• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE PERFECT HUSBAND KARYA INDAH RIYANA: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH INTAN MAYASARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE PERFECT HUSBAND KARYA INDAH RIYANA: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH INTAN MAYASARI"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE PERFECT HUSBAND KARYA INDAH RIYANA: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

SKRIPSI

OLEH

INTAN MAYASARI 150701026

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel The Perfect Husband Karya Indah Riyana:

Kajian Psikologi Sastra Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Intan Mayasari

NIM : 150701026

Program Studi : Sastra Indonesia Fakultas : IlmuBudaya USU

Judul Skripsi : Konflik Batin Tokoh Utama dalam NovelThe Perfect Husband Karya Indah Riana: Kajian Psikosastra

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, September 2019 Penulis

Intan Mayasari NIM 150701026

(5)

Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel The Perfect Husband Karya Indah Riyana: Analisis Psikologi Sastra

Oleh:

INTAN MAYASARI

ABSTRAK

Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif atau sebuah karya seni yang menggambarkan kehidupan manusia beserta segala permasalahan yang melingkupinya. Permasalahan itu bisa berupa pertentangan batin dengan dirinya sendiri, lingkungan atau hubungannya dengan Tuhan. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan memperoleh jenis-jenis konflik batin tokoh utama dalam novel The perfect Husband karya Indah Riyana. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulisis menganalisis novel The perfect Husband karya Indah Riyana dengan menggunakan teori psikologi sastra. Masalah dalam skripsi ini dibatasi hanya menganalisis konflik batin tokoh utama dengan mengetahui jenis-jenis konflik batin yang ada di dalam novel tersebut. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat untuk menambah pengkajian karya sastra dan membantu memahami bentuk-bentuk konflik batin tokoh utama dalam novel The perfect Husband karya Indah Riyana. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah jenis- jenis konflik batin tokoh utama yaitu: (1) Konflik manusia dengan dirinya sendiri;

tokoh protagonis (Ayla), konflik yang terjadi pada tokoh Ayla yaitu harus menerima perjodohan dan memaksakan diri untuk membuka hati kepada suaminya. Tokoh antagonis (Arsen) konflik yang terjadi pada tokoh Arsen yaitu harus selalu menahan emosi dan tetap sabar untuk mendapatkan cinta dari istrinya dam menghadapi istrinya. (2) Konflik manusia dengan manusia lainnya; Tokoh protagonis (Ayla) meliputi: Ayla dengan Arsen, Ayla dengan orang tuanya, Ayla dengan Ando dan Ayla dengan Vanila. Tokoh antagonis (Arsen) konflik antarmanusia yang dialami Arsen meliputi: Arsen dengan Ayla, Arsen dengan orang tua Ayla, Arsen dengan Awan dan Arsen dengan Vanila. (3) Konflik manusia dengan masyarakat; konflik ini hanya terjadi pada tokoh protagonis (Ayla) yang dengan sengaja membohongi perusahaan tempat ia bekerja dengan tujuan agar ia bisa bekerja di perusahaan tersebut, dan (4) Konflik manusia dengan alam; konflik ini hanya terjadi pada tokoh antagonis (Arsen) yang terjebak disuatu Provinsi dan menghambat aktivitas akibat kabut asap dari kebakaran hutan.

Kata kunci: karya sastra, novel, konflik batin, dan psikologi sastra.

(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan, karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel The Perfect Husband Karya Indah Riana: Kajian Psikosastra”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bantuan, bimbingan, pengarahan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Dr. Budi Agustono, M.S. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Drs.

Mauly Purba, M.A., Ph.D. sebagai Wakil Dekan I, Dra. Heristina Dewi, M.Pd.

sebagai Wakil Dekan II, Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. sebagai Wakil Dekan III.

2. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai ketua Program Studi Sastra Indonesia.

Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum., sebagai sekretaris Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Isma Tantawi, M.A., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak berperan untuk membimbing dan menasehati dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis merasa bersyukur sekaligus berterima kasih atas kesabaran, waktu dan tenaga yang telah Bapak berikan pada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

4. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. dan Dr. Drs. Hariadi Susilo, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

(7)

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. Terima Kasih juga kepada Bapak Joko yang banyak membantu penulis mengurus keperluan administrasi.

6. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik berupa moril dan material selama perkuliahan. Terutama kepada orang tua tercinta yang selalu di hati, Ibunda Rusmiati dan Nenek Menik yang selalu memberikan semangat, mendoakan dan merestui penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas motivasi dan dukungan kepada penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini sehingga penulis menjadi anak yang mandiri.

7. Kepada kakanda Ria Frieska Sari, S.S., terima kasih atas dukungan yang telah diberikan dalam proses pembuatan skripsi ini. Teruntuk sahabat terkasih Indah Nur Islamiah, Linda Anggraini Lubis dan Dwi Citra Ningrum yang banyak membuat kenangan baik suka maupun duka dari awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini. Teruntuk teman kos tercinta, Fany, Tini, Putri, Ade dan Rozana, terima kasih atas semangat, dukungan dan motivasi yang diberikan kepada saya serta membantu saya dalam keadaan suka duka dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman seperjuangan, terkhusus untuk stambuk 2015 dan anak- anak Koridor yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih banyak sudah memberikan kenangan indah dari awal perkuliahan hingga sekarang.

(8)

9. Kepada abangda dan kakanda stambuk 2013, terima kasih atas arahan dan masukan yang telah diberikan untuk saya. Serta adik-adik stambuk 2016 yang sudah memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi saya.

Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap kan kritik dan saran yang membangun untuk membangun hasil penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, September 2019 Penulis,

Intan Mayasari

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ... ii

PERNYATAAN... iii

ABSTRAK……… iv

PRAKATA……… .. v

DAFTAR ISI ……… viii

BAB I PENDAHULUAN ... ……….. 1

1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Batasan Masalah .. ………. 4

1.3 RumusanMasalah ………..……... 5

1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian………... 5

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.2.1 Manfaat Teoretis……….... 5

1.4.2.2 Manfaat Praktis………... 6

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI.... 7

2.1 Konsep... ……...………... 7

2.1.1 Sastra...………... 7

2.1.2 Novel... 8

2.1.3 Psikologi Sastra...………... 8

2.1.4 Tokoh... 8

2.1.5 Tokoh Utama... ... 9

2.1.6 Konflik Batin... . 9

2.2 Landasan Teori………...…... 10

2.2.1 Jenis-Jenis Konflik ... 12

2.3 Tinjauan Pustaka..…... 14

BAB III METODE PENELITIAN . ………... 19

3.1 Metode Penelitian……….... 19

(10)

3.2 Sumber Data ………...………...……... 19

3.3 Teknik Pengumpulan Data . ……… 20

3.4 Teknik Analisis Data ……….. 21

BAB IV KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE PERFECT HUSBAND ... 22

4.1 Tokoh Protagonis (Ayla)... ... 22

4.1.1 Konflik Manusia dengan Dirinya Sendiri... 22

4.1.2 Konflik Manusia dengan Manusia... 27

4.1.3 Konflik Manusia dengan Masyarakat... . 37

4.2 Tokoh Antagonis (Arsen)... 39

4.2.1 Konflik Manusia dengan Dirinya Sendiri... .... 39

4.2.2 Konflik Manusia dengan Manusia... 44

4.2.3 Konflik Manusia dengan Alam... ... 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 56

5.1 Simpulan... .. 56

5.2 Saran... . 57

DAFTAR PUSTAKA………. 58

LAMPIRAN... .. 60

1. Sinopsis Novel The Perfect Husband... . 60

2. Daftar Riwayat Hidup Indah Riyana... .. 64

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif atau sebuah karya seni yang menggambarkan kehidupan manusia beserta segala permasalahan yang melingkupinya. Permasalahan itu bisa berupa pertentangan batin dengan dirinya sendiri, lingkungan atau hubungannya dengan Tuhan.

Wellek dan Waren (1989:276) mengatakan bahwa karya sastra adalah hasil ciptaan pengarang yang menggambarkan segala peristiwa yang dialami masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Karya sastra seorang pengarang mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmasyarakat berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya sekaligus memasukkan unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman manusia.

Selain itu, karya sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, ide, semangat dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan keindahan dengan alat bahasa. Bahasa dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah media pemikiran yang dicurahkan melalui bahasa dan direpresentasikan dalam bentuk tulisan. Salah satu karya sastra yang berupa tulisan yaitu novel.

Di dalam kehidupan sehari-hari seorang pengarang harus mampu menceritakan bagaimana tingkah laku tokoh-tokoh yang digambarkan, misalnya

(12)

dari pengalaman sendiri, dari pengalaman orang lain, atau bahkan hanya khayalan-khayalan pengarang saja. Lika-liku kehidupan dalam novel yang menurut pengarang menarik itulah lalu dituangkan dan ditulis menjadi cerita panjang yang disebut novel. Hal ini dibangun dari dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Tokoh adalah pelaku yang mengemban atau menjalankan peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 1995:85).

Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Sebaliknya, ada tokoh-tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang disebut tokoh utama (central character, main character), sedangkan yang kedua adalah tokoh tambahan

(pheriperal character) (Nurgiyantoro, 1995:176). Tokoh memegang peranan penting dalam sebuah karya sastra karena menggambarkan tingkah laku suatu perbuatan atau perilaku manusia yang menjadi penggerak jalannya cerita agar lebih hidup. Aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam novel memberikan pemahaman terhadap kejiwaan yang ada dalam diri manusia secara tidak langsung. Pemahaman itu didapat dari dialog maupun monolog yang ada di dalam suatu novel.

Sebuah novel akan lebih menarik jika terdapat konflik di dalam cerita yang menggambarkan tentang kehidupan manusia. Pengarang juga dituntut untuk menimbulkan konflik dan masalah kejiwaan di dalam tokoh-tokoh tersebut.

Dalam menciptakan karya sastra pengarang mempunyai konsep yang berbeda-

(13)

beda. Hal ini disebabkan perbedaan latar belakang sosial atau mungkin juga ditimbulkan oleh rasa individualitas dari gejala jiwanya. Dengan gejala jiwanya itulah, pengarang menampilkan tokoh yang berbeda-beda dengan berbagai kemungkinan. Tokoh-tokoh yang ditampilkan adalah tokoh manusia yang berjiwa dengan berbagai problema.

Hubungan antara sastra dengan psikologi didasarkan pada bahasa. Sastra secara tidak langsung menampilkan ketidaksadaran bahasa yang dapat dilihat unsur-unsur psikologinya. Konflik batin dalam tokoh utama dipilih untuk dikaji psikologinya sesuai dengan objek yang dikaji yakni, novel The Perfect Husband karya Indah Riyana. Cerita yang diambil dari wattpad yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah novel dan kini kisah ini pun diangkat ke dalam layar lebar dengan judul yang sama.

Seperti yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, perjodohan sudah tidak asing di tengah masyarakat Indonesia, seperti halnya perjodohan yang digambarkan di dalam novel Sitti Nurbaya (Kasih Tak Sampai) karya Marah Rusli. Novel karya Marah Rusli tersebut bertemakan tentang perjodohan paksa yang dilakukan oleh Datuk Maringgih dan berakhir tragis. Namun, perjodohan yang digambarkan dalam novel The Perfect Husband karya Indah Riyana ini berbanding terbalik dengan novel karya Marah Rusli.

Novel yang ditulis oleh Indah Riyana pada tahun 2016 tersebut menceritakan tentang tokoh utama bernama Ayla yang mengalami konflik batin karena tanpa sepengetahuan Ayla, ternyata Ayla telah dijodohkan sejak kecil oleh orang tuanya kepada orang yang belum dikenalnya, yaitu anak sahabat ayahnya.

(14)

Ayla seorang wanita diambang drop out dari kuliah harus mengikhlaskan dirinya ketika terjadi perjodohan dengan Arsen. Ayla yang selalu bersikap kasar kepada Arsen bertekad dengan segala cara untuk membatalkan pernikahan mereka.

Namun, dengan kesabaran dan kebulatan tekad Arsen, akhirnya mereka menikah.

Tabiat Ayla yang keras dan kasar kepada Arsen membuat pernikahan mereka terasa hambar. Hingga saat kesabaran Arsen sudah tak berbatas, Arsen pergi dan Ayla depresi karena kepergiannya.

Problem rumah tangga dalam kisah sepasang suami-istri ini terus-menerus terjadi pada kehidupan mereka hingga segala permasalahan dalam pernikahan mereka dapat mereka lalui. Seiring berjalannya waktu, perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka berakhir dengan indah karena pada akhirnya mereka saling mencintai dan memiliki keluarga yang bahagia .

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk membahahas novel ini, khususnya untuk melihat konflik batin yang dialami oleh tokoh utama di dalam novel The Perfect Husband karya Indah Riyana.

1.2 Batasan Masalah

Untuk membahas segala permasalahan dalam kehidupan manusia yang kompleks, sebuah karya sastra perlu diberi batasan masalah agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai.

Batasan masalah merupakan pembatasan masalah yang akan dibuat dengan tujuan permasalahan yang lebih fokus. Penelitian ini membatasi masalah

(15)

hanya tentang jenis-jenis konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel The Perfect Husband karya Indah Riyana.

1.3 Rumusan Masalah

Pengkajian novel The Perfect Husband karya Indah Riyana ini dilakukan dengan pendekatan psikosastra. Adapun masalah yang akan dikaji adalah apa sajakah jenis-jenis konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel The Perfect Husband karya Indah Riyana?

1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel The Perfect Husband karya Indah Riyana.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1.4.2.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang teori psikologi sastra lebih tepatnya tentang kejiwaan dan konflik batin yang kerap dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya pada novel The Perfect Husband karya Indah Riyana.

(16)

1.4.2.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Dapat memberikan dan menambah motivasi para pembaca tentang kehidupan khususnya tentang konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Dapat memberikan peluang pembaca untuk membaca karya sastra dan mengembangkannya dengan sudut pandang yang berbeda pula.

(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep

Konsep digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan, menggambarkan atau mendeskripsikan suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek yang akan dianalisis berupa novel The Perfect Husban karya Indah Riana dalam tulisan ilmiah yang berjudul Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel The Perfect Husband karya Indah Riana: Kajian Psikosastra.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka penelitian ini memiliki beberapa konsep yang akan menjadi dasar pembahasan untuk bab selanjutnya, yaitu sebagai berikut.

2.1.1 Sastra

Edwin Greenlaw (dalam Wellek dan Warren, 1989:11) menyatakan sastra adalah segala sesuatu yang tertulis/tercetak. Sedangkan Wellek dan Warren membedakan ciri-ciri dengan memerinci kegunaan bahasa yang khas sastra, dengan cara membedakan bahasa sastra dengan bahasa ilmiah, maupun bahasa sehari-hari. Bahasa Sastra menurutnya antara lain: (1) penuh ambiguitas dan homonim, (2) memiliki kategori-kategori yang tak beraturan dan tak rasional, (3) penuh dengan asosiasi, mengacu pada ungkapan atau karya yang diciptakan sebelumnya, (4) sangat konotatif, (5) mempunyai fungsi ekspresif, (6) menunjukkan nada atau tone dan sikap penulisnya, (7) berusaha mempengaruhi, membujuk dan pada akhirnya mengubah sikap pembaca (1989:14-15) .

(18)

2.1.2 Novel

Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa Jerman disebut novelle dan novel dalam bahasa Inggris dan ini lah yang kemudian masuk ke Indonesia, berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa Jerman:

novelle). Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan

kemudian diartikan sebagai cerita pendek yang berbentuk prosa (Abrams, 1981:119) dalam (Nurgiantoro 1995:9). Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia „novelet‟ (Inggris novellet), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro 1995:9).

2.1.3 Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang mengandung masalah- masalah psikologis dalam suatu karya sastra yang memuat peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang imajiner atau faktual yang ada di dalam karya sastra (Sangidu, 2004:30).

2.1.4 Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang mengemban atau menjalankan peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 1995:85).

Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh-tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam

(19)

porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang disebut tokoh utama (central character, main character), sedangkan yang kedua adalah tokoh tambahan (pheriperal character) (Nurgiyantoro, 1995:176).

2.1.5 Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik penting yang mempengaruhi perkembangan plot. Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tak dipentingkan, dan kehadirannya jika hanya ada keterkaitan dengan tokoh utama, secara langsung, ataupun tak langsung. Tokoh utama adalah yang dibuat sinopsisnya, yaitu dalam kegiatan pembuatan sinopsis, sedang tokoh tambahan biasanya diabaikan. Tokoh utama dalam sebuah novel, mungkin saja lebih dari seorang, walaupun kadar keutamaannya tak selalu sama keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan (Nurgiyantro, 1995:176).

2.1.6 Konflik Batin

Konflik merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah cerita.

Pentingnya kehadiran konflik dalam suatu cerita dijelaskan oleh Stanton (2007:31) bahwa dua elemen dasar yang membangun alur adalah konflik dan

(20)

klimaks. Setiap karya fiksi setidaknya-tidaknya memiliki konflik internal (yang tampak jelas) yang hadir melalui hasrat dua orang karakter atau hasrat seseorang karakter dengan lingkungannya. Konflik-konflik spesifik ini merupakan subordinasi satu konflik utama yang bersifat eksternal, internal atau dua-duanya.

Konflik adalah konflik yang terjadi dalam hati seseorang, jiwa seorang tokoh atau tokoh-tokoh cerita. Jadi ia meruakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, ia lebih merupakan permasalahan intern seorang manusia.

Misalnya hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan atau masalah lainnya (Nurgiyantoro, 1995:124). Jadi, dari penjelasan tersebut pengertian konflik dapat dimengerti dengan adanya suatu peristiwa yang dialami oleh tokoh fiksi sebagai manifestasi manusia pada kehidupan nyata di mana peristiwa tersebut cenderung pada peristiwa atau hal-hal yang tidak menyenangkan sehingga membuat tokoh tersebut merasa terganggu dan tidak nyaman.

2.2 Landasan Teori

Di dalam penelitian, diperlukan adanya landasan teori yang menjadi dasar penelitian. Landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan diharapkan mampu menjadi tumpuan seluruh pembahasan.

Sastra sebagai ”gejala kejiwaaan” mengandung fenomena-fenomena kejiwaan yang terlihat lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian, karya sastra (teks sastra) dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologi.

Psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang mengandung masalah- masalah psikologis dalam suatu karya sastra yang memuat peristiwa kehidupan

(21)

manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang imajiner atau faktual yang ada di dalam karya sastra (Sangidu, 2004:30).

Psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional yakni sama- sama berguna untuk sarana mempelajari jiwa manusia. Perbedaannya hanyalah gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala kejiwaan manusia yang imajiner sedangkan dalam psikologi adalah manusia-manusia riil (Endaswara, 2004:97). Untuk menganalisis kejiwaan tokoh digunakan psikologi analisis yang diterapkan pada tokoh yang mengalami masalah kejiwaan yaitu konflik batin tokoh utama.

Psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang mengandung masalah- masalah psikologis dalam suatu karya sastra yang memuat peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang imajiner atau faktual yang ada di dalam karya sastra (Sangidu, 2004:30). Psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, karya sastra merupakan kreasi dari suatu proses kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar (subconscious) yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk conscious. Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah cerminan psikologis dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema psikologis kisah yang kadang kala merasakan dirinya terlibat dalam cerita. Karya-karya sastra memungkinkan ditelaah melalui pendekatan psikologi karena karya sastra menampilkan watak para tokoh, walaupun imajinatif dapat menampilkan berbagai problem psikologis (Endaswara, 2004:96).

(22)

2.2.1 Jenis-Jenis Konflik

Menurut Pickering, konflik memiliki beberapa jenis, antara lain konflik dengan diri sendiri (konflik batin), konflik antar individu (konflik manusia dengan manusia), konflik manusia dengan masyarakat, dan konflik manusia dengan alam.

Seperti yang dikemukakan oleh Pickering (2006:12-19) seperti berikut ini:

1. Konflik Manusia dengan Dirinya Sendiri (Konflik Batin)

Konflik manusia dengan dirinya sendiri adalah konflik yang terjadi dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita. Konflik ini lebih bersifat permasalahan intern dan merupakan pertarungan tokoh melawan dirinya sendiri. Konflik dalam diri adalah gangguan emosi yang terjadi dalam diri seseorang karena dituntut menyelesaikan suatu pekerjaan atau memenuhi suatu harapan, sementara pengalaman, minat, tujuan dan tata nilainya tidak sanggup memenuhinya. Hal ini menjadi beban baginya. Konflik ini terjadi apabila pengalaman, minat, tujuan, atau tata nilai pribadinya bertentangan satu sama lain, dan konflik diri mencerminkan perbedaan yang tokoh katakan, inginkan, dan apa yang tokoh tersebut lakukan untuk mengujudkan keinginan itu. Konflik diri dapat menghambat kehidupan sehari-hari tokoh tersebut.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Stanton (1995:16) dalam Nurgiyantoro (1995:124) konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh (tokoh-tokoh) cerita. Jadi, ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri dan merupakan permasalahan intern seorang manusia. Misalnya, hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antar dua keinginan, keyakinan, pilihan yan berbeda, harapan-harapan, atau masalah-masalah lainnya.

(23)

2. Konflik Manusia dengan Manusia (Konflik Antarindividu)

Konflik antarmanusia adalah konflik yang disebabkan oleh adanya hubungan antara manusia dengan manusia atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia. Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar psikologis yang bisa mencetuskan konflik apabila tidak terpenuhi.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jones (1968:30) dalam Nurgiyantoro (1995:124) konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusai atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia.

3. Konflik Manusia dengan Masyarakat

Konflik manusia dengan masyarakrat adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antara manusia dengan manusia lain dalam struktur masyarakat luas. Konflik manusia dengan masyarakat adalah konflik yang terjadi kepada individu di dalam suatu kelompok (masyarakat, tim, departemen, perusahaan, dsb.)

4. Konflik Manusia dengan Alam

Konflik manusia dengan alam adalah konflik yang disebabkan adanya pembenturan antara tokoh dengan elemen alam. Suatu pertarungan yang dilakukan oleh seseorang tokoh atau manusia secara sendiri-sendiri atau bersama- sama melawan kekuatan alam yang mengancam hidup manusia itu sendiri.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jones (1968:30) dalam Nurgiyantoro (1995:124) konflik fisik atau konflik elemental adalah konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Misalnya,

(24)

permasalahan yang dialami seorang tokoh akibat adanya banjir besar, kemarau panjang, gunung meletus dan sebagainya.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya.

Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang telah dimuat dalam bentuk skripsi dan jurnal. Tinjauan pustaka tersebut sebagai berikut:

Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah tentang konflik batin tokoh utama pada novel The Perfect Husband Karya Indah Riyana. Sepanjang pengetahuan dan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa penelitian terhadap novel The Perfect Husband karya Indah Riyana dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra dan dengan objek kajian yang sama belum pernah dilakukan sebelumnya.

Penelitian tentang konflik batin dengan objek kajian yang berbeda telah dibahas oleh Kartika mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, tahun 2008 yaitu novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu dengan judul “Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu: Tinjauan Psikologi Sastra”. Menurut Kartika novel ini menceritakan Penderitaan batin tokoh Nayla yang menimbulkan konflik batin dalam diri Nayla. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut. (1) Penderitaan batin menimbulkan konflik batin dalam diri Nayla. Nayla dibesarkan oleh ibu kandungnya sendiri tanpa

(25)

seorang ayah. Sewaktu dalam kandungan, ayahnya telah meninggalkan mereka sehingga membuat ibunya marah dan selalu menutup diri ketika harus menjelaskan keberadaan ayahnya pada Nayla. (2) Nayla sebagai tokoh utama dalam novel ini juga mempunyai kelebihan dibalik semua penderitaan yang dialaminya. Nayla mampu menulis sebuah novel hasil karyanya sendiri yang isinya sama persis dengan kehidupan yang dialaminya. Artinya Nayla mampu mengalahkan egonya dan berani memaparkan kisah hidupnya pada semua orang lewat tulisan dalam novel. (http://eprints.ums.ac.id/645/)

Penelitian tentang konflik batin dengan objek kajian yang berbeda juga telah dibahas oleh Wiwik Rahayu (UNY, 2015) dengan judul judul Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Wujud konflik batin pada tokoh utama dalam novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah; (2) Faktor-faktor yang melatarbelakangi konflik batin tokoh utama dalam novel DT; dan (3) Bentuk penyelesaian konflik batin tokoh utama dalam novel DT. Sumber data penelitian ini adalah novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah dengan jumlah halaman 243, yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta pada tahun 2007.

Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut. (1) Wujud konflik batin yang dialami oleh tokoh utama meliputi pertentangan antara pilihan yang tidak sesuai dengan keinginan, kebimbangan dalam menghadapi permasalahan dan harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan permasalahan yang dialami oleh tokoh utama didominasi oleh id daripada ego. Adanya dominasi id daripada ego itulah yang menyebabkan tokoh utama mengalami konflik batin, sedangkan wujud konflik batin yang paling

(26)

dominan pada diri tokoh utama terdapat pada varian kebimbangan dalam menghadapi persoalan, (2) Beberapa faktor yang melatar belakangi konflik batin pada tokoh utama dalam novel DT yaitu antara lain, membenci diri sendiri dan cemas akan masa depan. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial yang kurang mendukung, krisis simpati dari orangtua dan pengkhianatan orang terdekat.

Adapun faktor yang paling berpengaruh sebagai pemicu munculnya konflik batin adalah faktor eksternal, (3) Bentuk penyelesaian konflik batin pada tokoh utama dalam novel DT terdiri dari sublimasi ditunjukkan dengan menutup diri dan menghindari komunikasi, represi ditunjukkan dengan percobaan bunuh diri, proyeksi ditunjukkan dengan memutuskan hubungan dengan rumah dan melarikan diri dari panti rehabilitasi dan rasionalisasi ditunjukkan dengan keputusan hidup mandiri dengan bekerja sebagai kurir narkoba. Adapun bentuk penyelesaian yang paling sering dilakukan oleh tokoh utama adalah bentuk proyeksi.

(http://eprints.uny.ac.id/26752/1/Skripsi%20Full.pdf

Penelitian tentang konflik batin dengan objek kajian yang berbeda juga telah dibahas oleh Joko Saputra (USU, 2015) dalam skripsinya yang berjudul Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Saman Karya Ayu Utami: Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud mendeskripsikan bahwa Psikologi dalam sastra mengandung kejadian-kejadian yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya.

Melalui perilaku tokoh-tokohnya akan tampak konflik batin yang dialami oleh masing-masing tokoh dalam karya sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik batin tokoh utama berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dialaminya dalam novel Saman Karya Ayu Utami.Untuk memperoleh hasil tersebut dipergunakan teori psikologi sastra dengan penerapan teori-teori

(27)

psikoanalisis Sigmund Freud. Metode penelitian yang dipergunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan data-data yang sudah diidentifikasi lewat proses pembacaan berulang-ulang (hermeneutik). Dalam analisis deskriptif ini, data yang diperoleh dicatat dan dipilih berdasarkan masalah yang akan dibahas. Analisisnya dilakukan dengan menganalisis dan mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Saman. Konflik batin yang dimaksud dalam hal ini adalah konflik yang dialami tokoh utama yang dipengaruhi oleh alam ketidaksadaran seperti, id, ego, superego. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis solusi yang digunakan tokoh utama untuk menyelesaikan konflik batin yang dialaminya. Berdasarkan hasil analisis tersebut ditemukan bahwa tokoh-tokoh utama mengalami konflik batin yang didominasi oleh id, ego, dan super ego. Kepribadian tokoh yang didominasi oleh id biasanya mengalami kecemasan bawaan lahir, kepribadian tokoh yang didominasi oleh ego biasanya mengalami kecemasan sesuai kenyataan (kesadaran), dan kepribadian tokoh yang didominasi oleh super ego biasanya mengalami kecemasan moral.

(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/50177).

Penelitian tentang konflik batin dengan objek kajian yang berbeda juga telah dibahas oleh Mhd Reza Fahnial (USU, 2017) dengan judul Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Remember When Karya Winna Effendi: Analisis Psikologi Sastra. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan memperoleh bentuk-bentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Remember When karya Winna Efendi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinyakonflik batin tokoh utama. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menelaah novel Remember When karya Winna Efendi dengan menerapkan teori psikologi sastra.

(28)

Masalah dalam skripsi ini dibatasi hanya menganalisis konflik batin tokoh utama dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konflik batin tokoh utama yang ada pada novel tersebut, penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat untuk memperkaya pengkajian dan pengapresiasian karya sastra Indonesia, membantu pembaca memahami bentuk-bentuk konflik batin tokoh utama yang ada pada novel Remember When karya Winna Efendi. pengkajian data penelitian dilakukan dengan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan cara menghubungkan novel Remember When karya Winna Efendi dengan teori psikologi sastra, maka dapat ditemukan bentuk konflik batin tokoh utama yakni konflik mendekat-mendekat, konflik mendekat-menjauh, dan konflik menjauh- menjauh. Selanjutnya adanya faktor yang mempengaruhi meliputi faktor internal yaitu, rasa iri hati dan tidak percaya diri serta perasaan bersalah dan faktor eksternal yaitu sikap anti sosial dan keluarga.

(http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/498).

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian terhadap novel The Perfect Husband karya Indah Riyana dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra belum pernah dilakukan sebelumnya.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menurut Faruk (2015:55) metode penelitian adalah cara untuk memperoleh pengetahuan mengenai objek tertentu dan karenanya harus sesuai dengan kodrat keberadaan objek itu sebagaimana yang yang dinyatakan oleh teori.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang memiliki pengertian yaitu metode yang berhubungan dengan nilai atau kesan dari objek (Tantawi, 2017:61). Metode kualitatif digunakan untuk menyelidiki dan menjelaskan kualitas serta keistimewaan dari pengaruh yang tidak terjelaskan dan tidak terukur dari pendekatan kuantitatif.

3.2 Sumber Data

Adapun sumber data yang akan diteliti adalah:

Judul Novel : The Perfect Husband

Pengarang : Indah Riyana

(30)

Penerbit : Romancious

Tahun Terbit : 2018

Tebal Buku : 320 halaman

Cetakan : Kelima

Warna Sampul : Abu-abu dan hitam

Sumber data di atas merupakan sumber data primer atau sebagai sumber data utama. Dalam penelitian ini juga diperlukan data sekunder yang didapat dari buku-buku kajian sastra, buku psikologi sastra, jurnal serta artikel dari internet dan sebagainya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Cara memperoleh data dalam penelitian ini adalah dengan metode heuristik dan hermeneutik. Menurut Pradopo metode heuristik adalah pembacaan

karya sastra berdasarkan struktural bahasanya, sedangkan hermeneutik pembacaan karya sastra berdasarkan konvensi sastranya (dalam Tantawi, 2017:61).

Menurut Tantawi (2017:61) pada metode heuristik dilakukan dengan cara membaca novel yang menjadi objek utama (primer) penelitian ini. Pada bagian ini novel dipahami berdasarkan konvensi bahasa-bahasa yang digunakan oleh pengarang sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada pembaca. Bahasa dipahami melalui berbagai aspek makna kebahasaannya.

(31)

Pada metode hermeneutik, membaca novel objek penelitian dilakukan dengan cara memahami konvensi-konvensi yang berlaku terhadap sebuah karya sastra, terutama konvensi sastra dan budaya (Tantawi, 2017:62).

3.4 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan metode deskriptif. Menurut Nasir (1988:84) metode deskriptif adalah mendeskipsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena dengan fenomena pada objek (dalam Tantawi, 2017:66).

Dalam analisis ini, data yang diperoleh dicatat dan dipilih berdasarkan masalah yang dibahas. Metode ini dilakukan dengan cara melukiskan kembali data yang telah terkumpul. Analisis tersebut didasari oleh teori-teori pendukung yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu teori psikologi sastra.

(32)

BAB IV

KONFLIK BATIN YANG DIALAMI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE PERFECT HUSBAND KARYA INDAH RIYANA

Pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah konfik batin tokoh utama.

Konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati seseorang, jiwa seorang tokoh atau tokoh-tokoh cerita. Banyaknya konflik yang terjadi pada tokoh utama merupakan tujuan utama dalam penelitian. Seperti yang dijelaskan oleh oleh Pickering (2006:12-19), bahwa konflik memiliki jenis-jenis sebagai berikut, konflik manusia dengan diri sendiri, konflik manusia dengan manusia lain, konflik manusia dengan masyarakat, dan konflik manusia dengan alam.

4.1 Tokoh Protagonis (Ayla)

Ayla adalah seorang mahasiswa abadi dan masih berkutat dengan skripsi diusianya yang suda 25 tahun. Ayla seorang yang keras kepala dan pemberontak harus menerima perjodohan secara terpaksa dan memaksakan dirinya untuk mencintai dan menerima Arsen sebagai suaminya.

Jenis-jenis konflik yang dialami Ayla adalah konflik manusia dengan dirinya sendiri, konflik manusia dengan manusia lain dan konflik manusia dengan masyarakat.

4.1.1 Konflik Manusia dengan Dirinya Sendiri (Konflik Batin)

Konflik yang dialami Ayla dengan dirinya sendiri adalah sebagai berikut:

(33)

Konflik ini terjadi ketika tokoh utama bimbang dalam memilih keputusan yang bergejolak di dalam dirinya. Kebimbangan itu muncul ketika tokoh utama harus memilih menerima atau menolak perjodohan. Konflik manusia dengan dirinya sendiri yang dialami Ayla adalah ketika Ayla mencoba menerima perjodohan tersebut tetapi sebenarnya hatinya menolak dan tidak ingin dijodohkan dengan Arsen. Seperti pada kutipan berikut:

Setan bertanduk yang mendadak muncul di bahuku kiriku mulai angkat suara. ‘Jangan diterima lamarannya, Ay! Ingat,dia itu nggak cocok sama kamu. Pekerjaanya gak jelas, hidupnya apalagi. Langsung tolak aja selagi ada kesempatan.’

Sedangkan di bahu kananku. Sosok peri baik hati yang bersayap ikut memberikan nasihat. ‘Ay, coba perhatikan wajah kedua orangtua kamu lekat-lekat. Mereka begitu cemas. Mereka begitu cemas. Lihat juga wajah sedih nenek Arsen,beliau begitu menginginkan kamu menjadi istri cucunya. Jangan sampai karena keteledoran kamu dalam menjawablamaran ini, nenek Arsen sampai masuk rumah sakit. Pikirkan baik-baik sebelum semuanya terlambat dan kamu menyesal seumur hidup.’ (Riyana, 2018:65)

Dari kutipan di atas tokoh Ayla mengalami konflik batin dengan dirinya sendiri akibat merasakan kebimbangan untuk memilih keputusan yaitu menerima atau menolak lamaran Arsen. Kebimbangan tokoh utama Ayla semakin besar ketika ia melihat wajah orangtuanya dan wajah Nenek Arsen yang sangat ingin perjodohan tersebut berjalan dengan semestinya, meskipun Ayla sendiri tidak ingin menerima perjodohan tersebut. Hal tersebut juga terlihat dalam kutipan tersebut:

Kalau aku menolak lamaran ini, mungkinkah nenek akan pingsan dan masuk rumah sakit?

Ludah tertelan dengan payah seolah ada biji rambutan yang menyangkut di tengah-tengan tenggorokan. Kupejamkan mata sekali lagi sebelum memulai memberikan jawaban.

“Aku... terima.” Dan air mataku langsung tumpah membasahi wajah.

(Riyana, 2018:66)

(34)

Dari kutipan di atas, konflik dengan dirinya sendiri hadir karena kebimbangan Ayla semakin bertambah, jika Ayla menolak lamaran tersebut, segala kemungkinan buruk akan terjadi kepada nenek Arsen. Akhirnya dengan terpaksa tokoh Ayla menerima lamaran Arsen karena ia tak ingin terjadi apa-apa dengan nenek Arsen. Kebimbangan Ayla tidak hanya disitu saja. Semenjak Ayla dan Arsen sudah berumah tangga, konflik manusia dengan diri sendiri dialami Ayla akibat rasa bimbang karena belum bisa menerima Arsen seutuhnya, terlihat dalam kutipan berikut:

Arsen mengusap kepalaku lembut. Aku tahu kalau tindakan itu murni kasih sayang. Tapi maafkan aku, karena aku belum bisa menerima dia sepenuhnya menjadi suamiku. Hati ini sama sekali tidak tersentuh, meskipun perasaan lembut itu mampu membuatku terenyuh. Tapi aku yakin kalau itu hanya sementara waktu saja.

Dia bersikap seperti ini karna menghargai statusku sebagai istrinya, menghargai keluargaku dan menuruti wasiat dari keluarganya. Dan aku belum bisa memercayainya seutuhnya. (Riyana, 2018:97)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla merasakan konflik karena kebimbangannya dengan sikap Arsen yang baik kepadanya meskipun ia tidak menerima kebaikan Arsen dan ia tidak merasa tersentuh sekalipun sebab ia memiliki pikiran bahwa Arsen hanya baik sementara waktu saja karena Arsen menghargai status mereka yang sudah bersuami-istri. Konflik yang terjadi dalam diri Ayla juga terlihat dalam kutipan berikut:

Dalam hati aku selalu bertanya-tanya, kapan hati ini bisa luluh? Kapan aku bisa jatuh cinta kepada Aren?

Dan berulang kali juga hati ini selalu menjawab, percuma saja, semua akan berujung sia-sia. Aku tidak memilik perasaan apapun. Secuil cinta atau kelembutan saja, tidak. (Riyana, 2018:123)

Kutipan di atas menunjukkan konflik dengan diri sendiri karena tokoh Ayla memiliki pikiran apakah ia bisa mencintai Arsen atau tidak karena sampai saat ini ia juga belum memiliki perasaan apapun kepada Arsen. Meskipun sudah

(35)

tinggal serumah dan menjalani biduk rumah tangga bersama-sama. Terlihat juga pada kutipan berikut:

Lalu otakku kembali berputar untuk mencari jawaban. Sebenarnya hatiku ini terbuat dari apa? Batu, logam, atau duri? Apapun itu, hanya satu yang kutahu, hubungan ini akan sulit untuk dipertahankan. Karena semakin banyak aku berbicara dengan Arsen, justru semakin parah pula aku menyakiti hatinya. Dan apa yang bisa dia lakukan? Tersenyum. Ya, hanya senymuan menyebalkan. (Riyana, 2018:144)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla semakin tidak yakin akan perasaannya kepada Arsen karena sikapnya yang keras. Ia beranggapan bahwa hubungan mereka akan sulit untuk dipertahankan karena ia selalu menyakiti perasaan Arsen. Akibat ketidakyakinan Ayla, menimbulkan konflik dalam dirinya sendiri. Konflik lainnya terlihat dalam kutipan berikut:

Dan malam itu,saat itu, detik itu juga. Semesta telah menjadi saksi bisu dimana apa yang selama ini ku jaga dengan baik, akhirnya hilang sudah.

Arsen adalah laki-laki pertama yang mampu untuk memilikinya. Suami yang statusnya hingga kini masih kuragukan.

Mampukah aku membuka hati dengan menempuh cara ekstrem seperti ini?

Mampukah aku memercayai, bahwa dia adalah imam terbaik untuk kehidupanku kelak? Pada kenyataannya, perasaanku maih gamang.”

(Riyana, 2018:180)

Kutipan di atas menunjukkan konflik Ayla kepada kepada dirinya sendiri.

Konflik yang muncul di dalam diri Ayla adalah saat ia memberikan seluruh hidupnya yang telah dijaganya dengan baik kepada Arsen suami yang ia ragukan statusnya. Padahal sebenarnya Ayla masih bimbang apakah ia bisa mencintai atau mempercayai Arsen bahwa Arsen akan menjadi imam yang baik untuknya kelak.

Konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri pada tokoh Ayla juga terlihat dalam kutipan berikut:

Mendadak, aku langsung melihat wajah Arsen dengan air mata yang berderai. “Aku sudah membunuh anak kita, Sen.”

(36)

Aku mengingat kejadian itu terus-menerus. Mendapatkan mimpi buruk yang sama setiap malam. Rasa bersalah terus menghantuiku dan mengikutiku dari belakang.

“Kalau saja aku nggak melakukan tindakkan bodoh itu, pasti semua nggak akan terjadi. Ini semua kesalahanku” (Riyana, 2018:263)

Dari kutipan di atas, konflik yang dialami oleh Ayla dengan dirinya sendiri terjadi karena Ayla merasa bahwa dirinya sudah membunuh anaknya sendiri.

Dengan sengaja Ayla meminum pil anti depresi untuk menenangkan dirinya setelah ditinggalkan oleh Suaminya, menimbulkan konflik baru di dalam dirinya sendiri. Akibat pil depresi tersebut, ia keguguran dan kehilangan anak dalam kandungannya. Hal tersebut membuatnya merasa bersalah dan terus dihantuin rasa takut setiap kali mengingat kejadian itu dan membuat Ayla menjadi kehilangan akal. Terlihat dalam kutipan berikut:

Aku masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan air keran dengan kencang, duduk di atas kloset sambil menangis menyentuh perutku yang rata. Ketika tangisku mulai sedikit reda, aku berjongkok di samping bathub yang sudah berisi penuh dengan air. Perlahan, aku langsung menenggelamkan kepalaku ke dalam air. Membuka mata, pandanganku terlihat samar-samar.

Aku menaikan kepala lagi, menyeka wajahku yang basah. (Riyana, 2018:264)

Dari kutipan di atas, terdapat konflik Ayla dengan dirinya sendiri akibat permasalahan yang telah dibuatnya. Ia duduk di atas kloset kamar mandi sambil menangis dan menyesali segalanya sambil memegang perutnya yang sudah rata.

Dengan sengaja Ayla memasukkan wajahnya ke dalam bak yang birisi air. Hal tersebut menimbulkan tekanan jiwa di dalam diri Ayla karena penyesalan yang terjadi di dalam dirinya sendiri.

(37)

4.1.2 Konflik Manusia dengan Manusia (Konflik Antar Individu)

Konflik manusia dengan manusia lainnya pada tokoh Ayla terjadi pada kutipan berikut:

a. Ayla dengan Arsen

Konflik Ayla dengan Arsen adalah sebagai berikut:

Konflik ini terjadi akibat adanya permasalahan yang berlawanan mengenai satu objek. Ayla yang sudah bertunangan dengan Arsen mencoba membatalkan pernikahannya karena disatu sisi Ayla sesungguhnya tidak ingin menikah dengan Arsen dan disisi lain Arsen memaksa untuk menikah dengan Ayla dan tidak mau membatalkan pernikahan mereka. Namun Ayla bertekat untuk mencari cara agar membatalkan perjodohan tersebut. Terlihat pada kutipan berikut:

“Tolong jangan salah mengartikan tentang jawabanku tadi. Aku terpaksa melakukan ini karena tidak mau dianggap sebagai pembunuh nenek kamu.” ucapanku dengan mimik wajah serius”

“sebelum janur kuning melengkung, nggak ada yang namanya kata menyerah di kamus seorang Ayla. Aku akan terus berjuang dan berusaha untuk membatalkan pernikahan kita dengan cara apapun.” (TPH:67)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla merasakan konflik dengan Arsen karena sudah terpaksa menjawab dan menerima pertunangan mereka akibat tidak mau dianggap sebagai pembunuh nenek Arsen. Ayla akan berjuang untuk membatalkan perjodohan tersebut. Namun tanggapan Arsen membuatnya emosi.

Hal tersebut menimbulkan konflik batin manusia dengan manusia lain. Terlihat dalam kutipan berikut:

Arsen tersenyum dan mengangkat bahu acuh tak acuh. “kalau begitu, semangat! Semoga kamu berhasil.” Dia bertepuk tangan tepat di depan wajahku, sengaja membuat emosiku memuncak. (Riyana, 2018:67)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Arsen tidak perduli dengan usaha Ayla untuk membatalkan pertunangan mereka dan meyakinkan diri bahwa Ayla akan

(38)

gagal dalam usahanya untuk membatalkan perjodohan tersebut. Konflik yang dirasakan Ayla muncul ketika melihat sikap Arsen saat itu kepadanya, membuat Ayla emosi dan semakin marah. Seperti kutipan berikut:

“Sebenarnya apa sih yang kamu inginkan dari aku?” aku membentaknya kesal. Api kemarahan menari-nari di pupil mataku.

“Kamu mau mengambil jantungku untuk pengobatan nenek kamu? atau mencuri ginjalku untuk menjualnya dengan harga mahal? Jangan-jangan kamu ingin menjualku keluar negeri.”

“Jaga omongan kamu!” potong Arsen cepat dengan intonasi tinggi.

Membuaku bergidik ngeri.

“kalau gitu, kasih aku alasan yang jelas!” tanpa engaja aku berteriak histeris, air mata sudah menumpuk dipelupuk mataku.” (Riyana, 2018:67) Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Ayla sangat marah atas respon yang diberikan Arsen kepadanya dan membuatnya berpikiran bahwa Arsen memiliki tujuan serta keuntungan tertentu untuk menikahinya. Ayla juga meminta Arsen untuk memberikan alasan yang jelas kepadanya dengan suara keras hingga membuat air mata Ayla menumpuk di pelupuk mata. Namun, Arsen memberi alasan yang tidak diterima oleh Ayla, seperti kutipan berikut:

“Karena takdir sudah mempertemukan kita kembali, Ayla”

“Aku menyeringai geli. “Helloo, hari gini masih percaya aja dengan takdir? Oke, mungkin kita memang dipertemukan dengan takdir. Tapi belum tentu kalo kita itu berjodoh, kan? Pikiran kamu terlalu ketuaan.”

“Terserah kamu mau bilang apa. Jika kamu terus berusaha membuat perjodohan kita batal, maka usaha saya lebih keras lagi untuk membuat kita menikah. Percayalah dengan saya, Ayla.” Aku mengepalkan tangan dengan geram. (Riyana, 2018:68)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayla mengalami konflik dengan Arsen karena kemauannya untuk membatalkan pernikahan dengan Arsen saling bertentangan. Ayla menganggap bahwa ia tidak tidak perduli dan tidak percaya dengan takdir. Namun Arsen semakin menguatkan usahanya untuk tetap menikah dengan Ayla. Tidak tercapainya keinginan tokoh Ayla untuk membatalkan pernikahan yang di dasari dengan keterpaksaan oleh orangtua mereka

(39)

melatabelakangi timbulnya konflik manusia dengan manusia lain. Hal tersebut terjadi karena hubungan antara manusia dengan manusia.

b. Ayla dengan Papanya

Konflik Ayla dengan Papanya adalah sebagai berikut:

“Kamu lupa dengan peraturan baru kita, Ayla? Papa tidak akan mengizinkan kamu keluar malam, sampai kamu wisuda nanti.”

“wajahku langsung berubah drastis jadi merengut sebal. Peraturan apa ini? Bahkan aku saja tidak tau kapan bisa menyelesaikan skripsi, meskipun hidupku sudah diambang drop out. Aku tidak perduli, sungguh tidak perduli. Aku sudah lelah brada di kampus dan duduk diantara adik- adik junior.” (Riyana, 2018:10)

Kutipan di atas terjadi konflik antara Ayla dengan Papanya. Konflik batin Ayla karena ribut dengan Papanya sendiri yang sudah melarangnya untuk keluar rumah karena tidak menyelesaikan perkuliahannya. Sedangkan Ayla merasakan lelah menjalani perkuliahan dan sudah tidak mau perduli dengan perkuliahannya walaupun dirinya sudah diambang Drop Out. Namun, akibat ketidak perdulianya menimbulkan konflik lain dengan orangtuanya karena harus menerima peraturan yang dibuat oleh orangtuanya. Contoh lain terdapat pada kutipan berikut:

“ayolah, pa. Ayla gak bisa terus-terusan mengurung diri di kamar tiap malam. Aku bisa stres! Papa juga gak mau kan, lihat anaknya jadi stres?”

aku mulai naik pitam, emosiku memang sering pasang-surut.

Papa menggeleng pelan. “Ayla, Ayla. Ternyata kamu lebih stres karena tidak bisa keluar malam daripada tidak kelar kuliah? Sebenarnya, pemikiran kamu itu ada di mana sih, nak?”( Riyana, 2018:10)

Dari kutipan diatas, terjadi konflik antara Ayla dan Papanya. Konflik manusia dengan manusia lain di atas didasari dari peraturan yang dibuat oleh Papa Ayla. Akhirnya merasa tertekan dan stres karena ia mendapatkan peraturan baru bahwa ia tak boleh keluar rumah oleh papanya hingga menyelesaikan

(40)

perkuliahannya. Hal itu membuat batinnya tertekan dan menimbulkan konflik anatara ia dan Papanya karena peraturan tersebut membuat dirinya naik pitam dan merasakan emosi. Terlihat juga pada kutipan berikut:

“Aku mulai naik pitam. Emosiku memang sering pasang surut. “Oh, Papa mau bilang kalau Ayla ini ga punya pemikiran dan bodoh? Makanya Ay gak selesai-selesai kuliah, gitu?”

“Papa tidak pernah berkata kalau anak Papa itu bodoh,” ujar Papa dengan wajah polos sambil mengangkat bahu.

“Ah, sudahlah Pa. Ay lelah tiap kali harus berdebat dengan pembahasan yang sama. Intinya, malam ini Ay ingin refreshing otak dulu sama temen- temen. Dan Papa harus izini Ay untuk pergi!” intonasiku terdengar tinggi dan menekan.” (Riyana, 2018:10)

Dari kutipan di atas terlihat konflik Ayla dengan Papanya. Konflik tersebut terjadi karena Ayla merasa bahwa Papanya menganggapnya bodoh karena tidak bisa menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Sehingga Ayla merasa apapun yang dilakukannya salah karena dia belum bisa menamatkan kuliahnya. Setiap orangtua menginginkan yang terbaik buat anaknya. Begitupun yang dirasakan oleh Papa Ayla yang ingin anaknya segera menyelesaikan perkuliahannya. Namun, sikap keras Ayla yang masih saja ingin bermain-main membuatnya tidak memikirkan untuk menyelesaikan pendidikkannya. Hal tersebut menimbulkan konflik antara Ayla dan Papanya. Konflik lainnya juga dapat terlihat pada kutipan berikut:

“Maaf Ay, untuk kali ini akan Papa tegaskan, kamu tidak boleh keluar rumah!” suara Papa tidak kalah kerasnya, sama sekali bukan Papa yang biasanya dan berhasil membuat bulu tanganku meremang” (Riyana, 2018:10)

...

“Tapi, Pa, izinkan Ayla pergi malam ini dengan teman-temanku, dong.”

“Papa tidak mengizinkan kamu untuk pergi.”

Wajahku memelas, mataku sudah berkaca-kaca. “Pa—”

“Anakku, Ayla Hantara Muhti. Papa bilang masuk ke kamar kamu, SE-KA- RANG!”

Dengan berderai air mata, aku berlari menuju kamar dan membanting pintu.

Aku langsung melempar tubuhku ke atas ranjang. Aku menangis senggugukan.” (Riyana, 2018:11)

(41)

Dari kutipan di atas, terlihat konflik antara Ayla dengan Papanya karena Papanya memerintahnya untuk masuk ke dalam kamar dan melarangnya untuk pergi bersama teman-temannya. Konflik yang terjadi dalam kutipan di atas adalah konflik manusia dengan manusia, Ayla merasakan capek karena harus berdebat dengan Papanya terus-menerus karena hal yang sama dan keinginan Ayla untuk keluar berama teman-temannya dilarang oleh Papanya. Akibat keinginannya untuk keluar tidak terpenuhi, akhirnya Ayla masuk ke dalam kamar dan menangis senggugukan. Hal itu menimbulkan konflik antara Ayla dan Papanya. Konflik

lainnya juga dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Ya sudah, kalau gitu langsung saja kita tentukan tanggal pernikahan untuk Arsen dengan Ayla” kata Papa.

Satu kalimat dari papa mampu membuatku berteriak histeris. Nyaris saja kedua bola mataku keluar. “Apa? Pernikahan? Aku sama si mas-mas tua ini?” ku tatap Arsen dengan pandangan ngeri. Oh, Tuhan... bagaimana bisa? (Riyana, 2018:20)

Dari kutipan di atas Ayla terlihat sangat terkejut saat mengetahui bahwa ia akan dinikahkan dengan Arsen, orang yang dijodohkan oleh orang tuanya. Ayla tidak menyangka bahwa Papanya akan menikahkan ia dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Hal itu menimbulkan konflik dengan orangtuanya dan membuat Ayla merasa tertekan karena ia tidak mencintai Arsen dan merasa jijik kepada Arsen.

Terlihat pada kutipan berikut:

“Pa, Ayla tidak mau menikah dengan sama si tua itu!”

“Jaga ucapan kamu, Ayla!” hampir saja Papa bertindak gegabah ingin melayangkan satu tamparan keras di pipiku sampai aku memejamkan mata karena ketakutan.

Badanku menggigil, bibirku begetar hebat, dan air mata keluar begitu saja meski hanya setetes.

(42)

“Papa tega menampar Ayla demi Arsen?” aku menatap papa dengan nanar.

“sekarang jelaskan kepada Ayla, kenapa Ay harus menikah dengan Arsen?

Apa kehebatan Arsen sampai papa begitu mempertahankan dia untuk menjadi suami Ayla?”( Riyana, 2018:22)

Dari kutipan di atas terlihat konflik yang terjadi antara Ayla dan Papanya.

Papa Ayla terlihat marah karena perkataan Ayla yang tidak sopan kepada Arsen.

Ayla mulai merasa tertekan karena Papanya rela bertindak gegabah ingin menamparnya dan lebih membela laki-laki yang akan dijodohkan Papanya dari pada anaknya sendiri. Lagi-lagi Ayla menolak alasan orangtuanya untuk menjodohkannya dengan Arsen. Terlihat pada kutipan berikut:

Sungguh, aku tertegun mendengar penjelasan papa yang kurang logis.

Bagaimana mungkin papa bisa menyimpulkan kalau Arsen adalah suami idaman para kaum hawa. Kalau pun memang benar adanya, sudah pasti aku sangat tergila-gila dengan mas-mas tua itu. Bagiku, Arsen hanya mas-mas tua yang sangat kebetulan disukai oleh orangtuaku karena ia anak dari teman baik Papa dan Mama. Sudah, itu saja. Tidak lebih dan tidak kurang. (Riyana, 2018:22)

Bagi Ayla, alasan orangtuanya untuk menikahkannya dengan Arsen sangat tidak di terima oleh hatinya. Karena baginya jika Arsen lelaki idaman kaum hawa, tidak mungkin Arsen dijodohkan dengannya. Ayla menolak keputusan yang telah dibuat orangtuanya secara sepihak tersebut menimbulkan konflik di dalam dirinya.

Ia mencoba memohon kepada orang tuanya agar perjodohan tersebut dibatalkan.

Terlihat dalam kutipan berikut:

“Ayla tetap gak mau menikah dengan Arsen. Plis jangan paksa Ayla, pa.”

Aku memohon dari lubuk hati yang paling dalam. Sekilas suara isakan tangis muncul dari sudut bibirku. Kenapa sih hidup jadi seberat ini?

Bahkan lebih berat dari masalah wisuda. (Riyana, 2018:22)

Dari kutipan tersebut, Ayla mencoba untuk memohon agar tidak menikah dengan Arsen. Namun orangtua Ayla tidak perduli dengan kemauan Ayla.

(43)

Ayahnya tetap berisi keras untuk menjodohkanya dengan Arsen, akibat paksaan dari orangtuanya, Ayla mendapatkan tekanan batin di dalam diri Ayla.

c. Konflik Ayla dan Ando

Konflik yang terjadi antara Ayla dan Ando adalah sebagai berikut:

Pelan-pelan aku menghela napas, jantungku tidak berhenti berdetak. Aku mengulur tangan untuk meraih tangan Ando dan menggenggamnya erat.

“Kamu harus nikahin aku.”

“Apa? Nyaris saja Ando terjengkang ke belakang karena terkejut. Tiba-tiba dia sudah menarik tangannya menjauh. “Kamu udah gila ya?” lanjutnya kemudian. Wajahnya pucat maksimal.

“Hanya ini satu-satunya cara agar aku terbebas dari perjodohan dan kita bisa hidup bersama selamanya” (Riyana, 2018:25)

Dari kutipan di atas, terlihat konflik manusia dengan manusia terjadi diakibatkan tokoh Ayla ingin menolak perjodohan yang dilakukan orangtuanya dan ia melibatkan pacarnya Ando agar menikahinya. Namun, Ando menolak keinginan Ayla mentah-mentah. Terlihat dalam kutipan berikut:

Ando menggeleng-gelengkan kepala gusar. “Tapi aku nggak bisa menikahi kamu semudah itu. Pernikahan itu ikatan yang sakral!”

“Ya, I know. Tapi kita saling mencintai satu sama lain, kan? Kamu bilang Cuma aku satu-satunya wanita yang ada di hati kamu dan bisa bisa bikin hidup kamu penuh warna.”

“Ya….” Ando mengedikkan bahunya, ia terdengar ragu-ragu. “Tapi kita ini baru pacaran beberapa bulan, Ay. Dan aku belum sepenuhnya sama kamu.” Ujarnya menyangkal. (Riyana, 2018:25)

Dari kutipan di atas, terlihat konflik antara Ayla dan Ando karena Ando menolak keinginan Ayla untuk menikahi Ayla, namun Ayla tetap memaksa Ando sekalipun Ando menyangkal. Hal tersebut menimbulkan konflik diantara mereka berdua karena kemauan Ayla dan Ando tidak sama. Hal tersebut juga dapat dilihat dalam kutipan berikut:

(44)

Kedua alisku saling bertautan bingung. “kamu nggak yakin sama aku?

Berarti kamu juga nggak yakin sama hubungan ini? Intinya, kamu sama sekali nggak mencintai aku!”

“Bukan begitu maksudnya, Ay. Tapi—“

“Tapi apa? Kalo kamu cinta sama aku, udah pastin kamu akan memperthankan aku!” aku mulai naik pitam. Namun berusaha keras untuk menahan air mata yang sudah numpuk dipelupuk mata.

“Sebenarnya….”

Pelan-pelan ia mulai menarik napas. “Itu, yang menghubungi aku tadi adalah istriku.” (Riyana, 2018:25)

Dari kutipan di atas, konflik antar individu terlihat karena Ayla beranggapan bahwa Ando tidak serius dengan hubungan mereka karena penolakan Ando untuk menikahi Ayla. Sementara Ando mencoba untuk jujur kepada Ayla bahwa ia sudah memiliki istri. Mendengar perkataan Ando, Ayla sangat kaget.

Terlihat dalam kutipan berikut:

“Apa?” aku menjerit, kaget. Saraf-saraf pendengaranku seperti ditarik putus. “Aku tidak salah dengarkan?”

“Ya, sebenarnya aku sudah menikah. Jauh dari sebelum aku pacaran sama kamu.”

“Kamu becanda kan By? Kamu bohongkan? Jangan main-main deh sama aku.”

Tidak ada wajah keraguan dimimik Ando, semua itu murni kejujurun.

“Aku nggak bercanda, Ay. Maaf selama ini, aku cuma—“ (Riyana, 2018:26)

Dari kutipan di atas, terlihat konflik antara tokoh Ayla dan Tokoh Ando karena keinginan antar tokoh saling bertabrakan. Ayla sangat menginginkan pernikahan mereka berdua agar Ayla tidak dijodohkan orangtua Ayla. Namun, disisi lain ternyata Ando menghianati Ayla. Ayla sangat terkejut atas pengakuan Ando yang sudah memiliki seorang istri namun tetap menjalani hubungan terlarang dengannya. Hal tersebut membuat Ayla marah dengannya dan menyiram Ando dengan air minum. Terlihat dalam kutipan berikut:

(45)

Marah, kesal, benci.hati ini sudah menggebu-gebu dan terasa panas. Tanpa banyak basa-basi lagi, aku langsung mengangkat tinggi-tinggi gelas Macchiato-ku dan mengguyur wajah Ando dengan seluruh isinya.

“Jadi selama ini kiamu mempermainkan aku? Selama ini kamu cuma menjadikan aku sebagai pelampiasan? kamu Cuma jadikan aku selingkuhan?” bentakku yang sudah naik pitam.

Ando mengusap wajahnya dengan saputangan dan menjawab dengan enteng. “Maaf, Ay.”

“Maaf? Raut wajahku sudah berubah frustasi. “kamu udah jadiin aku sebagai perusak rumah tangga kamu sendiri dan udah jebak aku sampai bersedia minum-minuman beralkohol. Terus, dengan mudahnya kamu Cuma bilang maaf? Enak banget hidup lo, ya!” seruku sakartis. (Riyana, 2018:26)

Dari kutipan di atas, Konflik batin yang dialami oleh tokoh Ayla dan Ando terjadi akibat hubungan antar manusia . Percekcokkan Ayla dan Ando terlihat karena tokoh Ayla sangat kesal dengan tokoh Ando dan langsung menyiram Ando dengan minumannya tepat ke muka Ando. Ayla menganggap bahwa Ando telah mempermainkannya dan menjadikannya sebagai perusak rumah tangga Ando.

Namun Ando hanya meminta maaf dan menganggap enteng dengan semua kesalahan yang telah dibuat Ando. Seperti kutipan berikut ini:

Wajah laki-laki di hadapanku ini sama sekali tidak menampilkan rasa sesal. “Kamu yang salah, kenapa mudah terpedaya? Aku hanya memulai permainan kecil ini, tapi kamu sendiri yang mengikuti alurnyakan?”

“Dasar cowok brengsek kamu, Ando! Kamu piker kamu itu siapa? Ha?

Adam Levine, Sarukh Khan, Lee Min Ho, Rio Dewanto? Jangan sok kecakepan deh, kamu itu Cuma laki-laki Playboy yang nggak tahu malu!

Pergi kamu dari sini sebelum ku tendang selangkangan kamu!”

Ando bangkit berdiri sambil tersenyum sinis. “Ayla, Ayla”. Ia geleng- geleng kepala. “Pantasan aja kamu nggak wisuda-wisuda, mulut kamu belum lulus dikuliahin, sih!” (Riyana, 2018:27)

Dari kutipan di atas, konflik Ayla dan Ando semakin terlihat akibat tokoh Ando menganggap Ayla sangat mudah diperdaya oleh Ando sehingga kesalahan dalam hubungan mereka berdua terjadi dan berjalan sampai saat ini. Hal tersebut membuat Ayla emosi dan mengusir Ando dengan mengeluarkan kata-kata kasar kepada Ando. Konflik yang terjadi pada Ayla dan Ando disebabkan oleh adanya

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan menentukan waktu inkubasi optimum untuk produksi GOD dari isolat lokal Aspergillus niger (IPBCC.08.610), menentukan aktivitas spesifik ekstrak

Saran pada kasus ini sebaiknya pengobatan untuk memperoleh hasil yang sempurna, fisioterapi hendaknya dapat membina kerjasama yang baik dengan pasien dan pihak

Tugas Akhir dengan judul “SISTEM INFORMASI PENJUALAN BERBASIS WEB PADA USANTEX” ini telah disetujui untuk disampaikan dihadapan Dewan Penguji Tugas Akhir Fakultas

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Penghuni (Studi Kasus Di Rusunawa Jurug Surakarta). Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Larinx terletak pada leher sebelah depan, di depan Oesophagus dibangun oleh tulang rawan sebanyak 9 buah, dari luar tampak salah satu tulang rawan yang disebut Cartilago

Berdasarkan hasil analisis R/C tersebut, komoditi wortel, bayam hijau, dan selada cos cukup menguntungkan untuk diusahakan karena nilai R/C atas biaya tunai dan R/C atas

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembuatan Kepala Kepala Madrasah termasuk dalam kategori sangat baik

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar; (2) mendeskripsikan konflik batin tokoh