• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS

1. Konfigurasi Model Kemitraan Setara Usaha Agroindustri Nenas

Rekayasa model kemitraan setara usaha agroindustri ne nas diwujudkan dalam bentuk paket program perangkat lunak komputer sistem penunjang keputusan yang dinamakan Model AINI-MS. Model ini bertujuan membantu pengguna dalam proses pengambilan keputusan untuk pengembangan usaha agroindustri nenas dengan sistem kemitraan setara. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Microsoft Visual Basic Versi 6.0

Komponen-komponen utama yang ada dalam model AINI-MS adalah Sistem Manajemen Basis Data, Sistem Manajemen Basis Model, dan Sistem Manajemen Dialog. Konfigurasi model AINI-MS disajikan pada Gambar 6.1.

2. Sistem Manajemen Basis Data dalam Model AINI-MS

Sistem Manajemen Basis Data pada Model AINI-MS berisi berbagai data dan berfungsi untuk mengelola data yang dibutuhkan oleh Sistem Manajemen Basis Model. Pengendalian basis data melalui Sistem Manajemen Basis Data dilakukan dengan memilih menu seperti, input data, tampilan data, menghapus data, dan menyimpan data. Hal ini dimaksudkan agar model AINI-MS dapat bersifat aktual, sesuai dengan kondisi pada saat digunakan.

Basis data dalam Model AINI-MS terdiri atas enam kelompok, yaitu: 1) basis data pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas, 2) basis data pemilihan produk nenas olahan, 3) basis data kelayakan usaha perkebunan nenas, 4) basis data kelayakan usaha pabrik pengolahan nenas, 5) basis data kelayakan usaha integrasi kebun- pengolahan, dan 6) basis data analisis kelembagaan kemitraan setara dalam usaha agroindustri nenas. Keenam kelompok basis data tersebut dijelaskan secara lebih rinci berikut ini:

a. Basis Data Pemilihan Lokasi Usaha AI -Nenas

Basis data pemilihan lokasi usaha AI-Nenas berisi data hasil penilaian pakar tentang kriteria pemilihan lokasi AI-Nenas. Kriteria yang digunakan ada enam , yaitu: (1) Ketersediaan bahan baku, (2) Ketersediaan lahan, (3) Ketersediaan tenaga kerja, (4) Keamanan, (5) Fasilitas transportasi, dan (6) Ketersediaan infrastruktur. Alternatif lokasi yang tersedia di Kabupaten Subang ada lima kecamatan, yaitu: Kecamatan Tanjungsiang, Kecamatan Cijambe, Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Sagal aherang, dan Kecamatan Cisalak.

Penentuan kriteria dan alternatif lokasi dilakukan melalui diskusi dengan tiga orang pakar, yaitu Bunasor Sanim dari Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, Endang Siwandar dari Kantor Dinas Koperasi dan PKM Kabupaten Subang, dan Bayu Krishnamurti dari Pusat Studi Pembangunan IPB. . Keenam kriteria pemilihan di atas kemudian disusun peringkat kepentingannya dengan memberikan bobot kepada masing-masing kriteria berdasarkan formula Eckenrode. Total bobot keenam kriteria adalah 1,0. Setiap alternatif lokasi kemudian ditentukan kemampuannya dalam memenuhi masing-masing kriteria dengan memberikan nilai kepada setiap alternatif. Nilai 1 menunjukkan bahwa suatu alternatif sangat tidak mampu memenuhi suatu kriteria. Nilai 2 diberikan jika suatu alte rnatif dianggap tidak mampu memenuhi suatu kriteria. Nilai 3 diberikan jika suatu alterantif dianggap cukup mampu memenuhi suatu kriteria. Nilai 4 diberikan jika suatu alternatif dianggap mampu memenuhi suatu kriteria, dan nilai 5 diberikan jika suatu alternatif dianggap sangat mampu memenuhi suatu kriteria. Bobot dan nilai ini ditentukan dengan menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Jumlah kriteria, alternatif lokasi, dan pakar yang

dilibatkan dalam diskusi pada basis data ini dapat diedit, ditambah, dikurangi, dan dihapus.

b. Basis Data Pemilihan Produk Nenas Olahan

Basis data pemilihan produk olahan nenas berisi hasil penilaian pakar tentang produk nenas olahan yang selayaknya dikembangkan di Kabupaten Subang. Proses pemilihan produk nenas olahan ini dilakukan dengan menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Seperti halnya pada Basis Data Pemilihan Lokasi Usaha AI Nenas, pada Basis Data Pemilihan Produk Nenas ini ditentukan sembilan kriteria keputusan, yang dalam hal ini terdiri atas: kemudahan pasar (K1), ketersediaan bahan baku (K2), nilai tambah produk (K3), daya serap tenaga kerja (K4), peningkatan pendapatan petani (K5), potensi pasar (K6), ketersediaan modal (K7), teknologi yang digunakan (K8), dan dampak terhadap lingkungan (K9). Alternatif produk yang dipertimbangkan adalah dodol nenas (P1), selai nenas (P2), nenas kaleng (P3), dan konsentrat nenas (P4). Jumlah kriteria, alternatif, dan pakar yang dilibatkan dalam diskusi pada basis data ini dapat diedit, ditambah, dikurangi, atau dihapus sesuai kebutuhan pengguna.

c. Basis Data Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas

Basis data kelayakan usaha perkebunan nenas terdiri atas berbagai data yang akan digunakan untuk menghitung kelayakan finansial kebun nenas. Data yang terse dia adalah data jumlah investasi pembangunan kebun nenas, pemeliharaan tanaman selama belum menghasilkan, dan biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan untuk luasan areal per satu hektar. Data biaya tersebut didasarkan pada pengamatan lapangan di Kabupaten Subang dan dilengkapi dengan data sekunder dari Kabupaten Belitung (Pemda Kabupaten Belitung, 2003).

Data proyeksi produksi kebun (ton/ha) selama umur ekonomis tanaman akan tergantung pada usia tanaman. Basis data kelayakan usaha kebun ini dapat diedit, ditambah, dikurangi, atau dihapus.

d. Basis Data Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas

Dalam basis data ini ada dua usaha pengolahan nenas yang tercakup, yaitu, (1) usaha pengolahan nenas yang produk utamanya adalah nenas kalengan. Usaha ini termasuk industri yang berskala besar dan menjadi bagian dari pengusaha besar, dan (2) usaha pengolahan nenas yang produk utamanya adalah dodol nenas. Usaha ini berskala kecil dan menjadi bagian dari pengusaha kecil/menengah. Basis data ini berisi data jumlah investasi pabrik yang meliputi biaya pengadaan lahan, biaya bangunan, biaya peralatan kantor, kendaraan, dan biaya pra-operasi. Data biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, bahan pendukung, tenaga kerja langsung, peralatan produksi, dan biaya angkutan. Data biaya operasi meliputi biaya administrasi umum, manajemen, dan biaya pemasaran. Data biaya penyusutan dan amortisasi terdiri atas biaya penyusutan bangunan, peralatan mesin pabrik, peralatan laboratorium, peralatan kantor dan kendaraan. Biaya bunga terdiri atas bunga investasi dan biaya bunga modal kerja. Data harga jual produk, harga beli bahakn baku dan bahan penolong, dan tingkat suku bunga pinjaman dapat diubah-ubah sesuai dengan masukan dari pihak pengguna model. e. Basis Data Kelembagaan Kemitraan Setara Usaha Agroindustri Nenas

Basis data kelembagaan kemitraan setara diolah dengan teknik ISM (Interpretative Structural Modeling). Sesuai dengan sasaran penelitian ini, ditetapkan enam elemen yang dibahas, yaitu, kebutuhan program, kendala utama, tujuan program pengembangan, ukuran pencapaian tujuan, aktivitas yang dibutuhkan, dan pelaku yang terlibat dalam kemitraan setara. Sub-elemen dari

masing-masing elemen tersebut telah diuraikan di Bab V. Jumlah elemen dan sub- elemen dapat diaudit, ditambah, atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan pengguna model.

3. Sistem Manajemen Basis Model dalam Model AINI-MS

Sistem manajemen basis model terdiri dari model untuk mengolah data sehingga menghasilkan informasi dan alternatif-alternatif keputusan. Model AINI-MS direkayasa untuk dapat membantu dalam pengambilan keputusan menyangkut usaha agroindustri nenas. Data atau skenario yang diinputkan ke salah satu basis model akan diolah sehingga menghasilkan output yang dikehendaki guna mendukung suatu keputusan. Sesuai dengan tujuan penelitian, keberhasilan model kemitraan setara dalam usaha agroindustri nenas sebagai tujuan utama dari model AINI-MS adalah peningkatan pendapatan petani dan kesetaraan posisi petani-industri yang ditandai oleh keseimbangan nilai BCR (benefit-cost ratio).

Sistem manajemen basis model AINI-MS terdiri atas enam submodel, yaitu: 1) Submodel pemilihan lokasi agroindustri nenas, 2) Submodel pemilihan produk nenas olahan, 3) Submodel kelayakan usaha perkebunan nenas, 4) Submodel kelayakan usaha pengolahan nenas, 5) Submodel kelayakan usaha integrasi kebun dan pabrik pengolahan nenas dan 6) Submodel kelembagaan kemitraan setara. Secara lebih rinci masing-masing submodel dijelaskan di bawah ini.

a. Submodel Pemilihan Lokasi Usaha Agroindustri Nenas

Rekayasa submodel pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas bertujuan membantu pengguna memilih lokasi usaha agroindustri nenas yang paling sesuai. Output dari submodel ini adalah urutan prioritas lokasi usaha sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Urutan prioritas lokasi usaha agroindustri nenas ditetapkan berdasarkan sejumlah kriteria oleh sejumlah pakar. Sejumlah alternatif lokasi kemudian akan diperbandingkan menurut kriteria yang telah ditetapkan.

Proses perhitungan untuk memilih lokasi usaha dilakukan dengan menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Teknik ini pada dasarnya membandingkan berbagai alternatif keputusan yang tersedia berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Langkah-langkah dalam teknik MPE adalah sebagai berikut: 1) Sejumlah pakar (responden) memberikan penilaian (bobot tingkat kepentingan) terhadap setiap kriteria, 2) para pakar melakukan penilaian terhadap semua alternatif yang ada berdasarkan setiap kriteria, 3) hasil dari para pakar kemudian dihitung , dan 4) urutan prioritas alternatif lokasi dapat ditetapkan. Secara skematik alur proses untuk menentukan urutan prioritas lokasi usaha agroindustri nenas disajikan dalam Gambar 6.2.

Gambar 6. 2. Diagram alir deskriptif submodel pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas Mulai

Input analisis prioritas lokasi usaha AI nenas: - Alternatif lokasi usaha

- Kriteria pemilihan lokasi

- Bobot untuk masing-masing kriteria - Skor relatif untuk masing-masing

alternatif lokasi usaha

Penentuan urutan prioritas lokasi usaha AI nenas dengan menggunakan Teknik MPE

Output:

Urutan prioritas lokasi usaha AI nenas

b. Submodel Pemilihan Produk Nenas Olahan

Rekayasa submodel pemilihan produk nenas olahan bertujuan membantu pengguna model memilih produk nenas olahan yang layak dikembangkan. Output dari submodel ini adalah urutan prioritas alternatif produk nenas olahan yang layak dikembangkan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.

Seperti halnya proses pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas, proses pemilihan produk nenas olahan dilakukan dengan menggunakan teknik MPE. Diagram alir deskriptif submodel pemilihan produk nenas olahan diperlihatkan pada Gambar 6.3.

Gambar 6. 3. Diagram alir deskriptif submodel pemilihan produk nenas olahan. Mulai

Input analisis pemilihan prioritas produk nenas olahan:

- Alternatif produk nenas olahan - Kriteria pemilihan

- Bobot untuk masing-masing kriteria - Skor relatif untuk masing-masing

alternatif produk nenas olahan

Penentuan urutan prioritas produk nenas olahan dengan menggunakan Teknik MPE

Output:

Urutan prioritas produk nenas olahan

c. Submodel Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas

Submodel Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas bertujuan menganalisis kelayakan dan risiko usaha perkebunan nenas dengan luas 1500 hektar. Data yang digunakan berasal dari penelitian yang dilakukan di perkebunan nenas rakyat di Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. Submodel yang dihasilkan berguna bagi: 1) investor/calon investor yang berminat menanamkan modal dalam usaha perkebunan nenas, 2) lembaga pembiayaan usaha yang berencana melibatkan diri dalam usaha agribisnis/agroindustri, dan 3) pemerintah daerah yang berkepentingan mengembangkan usaha perkebunan nenas sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dan membantu petani nenas meningkatkan pendapatan.

Masukan data untuk submodel ini ada dua macam, yaitu data yang disimpan dalam file data struktur usaha perkebunan dan data yang berasal dari pengguna. Formulasi untuk menghitung kriteria penilaian investasi dan risiko usaha adalah seperti yang telah diuraikan dalam Bab 2.

Skenario masukan yang dilakukan untuk submodel ini adalah berbagai tingkat suku bunga yang mungkin dan DER (debt-to -equity ratio, atau perbandingan utang dengan dana sendiri). Analisis sensitivitas dilakukan terhadap suku bunga dan harga jual nenas segar.

Keluaran dari submodel ini adalah kriteria kelayakan usaha (NPV, IRR, Net B/C, PBP, dan BEP). Tingkat risiko usaha dihitung dengan menggunakan kriteria risiko CV < 0,5 untuk usaha berisiko rendah, CV > 0,5 dan CV < 0,8 untuk usaha berisiko sedang, dan CV > 0,8 untuk usaha berisiko tinggi. Diagram alir deskriptif submodel kelayakan usaha perkebunan nenas disajikan pada Gambar 6.4.

Gambar 6. 4. Diagram alir deskriptif submodel kelayakan usaha kebun nenas. d. Submodel Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas

Submodel Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas dirancang untuk menganalisis kelayakan dan risiko usaha pengolahan nenas. Usaha pengolahan

Mulai

Input data finansial:

- Biaya investasi kebun 1500 ha - Biaya tetap dan biaya variabel - Biaya produksi tanaman

Input skenario usaha: - DER

- Lama waktu pinjaman - Suku bunga

- Harga jual nenas

- Analisis Rugi-Laba

- Analisis Arus Kas

- Kriteria kelayakan usaha (IRR, B/C, BEP, PBP)

- Risiko investasi

Kriteria terpenuhi?

Cetak:

- Kriteria kelayakan usaha - Risiko investasi - -Analisis R/L dan A/K

Selesai ya

nenas yang dipilih adalah usaha pengalengan nenas dan usaha dodol nenas, sesuai dengan prioritas produk yang terpilih melalui teknik MPE. Submodel ini berguna bagi 1) kalangan investor/calon investor yang berminat menanamkan dana dalam usaha pengolahan nenas, termasuk petani dan koperasi petani yang berminat memasuki industri hilir pengolahan nenas, 2) lembaga pembiayaan usaha yang berencana mengembangkan usaha ke sektor agroindustri nenas, dan 3) pemerintah daerah yang berkepentingan dalam pembinaan petani dan peningkatan pendapatan asli daerah. Langkah -langkah pengoperasian submodel kelayakan usaha pengolahan nenas ini sama dengan langkah-langkah pengoperasian submodel usaha kebun nenas.

e. Submodel Kelembagaan Kemitraan Setara

Submodel Kelembagaan Kemitraan Setara merupakan bagian terpenting dalam Model AINI-MS yang dapat digunakan oleh pengguna untuk membantu pengambilan keputusan dalam menganalisis program rekayas a kemitraan usaha agorindustri nenas. Pengguna yang diharapkan akan mendapat manfaat dari submodel ini adalah: 1) investor, 2) petani dan koperasi atau gabungan kelompok tani, 3) lembaga pembiayaan usaha, dan 4) pemerintah daerah. Submodel tersebut menggunakan Metode ISM yang memandang pola kemitraan sebagai suatu sistem yang terdiri elemen-elemen. Elemen-elemen yang dipilih merupakan elemen- elemen yang dipandang berperan penting dalam menentukan keberhasilan rekayasa kemitraan setara dalam usaha agroindustri nenas. Ada enam elemen yang dipertimbangkan, yaitu: 1) kebutuhan program, 2) kendala program, 3) tujuan program, 4) indikator pencapaian tujuan, 5) pelaku yang terlibat, dan 6) aktivitas yang diperlukan. Pengguna model diberi keleluasaan untuk menentukan jumlah dan nama subelemen untuk setiap elemen yang dikaji. Pada dasarnya, cara

kerja submodel ini adalah menyusun hirarki dan interaksi di antara setiap subelemen dari elemen-elemen yang dikaji dan mengelompokkannya ke dalam empat sektor. Langkah-langkah dalam rekayasa submodel kemitraan ini secara skematik dapat dilihat pada Gambar 6.5.