• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 PENDAPATAN NELAYAN

5.2 Nelayan Alat Tangkap Bubu

Alat tangkap bubu merupakan alat tangkap ketiga terbanyak yang dioperasikan oleh nelayan PPI Muara Angke setelah alat tangkap purse seine. Dari data yang diperoleh pada tahun 2007 yang tertera pada Tabel 8, jumlah alat tangkap bubu yang dioperasikan sebanyak 211 unit. Bubu merupakan alat tangkap yang dioperasikan di dasar perairan dengan menyimpannya beberapa lama agar ikan-ikan masuk dan terperangkap di dalamnya. Biasanya ikan-ikan hasil tangkapan dari alat tangkap bubu merupakan hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga tidak hanya dijual pada saat lelang tetapi juga diekspor, oleh karena itu banyak nelayan yang beralih dari alat tangkap lain ke alat tangkap bubu.

Hasil tangkapannya sama seperti alat tangkap purse seine, disimpan di dalam palkah yang diberi es. Menurut (Faubiany, 2008) mutu hasil tangkapannya dari alat tangkap bubu dapat dikatakan baik, karena nilai organoleptik beberapa hasil tangkapan dari alat tangkap bubu tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan hasil tangkapan dari alat tangkap purse seine karena tujuan ekspor tersebut, sehingga penanganannya pun sedikit berbeda dengan alat tangkap lainnya. Tripnya lebih lama daripada purse seine, sekitar 20 hari, sehingga perbekalan es yang dibawa untuk melautnya pun lebih banyak, karena untuk menjaga kualitas hasil tangkapan yang berekonomis tinggi. Jika hasil tangkapannya bernilai ekonomis tinggi, maka hasil tangkapan tersebut dipasarkan untuk ekspor, sehingga tidak masuk ke pelelangan ikan. Oleh karena itu, walaupun alat tangkap bubu merupakan alat tangkap tiga terbanyak yang dioperasikan oleh nelayan di PPI Muara Angke, tetapi agak sulit juga

67

menemukan kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya untuk dilelang di TPI Muara Angke.

Perbedaan hasil tangkapan yang akan diekspor dengan hasil tangkapan yang akan dilelang terletak pada jenis ikan yang didaratkan. Kebanyakan ikan-ikan yang akan diekspor, begitu turun dari kapal, ikan-ikan tersebut sudah terbungkus dengan plastik dan cara penyimpanan ke dalam keranjangnya pun tidak dengan cara dibanting, tetapi disimpan dengan baik. Jika penyimpanannya dengan cara dibanting maka akan mempengaruhi mutu ikan sehingga banyak ikan yang gagal masuk ekspor.

Lama melaut kapal bubu ini rata-rata 20 hari, daerah penangkapannya ada yang sampai Lampung, Laut Karimata, dan yang dekat di Kepulauan Seribu, dan Laut Jawa. Mutu hasil tangkapan yang masuk ke pelelangan juga dapat dikatakan baik, sehingga harganya tidak akan turun ketika dilelang.

ABK yang dibawa melaut adalah 6 orang. Rata-rata nelayan bubu sama seperti nelayan purse seine, berasal dari luar Jakarta, atau bahkan banyak juga yang berasal dari luar Pulau Jawa sehingga mereka dikatakan sebagai nelayan pendatang. Hambatan yang sering dihadapi adalah selain masalah cuaca, angin kencang, badai, arus kencang, tingginya harga BBM, juga banyaknya bubu yang hilang pada saat sedang setting. Jika nelayan pergi melaut dengan menebar bubu sebanyak 100 buah bubu, maka selesai melaut ketika kembali ke pelabuhan, maka sisanya hanya 90 buah bubu atau bahkan hanya tersisa 80 buah bubu. Menurut para nelayan, hal tersebut disebabkan karena adanya orang-orang yang mencuri bubu pada saat bubu tersebut ditinggal. Ada juga bubu yang hilang karena adanya kapal trawl yang melintas pada koordinat yang sama tempat bubu dioperasikan. Trawl tersebut menyeret dasar laut, sehingga banyak bubu yang terbawa pada saat kapal trawl beroperasi. Pengoperasian jarak dari bubu yang satu ke bubu yang lain, biasanya tidak begitu jauh karena agar mudah dalam pengontrolannya. Pada Gambar 8 dapat dilihat Kapal Bubu yang terdapat di PPI Muara Angke.

Gambar 8 Kapal bubu yang sedang bersandar di PPI Muara Angke.

5.2.1 Pendapatan kotor hasil tangkapan kapal bubu

Hasil tangkapan yang beragam menyebabkan beragam pula pendapatan yang diperoleh para nelayan. Hasil tangkapan yang rata-rata bernilai ekonomis tersebut menyebabkan banyaknya permintaan dari pasar luar negeri dan dapat meningkatkan pula pendapatan nelayan.

Rata-rata hasil tangkapan yang diperoleh setiap kali melaut sebanyak 2003,2 kg yang tetera pada Lampiran 9. Hal ini sangat jauh berbeda dengan hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan alat tangkap purse seine. Banyak kapal bubu yang tidak beroperasi ketika sedang musim barat, karena resiko kecelakaan yang tinggi. Penerimaan yang diperoleh nelayan bubu rata-rata sebesar Rp42.166.400,00 disajikan pada Lampiran 9. Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan bubu dapat dilihat pada Tabel 25.

Hasil tangkapan bubu banyak yang bernilai ekonomis tinggi dengan harga yang lumayan tinggi. Dari tabel diatas dapat dilihat jenis ikan yang tinggi harga perkilogramnya antara lain kakap, baronang dan kakap lodi (Plectropoma

maculatum). Dari ketiga jenis ikan tersebut yang paling tinggi harganya adalah ikan

kakap lodi (Plectropoma maculatum), mencapai Rp50.000,00 jika masuk ke tempat pelelangan ikan. Jika dilelang oppow, ikan kakap lodi (Plectropoma maculatum) tersebut dapat mencapai harga Rp70.000,00/kg.

69

Lelang oppow adalah penjualan ikan langsung ke pemilik kapal untuk diekspor keluar negeri. Retribusi lelang oppow dengan lelang murni berbeda. Pada lelang murni penjual ikan hanya dikenakan retribusi sebesar 3%, sedangkan lelang oppow, pemilik ikan dikenakan retribusi sebesar 5%, karena pemilik ikan selain sebagai penjual, tetapi juga sebagai pembeli. Pada Gambar 9 dapat dilihat jenis hasil tangkapan dari alat tangkap bubu.

Tabel 23 Jenis-jenis hasil tangkapan bubu dan harga per kilogram di PPI Muara Angke, 2008

Jenis Hasil Tangkapan Harga (Rp)

Kambing-kambing (Pomacanthus acuminatus) 17.000

Utik (Arius thalassinus) 6.000 Cucut tokek (Hemigaleus balfouri) 6.000

Pari kecil (Trigon sp) 7.000 Cucut (Carcharis macloti) 6.500 Gabus (Ophiucephalus striatus) 8.000 Manyung (Arius leiotocephalus) 10.500 Bawal karang (Latax orbicularis) 5.000 Kupas-kupas (Aluterus secriptus) 3.000 Ekor kuning (Caesio cuning) 17.000

Kakap (Lutjanus sp) 27.000 Kakatua (Scarus sp) 16.000 Kuwe (Caranx melampygus) 15.000

Lencam (Letharinus lencam) 13.000 Kuniran (Upeneus vittatus) 9.000 Kerapu beloso (Epinephelus corallicola) 16.000

Lori (Cheilinus fasciatus) 15.500 Kakap tanda-tanda (Lutjanus fulviflamma) 15.500

Baronang (Siganus canaliculatus) 25.000 Kakap sawo (Ephinephelus surinamensis) 25.000

Kaci-kaci (Plectorhynchus pictus) 5.000 Kakap telisi (Lobates surinamentes) 22.000 Kerapu lodi (Plectropoma maculatum) 50.000 Kerapu merah (Lutjanus argentimaculatus) 29.000 Kakap bongkok (Epinephelus lanceolatus) 33.000 Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) 24.000 Sumber : Juru Timbang di PPI Muara Angke, 2008

Menurut juru timbang di PPI Muara Angke, harga per kilogram hasil tangkapan pada Tabel 23 tersebut sewaktu-waktu akan berubah tergantung dari musim yang sedang terjadi. Jika sedang musim banyak ikan, maka harga ikan per kilogramnya akan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang tertera pada Tabel 23.

(a) (b)

Gambar 9 Hasil Tangkapan dari alat tangkap bubu (a) kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus) ; (b) bawal karang (Latax orbicularis) dan kupas-kupas

(Aluterus secriptus).

5.2.2 Biaya pelelangan ikan

Biaya retribusi pelelangan ikan yang dikeluarkan oleh pemilik ikan adalah sebesar 3%. Retribusi tersebut dibayar ketika pelelangan sudah selesai dilakukan. Retribusi pelelangan ikan tersebut, akan masuk ke kas daerah sebagai kontribusi bagi Pemda dan Koperasi Perikanan Mina Jaya.

Tabel 24 Hasil penjualan ikan alat tangkap bubu per trip beserta kontribusi bagi Pemda dan Koperasi Perikanan Mina Jaya, 2008

No.

Responden Alat Tangkap

Bubu

Hasil Penjualan (Rp) Kontribusi (Rp) 1 KM. Jaya Mahe 47.173.000,00 1.415.190,00 2 KM. Sinar Mulia 41.212.500,00 1.236.375,00 3 KM. Sinar Harapan 41.591.000,00 1.247.730,00 4 KM. Gema Utama Jaya 38.908.000,00 1.167.240,00 5 KM. Bintang Kejora 41.947.500,00 1.258.425,00 Sumber : Data primer, 2008

71

Kontribusi terbesar yang diterima oleh Pemda dan Koperasi Perikanan Mina Jaya adalah berasal dari kapal bubu KM. Jaya Mahe sebesar Rp1.415.190.000,00 dengan hasil penjualan hasil tangkapan sebesar Rp47.173.000,00. Kontribusi terkecil yang diterima oleh Pemda dan Koperasi Perikanan Mina Jaya adalah berasal dari kapal bubu KM. Gema Utama Jaya sebesar Rp1.167.240,00 dengan hasil penjualan hasil tangkapan sebesar Rp38.908.000,00. Pendapatan kotor yang diperoleh setelah lelang dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25 Pendapatan kotor melalui lelang pada alat tangkap bubu per trip

No. Responden Alat Tangkap

Bubu Pendapatan Kotor Lelang (Rp)

1 KM. Jaya Mahe 45.757.810,00

2 KM. Sinar Mulia 39.976.125,00

3 KM. Sinar Harapan 40.343.270,00 4 KM. Gema Utama Jaya 37.740.760,00 5 KM. Bintang Kejora 40.689.075,00 Sumber : Data primer, 2008

5.2.3 Biaya operasional penangkapan ikan

Setiap kali melaut, para nelayan pasti membutuhkan biaya operasional untuk dapat melakukan penangkapan ikan dengan baik. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dipenuhi jika menginginkan hasil tangkapan yang maksimal. Biaya operasional dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya operasional tetap dan biaya operasional variabel. Besarnya biaya operasional usaha penangkapan ikan dari alat tangkap bubu dapat dilihat pada Tabel 26.

Biaya operasional rata-rata yang dikeluarkan oleh nelayan bubu adalah sebesar Rp38.344.443,90 per trip nya untuk dapat melakukan penangkapan ikan secara maksimal. Pengeluaran untuk upah ABK dihitung per hari. Per hari nya ABK diberi upah Rp15.000,00 dikalikan dengan banyaknya hari ABK tersebut melaut. Nelayan alat tangkap bubu melaut sekitar 20 hari sehingga upah yang diberikan adalah upah per hari dikalikan dengan 20 hari, kemudian dikalikan lagi dengan jumlah ABK yang

dibawa melaut sehingga biaya yang dikeluarkan untuk upah ABK sebanyak 6 orang adalah Rp1.800.000,00.

Setiap kali melaut, para nelayan akan membutuhkan biaya operasional untuk dapat melakukan penangkapan ikan dengan baik. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dipenuhi jika menginginkan hasil tangkapan yang maksimal. Biaya operasional dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel .

Tabel 26 Besarnya biaya operasional usaha penangkapan ikan dari alat tangkap bubu per trip

No. Responden Alat Tangkap Bubu Biaya Operasional (Rp) 1 KM. Jaya Mahe 41.210.041 2 KM. Sinar Mulia 37.320.049 3 KM. Sinar Harapan 38.048.041

4 KM. Gema Utama Jaya 35.707.041

5 KM. Bintang Kejora 39.437.049

Rata-rata 38.344.443,90

Sumber : Diolah dari Lampiran 5

5.2.4 Pendapatan bersih hasil tangkapan

Setelah didapat penerimaan dari hasil penjualan ikan pada saat lelang, kemudian dikurangi dengan retribusi pelelangan ikan dan total biaya operasional untuk melaut, nelayan baru akan merasakan pendapatan bersihnya. Pendapatan bersih ini pun masih akan dibagikan lagi dalam beberapa persen untuk pemilik kapal, nahkoda dan ABK. Rata-rata pendapatan bersih yang didapat para nelayan per trip adalah sebesar Rp2.556.964,10. Pendapatan bersih nelayan alat tangkap bubu dapat dilihat pada Tabel 27.

73

Tabel 27 Pendapatan bersih nelayan alat tangkap bubu per trip

No. Responden Alat Tangkap Bubu Pendapatan Pemilik (Rp) Pendapatan Nahkoda (Rp) Pendapatan per ABK (Rp) 1 KM. Jaya Mahe 3.410.827,01 682.165,40 300.000,00 2 KM. Sinar Mulia 1.992.057,16 398.411,43 300.000,00 3 KM. Sinar Harapan 1.721.422,01 344.284,40 300.000,00 4 KM. Gema Utama Jaya 1.525.289,51 305.057,90 300.000,00 5 KM. Bintang Kejora 939.019,66 187.803,93 300.000,00 Rata-rata 1.917.723,07 1.917.723,07 300.000,00 Sumber : Diolah dari Lampiran 9

Pendapatan bersih secara keseluruhan tersebut dibagikan pada pemilik kapal, nahkoda dan ABK yang masing-masing sebesar 75% untuk pemilik kapal, 15% untuk nahkoda, sedangkan ABK dengan sistem upah dan sisa 10% dialokasikan untuk perbaikan kapal dan alat tangkap. Upah yang diberikan kepada para ABK sebesar Rp15.000,00 per hari, dikalikan dengan 20 hari para ABK bekerja, maka didapat upah sebesar Rp300.000,00 per orangnya. Pendapatan bersih pemilik dan nahkoda terbesar diperoleh dari KM. Jaya Mahe yang masing-masing sebesar Rp3.410.827,01 dan Rp682.165,40. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh pemilik kapal per trip adalah sebesar Rp1.917.723,07 sedangkan yang diterima oleh nahkoda per trip sebesar Rp383.544,61.

Dokumen terkait