lemah, sehingga jumlah peduduk yang begitu besar justru dijadikan pangsa pasar negara lain dengan membanjirnya produk produk luar. Sementara kita tidak mampu untuk membatasi pasar sebagai konsekuensi dari berlakunya pasar bebas. Komoditi ekspor masih berbasis pada base resources, sehingga makin lama SKA semakin menipis dan habis. Di sisi lain jumlah penduduk yang berbanding lurus dengan jumlah kebutuhan hidup semakin meningkat.

(29)

baik yang datang dari dalam maupun dari luar negeri, dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan.

Kepemimpinan visioner merupakan pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota organisasi dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas. Salah satu pilar utama kepemimpinan visioner adalah berorientasi pada perubahan dengan memposisikan diri pada langkah-langkah yang jauh ke depan sesuai dengan visi dan misi suatu organisasi atau lembaga. Sebagai penentu arah di mana pemimpin harus mampu menyusun langkah berbagai sasaran yang dapat diterima sebagai suatu kemajuan oleh semua elemen bangsa. Seperti nahkoda, pemimpin harus mampu menentukan arah negara dalam situasi dan kondisi apapun dengan langkah-langkah yang tepat untuk mengamankan, menyelamatkan atau dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan langkah revolusioner sekalipun (bila benar-benar dibutuhkan). Pemimpin harus mengetahui jalan untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai, berusaha untuk mewujudkan jalan kepada orang-orang yang dipimpinnya serta memimpin pada jalan tersebut,termasuk harus mampu bekerja sama dengan instansi terkait diwilayahnya dalam mengelola potensi sumber kekayaan alam dalam rangka pembangunan nasional.

12. Kondisi Kerjasama Antar Pemimpin (Visioner) Tingkat Nasional Dengan Instansi Terkait Saat Ini.

(30)

bernegara ditengah-tengah pergaulan dan persaingan global, telah menyebabkan Indonesia semakin terpuruk dan tertinggal dari negara-negara lain baik di kawasan ASEAN maupun global.

Lebih jauh untuk dapat mencermati potret kondisi kerjasama antar pemimpin (visioner) tingkat nasional dengan instansi terkait Indonesia saat ini, dapat diuraikan melalui aktualisasi kepemimpinan yang dihadapkan pada analisa perkembangan sebagai berikut:

1. Masih Adanya Tumpang Tindih Kewenangan.

Pengelolaan SKA (sumber kekayaan alam) selama ini tidak ada koordinasi antar-lembaga terkait. Hal ini tentu saja mengurangi devisa yang seharusnya bisa diterima oleh negera. Bukan kesejahteraan yang dicapai, justru persaingan antar kementerian atau kepala daerah yang terjadi. Terutama, dalam usaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sampai saat ini tidak jelas aturannya.

Hal ini bertambah kompleks sejak diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Sampai saat ini, belum ada persepsi yang sama dari semua sektor terkait, termasuk Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat dalam mengimplementasikan kewenangannya.

Dengan diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004, maka perlu disebarkan lebih lanjut mengenai pengelolaan sumber daya alam di setiap institusi. Institusi dimaksud antara lain Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

(31)

dan situasi menjadi tidak kondusif untuk pertumbuhan serta aktivitas ekonomi.Sebenarnya UU Pemerintahan Daerah bisa menjadi undang-undang yang komprehensif dalam mengatur banyak hal terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan di daerah di antaranya distribusi kewenangan pada setiap tingkatan mulai dari provinsi dan kabupaten/kota, kerja sama antar daerah, perencanaan pembangunan bersama, serta sinergi antar pemerintah dalam setiap tingkatan antara provinsi dan kabupaten/kota.

Banyak hal lain yang masih patut menjadi perhatian di antaranya pengelolaan sumber daya keuangan. Yang menarik adalah bagaimana pemerintah pusat harus memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah yang mau bersinergi dan bersama-sama melakukan perencanaan pembanguna nasional sesuai dengan tujuan nasional. Dengan penghargaan dari pemerintah pusat tersebut, antara dua daerah atau lebih yang berdekatan bisa dengan konsisten melakukan program pembangunan bersama untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mengutarakan, dalam pembahasan RUU Pemda, pihaknya mengusulkan agar sebagian kewenangan pemerintah kabupaten/ kota dialihkan kepada pemerintah provinsi, hal ini dilakukan untuk memperkuat pengawasan. Langkah pengawasan oleh pemerintah daerah di 34 provinsi dirasa lebih mudah ketimbang pengawasan di lebih dari 500 kabupaten/kota di Indonesia. Saat ini pemerintah kabupaten/kota memiliki kewenangan 76% dan sisanya 24% milik pemerintah provinsi. Karena itu, ke depan diharapkan kewenangan itu dibagi rata 50%-50% antara pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah provinsi.

Gamawan mengutarakan, sejumlah kewenangan strategis seperti penerbitan izin pertambangan, perikanan, dan kehutanan akan dilakukan pemerintah provinsi.

(32)

Namun, harapan berjalannya kebijakan nasional ini tidak hanya terkait pengaturan hubungan pemerintah pusat dan daerah, tetapi juga diperlukan pembenahan di tingkat pusat. Untuk itu diperlukan upaya agar tercipta pengharmonisasian prinsip otonomi daerah tidak dilanggar, tapi aspirasi pusat tetap jalan. Pembenahan di tingkat pusat itu dimulai dengan koordinasi antar kementerian dan lembaga.Masalah yang dihadapi kementerian/lembaga dalam menjalankan programnya di daerah juga diinventarisasi. Masalah tumpang tindih kewenangan dan aturan antara pusat dan daerah biasanya menghambat pembangunan.

2. Belum Terpadunya Pengaturan Kerjasama Lintas Sektor.

Filosofi desentralisasi yang juga menjiwai setiap UU tentang daerah, mulai dari UU No. 5 tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah (yang berlaku di jaman Orde Baru), kemudian UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah beberapa kali diubah, terakhir melalui lahirnya UU No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan beberapa RUU lain adalah: pertama, akan muncul kemandirian yang digerakkan oleh kreativitas dan inovasi daerah dalam mengoptimalisasikan berbagai potensi sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam, untuk kepentingan kemajuan dan kesejahteraan daerah; kedua, tata hubungan antara pusat-daerah diharapkan akan menjadi lebih proporsional, harmonis dan produktif dalam rangka penguatan integrasi (persatuan dan kesatuan) bangsa dan pembangunan nasional.

(33)

lahirnya UU No. 12 Tahun 2008, juga dipandang masih belum cukup memadai untuk merealisasikan paradigma desentralisasi tersebut.

Setelah kebijakan otonomi daerah yang dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagaimana tertuang pada Undang Undang No. 22 tahun 1999 dan perubahannya pada UU no. 32 tahun 2004 menjadi salah satu landasan perubahan sistem tata-kelola pemerintahan (governance system) yang penting dalam sejarah pembangunan politik dan administrasi pengelolaan wilayah secara nasional di Indonesia. Hal tersebut juga menimbulkan adanya perubahan sikap masyarakat dan berbagai kalangan yang menaruh perhatian pada pengelolaan sumber daya alam di Indonesia, dimana mereka berharap otonomi daerah dapat membangun dan merubah paradigma pengelolaan sumber daya alam sehingga pemanfaatan sumber daya alam benar-benar dapat menyejahterakan seluruh rakyat.

Realitasnya saat ini pengelolaan sumber daya alam selama penerapan UU No 32 Tahun 2004 terakhir menunjukkan kenyataan bahwa telah banyak inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menindaklanjuti otonomi daerah dengan membuat Peraturan Daerah (Perda) di daerahnya masing-masing. Terdapat beberapa kelemahan yang dapat dicatat dari pelaksanaan otonomi daerah diantaranya adalah masih minimnya pemahaman terhadap kepentingan seluruh komponen bangsa Indonesia atas sumber daya alam dan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan sebagai salah satu sumber penting pembiayaan pembangunan, sumber daya alam yang ada dewasa ini masih belum dirasakan manfaatnya secara nyata oleh sebagian besar masyarakat.

(34)

peluang diangkatnya kembali nilai-nilai kearifan lokal yang dianut masyarakat daerah dalam mengelola sumber daya alam.

Selain dari hal diatas, diperlukan juga sinergitas dari semua pemangku kepentingan dan kesadaran yang mendalam oleh para pimpinan nasional, utamanya para pembuat kebijakan nasional, bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di bumi Indonesia itu dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sesuai yang diatur dalam hukum dasar negara pasal 33 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Enam puluh delapan tahun yang lalu, para pendiri negara telah bersepakat membuat suatu ketentuan yang visioner jauh kedepan bahwa, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mengapa dikatakan visioner, karena “sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” harus kita maknai sebagai kemakmuran rakyat Indonesia tanpa batasan waktu. Artinya bukan kemakmuran atau kesejahteraan rakyat Indonesia yang hidup pada jaman kemerdekaan atau pada jaman sekarang saja, namun kesejahteraan seluruh Bangsa Indonesia yang akan hidup dimasa mendatang.

3. Pola Rekrutmen Pemimpin Nasional Belum Berjalan Baik.

Terpuruknya posisi Indonesia di kancah global salah satunya disebabkan dari buruknya sistem pemilihan pemimpin nasional. Semestinya seleksi ditekankan untuk mendapatkan pemimpin yang cerdas dan berkarakter, dimana akar persoalannya terletak pada pola rekrutmen dan seleksi atas calon pemimpin nasional yang dinilai masih bermasalah. Dari penelitian kuantitatif yang dilakukan, masyarakat berkomentar bahwa rekrutmen yang dilakukan partai politik pun masih sangat rendah kualitasnya, para kader partai masih lebih loyal kepada partai dan kelompoknya ketimbang kepada kepentingan masyarakat.

(35)

Modal penting yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah kredibilitas, jujur, visioner, cerdas, tegas, religius dan kompeten. Kalau dianalisa berdasarkan konsep dari Barbara Brown yang memiliki 10 kompetensi, elemen yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner (sesuatu dengan pembahasan dalam Bab II), maka dikaji terhadap para pemimpin nasional saat ini, rasanya tidak ada diperoleh pemimpin yang memadai sesuai dengan apa yang dituliskan oleh Barbara Brown.

Bercermin dari kondisi nyata di masyarakat Indonesia saat ini sebagaimana telah dituliskan di atas, dikaitkan dengan teori efektivitas kepemimpinan yang diuraikan di awal tadi, maka dengan sangat jelas terlihat bahwa pelaksanaan amanah rakyat oleh para pemimpin nasional, mulai dari tingkat pusat hingga ke daerah-daerah, dapat dikategorikan belum mencapai efektivitas yang baik.

13. Implikasi Meningkatkan Kerjasama Antar Pemimpin (Visioner) Tingkat Nasional Dengan Instansi Terkait Terhadap Pengelolaan Potensi Sumber Kekayaan Alam (SKA) Serta Implikasi Pengelolaan Potensi SKA Terhadap Pelaksanaan Pembangunan Nasional.

Pemimpin visioner memegang peran sangat penting dalam merubah kondisi suatu masyarakat, bangsa dan negara menjadi lebih maju atau tertinggal dari bangsa lain. Memimpin bangsa Indonesia dengan berbagai perbedaan suku, ras dan agama serta adat istiadat yang heterogen, bukan suatu pekerjaan mudah. Penerapan teori-teori kepemimpinan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kepemimpinan secara universal dalam menghadapi persaingan global dan sarat dengan perubahan serta ketidakpastian, akan menggiring kondisi bangsa ini pada situasi sulit. Ketidak harmonisan hubungan antara para pemimpin, maupun dengan masyarakat yang dipimpin, mengakibatkan pengelolaan potensi sumber kekayaan alam (SKA) berjalan tidak sesuai dengan harapan.

Sumber kekayaan alam merupakan salah satu modal untuk melaksanakan pembangunan dalam rangka mecapai cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia.

(36)

terkait masih belum optimal maka pengintegrasian tujuan, sasaran dan kegiatan dalam pemanfaatan SKA akan menjadi tidak efektif, efisien dan ekonomis.

Perbedaan dalam orientasi antar para pemimpin mengakibatkan persoalan-persoalan yang mendesak yang berorientasi pada tujuan nasional menjadi terabaikan karena kepentingan partai atau kepentingan golongan lebih mengemuka.

Pembangunan nasional yang mencita-citakan kesejahteraan, kemakmuran dan keamanan bagi segenap bangsa dapat berjalan dengan baik apabila melibatkan seluruh komponen bangsa yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai bidangnya masing-masing untuk mendorong laju pembangunan nasional agar berjalan dengan lancar dan aman. Pembangunan nasional dengan segala kompleksitasnya sangat membutuhkan kerjasama dari segenap aparat pemerintahan, utamanya adalah unsur pemimpin nasional. Dalam konteks ini apabila pengelolaan SKA tidak berjalan secara sinergis dan terpadu karena terkendala kerjasama para pemimpin yang didasari egosektoral, kepentingan kelompok politik, maka sumber devisa untuk menyokong pembangunan nasional juga menjadi tidak maksimal.

14. Pokok-Pokok Persoalan Yang Ditemukan.

Melihat potret Indonesia dewasa ini dilihat dari aspek statis Tri Gatra dan aspek dinamis Panca Gatra disertai berbagai persoalannya, diikuti implikasinya terhadap penurunan daya saing bangsa, maka tinjauan berikut menyangkut faktor dominan penyebab keterpurukan Indonesia di tingkat regional dan internasional. Secara jujur harus diakui bahwa pemimpin sebagai nahkoda sudah seharusnya membawa perahu kearah mana akan berlayar. Oleh karena itu permasalahan berikut ini menyangkut aspek kepemimpinan yang kiranya pantas untuk diangkat dan dicarikan solusi pemecahannya, antara lain:

a. Masih Adanya Tumpang Tindih Kewenangan.

(37)

02. Karena masih adanya tumpang tindih atas kewenangan, pada akhirnya akan memperlemah peluang untuk melakukan koordinasi dan komunikasi;

03. Egosektoral yang masih tinggi di miliki oleh birokrat dan/atau instansi terkait yang hanya mementingkan sektornya semata;

b. Belum Terpadunya Pengaturan Kerjasama Lintas Sektor.

01. Masih lemahnya sinergitas jalinan kerjasama (networking) antar daerah, atau antara pusat dan daerah, serta antar sektor terkait;

02. Regulasi tumpang tindih, masih banyak ditemukannya berbagai peraturan yang terkait dengan pola kerjasama antar instansi terkait maupun regulasi mengenai pengelolaan SKA antar sektor terkait di bidang SKA;

c. Pola Rekrutmen Pemimpin Nasional Belum Berjalan Baik.

01. Beda orientasi kepentingan, karena pola rekrutmen pemimpin nasional dapat berasal dari birokrasi yang telah terbentuk atau memang sudah ada, serta yang berasal dari partai politik, mengingat beberapa posisi pemimpin nasional merupakan posisi yang bersifat politis, seperti jabatan menteri;

02. Kader partai lebih mementingkan partainya, sehubungan dengan iklim demokrasi yang berkembang di Indonesia saat ini relatif masih sangat muda, sehingga euforia terhadap hal tersebut menjadi sangat besar dan berdampak kepada beberapa posisi pemimpin nasional menjadi posisi yang diperebutkan oleh kader-kader partai politik, yang sudah pasti mereka akan lebih membela kepentingan partainya dibandingkan dengan kepentingan nasional;

03. Masih ada politisasi pemilihan pimpinan nasional di Kementerian dan Lembaga, hal ini terkait dengan sistem perpolitikan yang ada di Indonesia, dengan adanya sistem koalisi dalam pembentukan pemerintahan, sehingga aroma kuat terhadap politisasi pimpinan nasional masuk dalam area pertarungan antar kepentingan tersebut;

(38)

BAB IV

PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

15. Umum.

Wilayah negara Indonesia berada pada posisi strategis di antara dua lautan dan dua benua, yang berbatasan dengan 10 negara tetangga, yang dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang dinamis, baik dalam lingkungan global, regional maupun lingkungan nasional Indonesia. Kondisi geografi Indonesia dengan karakteristik geologis yang merupakan pertemuan lempeng tektonik dan menjadikan perairan Indonesia sebagai kawasan yang kaya dengan kandungan minyak bumi, gas alam dan bahan-bahan mineral lainnya. Di sisi lain bila dilihat dari sifat meteorologi yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan merupakan tempat bertemunya arus dingin dan panas telah menciptakan kondisi ini sangat mendukung bagi berkembang biaknya biota laut sebagai potensi kekayaan laut, sehingga kesemuanya itu merupakan sumber kekayaan alam yang apabila dikelola secara optimal akan dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas secara berkelanjutan.

Pada bidang sumber kekayaan alam, Indonesia adalah negara yang dikaruniai segala apa yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup. Laut bertebaran ikan dan sumber kekayaan lainnya termasuk yang terkandung di bawahnya. Hutan tropis menjadi isu global yang sebetulnya diperlukan untuk menopang industri negara maju, hanya pemanfaatannya cenderung banyak pihak yang ikut campur tangan. Kondisi ini harus mampu diatasi, sehingga ke depan bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang mandiri dalam pengelolaan sumber kekayaan alam untuk menopang kesejahteraan bangsa, yang sampai saat ini masih menjadi impian.

(39)

dalam delapan Gatra. Kedelapan Gatra terwujud memiliki saling ketergantungan dalam perwujudan pembangunan nasional.

Dinamika lingkungan strategis global selalu membawa implikasi baik positif maupun negatif pada sisi lain secara bersamaan, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perkembangan regional dan pada gilirannya masuk ranah nasional. Implikasi positif membawa manfaat dalam mendukung cita-cita, tujuan nasional dan kepentingan nasional. sedangkan implikasi negatif menyebabkan meningkatnya potensi ancaman bagi kelangsungan hidup negara. Situasi dan kecenderungan lingkungan strategis pada awal abad XXI sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan periode satu dekade terakhir dalam abad XX. Situasi politik global saat ini selain masih diwarnai oleh permasalahan lama yang belum berhasil diatasi, dan semakin kompleks dengan hadirnya serangkaian masalah baru.

(40)

16. Perkembangan Lingkungan Global.

Di era globalisasi persaingan antara negara di dunia semakin terbuka, kemampuan suatu negara ditentukan oleh kemampuan ekonominya yang kuat. Keberhasilan membangun perekonomian sangat ditentukan oleh efisiensi dan efektifitas aparatur pemerintahan dalam mengelola aspek sumber daya manusia dan sumber kekayaan alam yang dimilikinya. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang menjadikan situasi global seakan hampir tanpa batas, maka isu global yang semakin berkembang, justru isu demokratisasi dan hak asasi manusia. Artinya setiap negara wajib menghormati kebebasan warga negara untuk bebas memperoleh akses informasi, dan negara wajib menghargai Hak Asasi Manusia. Konsep ini mengharuskan setiap negara untuk mampu membangun kualitas sumber daya manusia lebih baik lagi, dan mampu mengembangkan konsep keamanan individu (human security). Hal ini menjadi demikian penting mengingat interaksi antar manusia dalam hubungan antar bangsa di era global semakin inten dalam kegiatan ekonomi, sosial maupun budaya.

Sejalan dengan keterkaitan Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia, maka Indonesia wajib mengindahkan berbagai isu global antara lain: perdagangan bebas (free trade) dan pemanasan global (global warming), serta di masa mendatang ini dunia akan dihadapkan pada 3 (tiga) krisis utama yang perlu menjadi perhatian utama setiap pemimpinnya, yaitu: krisis air, krisis pangan dan krisis energi yang harus diantisipasi oleh para pemimpin yang visioner. Pada dasarnya seorang pemimpin visioner harus mampu menangkap kecenderungan tersebut. Isu global harus disikapi sebagai ancaman sekaligus peluang bagi kepentingan Indonesia dalam upaya membangun bangsa Indonesia lebih maju dan mandiri.

(41)

Pemanasan global dalam berbagai kasus telah menyudutkan Indonesia di berbagai pertemuan antar bangsa. Kebakaran hutan tropis di Indonesia banyak menuai protes negara tetangga yang diangkat dalam pertemuan internasional. Kemajuan teknologi satelit memetakan kawasan hutan tropis Indonesia yang setiap tahun semakin berkurang sebagai akibat ulah penebang dan peladang liar yang tidak bertanggung jawab. Dalam hal pengelolaan hutan, Indonesia telah dituduh kurang bertanggung jawab dan tidak memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, sehingga selain gas emisi kendaraan, kebakaran hutan di Indonesia memberi pengaruh semakin tingginya pemanasan global, yang dikhawatirkan akan mencairnya salju di kutub utara dan selatan.

Krisis Air, belum lama ini Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa saat ini - untuk pertama kali dalam sejarah peradaban manusia - jumlah penduduk dunia di perkotaan menempati angka tertinggi: 3,3 miliar jiwa. Penambahan jumlah penduduk di perkotaan berlangsung sangat cepat, setiap detik bertambah dua orang. Kondisi itu, antara lain, disebabkan oleh peningkatan secara alami populasi perkotaan (50 persen), reklasifikasi dari area pedesaan menjadi area perkotaan (25 persen), dan karena urbanisasi (25 persen). Pesatnya pertumbuhan penduduk kota membawa konsekuensi makin beratnya beban negara dalam menyediakan berbagai kebutuhan sosial dasar penduduk. Salah satu di antaranya adalah kebutuhan air bersih dan sanitasi. Banyak negara di dunia, terutama negara berkembang, tidak mampu menyediakan kebutuhan hidup paling hakiki tersebut. Saat ini terdapat 827,6 juta orang tinggal di kawasan kumuh tanpa akses air minum dan sanitasi yang memadai. Kondisi buruk ini memicu berjangkitnya berbagai macam penyakit. Konflik kepentingan pengelolaan sumber daya air akan selalu terjadi di berbagai sektor kehidupan, antara lain sektor pertanian, air bersih/air minum, industri, serta keperluan rumah tangga. Pengambilan air untuk pemenuhan air bersih perkotaan dari sumber air yang semula untuk pertanian sangat berpotensi menimbulkan konflik.

(42)

mampu mencukupi tujuh miliar orang harus "dipaksa" untuk dapat mencukupi 10 miliar orang pada pertengahan abad ini. Saat ini perekonomian global mengalami pergeseran. Eropa dan Amerika tidak lagi menjadi pusat perekonomian dunia dan diambil alih oleh Asia, dan Tiongkok diprediksi akan menjadi negara terkuat dalam perekonomian diikuti oleh Amerika Serikat, India, Jepang, dan Jerman di 2040. Kondisi perekonomian yang meningkat ikut menaikkan pula standar hidup termasuk meningkatkan kualitas dan jumlah kebutuhan pangan di Asia. Dalam jumlah yang terbatas dan permintaan yang terus meningkat ini lah harga pangan cenderung terus meningkat. Laporan IPCC menyoroti bentuk nyata perubahan iklim bahwa perubahan curah hujan dan pencairan salju dan es yang mempengaruhi sumber daya air di banyak daerah. Gletser terus menyusut kemudian mempengaruhi sumber daya air di hilir, akibatnya air di beberapa wilayah pertanian terhambat sehingga banyak petani gagal panen.Laporan itu juga mengulangi peringatan tentang pergeseran migrasi spesies hewan sehingga ini IPCC mengkategorikan ini sebagai perpindahan negatif karena menimbulkan kerawanan pangan.

Krisis Energi yang melanda dunia dan telah memberi dampak langsung ke berbagai negara termasuk Indonesia antar alain ditandai dengan kelangkaan dan kenaikan harga BBM. Krisis energi bagi Indonesia berdampak pula kepada semakin berkurangnya pasokan listrik diberbagai wilayah; dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap berbagai aktifitas sosial. Bagi sektor riel dan dunia usaha, kondisi ini jelas mempengaruhi penurunan produktivitas.

(43)

tetap harus menjaga kemandirian bangsa untuk mengurangi ketergantungan Indonesia kepada negara lain, karena Indonesia mempunyai SKA yang belum dikelola dengan baik.

17. Perkembangan Lingkungan Regional.

Menguatnya Persatuan Eropa (Uni Eropa) mendorong Amerika Serikat lebih mengutamakan kepentingan sendiri dibandingkan kepentingan kolektif APEC. Keadaan ini mendorong ASEAN untuk lebih meningkatkan kerjasama negara-negara kawasan Asia Timur seperti dengan Jepang, RRT dan Korea Selatan. Amerika Serikat, Jepang dan RRT masih merupakan mitra dagang terpenting bagi ASEAN. Perdagangan secara bilateral dengan negara-negara Amerika Utara, Jepang dan RRT dapat dilakukan secara bilateral oleh negara-negara ASEAN dengan memanfaatkan pengaturan-pengaturan yang telah dicapai dalam forum APEC.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Firm Size, Price Earning Ratio dan Book to Market Ratio

Di lingkungan sekolah layanan bimbingan kelompok diduga dapat dijadikan salah satu pilihan untuk memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kepercayaan diri

[4.7] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 12, Pasal 35 ayat (1) huruf c, pasal 36 ayat (1), Pasal 37 ayat (2) UU KIP juncto Pasal 1 angka 8, Pasal 30 ayat (1) huruf c,

Dari hasil evaluasi struktur berdasarkan kondisi eksisting diatas diperoleh informasi gaya-gaya dalam yang terjadi sebelum perkuatan meliputi gaya momen, geser maupun

Seluruh dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah. memberi bantuan material, konsultasi pembelajaran, maupun

Menganalisis kelebihan dan kekurangan variasi dan kombinasi teknik meluncur, gerakan kaki, gerakan lengan, gerakan pernapasan pada 3 jenis renang yang

Menurut Kemenhub; LLAJ , 1995, Ketentuan umum terminal transportasi adalah; 1). Jalur pemberangkatan kenderaan umum, adalah pelataran didalam terminal penumpang

Upaya juga berarti usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar.9 Pendidik atau guru adalah orang yang mengajar dan memberi