• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. STATUS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE

7.1. Status Keberlanjutan Multidimensi

Penilaian terhadap status keberlanjutan pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Seram Bagian Barat dilakukan dengan menggunakan analisis Rapid Appraisal of status for Forestry Mangrovet (Rap-Mforest). Analisis ini akan menghasilkan nilai indeks status keberlanjutan pengelolaan hutan mangrove pada masing-masing dimensi ekologi, ekonomi dan sosial. Masing-masing dimensi memiliki indikator yang mencerminkan status keberlanjutan dari dimensi yang bersangkutan. Nilai indeks yang dihasilkan meliputi nilai indeks status keberlanjutan multidimensi dan masing-masing dimensi yang merupakan gambaran tentang kondisi pengelolaan ekosistem hutan mangrove di Kabupaten Seram Bagian Barat yang terjadi saat ini.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Rap-Mforest diperoleh nilai indeks keberlanjutan untuk multidimensi sebesar 36,08 dengan status kurang berkelanjutan; dimensi ekologi sebesar 79,95 dengan status berkelanjutan; dimensi ekonomi 33,56 dengan status kurang berkelanjutan dan dimensi sosial sebesar 22,96 dengan kategori tidak berkelanjutan. Agar nilai indeks ini di masa yang akan datang dapat terus meningkat sampai mencapai status berkelanjutan, maka perbaikan-perbaikan terhadap indikator-indikator yang sensitif berpengaruh terhadap nilai indeks dimensi ekonomi dan sosial. indikator-indikator yang dinilai oleh para pakar didasarkan pada kondisi eksisting wilayah.

7.1. Status Keberlanjutan Multidimensi

Hasil analisis Rap- Mforest multidimensi keberlanjutan pengelolaan ekosistem hutan mangrove di Kabupaten Seram Bagian Barat menunjukkan nilai indeks keberlanjutan sebesar 36,08 dan termasuk dalam status kurang berkelanjutan. Nilai ini diperoleh berdasarkan penilaian 22 indikator dari tiga dimensi berkelanjutan. Hasil analisis multidimensi dengan Rap-Mforest terlihat seperti pada Gambar 14.

Gambar 14. Analisis Rap-Mforest Nilai Indeks Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove di Kabupaten Seram Bagian Barat

Indikator-indikator sensitif yang memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan multidimensi berdasarkan analisis leverage sebanyak 7 indikator, yaitu : (1) struktur relung komunitas, (2) perubahan keragaman habitat, (3) hasil inventarisasi pemanfaatan mangrove, (4) zonasi pemanfaatan lahan mangrove, (5) keterlibatan

stakeholder, (6) kerusakan sumberdaya hutan oleh masyarakat dan (7) akses masyarakat lokal terhadap hutan mangrove. Indikator-indikator ini perlu dilakukan perbaikan ke depan untuk meningkatkan status keberlanjutan pengelolaan ekosistem hutan mangrove. Perbaikan yang dimaksud adalah meningkatkan kapasitas indikator yang mempunyai dampak positif terhadap peningkatan nilai indeks keberlanjutan dan sebaliknya menekan sekecil mungkin indikator yang berpeluang menurunkan nilai indeks keberlanjutan.

Gambar 15 menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan untuk setiap dimensi berbeda-beda. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan bukan berarti semua nilai indeks harus memiliki nilai yang sangat besar, tetapi dalam berbagai

36,08 Good Bad Up Down -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120

Status hutan mangrove Ordinasi Rap-Mforest

kondisi daerah tentu memiliki prioritas dimensi yang lebih dominan untuk menjadi perhatian.

Gambar 15. Diagram Layang (kite diagram) Nilai Indeks Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove di Kabupaten Seram Bagian Barat

Beberapa parameter statistik yang diperoleh dari analisis Rap-Mforest dengan menggunakan metode MDS berfungsi sebagai standar untuk menentukan kelayakan terhadap hasil kajian yang dilakukan di wilayah studi. Tabel 11 menunjukkan nilai

stress dan koefisien determinasi (R2

Nilai statistik

) untuk setiap dimensi dan multidimensi. Nilai tersebut berfungsi untuk menentukan perlu tidaknya penambahan indikator untuk mencerminkan dimensi yang dikaji mendekati kondisi sebenarnya.

Tabel 11. Hasil Analisis Rap- Mforest untuk Beberapa Parameter Statistik

Multi dimensi Ekologi Ekonomi Sosial

Stress 0.13 0.14 0.14 0.13

R2 0.95 0.95 0.93 0.95

Jumlah iterasi 2 2 2 2

Sumber : hasil analisis data (2009)

Berdasarkan Tabel 11, validasi hasil analisis Rap-Mforest menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh berkisar antara 0,93 dan 0,95, yang berarti bahwa semua indikator yang dikaji terhadap status pengelolaan ekosistem hutan mangrove memiliki peran yang cukup besar dalam menjelaskan keragaman dari nilai indeks dimensi. Sedangkan nilai stress yang berkisar antara 13 dan 14 % atau lebih rendah dari 0,25 yang berarti ketepatan konfigurasi titik (goodness of fit) model yang dibangun untuk keberlanjutan dimensi dapat mempresentasikan model yang baik (Alder et al., 2003).

79.95 % 33.56 % 22.96 % 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00EKOLOGI EKONOMI SOSIAL

Kavanagh dan Pitcher (2004) menyatakan bahwa hasil analisis cukup memadai apabila nilai stress lebih kecil dari nilai 0,25 (25 %) dan nilai koefisien determinasi (R2) mendekati nilai 1,0. Semakin kecil nilai stress yang diperoleh berarti semakin baik kualitas analisis yang dilakukan. Berbeda dengan nilai koefisien determinasi (R2

Dimensi

), kualitas hasil analisis akan semakin baik jika nilai koefisien determinasi semakin besar (mendekati 1). Dengan demikian dari kedua parameter menunjukkan bahwa seluruh indikator yang digunakan pada analisis keberlanjutan pengelolaan ekosistem hutan mangrove relatif baik dalam menerangkan ketiga dimensi pembangunan yang dianalisis.

Analisis Monte Carlo digunakan untuk menguji tingkat kepercayaan nilai indeks total dan setiap dimensi. Analisis Monte Carlo membantu melihat pengaruh kesalahan pembuatan skor pada setiap indikator pada setiap dimensi yang disebabkan oleh kesalahan prosedur atau pemahaman terhadap indikator, variasi pemberian skor karena perbedaan pendapat, stabilitas proses analisis MDS, kesalahan memasukkan data atau data hilang dan nilai stress yang terlalu tinggi.

Hasil analisis Monte Carlo tidak banyak mengubah nilai indeks multidimensi dan masing-masing dimensi. Hasil analisis Monte Carlo yang menunjukkan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan ekosistem hutan mangrove di Kabupaten Seram Bagian Barat dapat dilihat pada Tabel 12. Hal ini berarti bahwa kesalahan dalam analisis dapat diperkecil baik dalam hal pemberian skoring setiap indikator, variasi pemberian opini relatif kecil dan proses analisis data yang dilakukan berulang-ulang stabil serta kesalahan dalam menginput data dan data hilang dapat dihindari. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan analisis Rap-Mforest dan Monte Carlo dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Perbedaan Nilai Indeks Keberlanjutan Analisis Monte Carlo dengan Analisis Rap-Mforest

Hasil Rap-Mforest (%) Hasil Monte Carlo (%) Perbedaan (%) Ekologi 79.95 77.83 2.12 Ekonomi 33.56 33.18 0.38 Sosial 22.96 25.01 2.05 Multidimensi 36.08 37.97 1.89

Perbedaan hasil analisis yang kecil seperti pada Tabel 12 menunjukkan bahwa analisis Rap-Mforest dengan metode MDS untuk menentukan keberlanjutan sistem yang dikaji memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, dan dapat disimpulkan bahwa metode Rap-Mforest dalam kajian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu alat evaluasi untuk menilai secara cepat (Rapid Appraisal) keberlanjutan dari pengelolaan ekosistem hutan mangrove di suatu wilayah.