• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE

4.1 Tokoh Protagonis (Ayla)

4.1.2 Konflik Manusia dengan Manusia

4.1.2 Konflik Manusia dengan Manusia (Konflik Antar Individu)

Konflik manusia dengan manusia lainnya pada tokoh Ayla terjadi pada kutipan berikut:

a. Ayla dengan Arsen

Konflik Ayla dengan Arsen adalah sebagai berikut:

Konflik ini terjadi akibat adanya permasalahan yang berlawanan mengenai satu objek. Ayla yang sudah bertunangan dengan Arsen mencoba membatalkan pernikahannya karena disatu sisi Ayla sesungguhnya tidak ingin menikah dengan Arsen dan disisi lain Arsen memaksa untuk menikah dengan Ayla dan tidak mau membatalkan pernikahan mereka. Namun Ayla bertekat untuk mencari cara agar membatalkan perjodohan tersebut. Terlihat pada kutipan berikut:

“Tolong jangan salah mengartikan tentang jawabanku tadi. Aku terpaksa melakukan ini karena tidak mau dianggap sebagai pembunuh nenek kamu.” ucapanku dengan mimik wajah serius”

“sebelum janur kuning melengkung, nggak ada yang namanya kata menyerah di kamus seorang Ayla. Aku akan terus berjuang dan berusaha untuk membatalkan pernikahan kita dengan cara apapun.” (TPH:67)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla merasakan konflik dengan Arsen karena sudah terpaksa menjawab dan menerima pertunangan mereka akibat tidak mau dianggap sebagai pembunuh nenek Arsen. Ayla akan berjuang untuk membatalkan perjodohan tersebut. Namun tanggapan Arsen membuatnya emosi.

Hal tersebut menimbulkan konflik batin manusia dengan manusia lain. Terlihat dalam kutipan berikut:

Arsen tersenyum dan mengangkat bahu acuh tak acuh. “kalau begitu, semangat! Semoga kamu berhasil.” Dia bertepuk tangan tepat di depan wajahku, sengaja membuat emosiku memuncak. (Riyana, 2018:67)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Arsen tidak perduli dengan usaha Ayla untuk membatalkan pertunangan mereka dan meyakinkan diri bahwa Ayla akan

gagal dalam usahanya untuk membatalkan perjodohan tersebut. Konflik yang dirasakan Ayla muncul ketika melihat sikap Arsen saat itu kepadanya, membuat Ayla emosi dan semakin marah. Seperti kutipan berikut:

“Sebenarnya apa sih yang kamu inginkan dari aku?” aku membentaknya kesal. Api kemarahan menari-nari di pupil mataku.

“Kamu mau mengambil jantungku untuk pengobatan nenek kamu? atau mencuri ginjalku untuk menjualnya dengan harga mahal? Jangan-jangan kamu ingin menjualku keluar negeri.”

“Jaga omongan kamu!” potong Arsen cepat dengan intonasi tinggi.

Membuaku bergidik ngeri.

“kalau gitu, kasih aku alasan yang jelas!” tanpa engaja aku berteriak histeris, air mata sudah menumpuk dipelupuk mataku.” (Riyana, 2018:67) Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Ayla sangat marah atas respon yang diberikan Arsen kepadanya dan membuatnya berpikiran bahwa Arsen memiliki tujuan serta keuntungan tertentu untuk menikahinya. Ayla juga meminta Arsen untuk memberikan alasan yang jelas kepadanya dengan suara keras hingga membuat air mata Ayla menumpuk di pelupuk mata. Namun, Arsen memberi alasan yang tidak diterima oleh Ayla, seperti kutipan berikut:

“Karena takdir sudah mempertemukan kita kembali, Ayla”

“Aku menyeringai geli. “Helloo, hari gini masih percaya aja dengan takdir? Oke, mungkin kita memang dipertemukan dengan takdir. Tapi belum tentu kalo kita itu berjodoh, kan? Pikiran kamu terlalu ketuaan.”

“Terserah kamu mau bilang apa. Jika kamu terus berusaha membuat perjodohan kita batal, maka usaha saya lebih keras lagi untuk membuat kita menikah. Percayalah dengan saya, Ayla.” Aku mengepalkan tangan dengan geram. (Riyana, 2018:68)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla mengalami konflik dengan Arsen karena kemauannya untuk membatalkan pernikahan dengan Arsen saling bertentangan. Ayla menganggap bahwa ia tidak tidak perduli dan tidak percaya dengan takdir. Namun Arsen semakin menguatkan usahanya untuk tetap menikah dengan Ayla. Tidak tercapainya keinginan tokoh Ayla untuk membatalkan pernikahan yang di dasari dengan keterpaksaan oleh orangtua mereka

melatabelakangi timbulnya konflik manusia dengan manusia lain. Hal tersebut terjadi karena hubungan antara manusia dengan manusia.

b. Ayla dengan Papanya

Konflik Ayla dengan Papanya adalah sebagai berikut:

“Kamu lupa dengan peraturan baru kita, Ayla? Papa tidak akan mengizinkan kamu keluar malam, sampai kamu wisuda nanti.”

“wajahku langsung berubah drastis jadi merengut sebal. Peraturan apa ini? Bahkan aku saja tidak tau kapan bisa menyelesaikan skripsi, meskipun hidupku sudah diambang drop out. Aku tidak perduli, sungguh tidak perduli. Aku sudah lelah brada di kampus dan duduk diantara adik-adik junior.” (Riyana, 2018:10)

Kutipan di atas terjadi konflik antara Ayla dengan Papanya. Konflik batin Ayla karena ribut dengan Papanya sendiri yang sudah melarangnya untuk keluar rumah karena tidak menyelesaikan perkuliahannya. Sedangkan Ayla merasakan lelah menjalani perkuliahan dan sudah tidak mau perduli dengan perkuliahannya walaupun dirinya sudah diambang Drop Out. Namun, akibat ketidak perdulianya menimbulkan konflik lain dengan orangtuanya karena harus menerima peraturan yang dibuat oleh orangtuanya. Contoh lain terdapat pada kutipan berikut:

“ayolah, pa. Ayla gak bisa terus-terusan mengurung diri di kamar tiap malam. Aku bisa stres! Papa juga gak mau kan, lihat anaknya jadi stres?”

aku mulai naik pitam, emosiku memang sering pasang-surut.

Papa menggeleng pelan. “Ayla, Ayla. Ternyata kamu lebih stres karena tidak bisa keluar malam daripada tidak kelar kuliah? Sebenarnya, pemikiran kamu itu ada di mana sih, nak?”( Riyana, 2018:10)

Dari kutipan diatas, terjadi konflik antara Ayla dan Papanya. Konflik manusia dengan manusia lain di atas didasari dari peraturan yang dibuat oleh Papa Ayla. Akhirnya merasa tertekan dan stres karena ia mendapatkan peraturan baru bahwa ia tak boleh keluar rumah oleh papanya hingga menyelesaikan

perkuliahannya. Hal itu membuat batinnya tertekan dan menimbulkan konflik anatara ia dan Papanya karena peraturan tersebut membuat dirinya naik pitam dan merasakan emosi. Terlihat juga pada kutipan berikut:

“Aku mulai naik pitam. Emosiku memang sering pasang surut. “Oh, Papa mau bilang kalau Ayla ini ga punya pemikiran dan bodoh? Makanya Ay gak selesai-selesai kuliah, gitu?”

Dari kutipan di atas terlihat konflik Ayla dengan Papanya. Konflik tersebut terjadi karena Ayla merasa bahwa Papanya menganggapnya bodoh karena tidak bisa menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Sehingga Ayla merasa apapun yang dilakukannya salah karena dia belum bisa menamatkan kuliahnya. Setiap orangtua menginginkan yang terbaik buat anaknya. Begitupun yang dirasakan oleh Papa Ayla yang ingin anaknya segera menyelesaikan perkuliahannya. Namun, sikap keras Ayla yang masih saja ingin bermain-main membuatnya tidak memikirkan untuk menyelesaikan pendidikkannya. Hal tersebut menimbulkan konflik antara Ayla dan Papanya. Konflik lainnya juga dapat terlihat pada kutipan berikut:

“Maaf Ay, untuk kali ini akan Papa tegaskan, kamu tidak boleh keluar rumah!” suara Papa tidak kalah kerasnya, sama sekali bukan Papa yang biasanya dan berhasil membuat bulu tanganku meremang” (Riyana, 2018:10)

...

“Tapi, Pa, izinkan Ayla pergi malam ini dengan teman-temanku, dong.”

“Papa tidak mengizinkan kamu untuk pergi.”

Wajahku memelas, mataku sudah berkaca-kaca. “Pa—”

“Anakku, Ayla Hantara Muhti. Papa bilang masuk ke kamar kamu, SE-KA-RANG!”

Dengan berderai air mata, aku berlari menuju kamar dan membanting pintu.

Aku langsung melempar tubuhku ke atas ranjang. Aku menangis senggugukan.” (Riyana, 2018:11)

Dari kutipan di atas, terlihat konflik antara Ayla dengan Papanya karena Papanya memerintahnya untuk masuk ke dalam kamar dan melarangnya untuk pergi bersama teman-temannya. Konflik yang terjadi dalam kutipan di atas adalah konflik manusia dengan manusia, Ayla merasakan capek karena harus berdebat dengan Papanya terus-menerus karena hal yang sama dan keinginan Ayla untuk keluar berama teman-temannya dilarang oleh Papanya. Akibat keinginannya untuk keluar tidak terpenuhi, akhirnya Ayla masuk ke dalam kamar dan menangis senggugukan. Hal itu menimbulkan konflik antara Ayla dan Papanya. Konflik

lainnya juga dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Ya sudah, kalau gitu langsung saja kita tentukan tanggal pernikahan untuk Arsen dengan Ayla” kata Papa.

Satu kalimat dari papa mampu membuatku berteriak histeris. Nyaris saja kedua bola mataku keluar. “Apa? Pernikahan? Aku sama si mas-mas tua ini?” ku tatap Arsen dengan pandangan ngeri. Oh, Tuhan... bagaimana bisa? (Riyana, 2018:20)

Dari kutipan di atas Ayla terlihat sangat terkejut saat mengetahui bahwa ia akan dinikahkan dengan Arsen, orang yang dijodohkan oleh orang tuanya. Ayla tidak menyangka bahwa Papanya akan menikahkan ia dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Hal itu menimbulkan konflik dengan orangtuanya dan membuat Ayla merasa tertekan karena ia tidak mencintai Arsen dan merasa jijik kepada Arsen.

Terlihat pada kutipan berikut:

“Pa, Ayla tidak mau menikah dengan sama si tua itu!”

“Jaga ucapan kamu, Ayla!” hampir saja Papa bertindak gegabah ingin melayangkan satu tamparan keras di pipiku sampai aku memejamkan mata karena ketakutan.

Badanku menggigil, bibirku begetar hebat, dan air mata keluar begitu saja meski hanya setetes.

“Papa tega menampar Ayla demi Arsen?” aku menatap papa dengan nanar.

“sekarang jelaskan kepada Ayla, kenapa Ay harus menikah dengan Arsen?

Apa kehebatan Arsen sampai papa begitu mempertahankan dia untuk menjadi suami Ayla?”( Riyana, 2018:22)

Dari kutipan di atas terlihat konflik yang terjadi antara Ayla dan Papanya.

Papa Ayla terlihat marah karena perkataan Ayla yang tidak sopan kepada Arsen.

Ayla mulai merasa tertekan karena Papanya rela bertindak gegabah ingin menamparnya dan lebih membela laki-laki yang akan dijodohkan Papanya dari pada anaknya sendiri. Lagi-lagi Ayla menolak alasan orangtuanya untuk menjodohkannya dengan Arsen. Terlihat pada kutipan berikut:

Sungguh, aku tertegun mendengar penjelasan papa yang kurang logis.

Bagaimana mungkin papa bisa menyimpulkan kalau Arsen adalah suami idaman para kaum hawa. Kalau pun memang benar adanya, sudah pasti aku sangat tergila-gila dengan mas-mas tua itu. Bagiku, Arsen hanya mas-mas tua yang sangat kebetulan disukai oleh orangtuaku karena ia anak dari teman baik Papa dan Mama. Sudah, itu saja. Tidak lebih dan tidak kurang. (Riyana, 2018:22)

Bagi Ayla, alasan orangtuanya untuk menikahkannya dengan Arsen sangat tidak di terima oleh hatinya. Karena baginya jika Arsen lelaki idaman kaum hawa, tidak mungkin Arsen dijodohkan dengannya. Ayla menolak keputusan yang telah dibuat orangtuanya secara sepihak tersebut menimbulkan konflik di dalam dirinya.

Ia mencoba memohon kepada orang tuanya agar perjodohan tersebut dibatalkan.

Terlihat dalam kutipan berikut:

“Ayla tetap gak mau menikah dengan Arsen. Plis jangan paksa Ayla, pa.”

Aku memohon dari lubuk hati yang paling dalam. Sekilas suara isakan tangis muncul dari sudut bibirku. Kenapa sih hidup jadi seberat ini?

Bahkan lebih berat dari masalah wisuda. (Riyana, 2018:22)

Dari kutipan tersebut, Ayla mencoba untuk memohon agar tidak menikah dengan Arsen. Namun orangtua Ayla tidak perduli dengan kemauan Ayla.

Ayahnya tetap berisi keras untuk menjodohkanya dengan Arsen, akibat paksaan dari orangtuanya, Ayla mendapatkan tekanan batin di dalam diri Ayla.

c. Konflik Ayla dan Ando

Konflik yang terjadi antara Ayla dan Ando adalah sebagai berikut:

Pelan-pelan aku menghela napas, jantungku tidak berhenti berdetak. Aku mengulur tangan untuk meraih tangan Ando dan menggenggamnya erat.

“Kamu harus nikahin aku.”

“Apa? Nyaris saja Ando terjengkang ke belakang karena terkejut. Tiba-tiba dia sudah menarik tangannya menjauh. “Kamu udah gila ya?” lanjutnya kemudian. Wajahnya pucat maksimal.

“Hanya ini satu-satunya cara agar aku terbebas dari perjodohan dan kita bisa hidup bersama selamanya” (Riyana, 2018:25)

Dari kutipan di atas, terlihat konflik manusia dengan manusia terjadi diakibatkan tokoh Ayla ingin menolak perjodohan yang dilakukan orangtuanya dan ia melibatkan pacarnya Ando agar menikahinya. Namun, Ando menolak keinginan Ayla mentah-mentah. Terlihat dalam kutipan berikut:

Ando menggeleng-gelengkan kepala gusar. “Tapi aku nggak bisa menikahi kamu semudah itu. Pernikahan itu ikatan yang sakral!”

“Ya, I know. Tapi kita saling mencintai satu sama lain, kan? Kamu bilang Cuma aku satu-satunya wanita yang ada di hati kamu dan bisa bisa bikin hidup kamu penuh warna.”

“Ya….” Ando mengedikkan bahunya, ia terdengar ragu-ragu. “Tapi kita ini baru pacaran beberapa bulan, Ay. Dan aku belum sepenuhnya sama kamu.” Ujarnya menyangkal. (Riyana, 2018:25)

Dari kutipan di atas, terlihat konflik antara Ayla dan Ando karena Ando menolak keinginan Ayla untuk menikahi Ayla, namun Ayla tetap memaksa Ando sekalipun Ando menyangkal. Hal tersebut menimbulkan konflik diantara mereka berdua karena kemauan Ayla dan Ando tidak sama. Hal tersebut juga dapat dilihat dalam kutipan berikut:

memperthankan aku!” aku mulai naik pitam. Namun berusaha keras untuk menahan air mata yang sudah numpuk dipelupuk mata.

“Sebenarnya….”

Pelan-pelan ia mulai menarik napas. “Itu, yang menghubungi aku tadi adalah istriku.” (Riyana, 2018:25)

Dari kutipan di atas, konflik antar individu terlihat karena Ayla beranggapan bahwa Ando tidak serius dengan hubungan mereka karena penolakan Ando untuk menikahi Ayla. Sementara Ando mencoba untuk jujur kepada Ayla bahwa ia sudah memiliki istri. Mendengar perkataan Ando, Ayla sangat kaget.

Terlihat dalam kutipan berikut:

“Apa?” aku menjerit, kaget. Saraf-saraf pendengaranku seperti ditarik putus. “Aku tidak salah dengarkan?”

“Ya, sebenarnya aku sudah menikah. Jauh dari sebelum aku pacaran sama kamu.”

“Kamu becanda kan By? Kamu bohongkan? Jangan main-main deh sama aku.”

Tidak ada wajah keraguan dimimik Ando, semua itu murni kejujurun.

“Aku nggak bercanda, Ay. Maaf selama ini, aku cuma—“ (Riyana, 2018:26)

Dari kutipan di atas, terlihat konflik antara tokoh Ayla dan Tokoh Ando karena keinginan antar tokoh saling bertabrakan. Ayla sangat menginginkan pernikahan mereka berdua agar Ayla tidak dijodohkan orangtua Ayla. Namun, disisi lain ternyata Ando menghianati Ayla. Ayla sangat terkejut atas pengakuan Ando yang sudah memiliki seorang istri namun tetap menjalani hubungan terlarang dengannya. Hal tersebut membuat Ayla marah dengannya dan menyiram Ando dengan air minum. Terlihat dalam kutipan berikut:

Marah, kesal, benci.hati ini sudah menggebu-gebu dan terasa panas. Tanpa banyak basa-basi lagi, aku langsung mengangkat tinggi-tinggi gelas Macchiato-ku dan mengguyur wajah Ando dengan seluruh isinya.

“Jadi selama ini kiamu mempermainkan aku? Selama ini kamu cuma menjadikan aku sebagai pelampiasan? kamu Cuma jadikan aku selingkuhan?” bentakku yang sudah naik pitam.

Ando mengusap wajahnya dengan saputangan dan menjawab dengan enteng. “Maaf, Ay.”

“Maaf? Raut wajahku sudah berubah frustasi. “kamu udah jadiin aku sebagai perusak rumah tangga kamu sendiri dan udah jebak aku sampai bersedia minum-minuman beralkohol. Terus, dengan mudahnya kamu Cuma bilang maaf? Enak banget hidup lo, ya!” seruku sakartis. (Riyana, 2018:26)

Dari kutipan di atas, Konflik batin yang dialami oleh tokoh Ayla dan Ando terjadi akibat hubungan antar manusia . Percekcokkan Ayla dan Ando terlihat karena tokoh Ayla sangat kesal dengan tokoh Ando dan langsung menyiram Ando dengan minumannya tepat ke muka Ando. Ayla menganggap bahwa Ando telah mempermainkannya dan menjadikannya sebagai perusak rumah tangga Ando.

Namun Ando hanya meminta maaf dan menganggap enteng dengan semua kesalahan yang telah dibuat Ando. Seperti kutipan berikut ini:

Wajah laki-laki di hadapanku ini sama sekali tidak menampilkan rasa sesal. “Kamu yang salah, kenapa mudah terpedaya? Aku hanya memulai permainan kecil ini, tapi kamu sendiri yang mengikuti alurnyakan?”

“Dasar cowok brengsek kamu, Ando! Kamu piker kamu itu siapa? Ha?

Adam Levine, Sarukh Khan, Lee Min Ho, Rio Dewanto? Jangan sok kecakepan deh, kamu itu Cuma laki-laki Playboy yang nggak tahu malu!

Pergi kamu dari sini sebelum ku tendang selangkangan kamu!”

Ando bangkit berdiri sambil tersenyum sinis. “Ayla, Ayla”. Ia geleng-geleng kepala. “Pantasan aja kamu nggak wisuda-wisuda, mulut kamu belum lulus dikuliahin, sih!” (Riyana, 2018:27)

Dari kutipan di atas, konflik Ayla dan Ando semakin terlihat akibat tokoh Ando menganggap Ayla sangat mudah diperdaya oleh Ando sehingga kesalahan dalam hubungan mereka berdua terjadi dan berjalan sampai saat ini. Hal tersebut membuat Ayla emosi dan mengusir Ando dengan mengeluarkan kata-kata kasar kepada Ando. Konflik yang terjadi pada Ayla dan Ando disebabkan oleh adanya

kontak sosial antar manusia atau masalah yang muncul akibat adanya hubungan antar individu.

d. Ayla dan Vanila

Konflik yang terjadi antara Ayla dan Vanila adalah sebagai berikut:

Saat kami kembali ke rumah,Vanila sudah sadarkan diri. Ia masih menangis sambil menyebut nama Nenek berulang kali. Ketika melihatku di depan pintu, ia langung berdiri dan menghampiriku.

“Sudah puas sekarang? Inikan yang mbak Ayla mau? Ini semua gara-gara Mbak Ayla! Apa Mbak Ayla bisa mengembalikan nenek lagi? Sampai kapan pun, Mbak nggak akan pernah bisa buat Nenek hidup lagi! Mbak sudah berhasil membuat orang yang paling kami sayangi itu pergi!” Vanila mencengkram kuat kedua bahuku. Mengguncang keras sampai kepalaku merasa pusing. (Riyana, 2018:220)

Dari kutipan di atas, terlihat konflik antara Ayla dengan Vanila. Vanila sangat marah kepada Ayla karena Ayla sudah menyebabkan Neneknya meninggal dunia. Akibat kepergian Neneknya Vanila, Ayla mendapatkan konflik dengan tokoh Vanila. Konfik Ayla dan Vanila terlihat juga dalam kutipan berikut:

Vanila segera menghampiriku. Merampas kertas di tanganku. “Udah ku duga kalau ini akan terjadi.” Ia menyeringai sinis sambil membaca pesan perlahan, namum melemparkan kertas itu kepadaku.

“Aku rasa, Mbak masih bisa melihat tulisan ini dengan jelas. Mbak gak butakan? Dan.. Mbak nggak terlalu bodoh buat memahami apa arti dari tulisan ini! Mas Arsen sudah memperlihatkan rasa kecewanya. Mbak pasti mengerti apa yang aku katakana. Aku udah mengingatkan hal ini kepada Mbak Ayla!”

Aku menatap Vanila getir. Ia membalasnya penuh kebencian, dengki dan dendam yang terpendam. Dan menganggapku hama yang harus dibasmi.

(Riyana, 2018:221)

Dari penjelasan di atas, terlihat konflik manusia antar manusia yang muncul akibat adanya masalah yang terjadi antar Ayla dan Vanila. Konflik tersebut terjadi akibat kepergian Arsen yang meninggalkan Ayla karena kecewa dan meninggalkan sebuah surat untuk Ayla. Namun Vanila mencoba menjelaskan

kepada Ayla isi dari surat tersebut dengan sangat marah. Hal tersebut menimbulakan konflik diantara Ayla dan Vanila. Dapat dilihat juga dalam kutipan berikut:

“Sekarang Mbak boleh pulang. Aku udah nggak mau melihat wajah Mbak Ayla lagi di sini!” ujar Vanila, membuyarkan lamunanku tentang ucapannya membuat bulu tanganku meremang.

“Jangan tanyakan keberadaan Mas Arsen sama aku. Karena akupun nggak tahu. Sebentar lagi Mbak akan merasakan yang namanya kehilangan.

Karena cepat atau lambat, Mas Arsen akan menjatuhkan talak kepada Mbak Ayla! Akan menceraikan Mbak Ayla, sesuai dengan apa yang Mbak mau!”

Aku hanya terdiam. Lagi-lagi aku menangis, menangis akan kekalahanku sendiri. Menangis akan kesalahanku sendiri. (Riyana, 2018:228)

Dari kutipan di atas, terlihat percekcokkan tokoh Ayla dan tokoh Vanila.

Permasalahan yang dibuat Ayla hingga menewaskan Nenek Vanila menimbulkan banyak pertikaian. Hal itu membuat konflik antara Ayla dan Vanila, Adik Iparnya sendiri. Sehingga Vanila sangat malas melihat wajah Ayla dan mengusir Ayla dari rumah. Akibat permasalahan tersebut, Ayla sadar akan kesalahan dan hanya bisa menangis serta menyesali segala kesalahan yang telah diperbuatnya selama ini.

Dokumen terkait