• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KONDISI EKOLOGI, EKONOMI DAN SOSIAL EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

6.1. Kondisi Ekologi Ekosistem Hutan Mangrove

6.1.4. Kondisi Satwa Mangrove

Satwa mangrove yang ditemui umumnya meliputi : aves, mamalia, reptilia, ikan dan crustacea. Khususnya jenis aves, burung maleo memiliki nilai penting bagi masyarakat Maluku, karena selain memiliki ukuran telur yang besar, ternyata telurnya yang bernilai gizi tinggi itu menjadi bahan makanan penting bagi masyarakat. Akibat tekanan pemanfaatan telur tersebut, maka populasi burung maleo ini telah mengalami degradasi akibat kegagalan natalitasnya. Kondisi faktual tersebut menyebabkan burung maleo telah ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi melalui sejumlah peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Jenis-jenis satwa lainnya memiliki penyebaran yang merata di wilayah perairan pesisir Kabupaten Seram Bagian Barat.

Aves

Kondisi satwa di wilayah pesisir Kabupaten Seram Bagian Barat yang ditemukan adalah burung maleo, burung baikole, burung pombo dan burung masariku, namun umumnya didominasi oleh burung maleo. Jenis burung yang ditemukan adalah

Megapodus fonstenii fonstenii, Megapodus fonstenii buruensis, dan Eulipoa wallacei

yang menyebar secara tumpang tindih dengan kedua spesies Megapodus itu. Areal sebaran dari ketiga spesies burung maleo itu adalah pesisir Teluk Piru, Teluk Kotania, pesisir selatan dan utara P. Kelang serta P. Manipa ( Huamual Belakang).

Mamalia

Umumnya mamalia mangrove yang ditemukan di Kabupaten Seram Bagian Barat meliputi : paus, lumba-lumba dan dugong (duyung).

a. Paus

Melalui hasil pengamatan lapangan dan informasi dari masyarakat, diketahui jenis-jenis paus yang melintasi wilayah perairan pesisir dan laut Kabupaten Seram Bagian Barat meliputi : Megaptera novaeangliae (Humpback whale), Balaenoplera borealis (Sei whale), Balaenoplera musculatus (Blue whale), Balaenoplera physalis

(Fin whale), Physeter catodon (Sperm whale), dan Orcinus orca (Killer whale). Jenis paus pembunuh (Orcinus orca) muncul secara temporal di perairan pesisir dan laut Kabupaten Seram Bagian Barat pada musim tertentu. Kehadiran paus pembunuh ini bertepatan dengan kondisi suhu perairan agak dingin setelah upwelling di laut Banda dan juga bersamaan dengan musim dimana populasi cumi-cumi serta ikan pelagis kecil melimpah di perairan pesisir dan laut. (Rencana Tata Ruang Pesisir Seram Bagian Barat, 2006).

b. Lumba-Lumba

Lumba-lumba yang termasuk dalam kelompok mamalia laut ditemukan di hampir seluruh wilayah perairan pesisir dan laut Kabupaten Seram Bagian Barat. Setidaknya terdapat lima jenis lumba-lumba yang hadir di perairan pesisir dan laut ini yaitu Globicephala macrorhynchus, Pseudorca crassidens, Delphinus delphis dan

botol). Jenis lumba-lumba yang umum ditemukan di wilayah perairan pesisir dan laut kabupaten ini adalah lumba-lumba biasa dan lumba-lumba hidung botol. (Rencana Tata Ruang Pesisir Seram Bagian Barat, 2006)

c. Dugong (Duyung)

Selain paus dan lumba-lumba, maka salah satu jenis mamalia laut yang cukup penting dan umumnya hadir pada wilayah perairan pesisir yang relatif dangkal adalah

Dugong dugon (Dugong/Duyung). Melalui hasil pengamatan lapangan serta laporan nelayan dan masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir Kabupaten Seram Bagian Barat, diketahui Dugong hadir di beberapa bagian wilayah perairan pesisir tersebut. Hasil survey menunjukkan adanya Dugong mulai dari perairan pesisir bagian utara hingga ke selatan bagian barat P. Buano beberapa pulau kecil di Teluk Kotania, sekitar P. Kelang dan Manipa ( Huamual Belakang), Teluk Piru serta beberapa lokasi pesisir Kecamatan Kairatu (Selat Seram). Kehadiran Dugong yang tergolong luas pada perairan pesisir Seram Bagian Barat ini berkaitan sangat erat dengan kehadiran vegetasi lamun (padang lamun) yang merupakan sumber makanan utamanya. (Rencana Tata Ruang Pesisir Seram Bagian Barat, 2006)

Reptilia

Umumnya reptilia mangrove yang ditemukan di Kabupaten Seram Bagian Barat meliputi : penyu dan ular laut.

a. Penyu

Di wilayah pesisir Kabupaten Seram Bagian Barat ditemukan empat jenis penyu yaitu Eretmochelys imbricata (penyu sisik), Chelonia mydas (penyu hijau),

Dermochelys coriacea (penyu belimbing), dan Carretta careta (penyu tempayang). Hasil pengamatan di lapangan serta spesimen yang ditangkap oleh nelayan menunjukkan penyu sisik dan penyu hijau yang menempati wilayah perairan pesisir ini termasuk ukuran penyu belum dewasa hingga dewasa. (Rencana Tata Ruang Pesisir Seram Bagian Barat, 2006).

b. Ular Laut.

Jenis ular laut yang ditemukan menempati perairan pesisir dan laut Kabupaten Seram Bagian Barat adalah sekitar 8 species. Jenis-jenis ular laut penghuni

ekosistem terumbu karang adalah Laticauda colubrina, Laticauda semifasciata, Aipysurus laevis, Astoria stokesii dan Enhydrina schistosa. Jenis ular laut yang ditemukan di luar perairan terumbu karang yaitu Hydrophis fasciatus, Hydrophis sp., dan Pelamis platurus. Dua jenis ular laut penghuni terumbu karang yaitu Laticauda colubrine dan Laticauda semifasciata merupakan jenis ular laut yang umum ditemukan di perairan pesisir dan laut Seram. (Rencana Tata Ruang Pesisir Seram Bagian Barat, 2006).

Ikan

a. Ikan Pelagis

Beberapa jenis ikan pelagis kecil yang sering tertangkap di perairan wilayah Teluk Piru (berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan nelayan di lapangan) terdiri dari ikan komu/tongkol (Auxis thazard), momar/layang (Decapterus

spp), kawalinya/selar (Selar spp.), lema/kembung (Rastrelliger spp.), make/sardin (Sardinela spp.), dan ikan puri (Stolephorus spp.). Di wilayah Huamual Belakang, jenis-jenis ikan pelagis kecil yang sering tertangkap oleh nelayan adalah ikan kawalinya/selar (Selar spp.), lema/kembung (Rastrelliger spp.), momar/layang (Decapterus spp.) dan beberapa jenis lainnya.

Jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di perairan wilayah ekologis Kotania terdiri dari ikan momar/layang (Decapterus spp.), kawalinya/selar (Selar spp.), lema/kembung (Rastrelliger spp.), komu/tongkol (Auxis thazard), dan lain-lain. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan nelayan, diketahui bahwa jenis-jenis ikan pelagis yang sering tertangkap di perairan Seram Barat Utara terdiri dari ikan komu/tongkol (Auxis thazard), kawalinya/selar (Selar spp.), momar/layang (Decapterus spp.) dan beberapa jenis lainnya. Sedangkan jenis-jenis ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap oleh nelayan terdiri dari ikan momar/layang (Decapterus spp.), kawalinya/selar (Selar spp.), komu/tongkol (Auxis thazard), make/sardin (Sardinela spp.), lema/kembung (Rastrelliger spp.), terbang (Cypsillurus spp.) dan lain-lain (Rencana Tata Ruang Pesisir Seram Bagian Barat, 2006).

b. Ikan Demersal

Jenis ikan demersal yang tertangkap di perairan Teluk Piru terdiri dari ikan garopa/kerapu (Epinephelus spp.), kakatua (Scarus spp.), salmaneti (Upeneus spp.),

samandar/baronang (Siganus lineatus, Siganus canaliculatus), silapa (Pristipomoides

spp.), sikuda (Lethrinus spp.), bae (Etelis spp.), paperek (Leiognthua spp.), dan jenis-jenis lainnya. Di perairan Huamual Belakang, Jenis-jenis ikan demersal yang dominan ditangkap oleh nelayan di wilayah ini, terdiri dari ikan kakap (Lutjanus spp.), ikan kerapu (Epinephelus spp dan Cephalopholis spp), ikan kapas-kapas (Gerres spp.), dan ikan salmaneti/biji nangka (Parupeneus spp.). Terkadang juga di wilayah ini tertangkap ikan napoleon (Cheilinus undulatus). Sedangkan di perairan Teluk Kotania, banyak jenis ikan demersal yang biasanya ditangkap oleh nelayan. Jenis-jenis ikan demersal yang ditangkap oleh nelayan di wilayah ini terdiri dari ikan garopa/kerapu (Epinephelus

spp), sikuda (Lethrinus spp.), samandar/baronang (Siganus lineatus, Siganus canaliculatus), ikan gurara (Lutjanus spp.), biji nangka (Parupeneus spp.), kapas-kapas (Gerres spp.), gaca (Lutjanus spp.), serta jenis-jenis lainnya.

Jenis-jenis ikan demersal yang tertangkap di perairan Selat Seram terdiri dari ikan garopa/kerapu (Epinephelus spp.), kulit pasir (Naso spp.), lalosi (Caesio spp.), sebelah (Psetoides erumei), bae (Etelis spp.), biji nangka (Parupeneus spp.), kapas-kapas (Gerres spp.), kerapu (Epinephelus spp.), gaca (Lethrinus spp.), bambangan (Lutjanus spp.), sikuda (Lethrinus spp.), ikan bae (Etelis spp.), dan lain-lain. (Rencana Tata Ruang Pesisir SBB, 2006).

Keanekaragaman ikan-ikan seperti di atas karena hutan mangrove mempunyai relung (niche) ekologis yang khas dan sangat cocok untuk kehidupan organisma lain termasuk ikan. Kekhasan lingkungan tersebut antara lain tersedianya unsur hara yang melimpah, penetrasi sinar matahari tidak terlalu kuat, salinitas air tidak terlalu tinggi, fluktuasi suhu air tidak terlalu besar, arus air relatif lemah dan memungkinkan untuk berlindung dari gangguan hama. Kondisi tersebut memberikan peluang bagi kegiatan perlindungan, mencari makan dan juga bagi pemijahan organisma termasuk ikan.

Krustasea

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kelompok krustasea yang dijumpai di Kabupaten Seram Bagian Barat adalah kepiting bakau yang ditemukan disekitar perairan hutan bakau Teluk Pelita Jaya (Seram Barat). Kepiting bakau yang ditemukan terdiri dari 3 species yaitu Scylla serrata dengan potensinya sebesar

3.850 ind./ha, kemudian S. tanquebarica (4.900 ind./ha) dan S. oceanica dengan nilai potensi sebesar 4.000 ind./ha.