PenYeLesaIan KonfLIK
4.1.1. KonfLIK Pemanfaatan aIr UntUK aIr mInUm
Konflik pemanfaatan air sebagai sumber PDAM terjadi pada pemanfaatan mata air Cipaniis yang merupakan sumber air bagi PDAM Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan. Permasalahan dan faktor pemicu konflik dalam pemanfaatan air pada mata air Cipaniis tersebut disajikan pada Tabel 2.
tabel 2. Permasalahan dan faktor pemicu munculnya konflik pemanfaatan air pada mata air Cipaniis.
no aspek Uraian faktor
1 Bidang/pokok
konflik - Pemanfaatan sumber air di kawasan hutan pelestarian alam yang bertujuan untuk penyediaan air minum
Adanya kompensasi pemanfaatan sumber air -
Kurangnya pemahaman mengenai regulasi -
diantara para pemangku kepentingan Kebijakan yang tidak sesuai dengan asas -
pembentukan peraturan perundang-undan-gan.
2 Pokok sengketa - Penguasaan secara fisik terhadap
sum-ber air dalam kawasan hutan pelestarian alam
Conflict of interest dan ego sectoral antar -
kelembagaan pemerintah yang dianggap menguntungkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
3 Pihak yang
terlibat
Antar pemerintah daerah dan antara -
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
Kekosongan regulasi mengenai pemanfaa--
tan sumber air
4 Bentuk konflik - Konflik horisontal dan vertikal di tingkat
penyelenggaraan pemerintahan: Pem-kab Kuningan, Pemkot Cirebon, Taman Nasional Gunung Ceremai
Tidak adanya kebijakan pelaksanaan penye--
lenggaraan pemerintahan
5 Tingkat
kerumi-tannya - Relatif rumit, karena terkait dengan koordinasi dan sinkronisasi regulasi
Berdasarkan permasalahan dan faktor pemicu konflik pemanfaatan air pada mata air Cipaniis Kabupaten Kuningan Jawa Barat, dilakukan analisis konflik yang terjadi pada kasus tersebut dan disajikan pada Tabel 3.
tabel 3. analisis konflik pemanfaatan mata air Cipaniis, Kab Cirebon, jawa Barat
Profil Penyebab aktor yang terlibat Dinamika
Politis
berada di bawah kewenangan Pemkab Sleman
ekonomi
bersifat sebagai komponen common pool resources (CPR), ada aspek pemanfaatan berbasis kebersamaan dan berorientasi sosial
sosial Budaya
secara heritage sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat sekitar atas dasar asas sosial kemasyarakatan
Wilayah yang paling berkepentingan
wilayah Desa Umbulharjo
struktural:
perlindungan keadilan distribusi air bagi warga sekitar umbul karena Pemkab belum menerapkan regulasi resmi yang sudah ada sejak UU No. 11/1974 tentang Pengairan maupun UU No 7/2004 tentang Sumberdaya Air yang berkaitan dengan pengelolaan air
Proximate:
penerapan hasil Amdal yang hanya bersifat potret sementara rona wilayah setempat. Adanya tokoh lokal yang diangkat sebagai PNS Pemkab Sleman untuk dijadikan pengawas lapangan
PDAM (Sleman dan Kota Yogyakarta) dan swasta Tujuan dari pemanfaatan air Umbul Temanten adalah untuk air baku PDAM kedua wilayah pemerintahan dan lokasi wisata Kaliurang
Arah konflik saat ini sudah mereda dengan dibangunnya bak pembagi yang dilengkapi dengan alat ukur ke masing-masing pihak pemanfaat dan selalu dilakukan kalibrasi debit rutin yang disaksikan oleh semua pihak
Peluang yang mungkin terjadi ke depan adalah karena hanya mengandalkan hasil AMDAL maka kekuatan hukumnya tidak ada. Kesepakatan yang sudah terjadi harus diperkuat dengan regulasi resmi dari pemerintah yang berkaitan dengan pengelolaan air
4.1.2. KonfLIK Pemanfaatan aIr UntUK aIr mInUm Dan IrIgasI
Konflik pemanfaatan air untuk air minum dan irigasi dilakukan di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah.
Sumber Air Umbul Temanten yang terdiri dari Umbul Wadon dan Umbul Lanang di Kabupaten Sleman dimanfaatkan oleh PDAM Sleman, PDAM Tirtamarta Yogya sebagai sumber air minum, dan PT. Anindya Kaliurang untuk kepentingan pariwisata alam pegunungan, serta masyarakat Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan sebagai air irigasi dan keperluan lainnya. Paparan permasalahan dan faktor pemicu konflik pemanfaatan air Umbul Temanten disajikan dalam Tabel 4.
tabel 4. faktor pemicu munculnya permasalahan konflik di Umbul temanten.
no aspek Uraian faktor
1 Bidang/
pokok konflik
Pengelolaan (mengatur, menetapkan dan -
memberi ijin penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan) sumber-daya air sesuai kewenangan yang dimiliki (Pemkab Sleman)
Belum adanya regulasi daerah mengenai pen--
golaan sumberdaya air
Belum berjalannya forum koordinasi pen--
geloloaan air seperti Komisi Irigasi Penyediaan air minum kepada masyarakat -
2 Pokok
seng-keta - - Sengketa pemanfaatan airSengketa struktural. Masyarakat petani
lokal wilayah Temanten (Umbul Wadon & Lanang) yang dianggap menempati struktur sosial bawah berhadapan dengan struktur masyarakat pebisnis yang ber-lindung pada pemerintah daerah
Pembagian air yang belum berdasarkan pada -
regulasi yang ada (UU & PP)
Kekuasaan yang dimiliki oleh salah satu pihak -
pemangku kepentingan
3 Para pihak
yang terli-bat
Masyarakat desa dengan pelaku bisnis -
yang berlindung pada pemerintah daerah - Konflik terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak berdasarkan pada peraturan perundang-undangan
4 Bentuk
konflik - Konflik antar strata masyarakat Desa Umbulhardjo dan wilayah Cangkringan dengan pengelola air minum Kab Sleman dan taman wisata Kaliurang
Konflik vertikal, antara petani tanaman -
pangan dan BUMD pengelola air minum
Instrumen hukum: ketetapan mengenai ijin -
pengusahaan air.
6 Tingkat
kerumitan-nya
Konflik yang rumit karena menyangkut -
BUMD untuk memenuhi pelayanan air minum kepada masyarakat
Berdasarkan permasalahan dan faktor pemicu munculnya konflik di Umbul Temanten Kabupaten Sleman, dilakukan analisis terhadap konflik yang terjadi dan disajikan dalam Tabel 5.
tabel 5. analisis konflik pemanfaatan air Umbul temanten, Kabupten sleman, DIY
Profil Penyebab aktor yang terlibat Dinamika
Politis: - berada di bawah kewenangan Pemkab Sleman ekonomi: -
bersifat sebagai kom-ponen common pool
resources (CPR), ada aspek
pemanfaatan berbasis kebersamaan dan berori-entasi sosial
sosial-budaya:
-
secara heritage sudah menyatu dengan kehidu-pan masyarakat sekitar atas dasar asas sosial kemasyarakatan
Wilayah yang paling
-
berkepentingan:
wilayah Desa Umbulharjo
struktural:
- perlindungan
keadilan distribusi air bagi warga sekitar umbul karena Pemkab belum menerapkan regulasi resmi yang sudah ada sejak UU No. 11/1974 tentang Pengairan maupun UU No 7/2004 tentang Sumber-daya Air yang berkaitan dengan pengelolaan air
Proximate:
-
penerapan hasil Amdal yang hanya bersifat potret sementara rona wilayah setempat. Adanya tokoh lokal yang diangkat seba-gai PNS Pemkab Sleman untuk dijadikan pengawas lapangan
faktor yang
memperpan--
jang konflik:
munculnya permintaan pelanggan PDAM di wilayah Kabupaten Sleman maupun Kota Yogyakarta
PDAM (Sleman dan Kota -
Yogyakarta) dan swasta Tujuan dari pemanfaatan -
air Umbul Temanten ada-lah untuk air baku PDAM kedua wilayah pemerin-tahan dan lokasi wisata Kaliurang
Arah konflik saat ini sudah -
mereda dengan dibangun-nya bak pembagi yang dilengkapi dengan alat ukur ke masing-masing pihak pemanfaat dan selalu dilakukan kalibrasi debit rutin yang disaksikan oleh semua pihak
Peluang yang mungkin -
terjadi ke depan adalah karena hanya mengan-dalkan hasil AMDAL maka kekuatan hukumnya tidak ada. Kesepakatan yang su-dah terjadi harus diperkuat dengan regulasi resmi dari pemerintah yang berkaitan dengan pengelolaan air
Sumber air di Umbel Betek (Umbul Lanang) di Deda Malangjiwan Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten dimanfaatkan oleh PDAM Kabupaten Klaten sebagai sumber air minum dan masyarakat Desa Malangjiwan Klaten sebagai air irigasi dan keperluan lainnya. Paparan permasalahan dan faktor pemicu konflik pemanfaatan air di Umbul Betek Kabupaten Klaten disajikan dalam Tabel 6.
tabel 6. Permasalahan dan faktor pemicu munculnya konflik di Umbul Betek, Kabupaten Klaten, jawa tengah
no aspek Uraian faktor
1 Bidang/
pokok konflik
Perebutan pemanfaatan sumber air . antara pihak masyarakat desa sebagai pemangku wilayah mata air yang berlangsung secara turun-menurun dengan pemerintah kabupaten yang diwakili oleh PDAM Klaten
Persaingan fungsi sosial dan fungsi ekonomi dalam pemanfaatan sumber air
Kurangnya akses pada sumber air untuk pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan irigasi
2 Pokok
seng-keta Penguasaan, pemanfaatan dan pengelolaan sumber air Umbul Betek di
Desa Malangjiwan oleh PDAM Kab Klaten
Keberpihakan Pemerintah Kabupaten Klaten terhadap fungsi ekonomi sumber daya air
3 Pihak yang
terlibat PDAM Kab Klaten sebagai BUMD dengan masyarakat Desa Malangjiwan dan para petani pemanfaat air dari Umbul Betek
4 Bentuk
konflik Konflik vertikal, yaitu pihak pemerintah daerah dengan masyarakat.
Kurangnya pemahaman pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya air dan belum berjalannya forum koordinasi pengelolaan sumberdaya air seperti Komisi Irigasi
6 Tingkat
kerumitan-nya
Timbulnya Ketidak percayaan terhadap pengeloaan SDA oleh Pemerintah Kabupaten Klaten
Berdasarkan permasalahan dan faktor pemicu konflik pemantaaran air di Umbul Betek Desa malangjiwan, Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten, dilakukan analisis terhadap konflik yang terjadi dan disajikan dalam Tabel 7.
tabel 7. analisis konflik pemanfaatan air Umbul Betek, Klaten, jawa tengah
Profil Penyebab aktor yang terlibat Dinamika
Politis:
berada di bawah
kewenangan Pemkab Klaten Ekonomi:
bersifat sebagai komponen Common
Pool Resources (CPR),
ada aspek pemanfaatan berbasis kebersamaan dan berorientasi sosial
Sosial-budaya: secara heritage sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat sekitar atas dasar asas sosial kemasyarakatan Wilayah yang paling berkepentingan:
wilayah Desa Malangjiwan
Struktural:
kurangnya alokasi air bagi warga sekitar umbul Betek, karena Pemkab belum melakukan alokasi air secara proporsional sesuai keperluan sesuai dengan UU No 7/2004 tentang Sumber daya Air dan PP No. 20/2006 tentang Irigasi Proximate:
pemanfaatan air umbul Betek sebagai air baku PDAM Klaten dengan dalih pemenuhan air yang higienis bagi kebutuhan rumah tangga perkotaan Faktor yang
memperpanjang konflik: meningkatnya permintaan pasokan PDAM untuk memenuhi bertambahnya pelanggan
PDAM Klaten
Tujuan dari pemanfaatan air Umbul Betek adalah untuk air baku PDAM Klaten
Arah konflik saat ini belum selesai karena sumber mata air Umbul Betek ditutupi oleh bangunan pengambilan dan dipagar. Masyarakat sekitar hanya diberi sebagaian kecil sisa air yang keluar dari sumber. Pihak masyarakat masih berupaya menuntut hak-haknya melalui sekelompok perwakilan warga mulai dari sekitar umbul sampai 4 km ke arah hilir
Peluang yang mungkin terjadi ke depan adalah dipertemukannya pihak PDAM dengan Dinas SDA Provinsi Jateng, Dinas SDA Kabupaten Klaten dan masyarakat pemanfaat air Umbul Betek mulai hulu sampai hilir untuk mencapai kesepakatan berbasis UU yang berlaku saat ini