• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTR

2. Perkebunan dan Agroindustri Nenas di Subang dan Karawang

Kebun nenas yang ada di Kabupaten Subang dapat dikatakan seluruhnya diusahakan oleh rakyat secara terpisah -p isah. Di lima kecamatan di Kabupaten Subang yang menjadi lokasi perkebunan nenas belum terlihat usaha yang terkoordinasi untuk mengusahakan perkebunan nenas. Dalam penelitian yang dilakukan di Kecamatan Jalancagak diperoleh informasi bahwa hasil perkebunan nenas di wilayah ini dijual sebagai bahan baku untuk pabrik pengolahan nenas di Karawang, di samping ada pula yang dijual dalam bentuk nenas segar dan sebagian lainnya diolah secara tradisional oleh pekebun sendiri untuk dijadikan dodol nenas.

Pada tahun 1990-an di Kabupaten Subang pernah didirikan industri pengolahan nenas, yaitu PT Morelli yang produk utamanya adalah nenas kalengan dan PT Agrindo, yang produk utamanya adalah jus nenas. Bahan baku berupa nenas segar diperoleh dari kebun-kebun petani. Usaha tersebut mengalami kegagalan dan kedua pabrik tersebut akhirnya harus ditutup.

Pada saat ini, di kalangan petani nenas Subang sendiri sudah timbul kesadaran untuk meningkatkan usaha perkebunan nenas menjadi suatu usaha agroindustri nenas yang lebih besar, yang sedapat mungkin melibatkan petani bukan sekadar sebagai pemasok bahan baku melainkan juga sebagai pelaku aktif dalam usaha agroindustri nenas. Produk agroindustri nenas yang dihasilkan oleh petani nenas Subang pada saat ini masih terbatas pada beberapa produk olahan sederhana seperti dodol nenas dan keripik nenas. Pemasaran produk-produk olahan tersebut masih terbatas di Kabupaten Subang sendiri dan beberapa wilayah tetangga, khususnya wilayah Jabotabek.

Beberapa petani nenas saat ini sudah mulai mengusahakan perkebunan nenas organik yang menurut keter angan mampu menghasilkan buah nenas yang berukuran besar dengan rasa yang enak. Kelebihan dari nenas organik ini, selain buahnya

berukuran besar, adalah tidak mudah busuk. Namun demikian, menurut bandar (pedagang pengumpul) prospek nenas organik masih belum begitu baik karena panen tidak dapat dilakukan serentak. Di samping itu, beberapa petani sudah mulai menerjuni usaha pembuatan serat kain dari limbah nenas. Produk serat kain dari nenas ini diperkirakan memiliki prospek pasar ekspor yang baik.

a. Perkebunan Nenas Rakyat di Kecamatan Jalancagak

Kecamatan Jalancagak merupakan salah satu dari lima kecamatan penghasil nenas di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Lahan yang digunakan untuk kebun nenas pada umumnya adalah tanah pekarangan dan lahan “tidur” milik PTP. Nenas yang diusahakan oleh petani di Subang adalah dari jenis Smooth cayenne yang menurut pengalaman petani merupakan jenis nenas yang paling sesuai dengan kondisi lahan dan iklim setempat. Nenas jenis Smooth cayenne juga dikenal sebagai jenis yang tahan terhadap hama penyakit dan rasanya manis serta mengandung kadar air yang tinggi. Gambar 7.1 memperlihatkan salah satu kebun nenas rakyat di Kecamatan Jalancagak.

Gambar 7.1. Kebun nenas rakyat di Kecamatan Jalancagak, Subang (Hasil penelitian, 2003)

Pada umumnya petani nenas Subang masih menggunakan cara-cara sederhana dalam mengusahakan perkebunan nenas. Petani nenas di Subang tidak

secara khusus melakukan pengolahan lahan sebelum menanam nenas. Da

pengamatan dan wawancara

dilakukan petani dalam rangkaian kegiatan bu

1.

Pengolahan Lahan

Pengo

tanah sedalam sekitar 30

3. Pemeliharaan

Pada umumnya petani hanya melakukan pemeilharaan minimal saja terhadap tanaman nenas. Pemeliharaan yang dilakukan hanyalah berupa penyiangan untuk menghilangkan gulma dan sedikit penjarangan tanaman berupa pem indahan anak -anak nenas agar jarak antar-tanaman tidak terlalu rapat. Kegiatan pemupukan dan penghilangan hama hanya dilakukan sekadarnya karena harga pupuk dan obat-obatan relatif mahal di samping juga harga hasil panen yang sangat berfluktuasi sehingga petani tidak berani mengeluarkan biaya terlalu besar untuk pemeliharaan kebun. Akibat pemeliharaan yang minimal ini, buah yang dihasilkan relatif kecil-kecil, hanya sekitar 25 persen yang mampu mencapai berat di atas satu kilogram. Petani setempat merasa bahwa penyuluh pertanian setempat belum berperan besar dalam membantu petani, sehingga petani benar-benar menggantungkan diri pada pengalaman sendiri.

Pembersihan gulma dilakukan dengan menyemprotkan Parasol sekitar 2 liter per hektar kebun dan setelah gulma mati dibersihkan dan ditimbun dengan tanah. Selain itu, gulma yang berada di antara tanaman disiangi secara manual. Penyemprotan dengan Parasol ini dilakukan sekitar enam bulan sekali.

Penyiraman tanaman biasanya hanya mengandalkan curah hujan, meskipun adakalanya, di musim kemarau, petani melakukan penyiraman sendiri tergantung kebutuhan. Pemupukan juga tidak terlalu banyak dilakukan. Beberapa petani yang mampu menggunakan pupuk Urea, KCl, dan TSP untuk memupuk kebun. Pemupukan dilakukan dua kali setahun dengan setiap hektar menghabiskan sekitar 100 kg pupuk.

b.

Industri Peng

Industri

pabrik yang hanya meng

juga mengha

kaleng dan produk bek

produk-produk n

Karawang, tetapi pada saat ini pasok nenas ke pabrik di Karawang tersebut masih tidak berkesinambungan.

Beberapa kelompok tani di Kecamatan Jalancagak sudah mulai mengusahakan pengolahan nenas menjadi dodol nenas untuk mendapatkan nilai tambah dan mengurangi ketergantungan pada pabrik serta mengurangi risiko kerusakan buah. Dodol nenas dinilai petani merupakan produk olahan yang paling baik peluangnya untuk dikembangkan karena pemasarannya relatif mudah dan modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar. Selain itu, semua bahan kebutuhan produksi dapat dengan mudah diperoleh di Subang dan sekitarnya. Wilayah pemasaran dodol nenas Subang adalah di sekitar Subang dan Jabotabek. Gambar 7.4 memperlihatkan sebuah warung di tepi jalan raya Subang-Bandung yang menjual hasil industri kecil nenas olahan.

Gambar 7.4. Warung penjual nenas olahan di tepi jalan raya Subang-Bandung (Hasil penelitian, 2003)

Salah satu kelompok tani yang sudah mengusahakan produksi dodol nenas secara baik adalah kelompok tani Mekar Sari. Kelompok yang beranggotakan 20 orang ini mampu menghasilkan sekitar 500 kg dodol nenas setiap bulannya dengan penjualan senilai sekitar Rp 5 juta. Kelompok Mekar Sari merupakan