• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 PENDAPATAN NELAYAN

5.1 Nelayan Alat Tangkap Purse Seine

5 PENDAPATAN NELAYAN

5.1 Nelayan Alat Tangkap Purse Seine

Purse Seine merupakan alat tangkap kedua terbanyak setelah jaring cumi,

dengan jumlah 488 unit yang dioperasikan oleh nelayan PPI Muara Angke pada tahun 2007 yang tertera pada Tabel 5. Para nelayan lebih banyak memilih purse seine daripada alat tangkap lainnya karena hasil tangkapannya cukup banyak, hasil tangkapannya pun beragam dan dapat dioperasikan kapan saja. Hasil tangkapannya dari alat tangkap purse seine tersebut disimpan di dalam palkah. Para nelayan mengusahakan agar hasil tangkapannya tetap segar, sehingga harganya tidak jatuh pada saat melakukan pelelangan ikan, tetapi menurut (Faubiany, 2008) mutu hasil tangkapannya masih dapat dikatakan baik, karena nilai organoleptik beberapa hasil tangkapan dari alat tangkap purse seine tersebut sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan hasil tangkapan dari alat tangkap gillnet. Alat tangkap purse seine hanya beroperasi sekitar 7-9 hari di laut. Daerah penangkapannya pun tidak terlalu jauh, hanya sekitar Laut Jawa, Pulau Seribu dan Lampung.

ABK yang dibawa melaut rata-rata sekitar 33-36 orang, jarang sekali ditemukan nelayan asli yang berdomisili di Muara Angke, atau bahkan pada saat melakukan wawancara, hampir semua nelayan berasal dari luar Jakarta. Nelayan purse seine lebih banyak yang berasal dari Tegal, Cirebon dan daerah sekitarnya. Permasalahan yang biasa dihadapi oleh nelayan purse seine adalah angin kencang, ombak besar, arus kencang dan BBM tinggi. Nelayan menginginkan adanya subsidi BBM dari pemerintah agar dapat terus melaut, tetapi pemerintah seakan tidak memperdulikan nasib nelayan. Cara mengatasi cuaca buruk yang sering dihadapi para nelayan yaitu hanya dengan menepi ke pulau dan menunggu sampai cuacanya kembali baik. Pada saat musim baratlah para nelayan banyak yang tidak melaut, karena resiko yang sangat besar jika nelayan tetap melaut. Pada Gambar 6 dapat dilihat kapal purse seine yang terdapat di PPI Muara Angke.

Gambar 6 Kapal purse seine yang sedang bersandar di PPI Muara Angke.

5.1.1 Pendapatan kotor hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan yang diperoleh nelayan purse seine setiap kali melaut beserta harga per kilogram pada saat melakukan pelelangan ikan dapat dilihat pada Tabel 19. Rata-rata hasil tangkapan nelayan purse seine selama musim barat atau musim paceklik adalah sebesar 6.487 kg per trip, sedangkan pada musim timur atau musim banyak ikan dapat mencapai 12-20 ton yang dapat dilihat pada Lampiran 8.

Menurut pengalaman para nelayan, musim barat pada tahun ini berubah dan tidak dapat diprediksi karena setiap tahun pasti selalu terjadi perubahan cuaca. Musim barat pada tahun 2007 jatuh mulai bulan September dan sampai akhir Maret 2008 belum juga berakhir sehingga hasil tangkapannya tidak sebanyak hasil tangkapan pada musim timur, sehingga pada periode tersebut biasanya dikatakan musim paceklik.

Harga ikan pada musim barat yang masuk ke tempat pelelangan ikan pun akan lebih tinggi dibandingkan harga ikan pada musim timur. Hal tersebut berpengaruh pada pendapatan nelayan yang rendah pada musim barat.

61

Rata-rata penerimaan yang didapat para nelayan dalam 1 trip melaut pada musim barat adalah sebesar Rp 48.464.700,00 (hasil perhitungan hasil tangkapan yang didaratkan dikalikan dengan harga jual) pada saat melakukan pelelangan ikan yang tertera pada Lampiran 8. Pada Gambar 7 dapat dilihat jenis hasil tangkapan dari alat tangkap purse seine.

Tabel 17 Jenis-jenis hasil tangkapan purse seine per trip dan harga per kilogram di PPI Muara Angke, 2008

Jenis Hasil Tangkapan Harga (Rp)

Golok-golok (Chirocentrus dorab) 7.000

Tongkol (Auxis sp.) 5.000

Tembang (Clupea fimbriata) 5.000

Bawal (Stromateus cinereus) 27.000

Kembung bentong (Caranx crumenphthalmus) 12.000 Kembung banjar (Rastrelliger kanagurta) 15.000 Barakuda atau alu-alu (Sphyraena jello) 7.000 Kembung perempuan (Rastrelliger neglegthus) 15.000

Selar (Selaroides leptolepis) 8.000

Layur (Trichiurus savala) 6.000

Japuh (Katsuwonus pelamis) 5.000

Bawal hitam (Stromateus niger) 8.000

Tenggiri (Scomberomous commersonii) 28.000

Pepetek (Leiognathus insidiator) 4.000

Tetengkek (Megalaspis cordyla) 7.000

Samgeh burung (Chrysochir areus) 8.000

Cumi (Loligo sp) 28.000

Ikan campur 5.000

Teros (Chirocentrus dorab) 5.000

Lemuru (Sardinella fimbriata) 2.500

Semar (Kurtus indicus) 3.000

Sumber : Juru Timbang di PPI Muara Angke,2008

Menurut juru timbang di PPI Muara Angke, harga per kilogram hasil tangkapan pada Tabel 17 tersebut sewaktu-waktu akan berubah tergantung dari musim yang

sedang terjadi. Jika sedang musim banyak ikan, maka harga ikan per kilogramnya akan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang tertera pada Tabel 17.

Gambar 7 Hasil tangkapan dari alat tangkap purse seine.

5.1.2 Biaya pelelangan ikan

Setiap kali para nelayan menjual hasil tangkapannya di tempat pelelangan ikan, para nelayan dikenakan biaya retribusi sebesar 3% dan kemudian akan masuk ke Pemerintah Daerah dan Koperasi Perikanan Mina Jaya sebagai penyelenggara pelelangan ikan. Hasil penjualan ikan kapal purse seine dan kontribusi yang diberikan kepada Pemda dan Koperasi Mina Jaya dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Hasil penjualan ikan alat tangkap purse seine per trip beserta kontribusi bagi Pemda dan Koperasi Perikanan Mina Jaya, 2008

No. Responden Alat Tangkap Purse Seine HasilPenjualan (Rp) Kontribusi (Rp) 1 KM. Bangkit Bahari 51.311.500,00 1.539.345,00 2 KM. Gema Nusa Bahari 46.016.000,00 1.381.380,00 3 KM. Elang Raja 42.830.000,00 1.284.900,00 4 KM. Putri Purnama 48.594.000,00 1.457.820,00 5 KM. Valencia 53.542.000,00 1.606.260,00 Sumber : Data primer, 2008

Penghitungan hasil penjualan dan kontribusi bagi Pemda dan Koperasi Perikanan Mina Jaya, diperoleh kapal purse seine yang paling banyak mendapatkan

63

pendapatan dan memberikan kontribusi bagi Pemda dan Koperasi Perikanan Mina Jaya adalah KM. Valencia dengan kontribusi sebesar Rp 1.606.260,00 sedangkan yang paling kecil memberikan kontribusi bagi Pemda dan Koperasi Perikanan Mina Jaya adalah KM. Elang Raja sebesar Rp 1.284.900,00.

Pendapatan kotor setelah lelang dapat dihitung dengan cara mencari selisih antara hasil penjualan yang didapat pada saat melakukan pelelangan ikan dengan retribusi yang dibayar ke tempat pelelangan ikan. Pendapatan kotor setelah lelang dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Pendapatan kotor melalui lelang pada alat tangkap purse seine per trip

No. Responden Alat Tangkap

Purse Seine Pendapatan Kotor Lelang (Rp)

1 KM. Bangkit Bahari 49.772.155,00 2 KM. Gema Nusa Bahari 44.664.620,00

3 KM. Elang Raja 41.545.100,00

4 KM. Putri Purnama 47.136.180,00

5 KM. Valencia 51.935.740,00

Sumber : Data primer, 2008

5.1.3 Biaya operasional penangkapan ikan

Setiap kali melaut, para nelayan akan membutuhkan biaya operasional untuk dapat melakukan penangkapan ikan dengan baik. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dipenuhi jika menginginkan hasil tangkapan yang maksimal. Biaya operasional dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya variabel merupakan biaya yang berubah sesuai dengan perubahan intensitas volume kegiatan atau banyaknya produksi, sedangkan biaya yang jumlah totalnya tetap atau konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan intensitas volume kegiatan atau banyaknya produksi (Mardiana, 2005). Contoh biaya operasional tetap antara lain biaya izin berlayar, biaya Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), biaya tambat labuh kapal dan biaya penyusutan. Biaya operasional variabel antara lain es, solar (BBM), air, ransum (kebutuhan makan), dan minyak tanah. Besarnya biaya

operasional usaha penangkapan ikan alat tangkap purse seine dapat dilihat pada Tabel 20.

Biaya operasional rata-rata yang dikeluarkan oleh nelayan purse seine adalah sebesar Rp21.566.981,00 per trip nya untuk dapat melakukan penangkapan ikan secara maksimal. Jika sedang musim paceklik, terkadang biaya operasional tidak akan tertutup dengan hasil tangkapan yang diperolehnya. Oleh karena itu, para nelayan mensiasatinya dengan cara menyisakan pendapatan bersihnya untuk perbekalan melaut yang khusus digunakan pada musim paceklik. Biaya operasional yang terbesar dikeluarkan oleh KM. Valencia sebesar Rp23.324.356,00.

Tabel 20 Besarnya biaya operasional usaha penangkapan ikan dari alat tangkap purse

seine per trip

No. Responden Alat Tangkap

Purse Seine

Biaya Operasional (Rp)

1 KM. Bangkit Bahari 20.293.034

2 KM. Gema Nusa Bahari 22.761.034

3 KM. Elang Raja 20.795.241

4 KM. Putri Purnama 20.661.241

5 KM. Valencia 23.324.356

Rata-rata 21.566.981,61

Sumber : Diolah dari Lampiran 5

Biaya izin berlayar, Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan biaya tambat labuh telah ditetapkan oleh Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta. Setiap kapal yang akan berlayar, terlebih dahulu harus melapor ke kantor Pengawas Perikanan (WASKI). Dari pihak WASKI tersebut mengeluarkan surat izin berlayar yang berlaku hanya selama 24 jam. Setelah 24 jam, surat tersebut akan kadaluwarsa dan harus membuat kembali yang baru. Semua ukuran kapal yang akan berlayar dikenakan biaya Rp10.000,00 untuk pembuatan surat izin berlayar, sedangkan kapal-kapal yang berlabuh dan membongkar hasil tangkapannya di dermaga PPI Muara Angke, harus membayar retribusi tambat labuhnya sesuai dengan ukuran kapal. Menurut Peraturan Daerah No.3 Tahun 1999 yang dikeluarkan oleh Dinas Peternakan

65

Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, Retribusi Tambat Labuh Kapal dibagi menjadi 3 bagian, yaitu dapat dilihat pada Tabel 21 di bawah ini.

Tabel 21 Pembagian retribusi tambat labuh kapal, 2008

No. Ukuran Kapal Biaya Tambat Labuh (Rp)

1 >21 GT 4.000,00

2 11 – 20 GT 2.000,00

3 5 – 10 GT 1.000,00

Sumber : UPT Pengelola Pelelangan Ikan DKI Jakarta, 2007

5.1.4 Pendapatan bersih hasil tangkapan kapal purse seine

Setelah didapat pendapatan kotor dari hasil penjualan ikan pada saat dilelang dikurangi dengan retribusi pelelangan ikan dan total biaya operasional untuk melaut, nelayan baru akan merasakan pendapatan bersihnya. Tetapi pendapatan bersih ini pun masih akan dibagikan lagi dalam beberapa persen untuk pemilik kapal, nahkoda dan ABK. Rata-rata pendapatan bersih yang didapat para nelayan dalam per trip adalah sebesar Rp25.443.777,39. Satu trip penangkapan kapal purse seine adalah 7-9 hari. Pendapatan bersih nelayan purse seine dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Pendapatan bersih nelayan alat tangkap purse seine per trip

No. Responden Alat Tangkap Purse Seine Pendapatan Pemilik (Rp) Pendapatan Nahkoda (Rp) Pendapatan per ABK (Rp) 1 KM. Bangkit Bahari 11.791.648,21 4.421.868,08 122.829,67 2 KM. Gema Nusa Bahari 8.761.434,28 3.285.537,83 93.872,51 3 KM. Elang Raja 8.299.943,45 3.112.478,79 86.457,74 4 KM. Putri Purnama 10.589.975,45 3.971.240,79 120.340,63 5 KM. Valencia 11.444.553,47 4.291.707,55 126.226,69

Rata-rata 10.177.510,96 3.992.588,56 109.945,45

Sumber : Diolah dari Lampiran 9

Dari pendapatan bersih secara keseluruhan tersebut, 40% untuk pemilik kapal, 30% untuk nahkoda dan ABK (15% nahkoda dan 15% ABK) dan sisa 30% dialokasikan untuk perbekalan melaut pada saat nelayan tidak ada modal untuk

melakukan penangkapan ikan atau pada saat musim paceklik, perbaikan kapal dan perbaikan alat tangkap. Pendapatan bersih pemilik dan nahkoda terbesar diperoleh dari KM. Bangkit Bahari yang masing-masing sebesar Rp11.791.648,21 dan Rp4.421.868,08, sedangkan pendapatan ABK terbesar diperoleh dari KM. Valencia sebesar Rp126.226,69. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh pemilik kapal per trip adalah sebesar Rp10.177.510,96, sedangkan yang diterima oleh nahkoda sebesar Rp3.992.588,56 dan pendapatan per ABK adalah sebesar Rp109.945,45 per tripnya.

Dokumen terkait