• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta

4.1.3 Kondisi perikanan tangkap Kota Jakarta Utara

(1) Armada Penangkapan dan Alat Tangkap

Kegiatan usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat di Jakarta Utara menggunakan berbagai alat tangkap seperti jaring payang, purse seine, rampus, gillnet, bagan, bubu, pancing. Alat tangkap jaring payang, purse seine, rampus, gillnet, bagan, bubu, pancing banyak dioperasikan oleh nelayan Muara Angke. Alat tangkap jaring rampus, payang, jaring kejer, bubu, dogol, trawl banyak dioperasikan oleh nelayan Cilincing. Alat tangkap jaring kejer, payang, bagan dan

23

sero banyak dioperasikan oleh nelayan di Kamal Muara. Alat tangkap gillnet dan pancing tuna longline banyak dioperasikan oleh nelayan di Muara Baru.

Armada penangkapan yang digunakan nelayan di Jakarta Utara yaitu perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Perkembangan jumlah armada penangkapan yang paling banyak terdapat di Kecamatan Penjaringan kemudian disusul Kecamatan Cilincing dan Kecamatan Koja serta Kecamatan Pademangan. Jumlah armada perikanan tangkap di Kota Jakarta Utara dari tahun 2003 sampai 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Armada perikanan tangkap di Kota Jakarta Utara, 2003-2007

Tahun Jenis Armada 2003 2004 2005 2006 2007 Motor Tempel (Unit) 958 909 810 729 765 Perahu Tanpa Motor (Unit) 562 682 617 554 431 0-5 GT 439 502 451 406 430 5-10 GT 1.481 1.492 1.343 1.209 1.276 10-20 GT 679 683 615 554 659 20-30 GT 462 467 421 379 354 30-50 GT 57 49 45 39 34 >50 GT 823 795 726 653 760 Kapal Motor (Unit) Jumlah 3.941 3.988 3.601 3.24 3.413 Jumlah Armada (Unit) 5.461 5.582 5.028 4.523 4.609

Sumber : Suku Dinas Peternakan Perikanan & Kelautan Jakarta Utara, Desember 2007

Berdasarkan Tabel 1 diatas, terlihat bahwa jumlah armada penangkapan di Jakarta Utara sejak tahun 2003 hingga tahun 2007 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004 jumlahnya mengalami kenaikan, kemudian menurun kembali pada tahun 2995. Pada tahun 2007, jumlahnye kembali meningkat. Dapat diketahui bahwa jumlah armada terbanyak terjadi pada tahun 2004 yaitu 5.582 unit yang terdiri atas 3.988 unit kapal motor, 685 unit perahu tanpa motor dan 909 motor temple. Jumlah armada terendah adalah pada tahun 2006, yaitu 4.523 unit yang terdiri atas 3.240 unit kapal motor, 554 unit perahu tanpa motor dan 729 unit motor temple (Anonymous, 2007).

Perkembangan jumlah nelayan dan armada penangkapan dari tahun 2003 hingga 2007 cenderung menurun dikarenakan beberapa hal :

a. Makin jauhnya daerah penangkapan ikan (fishing ground) mengakibatkan biaya operasional lebih mahal sehingga sebagian nelayan tidak sanggup melaut;

b. Naiknya harga bahan bakar minyak menyebabkan biaya operasional lebih mahal sehingga sebagian nelayan beralih profesi seperti menjadi pedagang, sopir dan buruh pabrik serta tukang ojek;

c. Mahalnya biaya perawatan sehingga banyak kapal yang rusak tidak dapat beroperasi;

d. Semakin sulitnya hidup di Jakarta dan banyak tempat tinggal mereka yang ditertibkan sehingga sebagian nelayan kembali ke daerah asalnya;

e. Beralihnya fungsi kapal ikan menjadi kapal transportasi umum seperti kapal barang dan kapal penumpang.

Daerah tujuan penangkapan ikan bagi nelayan-nelayan Jakarta Utara adalah : Bangka Belitung, Perairan Sumatera, Selat Karimata, Laut Jawa, Perairan Kalimantan Barat, Kepulauan Natuna,, Teluk Jakarta, Perairan Karawang, perairan Papua dan perairan Karimun Jawa. Jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan Jakarta Utara dari berbagai daerah diantaranya adalah sotong, cumi-cumi, udang, pari, kerapu, bawal dan lain-lain (Anonymous, 2007).

Pesatnya pertumbuhan Kota Jakarta sebagai daerah industri dan pariwisata diikuti pula dengan pertambahan penduduk yang begitu pesat. Tingginya tingkat pertambahan penduduk ini diikuti pula dengan kebutuhan akan konsumsi yang semakin tinggi. Salah satu komoditas unggulan dalam pemenuhan protein hewani masyarakat tersebut adalah komoditas perikanan.

(2) Nelayan

Usaha penangkapan ikan tidak akan berjalan baik apabila tidak dilengkapi dengan unit penangkapan ikan yang terdiri dari nelayan, alat tangkap dan kapal perikanan. Oleh karena itu, nelayan merupakan salah satu komponen yang berperan

25

penting dalam suatu operasi penangkapan ikan. Nelayan merupakan suatu unsur yang terlibat secara langsung dalam kegiatan penangkapan ikan.

Jumlah nelayan di DKI Jakarta sampai tahun 2007 tercatat sebanyak 19.234 orang, yang terdiri dari nelayan pemilik 4.103 orang dan nelayan pekerja 15.131 orang. Berdasarkan status kependudukannya, dari 19.234 orang nelayan ini terdiri dari 12.027 orang nelayan penetap dan 7.207 orang nelayan pendatang. Apabila ditinjau dari status kepemilikan usaha, maka nelayan terbagi atas nelayan pemilik dan nelayan pekerja. Pada tahun 2007 jumlah nelayan pemilik berjumlah 4.103 orang dan nelayan pekerja berjumlah 15.131 orang. Perkembangan jumlah nelayan di Kota Jakarta dari tahun 2003 sampai tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan jumlah nelayan penetap dan pendatang di Wilayah Kota Jakarta Utara 2003-2007 Tahun Status Nelayan 2003 2004 2005 2006 2007 15.724 16.426 15.017 13.516 12.027 Pemilik 3.335 3.473 3.14 2.826 2.441 Nelayan penetap (orang) Pekerja 12.389 12.953 11.877 10.69 9.586 10.877 9.873 8.903 8.018 7.207 Pemilik 2.335 2.241 2.028 1.827 1.662 Nelayan pendatang (orang) Pekerja 8.542 7.632 6.875 6.191 5.545 26.601 26.299 23.92 21.534 19.234 Pemilik 5.670 5.714 5.168 4.653 4.103 Jumlah nelayan (orang) Pekerja 20.931 20.585 18.752 16.881 15.131

Sumber : Suku Dinas Peternakan Perikanan & Kelautan Jakarta Utara, Desember 2007

2) Produksi Hasil Tangkapan

Perairan Pantai Utara Jakarta merupakan daerah penangkapan ikan khususnya oleh nelayan penduduk di sekitar Jakarta Utara. Jenis ikan yang ditangkap diantaranya adalah ikan baronang (Siganus sp), ikan kerapu (Ephinephelus sp), ikan belanak (Valamugil sp), ikan julung-julung (Hemirhampus dussumieri), cendro (Tylosurus sp), kerang hijau (Verna sp) dan lain-lain dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan Kota Jakarta Utara, 2007

No Jenis Ikan Nama Latin Kelompok

1 Cucut Sphyma sp Pelagis Besar

2 Tenggiri Scomberomorus commersoni Pelagis Besar 3 Tongkol Auxis thazard Pelagis Besar 4 Julung-julung Hemirhampus dussumieri Pelagis Besar 5 Golot-golot Chirocentrus spp Pelagis Kecil 6 Kembung Rastrelliger sp Pelagis Kecil

7 Kuwe Caranx spp Pelagis Kecil

8 Layang Decapterus ruselli Pelagis Kecil 9 Selar Selaroides spp Pelagis Kecil 10 Tembang Sardinella gibbosa S. Frimbriata Pelagis Kecil 11 Teri Stelophorus indicus S. Devisi Pelagis Kecil 12 Cendro atau Garfish Tylosorus crocodiles Demersal 13 Bawal Fornio niger / Pampus argentus Demersal

14 Belanak Mugil spp Demersal

15 Beloso Saurida spp Demersal

16 Ekor Kuning Caeso erytrogaster C. Cuning Demersal 17 Kakap Merah Lutjanus malabaricus Demersal 18 Kerapu Ephinephelus sp Demersal

19 Kuro Polynemus Demersal

20 Layur Trichiurus spp Demersal

21 Manyung Arius thalassinus Demersal

22 Pari Tigonidae Demersal

23 Pepetek Leiognathus spp Demersal 24 Pisang-pisang Casio chrysozomus Demersal 25 Cunang Muraenesex (Congresox) spp Demersal Sumber : Suku Dinas Peternakan Perikanan & Kelautan Jakarta Utara, Desember 2007

Jumlah produksi ikan di Jakarta Utara pada tahun 2007 sebanyak 31.763.259 kg.Jumlah ini merupakan produksi ikan yang didaratkan melalui darat dan laut. Ikan yang didaratkan di Jakarta Utara berasal dari enam pelabuhan, yaitu Muara Baru, Muara Angke, Pasar Ikan, Muara Kamal, Cilincing, dan Kali Baru. Muara Angke merupakan penyumbang terbesar produksi perikanan Jakarta Utara sebesar 17.111.209 kg (53,87%); disusul dengan Muara Baru sebesar 12.617.226 kg (39,72%); Pasar Ikan, Muara Kamal, Cilincing dan Kali Baru masing-masing sebesar 722.305 kg (2,27%), 521.280 kg (1,64%), 263.959 kg (0,83%) dan 527.240 kg (1,66%). Jumlah produksi ikan di TPI dan PPI Kota Jakarta Utara tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 4.

27

Tabel 4. Jumlah produksi ikan di TPI dan PPI Kota Jakarta Utara, 2003-2007

Unit : Ton Tahun Lokasi 2003 2004 2005 2006 2007 Muara Angke 12.209,03 11.779,79 9.728,24 17.582,56 17.111,21 PPI Pasar Ikan 765,69 743,19 638,05 688,22 722,32 Muara Baru 10.810,33 10.037,36 5.695,24 6.296,45 12.617,23 Kamal Muara 529,55 577,37 589,37 529,92 521,28 Kalibaru 240,58 326,72 326,80 424,14 527,24 TPI Cilincing 0 422,77 318,29 341,39 263,96 Jumlah 24.553,17 23.887,19 17.295,99 25.862,67 31.763,26 Sumber : Suku Dinas Peternakan Perikanan & Kelautan Jakarta Utara, Desember 2007

Berdasarkan Tabel 4, produksi perikanan Jakarta Utara sejak tahun 2003 hingga 2007 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2005 mengalami penurunan yang sangat drastis, tetapi kemudian meningkat kembali pada tahun 2006. Hal tersebut disebabkan karena cuaca yang tidak menentu di daerah Laut Jawa, peningkatan BBM yang sangat drastis pada tahun 2005 dan penurunan jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi sehingga jumlah ikan yang didaratkan pun menurun (Anonymous, 2007). Jumlah produksi ikan terbesar adalah pada tahun 2007 dengan total produksi ikan 31.763.259 kg, sedangkan jumlah produksi ikan terendah terjadi pada tahun 2005 dengan total produksi hasil tangkapan sebesar 17.295.993 kg.

3) Tempat pendaratan ikan (TPI)

a. TPI Cilincing

TPI Cilincing merupakan tempat pendaratan ikan di pantai Jakarta utara yang berkembang secara alami. Aktivitas pendaratan dan berlabuhnya armada perikanan di lokasi ini dapat berkembang mengingat adanya kemudahan bagi armada perikanan untuk berlabuh, baik untuk armada perahu motor maupun kapal motor berukuran kurang dari 5 GT. Berkembangnya TPI ini terutama dipacu oleh adanya akses yang

baik untuk mendapatkan alat dan bahan untuk melaut seperti air, es, dan bahan bakar serta alat-alat perikanan dan suku cadang kapal.

b. TPI Kalibaru

TPI Kalibaru terletak berdekatan dengan TPI Cilincing yaitu di sebelah baratnya dengan kondisi fisik maupun sosial ekonomi yang relatif sama dengan TPI Cilincing. Kegiatan budidaya kerang hijau dan pengolahan hasil perikanan/ ikan asin lebih banyak dilakukan oleh nelayan Kalibaru. Sebagian areal sekitar pemukiman digunakan untuk tempat penjemuran ikan. Luas TPI Kalibaru yaitu 2.084 m2 dengan fasilitas kantor 40 m2 , gedung pelelangan 200 m2 , tempat penjualan ikan 1.400 m2 , dermaga 35 m2 . jumlah armada 158 buah dengan bobot antara 1 GT sampai 5 GT. Alat tangkap yang digunakan yaitu jaring rampus, payang, bagan, pancing dan oboran. Jumlah lapak pengecer 100 buah.

c. TPI Muara Baru-PPS Nizam Zachman

TPI Muara Baru merupakan tempat pendaratan ikan yang terletak di Kelurahan Penjaringan. TPI ini sebagai tempat pendaratan kapal-kapal gillnet dan tuna longline. Disini terdapat perusahaan coldstorage skala besar. Ikan kualitas ekspor biasanya langsung masuk coldstorage. TPI Muara Baru luasnya sekitar 3.000 ha dan merupakan yang terbesar di Asia.

d. TPI Kamal Muara

TPI Kamal Muara terletak di Kelurahan Kamal Muara TPI ini sebagai tempat pendaratan kapal-kapal alat tangkap jaring kejer, payang, bagan dan sero. Kegiatan lain yang berkembang adalah pengolahan hasil perikanan yaitu ikan asin.

e. TPI Muara Angke

PPI Muara Angke terletak di wilayah Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Kota Jakarta Utara. Di sekitar kawasan terdapat sungai atau kali yang cukup besar yaitu Kali Adem. Perairan laut Muara Angke dapat dikatakan relatif dangkal dan datar. Pada jarak 300 m dari muara Kali Angke, kedalaman perairan mencapai 1 meter dan pada jarak 450 m dari muara, kedalamannya mencapai 1,5 m, semakin ke Timur kedalaman perairan semakin dalam.

29

Kondisi masyarakat di kawasan PPI Muara Angke tidak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat pesisir lainnya dimana kebanyakan masyarakat berprofesi sebagai nelayan dan pelaku perikanan lainnya seperti pedagang ikan dan pengolah hasil perikanan.

Sebagian besar nelayan yang ada di Muara Angke merupakan pendatang dari luar wilayah DKI Jakarta seperti Indramayu, Cirebon dan Tegal, demikian juga para pedagang ikan merupakan pendatang yang umumnya sudah berdagang di Muara Angke lebih dari 5 tahun.

Muara Angke semula dibangun untuk nelayan kecil dan tradisional tetapi dalam perkembangannya kapal-kapal berukuran besar pun (diatas 50 GT) juga melakukan tambat labuh di pelabuhan tersebut. Keberadaan kapal-kapal besar ini akhirnya menggusur dan memaksa nelayan kecil dan tradisional untuk memilih tempat mendarat sendiri yaitu di sungai-sungai kecil sekitar Muara Angke. Mendaratnya perahu nelayan kecil dan tradisional di sungai-sungai menyebabkan penjualan hasil tangkapan nelayan tidak melalui proses lelang di TPI dan otomatis mengurangi pendapatan retribusi lelang.

Dokumen terkait