• Tidak ada hasil yang ditemukan

metode dan teknik analisis

Dalam dokumen ISSN : INFO KAJIAN (Halaman 55-59)

luar negeri Sumber: Hasil Analisis, 2010

5.4 metode dan teknik analisis

Kajian penyusunan SOP termasuk jenis penelitian deskriptif, metode kerja yang diperlukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada kegiatan pengeksploran pendapat para pakar dan studi literatur. Adapun beberapa metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

FGD, Konsinyering dan Rapat

Rapat dan Focus Group Discussion (FGD) diselenggarakan dengan mengundang institusi-institusi yang terkait dengan kegiatan kajian. Melalui diskusi tersebut, diharapkan akan mendapatkan informasi baru terkait dengan kriteria kesiapan proyek PHLN dan kesepakatan mengenai standart dan prosedur dalam menyempurnakan tahap persiapan proyek untuk menuju pada tahap negoisasi.

Kuesioner

Penyebaran kuesioner merupakan metode yang dipergunakan pada saat tahapan mengeksplorasi pendapat responden, sehingga diharapkan mampu memperoleh informasi yang penting. Alat yang digunakan adalah berupa kuesioner/ daftar pertanyaan yang dibagikan kepada para pakar/ tenaga ahli yang telah dipilih dan mampu menjawab keseluruhan daftar pertanyaan. Metode ini dipergunakan untuk mengeksplorasi pendapat para ahli dalam mencari standart dan prosedur yang tepat dalam penyempurnaan tahap persiapan proyek menuju pada tahap negoisasi.

Telaah Tinjauan pustakaan Dokumen Kriteria Kesiapan Proyek PHLN

Data–data sekunder yang diperoleh diambil dari referensi buku dan dokumen-dokumen pemenuhan tahap persiapan proyek PHLN yang memiliki relevansi dengan pembahasan penyusunan standar umum penyusunan kriteria kesiapan.

5.4.1 teknik analisis

tabel 3.4 teknik analisis Kajian no tahapan Pengolah-an teknik

Data Data Input obyek sasaran output

1 Eksplorasi literatur Teknik komparasi Dokumen-dokumen terkait dengan pemenuhan kriteria kesiapan proyek PHLN, dan dokumen peraturan perundangan. Resume mengenai pedoman dan standart dalam menyiapkan tahap persiapan proyek menuju proses negosiasi Pedoman, indikator-indikator/ standart pemenuhan kriteria kesiapan proyek PHLN 2 Eksplorasi pendapat para pakar (jajak pendapat dan informasi) Pemetaan

stakeholder Usulan mengenai stakeholder yang terkait

dengan kajian

Stakeholder ahli yang terkait dengan kajian

Daftar nama-nama PMU proyek dan para pakar sebagai responden dalam kuesioner mengenai readiness

criteria

Teknik

komparasi Indikator-indikator/ standart pemenuhan

readiness criteria

menurut literatur dan studi kasus

• Hasil telaah literatur dan studi kasus • Daftar nama PMU

dan para pakar

Kuesioner

Statistik deskriptif

(Mi-crosoft excel)

Hasil kuesioner Gambaran statistik

hasil kuesioner

Gambaran umum indikator dan stan-dart kriteria kesiapan proyek PHLN Teknik

komparasi Gambaran umum indikator dan standart

readiness criteria dan

studi literatur/ studi kasus Para stakeholder dalam kegiatan FGD, konsinyering dan rapat internal Informasi standart/ indikator dan permasalahan di lapangan, opini dan saran para pakar dalam pemenuhan readiness criteria 3 Merumuskan faktor-faktor kesiapan proyek pada tahap negoisasi yang menjadi kesepakatan para pakar

Triangulasi Indikator/ standart,

pedoman, opini dan saran hasil dari tahapan

brainstorming

Hasil triangulasi Rumusan dalam

menyusun SOP 4 Menyusun dan merumuskan SOP Teknik

komparasi Hasil diskusi konsinyering dan FGD • Rumusan dalam menyusun SOP

• Hasil kesepakatan antara seluruh stakeholder

RekomendasiSOP

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Teknik analisis diatas merupakan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencapai kinerja yang paling efektif dan efisien dalam kajian.

5.4.2 analisis Perumusan substansi Standard Operational Of Procedure (soP) Kriteria Kesiapan Proyek Yang Didanai Dengan Pinjaman Luar negeri

Pemenuhan SOP pada kesiapan proyek selama ini didasarkan pada berbagai peraturan perundangan, bahkan peraturan pemberi donor sendiri. Dari pemahaman berbagai sudut pandang tersebut belum diketemukan standart yang pasti untuk mengidentifikasi indikator yang sesuai dalam pemenuhan readiness criteria. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan persepsi yang diakui kebenarannya oleh seluruh stakeholder pelaku. Maka dari itu, dibutuhkan suatu alat analisis untuk dapat menggabungkan berbagai sudut pandang dari stakeholder, peraturan perundangan dan studi kasus di lapangan tanpa mengabaikan sudut pandang lain yang juga penting. Untuk mengatasi hal tersebut, kajian ini menggunakan metode triangulasi untuk mencapai kesimpulan yang disepakati mengenai standart SOP yang majemuk tersebut. Dengan melakukan triangulasi, tingkat pembenaran suatu pemahaman akan dibandingkan dan dilakukan pengecekan mengenai tingkat kepercayaan suatu informasi yang didapat. Dalam pengecekan keabsahan mengenai pemahaman standart SOP, diperlukan pengecekan melalui

pakar maupun pendapat orang. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari bahaya subyektifitas dari penyusun kajian. Adapun kerangka pikir dari analisis triangulasi dalam merumuskan substansi SOP diilustrasikan sebagai berikut:

gambar 3.1 Kerangka Pikir analisis triangulasi

Hasil Diskusi (FGD, Konsinyering dan Rapat Internal) Mengenai Pemenuhan Kriteria Kesiapan Proyek PHLN Studi Kasus Pemenuhan Kriteria

Kesiapan Proyek PHLN

Hasil Kuesioner Mengenai Pemenuhan Kriteria Kesiapan

Proyek PHLN

Rumusan Substansi Standart Operational Of Procedure Kriteria Kesiapan Proyek PHLN

Sumber: Hasil Analisis, 2010

VI. HasIL anaLIsIs

Berdasarkan seluruh analisis yang telah dilakukan diperoleh rumusan-rumusan yang dipergunakan dalam pe-nyusunan SOP Kriteria Kesiapan. Dari hasil survey, diperoleh gambaran mengenai kondisi eksisting kriteria kesiapan yang digambarkan dalam gambar 4.1 sebagai berikut:

gambar 4.1 tingkat Kecukupan Butir Kriteria Kesiapan Pada PP 2/ 2006 menurut responden

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Berdasarkan hasil kuesioner, diperoleh informasi bahwa kecukupan butir kriteria kesiapan yang terdapat pada PP No.2 Tahun 2006 adalah 90% responden berpendapat cukup untuk mempersiapkan tahap persiapan kegiatan. Namun, sebesar 10% responden berpendapat bahwa butir kriteria kesiapan yang ada saat ini belum cukup untuk membantu pengusul kegiatan dalam mempersiapkan tahap persiapan kegiatan, hal tersebut dikarenakan sulitnya mendefinisikan kedalaman tiap-tiap kriteria, misalkan belum didefinisikannya indikator monitoring dan evaluasi yakni berupa data dasar. Kemudian mengenai tingkat kesulitan pemenuhannya, dijelaskan pada gambar 4.2 sebagai berikut:

gambar 4.2 Kriteria Kesiapan yang sulit Dalam Pemenuhannya Berdasarkan Pendapat responden

Dari Gambar 4.2 diperoleh informasi bahwa kriteria yang dianggap paling sulit pemenuhannya oleh para responden ada-lah pernyataan kontribusi dari daerah, kemudian berturut-turut ketersediaan tanah dan dana pendamping.

Telah dijelaskan pada Bab Metodologi, bahwa untuk memperoleh rumusan penyusun SOP, digunakan analisis triangukasi untuk memperoleh irisan informasi dari studi literatur, kuesioner dan diskusi. Hasil analisis triangulasi sebagai bahan rumusan SOP kriteria kesiapan PHLN dijabarkan sebagai berikut:

1. Kriteria Indikator Monitoring dan Evaluasi

Hasil analisis mengenai kriteria monitoring dan evaluasi, yakni data dasar adalah berupa kerangka Logical

Frame-workyang terdiri dari masukan(inputs), keluaran (outputs), hasil (results), dan dampak (impacts). Dalam

pemenu-hannya, indikator monitoring dan evaluasi merupakan tanggung jawab dari Project Management Unit yang telah dibentuk untuk mengelola kegiatan.

2. Kriteria Dana Pendamping

Hasil analisis untuk kriteria dana pendamping untuk tahun pertama pelaksanaan kegiatan telah dialokasikan, yakni melalui Dokumen RKA-KL untuk usulan proyek dari Kementerian/ Lembaga. Kemudian untuk BUMN ada-lah Dokumen RKAP. Adapun substansi format yang perlu tercantum dalam dokumen dana pendamping adaada-lah mengenai: 1) Komponen kegiatan yang akan dibiayai; 2) Volume per tahun; dan 3) Kolom yang menunjukkan jumlah pembiayaan yang berasal dari pemerintah sendiri serta dari donor. Dalam pemenuhannya, kriteria dana pendamping merupakan tanggung jawab dari Executing Agency dari pengusul kegiatan.

3. Kriteria PMU/ PIU

Hasil analisis untuk kriteria PMU/ PIU adalah telah dibentuk dan telah ada personalianya melalui: 1) SK yang

telah disahkan oleh pejabat setingkat Eselon I; 2) SK Direksi untuk BUMN. Kemudian isi substansi yang men-cakup dari SK penunjukkan PMU/ PIU adalah: 1) Bagian SK terdiri dari landasan peraturan dan hukum serta isi keputusan; 2) Ketentuan tentang tugas dan kewajiban serta koordinasi Tim dengan Intansi Pusat dan Daerah; 3) Nama-nama Pejabat/Direktur/Manager Proyek, Steering Committee dan Tim Teknis Proyek; 4) Bagan tipikal struk-tur organisasi ada di lampiran surat; 5) Penanda tangan oleh pejabat terkait dengan kegiatan. Kemudian untuk penanggung jawabnya pemenuhan kriteria tersebut adalah Executing Agency.

4. Ketersediaan Tanah

Hasil analisis untuk kriteria ketersediaan tanah adalah adanya dokumen yang menjelaskan mengenai rencana pengadaan tanah, misalkan: 1) Dokumen LARAP (Land Acquisition and Resettlement Action Plan); atau 2) Surat Pernyataan Tidak Memerlukan Lahan jika telah tersedia lahan. Kemudian untuk penanggung jawab dari pemenu-han kriteria tersebut adalah Executing Agency dari pengusul kegiatan dan/ atau Pemerintah Daerah.

5. Draft Final Pengelolaan Proyek

Hasil analisis mengenai draft final pengelolaan proyek adalah berupa dokumen yang berisi tentang pengelolaan yang bersifat operasional atau administrasi manual, misalkan Project Administration Project (PAM) atau Project

Op-erational Project (POM). Adapun outline yang perlu dicakup dalam draft final pengelolaan proyek adalah sebagai

berikut:

I. Gambaran proyek 1.1 tujuan 1.2 lingkup proyek 1.3 komponen proyek 1.4 penentuan lokasi proyek II. Gambaran dan struktur organisasi

2.1 struktur organisasi dari tingkat bawah sampai pusat 2.2 tugas dan fungsi pemangku kepentingan

III. Rencana tindak anti korupsi; IV. Rencana penjadwalan

4.1 implementasi seluruh perencanaan program 4.2 penjabaran seluruh perencanaan program V. Rencana anggaran

5.1 jadwal penyusunan dokumen RKA-KL / anggaran 5.2 tata cara penelaahan dan pengesahan DIPA) 5.3 tata cara dan mekanisme pengelolaan keuangan

5.4 mengestimasi pengeluaran proyek dan pembiayaan rencana 5.5 prosedur pembiayaan, masalah fund channeling

VI. Pengadaan barang dan jasa 6.1 rencana pengadaan 6.2 prosedur pengadaan 6.3 pengadaan konsultan 6.4 partisipasi masyarakat 6.5 pengadaan barang VII. Rencana Operasional Kegiatan

7.3 mekanisme pencairan dana VIII. Kegiatan monitoring dan evaluasi

8.1 Sistem monitoring dan pelaporan internal 8.2 Pencegahan dan penilaian dalam monitoring

8.3 Pelaksanaan independent monitoring and evaluation project 8.4 Evaluasi dampak proyek

IX. Rencana tindak penanganan keluhan 9.1 Organisasi

9.2 Tujuan, tugas, manfaat 9.3 Alat penanganan keluhan

Kemudian untuk penanggung jawab dari pemenuhan draft final pengelolaan proyek adalah Project Management

Unit (PMU) yang bertugas untuk mengelola kegiatan.

6. Pernyataan Kontribusi dari Pemda dalam dana pendamping

Hasil analisis mengenai kriteria pernyataan kontribusi dari pemda berupa dana pendamping adalah berupa: 1) Surat Pernyataan dari pemerintah daerah terkait; atau 2) Nota kesepakatan antara Pemda dan Executing Agency pengusul kegiatan. Mengenai format atau substansi dari surat pernyataan pemda berisi: 1) Komitmen dari dae-rah untuk bersedia dalam menganggarkan dana pendamping; 2) Ditandatangani oleh Kepala Daedae-rah dan Ke-tua DPRD.Kemudian untuk pemenuhan kriteria tersebut, yang bertanggung jawab adalah Executing Agency dan Pemda (Kepala Daerah dan Ketua DPRD).

Dalam dokumen ISSN : INFO KAJIAN (Halaman 55-59)