• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Teknik Analisis Data

Pada metode hermeneutik, membaca novel objek penelitian dilakukan dengan cara memahami konvensi-konvensi yang berlaku terhadap sebuah karya sastra, terutama konvensi sastra dan budaya (Tantawi, 2017:62).

3.4 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan metode deskriptif. Menurut Nasir (1988:84) metode deskriptif adalah mendeskipsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena dengan fenomena pada objek (dalam Tantawi, 2017:66).

Dalam analisis ini, data yang diperoleh dicatat dan dipilih berdasarkan masalah yang dibahas. Metode ini dilakukan dengan cara melukiskan kembali data yang telah terkumpul. Analisis tersebut didasari oleh teori-teori pendukung yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu teori psikologi sastra.

BAB IV

KONFLIK BATIN YANG DIALAMI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE PERFECT HUSBAND KARYA INDAH RIYANA

Pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah konfik batin tokoh utama.

Konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati seseorang, jiwa seorang tokoh atau tokoh-tokoh cerita. Banyaknya konflik yang terjadi pada tokoh utama merupakan tujuan utama dalam penelitian. Seperti yang dijelaskan oleh oleh Pickering (2006:12-19), bahwa konflik memiliki jenis-jenis sebagai berikut, konflik manusia dengan diri sendiri, konflik manusia dengan manusia lain, konflik manusia dengan masyarakat, dan konflik manusia dengan alam.

4.1 Tokoh Protagonis (Ayla)

Ayla adalah seorang mahasiswa abadi dan masih berkutat dengan skripsi diusianya yang suda 25 tahun. Ayla seorang yang keras kepala dan pemberontak harus menerima perjodohan secara terpaksa dan memaksakan dirinya untuk mencintai dan menerima Arsen sebagai suaminya.

Jenis-jenis konflik yang dialami Ayla adalah konflik manusia dengan dirinya sendiri, konflik manusia dengan manusia lain dan konflik manusia dengan masyarakat.

4.1.1 Konflik Manusia dengan Dirinya Sendiri (Konflik Batin)

Konflik yang dialami Ayla dengan dirinya sendiri adalah sebagai berikut:

Konflik ini terjadi ketika tokoh utama bimbang dalam memilih keputusan yang bergejolak di dalam dirinya. Kebimbangan itu muncul ketika tokoh utama harus memilih menerima atau menolak perjodohan. Konflik manusia dengan dirinya sendiri yang dialami Ayla adalah ketika Ayla mencoba menerima perjodohan tersebut tetapi sebenarnya hatinya menolak dan tidak ingin dijodohkan dengan Arsen. Seperti pada kutipan berikut:

Setan bertanduk yang mendadak muncul di bahuku kiriku mulai angkat suara. ‘Jangan diterima lamarannya, Ay! Ingat,dia itu nggak cocok sama kamu. Pekerjaanya gak jelas, hidupnya apalagi. Langsung tolak aja selagi ada kesempatan.’

Sedangkan di bahu kananku. Sosok peri baik hati yang bersayap ikut memberikan nasihat. ‘Ay, coba perhatikan wajah kedua orangtua kamu lekat-lekat. Mereka begitu cemas. Mereka begitu cemas. Lihat juga wajah sedih nenek Arsen,beliau begitu menginginkan kamu menjadi istri cucunya. Jangan sampai karena keteledoran kamu dalam menjawablamaran ini, nenek Arsen sampai masuk rumah sakit. Pikirkan baik-baik sebelum semuanya terlambat dan kamu menyesal seumur hidup.’ (Riyana, 2018:65)

Dari kutipan di atas tokoh Ayla mengalami konflik batin dengan dirinya sendiri akibat merasakan kebimbangan untuk memilih keputusan yaitu menerima atau menolak lamaran Arsen. Kebimbangan tokoh utama Ayla semakin besar ketika ia melihat wajah orangtuanya dan wajah Nenek Arsen yang sangat ingin perjodohan tersebut berjalan dengan semestinya, meskipun Ayla sendiri tidak ingin menerima perjodohan tersebut. Hal tersebut juga terlihat dalam kutipan tersebut:

Kalau aku menolak lamaran ini, mungkinkah nenek akan pingsan dan masuk rumah sakit?

Ludah tertelan dengan payah seolah ada biji rambutan yang menyangkut di tengah-tengan tenggorokan. Kupejamkan mata sekali lagi sebelum memulai memberikan jawaban.

“Aku... terima.” Dan air mataku langsung tumpah membasahi wajah.

(Riyana, 2018:66)

Dari kutipan di atas, konflik dengan dirinya sendiri hadir karena kebimbangan Ayla semakin bertambah, jika Ayla menolak lamaran tersebut, segala kemungkinan buruk akan terjadi kepada nenek Arsen. Akhirnya dengan terpaksa tokoh Ayla menerima lamaran Arsen karena ia tak ingin terjadi apa-apa dengan nenek Arsen. Kebimbangan Ayla tidak hanya disitu saja. Semenjak Ayla dan Arsen sudah berumah tangga, konflik manusia dengan diri sendiri dialami Ayla akibat rasa bimbang karena belum bisa menerima Arsen seutuhnya, terlihat dalam kutipan berikut:

Arsen mengusap kepalaku lembut. Aku tahu kalau tindakan itu murni kasih sayang. Tapi maafkan aku, karena aku belum bisa menerima dia sepenuhnya menjadi suamiku. Hati ini sama sekali tidak tersentuh, meskipun perasaan lembut itu mampu membuatku terenyuh. Tapi aku yakin kalau itu hanya sementara waktu saja.

Dia bersikap seperti ini karna menghargai statusku sebagai istrinya, menghargai keluargaku dan menuruti wasiat dari keluarganya. Dan aku belum bisa memercayainya seutuhnya. (Riyana, 2018:97)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla merasakan konflik karena kebimbangannya dengan sikap Arsen yang baik kepadanya meskipun ia tidak menerima kebaikan Arsen dan ia tidak merasa tersentuh sekalipun sebab ia memiliki pikiran bahwa Arsen hanya baik sementara waktu saja karena Arsen menghargai status mereka yang sudah bersuami-istri. Konflik yang terjadi dalam diri Ayla juga terlihat dalam kutipan berikut:

Dalam hati aku selalu bertanya-tanya, kapan hati ini bisa luluh? Kapan aku bisa jatuh cinta kepada Aren?

Dan berulang kali juga hati ini selalu menjawab, percuma saja, semua akan berujung sia-sia. Aku tidak memilik perasaan apapun. Secuil cinta atau kelembutan saja, tidak. (Riyana, 2018:123)

Kutipan di atas menunjukkan konflik dengan diri sendiri karena tokoh Ayla memiliki pikiran apakah ia bisa mencintai Arsen atau tidak karena sampai saat ini ia juga belum memiliki perasaan apapun kepada Arsen. Meskipun sudah

tinggal serumah dan menjalani biduk rumah tangga bersama-sama. Terlihat juga pada kutipan berikut:

Lalu otakku kembali berputar untuk mencari jawaban. Sebenarnya hatiku ini terbuat dari apa? Batu, logam, atau duri? Apapun itu, hanya satu yang kutahu, hubungan ini akan sulit untuk dipertahankan. Karena semakin banyak aku berbicara dengan Arsen, justru semakin parah pula aku menyakiti hatinya. Dan apa yang bisa dia lakukan? Tersenyum. Ya, hanya senymuan menyebalkan. (Riyana, 2018:144)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla semakin tidak yakin akan perasaannya kepada Arsen karena sikapnya yang keras. Ia beranggapan bahwa hubungan mereka akan sulit untuk dipertahankan karena ia selalu menyakiti perasaan Arsen. Akibat ketidakyakinan Ayla, menimbulkan konflik dalam dirinya sendiri. Konflik lainnya terlihat dalam kutipan berikut:

Dan malam itu,saat itu, detik itu juga. Semesta telah menjadi saksi bisu dimana apa yang selama ini ku jaga dengan baik, akhirnya hilang sudah.

Arsen adalah laki-laki pertama yang mampu untuk memilikinya. Suami yang statusnya hingga kini masih kuragukan.

Mampukah aku membuka hati dengan menempuh cara ekstrem seperti ini?

Mampukah aku memercayai, bahwa dia adalah imam terbaik untuk kehidupanku kelak? Pada kenyataannya, perasaanku maih gamang.”

(Riyana, 2018:180)

Kutipan di atas menunjukkan konflik Ayla kepada kepada dirinya sendiri.

Konflik yang muncul di dalam diri Ayla adalah saat ia memberikan seluruh hidupnya yang telah dijaganya dengan baik kepada Arsen suami yang ia ragukan statusnya. Padahal sebenarnya Ayla masih bimbang apakah ia bisa mencintai atau mempercayai Arsen bahwa Arsen akan menjadi imam yang baik untuknya kelak.

Konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri pada tokoh Ayla juga terlihat dalam kutipan berikut:

Mendadak, aku langsung melihat wajah Arsen dengan air mata yang berderai. “Aku sudah membunuh anak kita, Sen.”

Aku mengingat kejadian itu terus-menerus. Mendapatkan mimpi buruk yang sama setiap malam. Rasa bersalah terus menghantuiku dan mengikutiku dari belakang.

“Kalau saja aku nggak melakukan tindakkan bodoh itu, pasti semua nggak akan terjadi. Ini semua kesalahanku” (Riyana, 2018:263)

Dari kutipan di atas, konflik yang dialami oleh Ayla dengan dirinya sendiri terjadi karena Ayla merasa bahwa dirinya sudah membunuh anaknya sendiri.

Dengan sengaja Ayla meminum pil anti depresi untuk menenangkan dirinya setelah ditinggalkan oleh Suaminya, menimbulkan konflik baru di dalam dirinya sendiri. Akibat pil depresi tersebut, ia keguguran dan kehilangan anak dalam kandungannya. Hal tersebut membuatnya merasa bersalah dan terus dihantuin rasa takut setiap kali mengingat kejadian itu dan membuat Ayla menjadi kehilangan akal. Terlihat dalam kutipan berikut:

Aku masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan air keran dengan kencang, duduk di atas kloset sambil menangis menyentuh perutku yang rata. Ketika tangisku mulai sedikit reda, aku berjongkok di samping bathub yang sudah berisi penuh dengan air. Perlahan, aku langsung menenggelamkan kepalaku ke dalam air. Membuka mata, pandanganku terlihat samar-samar.

Aku menaikan kepala lagi, menyeka wajahku yang basah. (Riyana, 2018:264)

Dari kutipan di atas, terdapat konflik Ayla dengan dirinya sendiri akibat permasalahan yang telah dibuatnya. Ia duduk di atas kloset kamar mandi sambil menangis dan menyesali segalanya sambil memegang perutnya yang sudah rata.

Dengan sengaja Ayla memasukkan wajahnya ke dalam bak yang birisi air. Hal tersebut menimbulkan tekanan jiwa di dalam diri Ayla karena penyesalan yang terjadi di dalam dirinya sendiri.

4.1.2 Konflik Manusia dengan Manusia (Konflik Antar Individu)

Konflik manusia dengan manusia lainnya pada tokoh Ayla terjadi pada kutipan berikut:

a. Ayla dengan Arsen

Konflik Ayla dengan Arsen adalah sebagai berikut:

Konflik ini terjadi akibat adanya permasalahan yang berlawanan mengenai satu objek. Ayla yang sudah bertunangan dengan Arsen mencoba membatalkan pernikahannya karena disatu sisi Ayla sesungguhnya tidak ingin menikah dengan Arsen dan disisi lain Arsen memaksa untuk menikah dengan Ayla dan tidak mau membatalkan pernikahan mereka. Namun Ayla bertekat untuk mencari cara agar membatalkan perjodohan tersebut. Terlihat pada kutipan berikut:

“Tolong jangan salah mengartikan tentang jawabanku tadi. Aku terpaksa melakukan ini karena tidak mau dianggap sebagai pembunuh nenek kamu.” ucapanku dengan mimik wajah serius”

“sebelum janur kuning melengkung, nggak ada yang namanya kata menyerah di kamus seorang Ayla. Aku akan terus berjuang dan berusaha untuk membatalkan pernikahan kita dengan cara apapun.” (TPH:67)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla merasakan konflik dengan Arsen karena sudah terpaksa menjawab dan menerima pertunangan mereka akibat tidak mau dianggap sebagai pembunuh nenek Arsen. Ayla akan berjuang untuk membatalkan perjodohan tersebut. Namun tanggapan Arsen membuatnya emosi.

Hal tersebut menimbulkan konflik batin manusia dengan manusia lain. Terlihat dalam kutipan berikut:

Arsen tersenyum dan mengangkat bahu acuh tak acuh. “kalau begitu, semangat! Semoga kamu berhasil.” Dia bertepuk tangan tepat di depan wajahku, sengaja membuat emosiku memuncak. (Riyana, 2018:67)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Arsen tidak perduli dengan usaha Ayla untuk membatalkan pertunangan mereka dan meyakinkan diri bahwa Ayla akan

gagal dalam usahanya untuk membatalkan perjodohan tersebut. Konflik yang dirasakan Ayla muncul ketika melihat sikap Arsen saat itu kepadanya, membuat Ayla emosi dan semakin marah. Seperti kutipan berikut:

“Sebenarnya apa sih yang kamu inginkan dari aku?” aku membentaknya kesal. Api kemarahan menari-nari di pupil mataku.

“Kamu mau mengambil jantungku untuk pengobatan nenek kamu? atau mencuri ginjalku untuk menjualnya dengan harga mahal? Jangan-jangan kamu ingin menjualku keluar negeri.”

“Jaga omongan kamu!” potong Arsen cepat dengan intonasi tinggi.

Membuaku bergidik ngeri.

“kalau gitu, kasih aku alasan yang jelas!” tanpa engaja aku berteriak histeris, air mata sudah menumpuk dipelupuk mataku.” (Riyana, 2018:67) Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Ayla sangat marah atas respon yang diberikan Arsen kepadanya dan membuatnya berpikiran bahwa Arsen memiliki tujuan serta keuntungan tertentu untuk menikahinya. Ayla juga meminta Arsen untuk memberikan alasan yang jelas kepadanya dengan suara keras hingga membuat air mata Ayla menumpuk di pelupuk mata. Namun, Arsen memberi alasan yang tidak diterima oleh Ayla, seperti kutipan berikut:

“Karena takdir sudah mempertemukan kita kembali, Ayla”

“Aku menyeringai geli. “Helloo, hari gini masih percaya aja dengan takdir? Oke, mungkin kita memang dipertemukan dengan takdir. Tapi belum tentu kalo kita itu berjodoh, kan? Pikiran kamu terlalu ketuaan.”

“Terserah kamu mau bilang apa. Jika kamu terus berusaha membuat perjodohan kita batal, maka usaha saya lebih keras lagi untuk membuat kita menikah. Percayalah dengan saya, Ayla.” Aku mengepalkan tangan dengan geram. (Riyana, 2018:68)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla mengalami konflik dengan Arsen karena kemauannya untuk membatalkan pernikahan dengan Arsen saling bertentangan. Ayla menganggap bahwa ia tidak tidak perduli dan tidak percaya dengan takdir. Namun Arsen semakin menguatkan usahanya untuk tetap menikah dengan Ayla. Tidak tercapainya keinginan tokoh Ayla untuk membatalkan pernikahan yang di dasari dengan keterpaksaan oleh orangtua mereka

melatabelakangi timbulnya konflik manusia dengan manusia lain. Hal tersebut terjadi karena hubungan antara manusia dengan manusia.

b. Ayla dengan Papanya

Konflik Ayla dengan Papanya adalah sebagai berikut:

“Kamu lupa dengan peraturan baru kita, Ayla? Papa tidak akan mengizinkan kamu keluar malam, sampai kamu wisuda nanti.”

“wajahku langsung berubah drastis jadi merengut sebal. Peraturan apa ini? Bahkan aku saja tidak tau kapan bisa menyelesaikan skripsi, meskipun hidupku sudah diambang drop out. Aku tidak perduli, sungguh tidak perduli. Aku sudah lelah brada di kampus dan duduk diantara adik-adik junior.” (Riyana, 2018:10)

Kutipan di atas terjadi konflik antara Ayla dengan Papanya. Konflik batin Ayla karena ribut dengan Papanya sendiri yang sudah melarangnya untuk keluar rumah karena tidak menyelesaikan perkuliahannya. Sedangkan Ayla merasakan lelah menjalani perkuliahan dan sudah tidak mau perduli dengan perkuliahannya walaupun dirinya sudah diambang Drop Out. Namun, akibat ketidak perdulianya menimbulkan konflik lain dengan orangtuanya karena harus menerima peraturan yang dibuat oleh orangtuanya. Contoh lain terdapat pada kutipan berikut:

“ayolah, pa. Ayla gak bisa terus-terusan mengurung diri di kamar tiap malam. Aku bisa stres! Papa juga gak mau kan, lihat anaknya jadi stres?”

aku mulai naik pitam, emosiku memang sering pasang-surut.

Papa menggeleng pelan. “Ayla, Ayla. Ternyata kamu lebih stres karena tidak bisa keluar malam daripada tidak kelar kuliah? Sebenarnya, pemikiran kamu itu ada di mana sih, nak?”( Riyana, 2018:10)

Dari kutipan diatas, terjadi konflik antara Ayla dan Papanya. Konflik manusia dengan manusia lain di atas didasari dari peraturan yang dibuat oleh Papa Ayla. Akhirnya merasa tertekan dan stres karena ia mendapatkan peraturan baru bahwa ia tak boleh keluar rumah oleh papanya hingga menyelesaikan

perkuliahannya. Hal itu membuat batinnya tertekan dan menimbulkan konflik anatara ia dan Papanya karena peraturan tersebut membuat dirinya naik pitam dan merasakan emosi. Terlihat juga pada kutipan berikut:

“Aku mulai naik pitam. Emosiku memang sering pasang surut. “Oh, Papa mau bilang kalau Ayla ini ga punya pemikiran dan bodoh? Makanya Ay gak selesai-selesai kuliah, gitu?”

Dari kutipan di atas terlihat konflik Ayla dengan Papanya. Konflik tersebut terjadi karena Ayla merasa bahwa Papanya menganggapnya bodoh karena tidak bisa menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Sehingga Ayla merasa apapun yang dilakukannya salah karena dia belum bisa menamatkan kuliahnya. Setiap orangtua menginginkan yang terbaik buat anaknya. Begitupun yang dirasakan oleh Papa Ayla yang ingin anaknya segera menyelesaikan perkuliahannya. Namun, sikap keras Ayla yang masih saja ingin bermain-main membuatnya tidak memikirkan untuk menyelesaikan pendidikkannya. Hal tersebut menimbulkan konflik antara Ayla dan Papanya. Konflik lainnya juga dapat terlihat pada kutipan berikut:

“Maaf Ay, untuk kali ini akan Papa tegaskan, kamu tidak boleh keluar rumah!” suara Papa tidak kalah kerasnya, sama sekali bukan Papa yang biasanya dan berhasil membuat bulu tanganku meremang” (Riyana, 2018:10)

...

“Tapi, Pa, izinkan Ayla pergi malam ini dengan teman-temanku, dong.”

“Papa tidak mengizinkan kamu untuk pergi.”

Wajahku memelas, mataku sudah berkaca-kaca. “Pa—”

“Anakku, Ayla Hantara Muhti. Papa bilang masuk ke kamar kamu, SE-KA-RANG!”

Dengan berderai air mata, aku berlari menuju kamar dan membanting pintu.

Aku langsung melempar tubuhku ke atas ranjang. Aku menangis senggugukan.” (Riyana, 2018:11)

Dari kutipan di atas, terlihat konflik antara Ayla dengan Papanya karena Papanya memerintahnya untuk masuk ke dalam kamar dan melarangnya untuk pergi bersama teman-temannya. Konflik yang terjadi dalam kutipan di atas adalah konflik manusia dengan manusia, Ayla merasakan capek karena harus berdebat dengan Papanya terus-menerus karena hal yang sama dan keinginan Ayla untuk keluar berama teman-temannya dilarang oleh Papanya. Akibat keinginannya untuk keluar tidak terpenuhi, akhirnya Ayla masuk ke dalam kamar dan menangis senggugukan. Hal itu menimbulkan konflik antara Ayla dan Papanya. Konflik

lainnya juga dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Ya sudah, kalau gitu langsung saja kita tentukan tanggal pernikahan untuk Arsen dengan Ayla” kata Papa.

Satu kalimat dari papa mampu membuatku berteriak histeris. Nyaris saja kedua bola mataku keluar. “Apa? Pernikahan? Aku sama si mas-mas tua ini?” ku tatap Arsen dengan pandangan ngeri. Oh, Tuhan... bagaimana bisa? (Riyana, 2018:20)

Dari kutipan di atas Ayla terlihat sangat terkejut saat mengetahui bahwa ia akan dinikahkan dengan Arsen, orang yang dijodohkan oleh orang tuanya. Ayla tidak menyangka bahwa Papanya akan menikahkan ia dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Hal itu menimbulkan konflik dengan orangtuanya dan membuat Ayla merasa tertekan karena ia tidak mencintai Arsen dan merasa jijik kepada Arsen.

Terlihat pada kutipan berikut:

“Pa, Ayla tidak mau menikah dengan sama si tua itu!”

“Jaga ucapan kamu, Ayla!” hampir saja Papa bertindak gegabah ingin melayangkan satu tamparan keras di pipiku sampai aku memejamkan mata karena ketakutan.

Badanku menggigil, bibirku begetar hebat, dan air mata keluar begitu saja meski hanya setetes.

“Papa tega menampar Ayla demi Arsen?” aku menatap papa dengan nanar.

“sekarang jelaskan kepada Ayla, kenapa Ay harus menikah dengan Arsen?

Apa kehebatan Arsen sampai papa begitu mempertahankan dia untuk menjadi suami Ayla?”( Riyana, 2018:22)

Dari kutipan di atas terlihat konflik yang terjadi antara Ayla dan Papanya.

Papa Ayla terlihat marah karena perkataan Ayla yang tidak sopan kepada Arsen.

Ayla mulai merasa tertekan karena Papanya rela bertindak gegabah ingin menamparnya dan lebih membela laki-laki yang akan dijodohkan Papanya dari pada anaknya sendiri. Lagi-lagi Ayla menolak alasan orangtuanya untuk menjodohkannya dengan Arsen. Terlihat pada kutipan berikut:

Sungguh, aku tertegun mendengar penjelasan papa yang kurang logis.

Bagaimana mungkin papa bisa menyimpulkan kalau Arsen adalah suami idaman para kaum hawa. Kalau pun memang benar adanya, sudah pasti aku sangat tergila-gila dengan mas-mas tua itu. Bagiku, Arsen hanya mas-mas tua yang sangat kebetulan disukai oleh orangtuaku karena ia anak dari teman baik Papa dan Mama. Sudah, itu saja. Tidak lebih dan tidak kurang. (Riyana, 2018:22)

Bagi Ayla, alasan orangtuanya untuk menikahkannya dengan Arsen sangat tidak di terima oleh hatinya. Karena baginya jika Arsen lelaki idaman kaum hawa, tidak mungkin Arsen dijodohkan dengannya. Ayla menolak keputusan yang telah dibuat orangtuanya secara sepihak tersebut menimbulkan konflik di dalam dirinya.

Ia mencoba memohon kepada orang tuanya agar perjodohan tersebut dibatalkan.

Terlihat dalam kutipan berikut:

“Ayla tetap gak mau menikah dengan Arsen. Plis jangan paksa Ayla, pa.”

Aku memohon dari lubuk hati yang paling dalam. Sekilas suara isakan tangis muncul dari sudut bibirku. Kenapa sih hidup jadi seberat ini?

Bahkan lebih berat dari masalah wisuda. (Riyana, 2018:22)

Dari kutipan tersebut, Ayla mencoba untuk memohon agar tidak menikah dengan Arsen. Namun orangtua Ayla tidak perduli dengan kemauan Ayla.

Ayahnya tetap berisi keras untuk menjodohkanya dengan Arsen, akibat paksaan dari orangtuanya, Ayla mendapatkan tekanan batin di dalam diri Ayla.

c. Konflik Ayla dan Ando

Konflik yang terjadi antara Ayla dan Ando adalah sebagai berikut:

Pelan-pelan aku menghela napas, jantungku tidak berhenti berdetak. Aku mengulur tangan untuk meraih tangan Ando dan menggenggamnya erat.

“Kamu harus nikahin aku.”

“Apa? Nyaris saja Ando terjengkang ke belakang karena terkejut. Tiba-tiba dia sudah menarik tangannya menjauh. “Kamu udah gila ya?” lanjutnya kemudian. Wajahnya pucat maksimal.

“Hanya ini satu-satunya cara agar aku terbebas dari perjodohan dan kita bisa hidup bersama selamanya” (Riyana, 2018:25)

Dari kutipan di atas, terlihat konflik manusia dengan manusia terjadi diakibatkan tokoh Ayla ingin menolak perjodohan yang dilakukan orangtuanya dan ia melibatkan pacarnya Ando agar menikahinya. Namun, Ando menolak keinginan Ayla mentah-mentah. Terlihat dalam kutipan berikut:

Ando menggeleng-gelengkan kepala gusar. “Tapi aku nggak bisa menikahi

Ando menggeleng-gelengkan kepala gusar. “Tapi aku nggak bisa menikahi

Dokumen terkait