• Tidak ada hasil yang ditemukan

tabel 2. Desain survey

Dalam dokumen ISSN : INFO KAJIAN (Halaman 75-79)

Tipe Instrumen Individu Perusahaan Pelaksana

Perpajakan

Penurunan tarif PPh Orang √

Penurunan tarif PPh Badan √

Peningkatan PTKP √

PPN DTP √

BM DTP √

Non-pajak

Penurunan Harga Solar √

Diskon Tarif Listrik √

Belanja Negara (Infrastruktur) √

Dalam pelaksanaannya diperlukan instrumen survei yang berupa pertanyaan yang diajukan kepada responden berupa pertanyaan terbuka dan juga pertanyaan tertutup. Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam survey lapangan mencakup jawaban kualitatif dan jawaban kuantitatif. Beberapa aspek pertanyaan mengenai efektivitas pencapaian sasaran pelaksanaan stimulus fiskal maupun faktor-faktor yang dianggap menjadi kendala lebih banyak yang bersifat persepsi. Dalam literatur, salah satu teknik analisis kuantitatif dari jawaban atas persepsi adalah Analytical Hierarchy Process (AHP).

2 Sebuah SNSE dapat juga dibuat untuk lingkup perekonomian yang lebih kecil dari negara, misalnya untuk tingkat propinsi, kabupaten, dan bahkan kota. Sebaliknya, sebuah SNSE dapat juga dibuat untuk lingkup yang lebih besar dari negara, misalnya tingkat continental atau bahkan sebuah SNSE dunia.

Secara sederhana, Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode pengambilan keputusan dengan cara memecah suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-kelompok, dan mengaturnya kedalam suatu hirarki yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Metode AHP dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan prioritas sebuah permasalahan atau kebijakan. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat(Saaty, 1993).

Dengan kata lain, AHP adalah salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang menggunakan presepsi manusia yang dianggap ahli (orang yang mengerti permasalahan yang diajukan atau orang yang mempunyai kepentingan terhadap isu atau permasalahan yang diajukan) sebagai input utamanya. Kelebihan model AHP dibandingkan model pengambilan keputusan lainnya terletak pada kemampuan memecahkan masalah yang multiobjectives dan multicriterias. Dalam konteks hambatan stimulus fiskal, AHP menjadi salah satu instrumen penggali persepsi dari narasumber yang dianggap ahli yang reliable dalam mengidentifikasi jenis atau kategori dari masalah yang dianggap dominan menghambat efektifitas pencapaian stimulus fiskal. Hal ini dilakukan dengan cara menggali persepsi tingkat kepentingan masalah yang diduga sebagai faktor penghambat dari para ahli dalam hal ini pemangku kepentingan dari kegiatan stimulus fiskal di daerah.

IV. KesImPULan Dan saran KeBIjaKan

4.1 Kesimpulan

Tujuan dari penelitian mencakup tiga hal pokok, yaitu melakukan kajian model ekonomi untuk menganalisis dampak kebijakan stimulus fiskal terhadap kinerja perekonomian dan efektivitasnya, merumuskan instrumen kebijakan stimulus fiskal yang tepat bagi peningkatan kinerja perekonomian, dan merumuskan bahan masukan dan rekomendasi kebijakan bagi perencanaan kebijakan pemerintah dan pilihan kebijakan fiskal untuk mengantisipasi permasalahan ekonomi ke depan.

Berdasarkan dua pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis dampak ekonomi stimulus fiskal 2009 dengan menggunakan model CGE dan juga analisis menggunakan survey lapangan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

Besarnya alokasi anggaran, sasaran dan instrumen kebijakan yang digunakan akan menentukan besarnya dampak •

ekonomi stimulus fiskal yang dijalankan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah perlu merumuskan kebijakan stimulus fiskal secara tepat baik dari sisi besarnya anggaran, sasaran maupun instrumen yang digunakan, agar stimulus fiskal yang dijalankan dapat memberikan dampak maksimal dan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Paket stimulus fiskal secara agregat mampu meningkatkan kinerja perekonomian khususnya pertumbuhan ekonomi, •

kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga. Di samping itu, stimulus fiskal juga menimbulkan dampak terhadap kenaikan harga-harga secara umum.

Kebijakan stimulus fiskal baik berdasarkan pagu maupun realisasi anggaran memiliki dampak terhadap pertumbuhan •

ekonomi, kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga yang relatif sama dan lebih didominasi oleh kebijakan stimulus fiskal melalui pemotongan PPh orang pribadi dan pengeluaran pemerintah untuk infrastuktur. Namun demikian perlu diketahui bahwa dua kebijakan fiskal tersebut juga menimbulkan dampak negatif berupa kenaikan harga-harga secara umum.

Kebijakan pemotongan PPh Orang Pribadi merupakan instrumen kebijakan yang paling besar memberikan dampak •

ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga. Hal ini dapat dimaklumi mengingat alokasi anggaran stimulus fiskal melalui pemotongan PPh Orang Pribadi merupakan alokasi yang paling besar (sekitar 42% dari total anggaran stimulus fiskal). Sementara itu, kebijakan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur merupakan instrumen stimulus yang memberikan dampak ekonomi terbesar kedua.

Instrumen fiskal melalui pemotongan PPN dan subsidi memberikan dampak terhadap perekonomian yang relatif •

bernilai sama meskipun kedua kebijakan tersebut dampak terhadap perekonomiannya lebih rendah jika dibandingkan dengan dampak yang dihasilkan oleh instrument fiskal melalui pemotongan PPh Orang Pribadi dan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur.

Penggunaan tarif impor sebagai instrumen stimulus fiskal berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, •

kesempatan kerja maupun pendapatan rumah tangga. Di sisi lain, instrumen ini menyebabkan terjadinya penurunan harga-harga secara umum.

Kebijakan stimulus fiskal lebih mendorong terjadinya ekspansi pada sektor konstruksi; listrik, air dan gas; pemerintahan, •

pertahanan, pendidikan, kesehatan dan jasa sosial lainnya; serta sektor-sektor yang terkait dengan pangan (seperti sektor pertanian, peternakan, dan restoran).

Terkait dengan tujuan stimulus fiskal, berdasarkan hasil analisis model CGE dapat dikemukakan beberapa hasil •

sebagai berikut: (i) stimulus fiskal melalui instrumen pemotongan PPh Orang Pribadi dan PPN memberikan dampak positif yang sejalan dengan tujuan pertama yaitu memelihara dan meningkatkan daya beli masyarakat; (ii) stimulus fiskal melalui instrumen pemotongan pajak badan, pemotongan PPN, dan pemberian subsidi memberikan dampak positif yang sejalan dengan tujuan kedua yaitu menjaga daya tahan perusahaan/sektor usaha; dan (iii) stimulus fiskal melalui instrumen pengeluaran pemerintah untuk investasi infrastruktur memberikan dampak positif yang sejalan dengan tujuan ketiga yaitu meningkatkan daya serap tenaga kerja.

Terkait dengan hasil simulasi mengenai pilihan instrumen stimulus fiskal dapat dikemukakan beberapa hal berikut: •

(i) Instrumen pengeluaran pemerintah untuk investasi infrastruktur merupakan instrumen yang paling besar mendorong pertumbuhan ekonomi, kemudian diikuti oleh instrumen fiskal melalui pemotongan PPN. Sedangkan

hal peningkatan kesempatan kerja dan pen dapatan rumah tangga, kemudian diikuti oleh instrumen fiskal melalui pengeluaran pemerintah. Lebih jauh, stimulus fiskal melalui pemotong PPN memberikan dampak terhadap perekonomian berupa penurunan harga-harga secara umum; (ii) Di sisi lain, pemotongan PPN merupakan instrumen stimulus fiskal dari sisi pajak yang memberikan dampak paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi, kemudian diikuti oleh instrumen fiskal melalui pemotongan PPh Orang Pribadi. Sedangkan instrumen fiskal dari sisi pajak yang memberikan dampak paling besar pada kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga adalah pemotongan PPN, kemudian diikuti oleh instrumen fiskal melalui pemberian subsidi. Namun demikian, terdapat instrumen fiskal dari sisi pajak (berupa penurunan tarif impor) yang memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga; (iii) Stimulus fiskal secara umum akan mendorong sektor produksi untuk ekspansi kecuali jika dilakukan melalui penurunan tarif impor. Hal ini disebabkan karena stimulus fiskal melalui penurunan tarif impor akan mendorong peningkatan permintaan komoditas impor yang pada faktanya akan menekan permintaan komoditas domestik dan menyebabkan terjadinya realokasi sumber daya ke sektor-sektor yang berekspansi. Namun demikian, instrumen penurunan tarif impor di satu sisi mampu mendorong sektor-sektor berbasis industri untuk ekspansi. Hal tersebut merupakan dampak dari penurunan biaya produksi bagi sektor-sektor yang menggunakan input dari komoditas impor; dan (iv) Permintaan tenaga kerja sektoral juga akan mengalami peningkatan, sejalan dengan dorongan ekspansi yang diberikan stimulus fiskal. Sementara itu, sejalan dengan dampak kontraktif yang dihasilkan melalui kebijakan penurunan tarif impor, permintaan tenaga kerja pada beberapa sektor produksi mengalami penurunan dan terealokasikan kepada sektor-sektor yang mengalami ekspansi.

Survey kepada individu penerima manfaat menujukkan indikasi lemah- nya efektifitas karena persoalan sosialisasi •

yang lemah. Dalam hal ini banyak penerima manfaat yang tidak menyadari/mengetahui kebijakan ini sehingga tidak terjadi efek spending atau MPC aktual yang cukup rendah.

Survey kepada responden perusahaan menujukkan preferensi dan penilaian efektivitas yang lebih tingi untuk jenis •

kebijakan non-perpajakan, dalam hal ini yang berbentuk subsidi dan pengurangan biaya produksi.

Salah satu perhatian dalam literatur mengenai hambatan efektifivitas program stimulus adalah masalah ketepatan •

waktu. Dalam konteks ini, survey di lapangan membuktikan bahwa jenis hambatan ini memang disadari ada di lingkup kendala administratif, koordinasi pusat-daerah dan di beberapa tempat terkait kualitas sumber daya manusia pelaksana. Efektifitas yang rendah dalam kenyataan sebenarnya dalam perekonomian terlihat dari survey di lapangan.

Dalam kaitan dengan tujuan pemberian stimulus fiskal, hasil survey memberikan hasil evaluasi sebagai berikut. •

Menurut persepsi individu maupun perusahaan, tujuan meningkatkan daya beli masyarakat belum tercapai dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya proporsi responden yang menyatakan merasakan kenaikan pendapatan. Sedangkan dari sisi efektivitas serapan tenaga kerja, dari persepsi pelaksana di daerah didapatkan masalah berupa lemahnya sisi perencanaan. Dimana perencanaan stimulus fiskal tahun 2009 sama sekali tidak melibatkan Bappeda yang seharusnya mengkoordinasikan kegiatan atau program di wilayahnya yang bisa jadi menentukan ketepatan sasaran, termasuk serapan tenaga kerja.

4.2 saran Kebijakan

Adapun saran kebijakan dari hasil dan kesimpulan studi ini adalah:

Kebijakan stimulus fiskal melalui pemotongan PPh Orang Pribadi merupakan instrumen yang tepat untuk •

memelihara dan meningkatkan daya beli masyarakat. Namun demikian perlu dicermati dalam implementasinya karena efektivitasnya sangat tergantung kecenderungan individu untuk memanfaatkan bene_t ini. Kebijakan ini akan menjadi kurang efektif apabila tingkat kecenderungan konsumsi rendah, misalnya akibat lemahnya sosialisasi. Kebijakan stimulus fiskal melalui pengeluaran pemerintah untuk investasi infrastruktur memang berperan penting •

dalam menciptakan serapan tenaga kerja. Namun terdapat dua hal yang perlu mendapat perhatian terkait dengan efektivitas tujuan ini. Pertama agar efektif dari sisi sasaran, perencanaan yang melibatkan daerah secara memadai sebaiknya dilaksanakan. Kedua, agar efektif dalam hal ketepatan waktu, perlu perbaikan atas hambatan administratif, koordinasi pusat-daerah dan kapasitas sumber daya manusia.

Terkait dengan pilihan instrumen stimulus fiskal, pengambil kebijakan dapat mempertimbangkan beberapa hal •

sebagai berikut sebagai alternatif kebijakan, yaitu:

Instrumen fiskal melalui pemotongan PPN lebih efektif digunakan untuk mendorong penyerapan tenaga kerja •

dan pendapatan rumah tangga.

Instrumen fiskal melalui pengeluaran pemerintah untuk investasi infrastruktur lebih efektif digunakan untuk •

mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan melalui pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur dan pemotongan PPN pada industri yang tepat •

diperkirakan lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga.

Kebijakan melalui pemotongan PPh Orang Pribadi yang tepat dan efektif kemudian diikuti dengan kebijakan •

pemotongan PPN pada industri yang tepat lebih efektif dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Kebijakan melalui pemotongan PPN kemudian diikuti dengan kebijakan pemberian subsidi pada industri yang tepat lebih efektif dan mampu untuk menjaga daya tahan perusahaan/sektor usaha (vi). kebijakan melalui pengeluaran pemerintah untuk infrastruk tur kemudian diikuti dengan kebijakan pemotongan PPN pada industry yang tepat lebih efektif dan mampu untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Daftar PUstaKa

Abimanyu, Anggito. 2005. “Kebijakan Fiskal Dan Efektivitas Stimulus Fiskal Di Indonesia: Aplikasi Model Makro-Modfi Dan CGE-Indorani”. Jurnal Ekonomi Indonesia No.1, Juni 2005.

Alesina, Alberto F. dan Silvia Ardagna. 2009. “Large Changes in Fiscal Policy: Taxes Versus Spending,” NBER Working Papers 15438, National Bureau of Economic Research, Inc.

Anh, Nguyen Ngoc, Nguyen Duc Nhat, dan Nguyen Thang. 2010. “Current Global Crisis, Fiscal Stimulus Package and Implication for Vietnam”. Policy Research Institute, Ministry of Finance, Japan, Public Policy Review, vol.6, no. 4, pp.769-790, April 2010.

Aschauer D. A. 1989. Is public expenditure productive? Journal of Monetary Economics No. 23: 177-200.

Badan Pusat Statistik. 2005. “Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2005”. Badan Pusat Statistik Indonesia, Jakarta. Bank Indonesia. 2009. Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi Januari 2009.

Bappenas. 2000. “Program Pembangunan Nasional 2000-2009”. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Bappenas. 2005. “Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005-2009”. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Blanchard, Olivier dan Roberto Perotti. 2002. “An Empirical Characterization Of The Dynamic Effects Of Changes In Government Spending And Taxes On Output,” The Quarterly Journal of Economics, MIT Press, vol. 117(4), pages 1329-1368, November.

Blinder, Alan S. 1981.”Temporary Income Taxes and Consumer Spending,” The Journal ofPolitical Economy 89(1), 26-53. Dalsgaard, Thomas, Christophe André, and Pete Richardson. 2001. “Standard Shocks in the OECD Interlink Model,” OECD Economics Department Working Paper No. 306 (Paris: Organization for Economic Cooperation and Development).

Ecologic Institute. 2009. Economic Stimulus in Europe – Accelerating Progress towards Sustainable Development?, ESDN Meeting, Prague June 2009.

Elmendorf, Douglas W. dan David Reifschneider. “Short-run Effects of Fiscal Policy with Forward-looking Financial Markets.” National Tax Journal, Vol. 55, No. 3, September 2002

European Commission. 2009. Economic Crisis in Europe: Causes, Consequences, and Responses. Feldstein, Martin S. “Rethinking The Role of Fiscal Policy.” NBER Working Paper No. 14684, January 2009

Furman, Jason. “Options for Fiscal Stimulus.” Testimony Before the U.S. Senate Committee on Finance, January 2008 Gravelle, Jane G. “Tax Cuts and Economic Stimulus: How Effective Are the Alternatives?”. Congressional Research Service, April 2002.

Jitsuchon, Somchai. 2010. “Fiscal Policy in Issues in Thailand after the Current Economic Crisis”.Policy Research Institute, Ministry of Finance, Japan, Public Policy Review, vol.6, no. 4, pp.741-768, April 2010.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2000 – 2009. “Nota Keuangan dan APBN Tahun 2000– 2009 ”. Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2009. “Mengatasi Dampak Krisis Global Melalui Program Stimulus Fiskal APBN 2009”. Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Ilzetzki, Ethan, Enrique G. Mendoza, and Carlos A. Vegh. “How Big are Fiscal Multipliers.” Centre for Economic Policy Research – Policy Insight No. 39, October 2009

International Monetary Fund. 2009. “World Economic Outlook 2009”. International Monetary Fund Report. _____________. “World Economic Outlook 2010”. International Monetary Fund Report.

Mankiw, N. Gregory. “The Savers-Spenders Theory of Fiscal Policy.” The American Economic Review, Vol. 90, No. 2, Papers and Proceedings of the One Hundred Twelfth Annual Meeting of the American Economic Association, pp. 120-125, May 2000.

Manning, Chris. 2009. Globalisation and Labour Markets in Boom and Crisis: The Case of Vietnam. Australian National University, Department of Economics, Working Paper No. 2009-17.

Mountford, Andrew dan Harald Uhlig. 2002. “What are the Effects of Fiscal Policy Shocks?,” CEPR Discussion Papers 3338, C.E.P.R. Discussion Papers.

Newbold, Paul. (2003). Statistics for Business and Economics. 3rd ed. New Jersey: Prentice Hall,.

Shapiro, M.D. dan Slemord, J.B.2009, “Did the 2008 Tax Rebates Stimulate Spending?” American Economic Review, 99(2)374-379.

Sadoulet, E., and Janvry, A. 1995. Quantitative Development Policy Analysis. London: John Hopkins University Press. United States Council of Economic Advisers. 2009. The Economic Impact Of The American Recovery And Reinvestment Act Of 2009.

Varian, Hal R. 1992. Microeconomic Analysis (3rd ed). New York. Norton,W Company.

World Bank. 2007. Study of Indonesian Public Spending: The New Opportunity. Public Spending Study 2007, World Bank.

aLternatIf meKanIsme

KoorDInasI PengemBangan

Dalam dokumen ISSN : INFO KAJIAN (Halaman 75-79)