• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.1 Deskripsi Teori

2.1.5 Konsep Asuransi Sosial

Menurut Amrin (2006: 2) dalam bukunya yang berjudul “Asuransi syariah keberadaan dan kelebihannya ditengah asuransi konvensional” Menurutnya kata asuransi diambil dari bahasa belanda “assurantie”. Dalam hukum belanda disebut “Verzekering”, yang berarti pertanggungan. Istilah tersebut kemudian berkembang menjadi “assuradeur” yang berarti penanggung dan tertanggung disebut “geassuradeur”. Dalam kamus atau perbendaharaan kata bangsa Indonesia, tidak dikenal kata asuransi yang dikenal adalah istilah “jaminan” atau “tanggungan”. Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris insurance, dengan akar kata in-sure yang berarti “memastikan”.

Menurut Muslehuddin (2005: 3-4) dalam bukunya yang berjudul “Asuransi dalam Islam” mengatakan asuransi pada awalnya adalah suatu kelompok yang bertujuan membentuk arisan untuk meringankan keuangan beban individu dan menghindari kesulitan pembiayaan. “Secara ringkas dan umum, konsep asuransi adalah persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga. Apabila kerugian itu menimpa salah seorang dari mereka yang menjadi anggota perkumpulan itu, maka kerugian itu akan ditanggung bersama oleh mereka. Masih dalam Muslehuddin (2005: 4), Adam Smith berpendapat bahwa cara asuransi membagi-bagikan kerugian yang dialami oleh individu kepada orang banyak dapat memberi keringanan dan kesenangan kepada seluruh anggota masyarakat. Dalam Muslehudin (2005: 4) Wagner telah membuktikannya dengan merumuskan teori kerugian sebagai berikut:

“Perkataan asuransi menurut pengertian ekonomi adalah memaparkan suatu bentuk susunan ekonomi untuk memindahkan atau mengurangi kemungkinan akibat dari peristiwa yang tidak baik yang akan terjadi; bergantung kepada sejauhmana keadaan (Vermoegen) kekhawatiran seorang itu. Kemungkinan peristiwa itu tidak dengan sengaja menimpa seseorang, oleh karena itu setiap adanya satu kejadian maka hal itu peristiwa yang tidak terduga.Asuransi mengendalikan keadaan ini untuk menaksir kadar akibat yang akan menimpa berpedoman satu daftar (Reihe) kejadian yang diduga dengan satu bentuk bahaya yang tidak benar-benar terjadi (Muslehuddin, 2005: 4).”

Sedangkan Willet dalam Muslehuddin (2005: 5) berpendapat bahwa pentingnya asuransi itu terletak pada kemampuannya untuk memindahkan resiko ketidakpastian dan tidak jelas itu ke biaya tetap dengan cara

penggabungan. Katanya, sungguhpun resiko itu subjektif dan tidak dapat diobjektifkan, namun hal itu dapat diukur dengan berpedoman pada pengalaman dan peristiwa yang lalu. Risiko dapat diukur seandainya sejumlah risiko ataupun kejadian yang lalu itu dikumpulkan untuk diambil rata-ratanya secara umum.Dengan kata lain, probabilitas dari fenomena yang banyak itu dapat dibuat ramalannya berdasarkan sekelompok ukuran yang sama. Jadi, bilangan banyak dan probabilitas adalah dianggap sebagai dasar teori risiko. Jadi dalam pengertian diatas asuransi adalah perlindungan bersama terhadap musibah oleh sekelompok orang yang tidak berdaya akan bahaya umum.

Pada asuransi konvensional, kita mengenal sistem transfer risk yang berarti terjadinya transfer risiko dari tertanggung kepada penanggung. Pengertian asuransi konvensional berdasarkan sudut pandang sosial yaitu:

“Asuransi di definisikan sebagai organisasi sosial yang menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada setiap anggota, anggota yang tidak pernah mengalami kerugian dari sudut pandang sosial merupakan penyumbang terhadap organisasi (Amrin, 2006: 8)”. Dalam Salim (2003: 2-3), bukunya yang berjudul “Asuransi Dan Manajemen Risiko” John H. Magee mengklasifikasikan asuransi sebagai berikut :

1. Jaminan Sosial (Social Insurance)

Jaminan sosial merupakan asuransi wajib. Oleh karena itu, setiap orang atau penduduk harus memilikinya. Bentuk ini dilaksanakan dengan “paksa”, misalnya dengan memotong gaji pegawai dengan proporsi sekian

persen setiap bulannya. Contoh jaminan sosial adalah jaminan untuk hari tua, jaminan pengobatan yang diberikan kepada orang yang sakit, mengalami kecelakaan, invalid, mencapai umur ketuaan, atau hal-hal yang menyebabkan timbulnya pengangguran.

2. Asuransi Sukarela (Voluntary Insurance)

yaitu bentuk asuransi yang dijalankan secara sukarela (volunteer). Asuransi sukarela dibagi menjadi:

a) Government insurance yaitu asuransi yang dijalankan oleh pemerintah atau negara, misalnya jaminan yang diberikan kepada prajurit yang cacat sewaktu peperangan (jaminan bagi kaum veteran);

b) Commercial insurance yakni asuransi yang bertujuan untuk melindungi seseorang atau keluarga serta perusahaan dari risiko-risiko yang bisa mendatangkan kerugian. Tujuan perusahaan asuransi disini ialah komersial dan dengan motif keuntungan (profit motive). Contohnya seperti asuransi jiwa dan asuransi kerugian.

Masih dalam Salim (2003:123-124) Jaminan sosial umumnya lebih banyak menyangkut “kesejahteraan sosial” dari masyarakat, dari pada arti mempertanggungkan risiko-risiko kerugian. Agar dapat membedakan dengan nyata pengertian asuransi jiwa dengan jaminan sosial, perlu dimengerti makna dan unsur-unsur yang terdapat pada jaminan sosial. “jaminan sosial dapat dirumuskan secara umum sebagai segala macam jaminan serupa dengan asuransi, yang melindungi orang terhadap risiko sosial”. Pada umumnya jaminan sosial yang didukung adalah resiko sosial, dan merupakan tanggung

jawab kepada masyarakat. Sedangkan pada asuransi, yang dijamin adalah resiko pribadi. Selanjutnya kita dapat mengajukan beberapa karakteristik/ciri-ciri jaminan sosial tersebut:

1. Resiko yang dijamin menyangkut umum dan merupakan tanggung jawab masyarakat;

2. Jaminan ini dianggap menguntungkan rakyat seluruhnya; 3. Jaminan sosial menanggung sebagian besar dari penduduk;

4. Orang-orang yang langsung berkepentingan tidak memikul seluruh pembiayaan dan acap kali hanya sebagaian kecil saja yang mereka pikul;

5. Tunjangan yang didapatkan lajimnya hanya memenuhi kebutuhan primer yang minimum (subsistence level);

6. Ikut serta dalam jaminan dan iuran diwajibkan;

7. Jaminan yang diselenggarakan atas dasar tidak mencari keuntungan;

8. Tujuan yang akan dicapai ialah kesejahteraan sosial (social welfare) dan bukan keadilan bagi perseorangan (Salim, 2003: 123). Bahwa inti jaminan sosial adalah:

1. Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya; 2. Yang dijamin adalah resiko sosial;

3. Jaminan merupakan beban masyrakat seutuhnya;

4. Tidak mempunyai motif mencari keuntungan (Salim, 2003: 124). Dan menurut Amrin (2006:101) asuransi sosial yaitu asuransi yang dilakukan pemerintah dengan tujuan memberikan manfaat untuk masa depan rakyatnya dengan cara memotong sebagian gaji pegawai dan pekerja. Sedangkan Man Suparman (2003: 89-90) bukunya yang berjudul “Aspek-aspek Asuransi dan Surat Berharga”, Emi Pangaribuan mengatakan asuransi sosial mempunyai sifat wajib dan besarnya santunan (benefit) pada umumnya ditetapkan oleh pemerrintah. Golongan asuransi ini tidak ditunjukan untuk memperoleh keuntungan, tetapi lebih ditekankan kepada kepantasan masyarakat (social adequcy). Penyelengaraannya biasanya oleh pemerintah,

sehingga sering pula disebut Social Goverment Insurance. Dan dalam Muslehuddin (2005:12) asuransi bersama adalah setiap anggota menjadi sebagai tertanggung dan penanggung asuransi tanpa memandang suatu kepentingan. Ia tidak bertujuan mencari keuntungan, bukan usaha kapitalis ataupun merengguk kekayaan dari kerugian orang lain.

Dalam Man Suparman (2003: 92), Veldkam mengatakan tujuan asuransi sosial yaitu memberikan jaminan secara materil sebanyak mungkin agar tergantung tetap dapat menikmati sumber kehidupan yang layak.

Dan menurut Emi Pangaribuan dalam Man Suparman (2003: 94-95) tujuan asuransi sosial adalah:

“Tujuan dari pertanggungan sosial (social Insurance) adalah untuk menyediakan suatu bentuk jaminan tertentu kepada seseorang atau anggota masyarakat yang menderita kerugian dalam memperjuangkan hidupnya dan keluarganya (Suparman, 2003: 94)”

Masih Menurut Emi Pangaribuan, Unsur-unsur asuransi sosial antara lain adalah:

1. Diselenggarakan karena ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan;

2. Perikatan yang terjadi antara para pihak; 3. Mempunyai sifat wajib bagi mereka;

4. Pada umumnya yang bertindak sebagai penyelengara atau penanggung adalah pemerintah;

5. lebih diutamakan perlindungan kepada hal-hal yang berkaiatan resiko sosial daripada risiko individual;

6. ditunjukan untuk membangun suatu jaminan sosial kepada masyarakat atau sekelompok masyarakat dan bukan dimaksudkan untuk mencari keuntungan;

7. Perbandingan antara premi dan santunan (benefit) diatur secara progresif;

8. Besarnya premi ditetapkan oleh pemerintah dengan peraturan perundang-undangan;

9. Besarnya santunan ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan lebih ditekankan kepada kepantasan masyarakat (social adequacy) daripada keadilan pribadi (private equity);

10.Tidak ada pilihan mengenai masalah kepentingan dan peristiwa (evenement) (Suparman, 2003: 95).

Dapat disimpulkan bahwa bahwa asuransi sosial merupakan suatu jenis jaminan sosial yang mempergunakan prinsip, ketentuan, dan metode asuransi. asuransi sosial dimaksudkan untuk menutup risiko-risiko sosial, yaitu semua jenis risiko yang terdapat dalam masyarakat banyak. Asuransi sosial diwajibkan oleh Pemerintah dalam bentuk undang-undang. Tujuan asuransi sosial adalah membangun kesejahteraan dan keadilan masyarakat.

2.1.6 Asuransi Sosial Menurut UU No.40 Tahun 2004 Tentang Sistem

Dokumen terkait