• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.3 Tinjauan Pustaka

permasalahan yang dialami seorang tokoh akibat adanya banjir besar, kemarau panjang, gunung meletus dan sebagainya.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya.

Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang telah dimuat dalam bentuk skripsi dan jurnal. Tinjauan pustaka tersebut sebagai berikut:

Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah tentang konflik batin tokoh utama pada novel The Perfect Husband Karya Indah Riyana. Sepanjang pengetahuan dan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa penelitian terhadap novel The Perfect Husband karya Indah Riyana dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra dan dengan objek kajian yang sama belum pernah dilakukan sebelumnya.

Penelitian tentang konflik batin dengan objek kajian yang berbeda telah dibahas oleh Kartika mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, tahun 2008 yaitu novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu dengan judul “Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu: Tinjauan Psikologi Sastra”. Menurut Kartika novel ini menceritakan Penderitaan batin tokoh Nayla yang menimbulkan konflik batin dalam diri Nayla. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut. (1) Penderitaan batin menimbulkan konflik batin dalam diri Nayla. Nayla dibesarkan oleh ibu kandungnya sendiri tanpa

seorang ayah. Sewaktu dalam kandungan, ayahnya telah meninggalkan mereka sehingga membuat ibunya marah dan selalu menutup diri ketika harus menjelaskan keberadaan ayahnya pada Nayla. (2) Nayla sebagai tokoh utama dalam novel ini juga mempunyai kelebihan dibalik semua penderitaan yang dialaminya. Nayla mampu menulis sebuah novel hasil karyanya sendiri yang isinya sama persis dengan kehidupan yang dialaminya. Artinya Nayla mampu mengalahkan egonya dan berani memaparkan kisah hidupnya pada semua orang lewat tulisan dalam novel. (http://eprints.ums.ac.id/645/)

Penelitian tentang konflik batin dengan objek kajian yang berbeda juga telah dibahas oleh Wiwik Rahayu (UNY, 2015) dengan judul judul Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Wujud konflik batin pada tokoh utama dalam novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah; (2) Faktor-faktor yang melatarbelakangi konflik batin tokoh utama dalam novel DT; dan (3) Bentuk penyelesaian konflik batin tokoh utama dalam novel DT. Sumber data penelitian ini adalah novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah dengan jumlah halaman 243, yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta pada tahun 2007.

Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut. (1) Wujud konflik batin yang dialami oleh tokoh utama meliputi pertentangan antara pilihan yang tidak sesuai dengan keinginan, kebimbangan dalam menghadapi permasalahan dan harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan permasalahan yang dialami oleh tokoh utama didominasi oleh id daripada ego. Adanya dominasi id daripada ego itulah yang menyebabkan tokoh utama mengalami konflik batin, sedangkan wujud konflik batin yang paling

dominan pada diri tokoh utama terdapat pada varian kebimbangan dalam menghadapi persoalan, (2) Beberapa faktor yang melatar belakangi konflik batin pada tokoh utama dalam novel DT yaitu antara lain, membenci diri sendiri dan cemas akan masa depan. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial yang kurang mendukung, krisis simpati dari orangtua dan pengkhianatan orang terdekat.

Adapun faktor yang paling berpengaruh sebagai pemicu munculnya konflik batin adalah faktor eksternal, (3) Bentuk penyelesaian konflik batin pada tokoh utama dalam novel DT terdiri dari sublimasi ditunjukkan dengan menutup diri dan menghindari komunikasi, represi ditunjukkan dengan percobaan bunuh diri, proyeksi ditunjukkan dengan memutuskan hubungan dengan rumah dan melarikan diri dari panti rehabilitasi dan rasionalisasi ditunjukkan dengan keputusan hidup mandiri dengan bekerja sebagai kurir narkoba. Adapun bentuk penyelesaian yang paling sering dilakukan oleh tokoh utama adalah bentuk proyeksi.

(http://eprints.uny.ac.id/26752/1/Skripsi%20Full.pdf

Penelitian tentang konflik batin dengan objek kajian yang berbeda juga telah dibahas oleh Joko Saputra (USU, 2015) dalam skripsinya yang berjudul Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Saman Karya Ayu Utami: Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud mendeskripsikan bahwa Psikologi dalam sastra mengandung kejadian-kejadian yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya.

Melalui perilaku tokoh-tokohnya akan tampak konflik batin yang dialami oleh masing-masing tokoh dalam karya sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik batin tokoh utama berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dialaminya dalam novel Saman Karya Ayu Utami.Untuk memperoleh hasil tersebut dipergunakan teori psikologi sastra dengan penerapan teori-teori

psikoanalisis Sigmund Freud. Metode penelitian yang dipergunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan data-data yang sudah diidentifikasi lewat proses pembacaan berulang-ulang (hermeneutik). Dalam analisis deskriptif ini, data yang diperoleh dicatat dan dipilih berdasarkan masalah yang akan dibahas. Analisisnya dilakukan dengan menganalisis dan mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Saman. Konflik batin yang dimaksud dalam hal ini adalah konflik yang dialami tokoh utama yang dipengaruhi oleh alam ketidaksadaran seperti, id, ego, superego. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis solusi yang digunakan tokoh utama untuk menyelesaikan konflik batin yang dialaminya. Berdasarkan hasil analisis tersebut ditemukan bahwa tokoh-tokoh utama mengalami konflik batin yang didominasi oleh id, ego, dan super ego. Kepribadian tokoh yang didominasi oleh id biasanya mengalami kecemasan bawaan lahir, kepribadian tokoh yang didominasi oleh ego biasanya mengalami kecemasan sesuai kenyataan (kesadaran), dan kepribadian tokoh yang didominasi oleh super ego biasanya mengalami kecemasan moral.

(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/50177).

Penelitian tentang konflik batin dengan objek kajian yang berbeda juga telah dibahas oleh Mhd Reza Fahnial (USU, 2017) dengan judul Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Remember When Karya Winna Effendi: Analisis Psikologi Sastra. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan memperoleh bentuk-bentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Remember When karya Winna Efendi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinyakonflik batin tokoh utama. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menelaah novel Remember When karya Winna Efendi dengan menerapkan teori psikologi sastra.

Masalah dalam skripsi ini dibatasi hanya menganalisis konflik batin tokoh utama dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konflik batin tokoh utama yang ada pada novel tersebut, penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat untuk memperkaya pengkajian dan pengapresiasian karya sastra Indonesia, membantu pembaca memahami bentuk-bentuk konflik batin tokoh utama yang ada pada novel Remember When karya Winna Efendi. pengkajian data penelitian dilakukan dengan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan cara menghubungkan novel Remember When karya Winna Efendi dengan teori psikologi sastra, maka dapat ditemukan bentuk konflik batin tokoh utama yakni konflik mendekat-mendekat, konflik mendekat-menjauh, dan konflik menjauh-menjauh. Selanjutnya adanya faktor yang mempengaruhi meliputi faktor internal yaitu, rasa iri hati dan tidak percaya diri serta perasaan bersalah dan faktor eksternal yaitu sikap anti sosial dan keluarga.

(http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/498).

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian terhadap novel The Perfect Husband karya Indah Riyana dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra belum pernah dilakukan sebelumnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menurut Faruk (2015:55) metode penelitian adalah cara untuk memperoleh pengetahuan mengenai objek tertentu dan karenanya harus sesuai dengan kodrat keberadaan objek itu sebagaimana yang yang dinyatakan oleh teori.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang memiliki pengertian yaitu metode yang berhubungan dengan nilai atau kesan dari objek (Tantawi, 2017:61). Metode kualitatif digunakan untuk menyelidiki dan menjelaskan kualitas serta keistimewaan dari pengaruh yang tidak terjelaskan dan tidak terukur dari pendekatan kuantitatif.

3.2 Sumber Data

Adapun sumber data yang akan diteliti adalah:

Judul Novel : The Perfect Husband

Pengarang : Indah Riyana

Penerbit : Romancious

Tahun Terbit : 2018

Tebal Buku : 320 halaman

Cetakan : Kelima

Warna Sampul : Abu-abu dan hitam

Sumber data di atas merupakan sumber data primer atau sebagai sumber data utama. Dalam penelitian ini juga diperlukan data sekunder yang didapat dari buku-buku kajian sastra, buku psikologi sastra, jurnal serta artikel dari internet dan sebagainya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Cara memperoleh data dalam penelitian ini adalah dengan metode heuristik dan hermeneutik. Menurut Pradopo metode heuristik adalah pembacaan

karya sastra berdasarkan struktural bahasanya, sedangkan hermeneutik pembacaan karya sastra berdasarkan konvensi sastranya (dalam Tantawi, 2017:61).

Menurut Tantawi (2017:61) pada metode heuristik dilakukan dengan cara membaca novel yang menjadi objek utama (primer) penelitian ini. Pada bagian ini novel dipahami berdasarkan konvensi bahasa-bahasa yang digunakan oleh pengarang sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada pembaca. Bahasa dipahami melalui berbagai aspek makna kebahasaannya.

Pada metode hermeneutik, membaca novel objek penelitian dilakukan dengan cara memahami konvensi-konvensi yang berlaku terhadap sebuah karya sastra, terutama konvensi sastra dan budaya (Tantawi, 2017:62).

3.4 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan metode deskriptif. Menurut Nasir (1988:84) metode deskriptif adalah mendeskipsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena dengan fenomena pada objek (dalam Tantawi, 2017:66).

Dalam analisis ini, data yang diperoleh dicatat dan dipilih berdasarkan masalah yang dibahas. Metode ini dilakukan dengan cara melukiskan kembali data yang telah terkumpul. Analisis tersebut didasari oleh teori-teori pendukung yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu teori psikologi sastra.

BAB IV

KONFLIK BATIN YANG DIALAMI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE PERFECT HUSBAND KARYA INDAH RIYANA

Pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah konfik batin tokoh utama.

Konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati seseorang, jiwa seorang tokoh atau tokoh-tokoh cerita. Banyaknya konflik yang terjadi pada tokoh utama merupakan tujuan utama dalam penelitian. Seperti yang dijelaskan oleh oleh Pickering (2006:12-19), bahwa konflik memiliki jenis-jenis sebagai berikut, konflik manusia dengan diri sendiri, konflik manusia dengan manusia lain, konflik manusia dengan masyarakat, dan konflik manusia dengan alam.

4.1 Tokoh Protagonis (Ayla)

Ayla adalah seorang mahasiswa abadi dan masih berkutat dengan skripsi diusianya yang suda 25 tahun. Ayla seorang yang keras kepala dan pemberontak harus menerima perjodohan secara terpaksa dan memaksakan dirinya untuk mencintai dan menerima Arsen sebagai suaminya.

Jenis-jenis konflik yang dialami Ayla adalah konflik manusia dengan dirinya sendiri, konflik manusia dengan manusia lain dan konflik manusia dengan masyarakat.

4.1.1 Konflik Manusia dengan Dirinya Sendiri (Konflik Batin)

Konflik yang dialami Ayla dengan dirinya sendiri adalah sebagai berikut:

Konflik ini terjadi ketika tokoh utama bimbang dalam memilih keputusan yang bergejolak di dalam dirinya. Kebimbangan itu muncul ketika tokoh utama harus memilih menerima atau menolak perjodohan. Konflik manusia dengan dirinya sendiri yang dialami Ayla adalah ketika Ayla mencoba menerima perjodohan tersebut tetapi sebenarnya hatinya menolak dan tidak ingin dijodohkan dengan Arsen. Seperti pada kutipan berikut:

Setan bertanduk yang mendadak muncul di bahuku kiriku mulai angkat suara. ‘Jangan diterima lamarannya, Ay! Ingat,dia itu nggak cocok sama kamu. Pekerjaanya gak jelas, hidupnya apalagi. Langsung tolak aja selagi ada kesempatan.’

Sedangkan di bahu kananku. Sosok peri baik hati yang bersayap ikut memberikan nasihat. ‘Ay, coba perhatikan wajah kedua orangtua kamu lekat-lekat. Mereka begitu cemas. Mereka begitu cemas. Lihat juga wajah sedih nenek Arsen,beliau begitu menginginkan kamu menjadi istri cucunya. Jangan sampai karena keteledoran kamu dalam menjawablamaran ini, nenek Arsen sampai masuk rumah sakit. Pikirkan baik-baik sebelum semuanya terlambat dan kamu menyesal seumur hidup.’ (Riyana, 2018:65)

Dari kutipan di atas tokoh Ayla mengalami konflik batin dengan dirinya sendiri akibat merasakan kebimbangan untuk memilih keputusan yaitu menerima atau menolak lamaran Arsen. Kebimbangan tokoh utama Ayla semakin besar ketika ia melihat wajah orangtuanya dan wajah Nenek Arsen yang sangat ingin perjodohan tersebut berjalan dengan semestinya, meskipun Ayla sendiri tidak ingin menerima perjodohan tersebut. Hal tersebut juga terlihat dalam kutipan tersebut:

Kalau aku menolak lamaran ini, mungkinkah nenek akan pingsan dan masuk rumah sakit?

Ludah tertelan dengan payah seolah ada biji rambutan yang menyangkut di tengah-tengan tenggorokan. Kupejamkan mata sekali lagi sebelum memulai memberikan jawaban.

“Aku... terima.” Dan air mataku langsung tumpah membasahi wajah.

(Riyana, 2018:66)

Dari kutipan di atas, konflik dengan dirinya sendiri hadir karena kebimbangan Ayla semakin bertambah, jika Ayla menolak lamaran tersebut, segala kemungkinan buruk akan terjadi kepada nenek Arsen. Akhirnya dengan terpaksa tokoh Ayla menerima lamaran Arsen karena ia tak ingin terjadi apa-apa dengan nenek Arsen. Kebimbangan Ayla tidak hanya disitu saja. Semenjak Ayla dan Arsen sudah berumah tangga, konflik manusia dengan diri sendiri dialami Ayla akibat rasa bimbang karena belum bisa menerima Arsen seutuhnya, terlihat dalam kutipan berikut:

Arsen mengusap kepalaku lembut. Aku tahu kalau tindakan itu murni kasih sayang. Tapi maafkan aku, karena aku belum bisa menerima dia sepenuhnya menjadi suamiku. Hati ini sama sekali tidak tersentuh, meskipun perasaan lembut itu mampu membuatku terenyuh. Tapi aku yakin kalau itu hanya sementara waktu saja.

Dia bersikap seperti ini karna menghargai statusku sebagai istrinya, menghargai keluargaku dan menuruti wasiat dari keluarganya. Dan aku belum bisa memercayainya seutuhnya. (Riyana, 2018:97)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla merasakan konflik karena kebimbangannya dengan sikap Arsen yang baik kepadanya meskipun ia tidak menerima kebaikan Arsen dan ia tidak merasa tersentuh sekalipun sebab ia memiliki pikiran bahwa Arsen hanya baik sementara waktu saja karena Arsen menghargai status mereka yang sudah bersuami-istri. Konflik yang terjadi dalam diri Ayla juga terlihat dalam kutipan berikut:

Dalam hati aku selalu bertanya-tanya, kapan hati ini bisa luluh? Kapan aku bisa jatuh cinta kepada Aren?

Dan berulang kali juga hati ini selalu menjawab, percuma saja, semua akan berujung sia-sia. Aku tidak memilik perasaan apapun. Secuil cinta atau kelembutan saja, tidak. (Riyana, 2018:123)

Kutipan di atas menunjukkan konflik dengan diri sendiri karena tokoh Ayla memiliki pikiran apakah ia bisa mencintai Arsen atau tidak karena sampai saat ini ia juga belum memiliki perasaan apapun kepada Arsen. Meskipun sudah

tinggal serumah dan menjalani biduk rumah tangga bersama-sama. Terlihat juga pada kutipan berikut:

Lalu otakku kembali berputar untuk mencari jawaban. Sebenarnya hatiku ini terbuat dari apa? Batu, logam, atau duri? Apapun itu, hanya satu yang kutahu, hubungan ini akan sulit untuk dipertahankan. Karena semakin banyak aku berbicara dengan Arsen, justru semakin parah pula aku menyakiti hatinya. Dan apa yang bisa dia lakukan? Tersenyum. Ya, hanya senymuan menyebalkan. (Riyana, 2018:144)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla semakin tidak yakin akan perasaannya kepada Arsen karena sikapnya yang keras. Ia beranggapan bahwa hubungan mereka akan sulit untuk dipertahankan karena ia selalu menyakiti perasaan Arsen. Akibat ketidakyakinan Ayla, menimbulkan konflik dalam dirinya sendiri. Konflik lainnya terlihat dalam kutipan berikut:

Dan malam itu,saat itu, detik itu juga. Semesta telah menjadi saksi bisu dimana apa yang selama ini ku jaga dengan baik, akhirnya hilang sudah.

Arsen adalah laki-laki pertama yang mampu untuk memilikinya. Suami yang statusnya hingga kini masih kuragukan.

Mampukah aku membuka hati dengan menempuh cara ekstrem seperti ini?

Mampukah aku memercayai, bahwa dia adalah imam terbaik untuk kehidupanku kelak? Pada kenyataannya, perasaanku maih gamang.”

(Riyana, 2018:180)

Kutipan di atas menunjukkan konflik Ayla kepada kepada dirinya sendiri.

Konflik yang muncul di dalam diri Ayla adalah saat ia memberikan seluruh hidupnya yang telah dijaganya dengan baik kepada Arsen suami yang ia ragukan statusnya. Padahal sebenarnya Ayla masih bimbang apakah ia bisa mencintai atau mempercayai Arsen bahwa Arsen akan menjadi imam yang baik untuknya kelak.

Konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri pada tokoh Ayla juga terlihat dalam kutipan berikut:

Mendadak, aku langsung melihat wajah Arsen dengan air mata yang berderai. “Aku sudah membunuh anak kita, Sen.”

Aku mengingat kejadian itu terus-menerus. Mendapatkan mimpi buruk yang sama setiap malam. Rasa bersalah terus menghantuiku dan mengikutiku dari belakang.

“Kalau saja aku nggak melakukan tindakkan bodoh itu, pasti semua nggak akan terjadi. Ini semua kesalahanku” (Riyana, 2018:263)

Dari kutipan di atas, konflik yang dialami oleh Ayla dengan dirinya sendiri terjadi karena Ayla merasa bahwa dirinya sudah membunuh anaknya sendiri.

Dengan sengaja Ayla meminum pil anti depresi untuk menenangkan dirinya setelah ditinggalkan oleh Suaminya, menimbulkan konflik baru di dalam dirinya sendiri. Akibat pil depresi tersebut, ia keguguran dan kehilangan anak dalam kandungannya. Hal tersebut membuatnya merasa bersalah dan terus dihantuin rasa takut setiap kali mengingat kejadian itu dan membuat Ayla menjadi kehilangan akal. Terlihat dalam kutipan berikut:

Aku masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan air keran dengan kencang, duduk di atas kloset sambil menangis menyentuh perutku yang rata. Ketika tangisku mulai sedikit reda, aku berjongkok di samping bathub yang sudah berisi penuh dengan air. Perlahan, aku langsung menenggelamkan kepalaku ke dalam air. Membuka mata, pandanganku terlihat samar-samar.

Aku menaikan kepala lagi, menyeka wajahku yang basah. (Riyana, 2018:264)

Dari kutipan di atas, terdapat konflik Ayla dengan dirinya sendiri akibat permasalahan yang telah dibuatnya. Ia duduk di atas kloset kamar mandi sambil menangis dan menyesali segalanya sambil memegang perutnya yang sudah rata.

Dengan sengaja Ayla memasukkan wajahnya ke dalam bak yang birisi air. Hal tersebut menimbulkan tekanan jiwa di dalam diri Ayla karena penyesalan yang terjadi di dalam dirinya sendiri.

4.1.2 Konflik Manusia dengan Manusia (Konflik Antar Individu)

Konflik manusia dengan manusia lainnya pada tokoh Ayla terjadi pada kutipan berikut:

a. Ayla dengan Arsen

Konflik Ayla dengan Arsen adalah sebagai berikut:

Konflik ini terjadi akibat adanya permasalahan yang berlawanan mengenai satu objek. Ayla yang sudah bertunangan dengan Arsen mencoba membatalkan pernikahannya karena disatu sisi Ayla sesungguhnya tidak ingin menikah dengan Arsen dan disisi lain Arsen memaksa untuk menikah dengan Ayla dan tidak mau membatalkan pernikahan mereka. Namun Ayla bertekat untuk mencari cara agar membatalkan perjodohan tersebut. Terlihat pada kutipan berikut:

“Tolong jangan salah mengartikan tentang jawabanku tadi. Aku terpaksa melakukan ini karena tidak mau dianggap sebagai pembunuh nenek kamu.” ucapanku dengan mimik wajah serius”

“sebelum janur kuning melengkung, nggak ada yang namanya kata menyerah di kamus seorang Ayla. Aku akan terus berjuang dan berusaha untuk membatalkan pernikahan kita dengan cara apapun.” (TPH:67)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla merasakan konflik dengan Arsen karena sudah terpaksa menjawab dan menerima pertunangan mereka akibat tidak mau dianggap sebagai pembunuh nenek Arsen. Ayla akan berjuang untuk membatalkan perjodohan tersebut. Namun tanggapan Arsen membuatnya emosi.

Hal tersebut menimbulkan konflik batin manusia dengan manusia lain. Terlihat dalam kutipan berikut:

Arsen tersenyum dan mengangkat bahu acuh tak acuh. “kalau begitu, semangat! Semoga kamu berhasil.” Dia bertepuk tangan tepat di depan wajahku, sengaja membuat emosiku memuncak. (Riyana, 2018:67)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Arsen tidak perduli dengan usaha Ayla untuk membatalkan pertunangan mereka dan meyakinkan diri bahwa Ayla akan

gagal dalam usahanya untuk membatalkan perjodohan tersebut. Konflik yang dirasakan Ayla muncul ketika melihat sikap Arsen saat itu kepadanya, membuat Ayla emosi dan semakin marah. Seperti kutipan berikut:

“Sebenarnya apa sih yang kamu inginkan dari aku?” aku membentaknya kesal. Api kemarahan menari-nari di pupil mataku.

“Kamu mau mengambil jantungku untuk pengobatan nenek kamu? atau mencuri ginjalku untuk menjualnya dengan harga mahal? Jangan-jangan kamu ingin menjualku keluar negeri.”

“Jaga omongan kamu!” potong Arsen cepat dengan intonasi tinggi.

Membuaku bergidik ngeri.

“kalau gitu, kasih aku alasan yang jelas!” tanpa engaja aku berteriak histeris, air mata sudah menumpuk dipelupuk mataku.” (Riyana, 2018:67) Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Ayla sangat marah atas respon yang diberikan Arsen kepadanya dan membuatnya berpikiran bahwa Arsen memiliki tujuan serta keuntungan tertentu untuk menikahinya. Ayla juga meminta Arsen untuk memberikan alasan yang jelas kepadanya dengan suara keras hingga membuat air mata Ayla menumpuk di pelupuk mata. Namun, Arsen memberi alasan yang tidak diterima oleh Ayla, seperti kutipan berikut:

“Karena takdir sudah mempertemukan kita kembali, Ayla”

“Aku menyeringai geli. “Helloo, hari gini masih percaya aja dengan takdir? Oke, mungkin kita memang dipertemukan dengan takdir. Tapi belum tentu kalo kita itu berjodoh, kan? Pikiran kamu terlalu ketuaan.”

“Aku menyeringai geli. “Helloo, hari gini masih percaya aja dengan takdir? Oke, mungkin kita memang dipertemukan dengan takdir. Tapi belum tentu kalo kita itu berjodoh, kan? Pikiran kamu terlalu ketuaan.”

Dokumen terkait