• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

B. Konsep Corporate Social Responsibility

Konsep CSR sebagai salah satu tonggak penting dalam perjalanan manajemen korporat akan diuraikan mulai sejak lahir sampai dengan konteks

commit to user

kekinian. Tanggung jawab sosial Perusahaan (CSR) pertama kali muncul dalam diskursus resmi akademik sejak ditemukan tulisan Howard R.Bowen pada tahun 1953 (Carrol, 1999:270) (Kartini 2009:5) dalam karyanya Social Responbilities of the businessman.Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip Tanggung jawab Sosial Perusahaan (CSR) yang dikemukakan Bowen, membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai “ The Father’s of

Corporate Social Responbility” yang merumuskan konsep tanggung jawab

sosial sebagai : “The Obligations of businessman to pursue those policies, to make those decisions, or to follow those line of action which are disrable in term of the objectivies and values of our society.”

Steiner and Steiner (1994:105-110) dalam (Kartini 2009:5) memandang rumusan Bowen mengenai tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh pelaku bisnis sebagai kelanjutan dari pelaksanaan berbagai kegiatan derma (charity) sebagai wujud kecintaan manusia terhadap sesama manusia

(philantropi) yang banyak dilakukan oleh para pengusaha. Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk membuat dan melaksanakan kebijakan, keputusan, dan konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mengandung makna, perusahaan atau pelaku bisnis umumnya memiliki tanggung jawab yang meliputi tanggung jawab legal, ekonomi, etis dan lingkungan. Lebih khusus lagi, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) menekankan aspek etis dan sosial dari perilaku korporasi, seperti etika bisnis, kepatuhan pada hukum, pencegahan penyalahgunaan kekuasaan dan pencaplokan hak milik masyarakat, praktik tenaga kerja yang

commit to user

manusiawi, hak asasi manusia, keamanan dan kesehatan, perlindungan konsumen, sumbangan sosial, standar-standar pelimpahan kerja dan barang, serta operasi antar negara. (Eddie Riyadi, Kompas22/3/2007).

Menurut Rumusan CSR dari The World Business Council For

Sustainable Development (WBCSD) in Fox, et al (2002), dalam (Wahyudi, 2008:29) definisi CSR adalah:

corporate social responsibility is the continuing commitment by business to be have ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the locall community and society at large.”, yaitu komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Peningkatan kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memeliharanya.

Berdasar pada Trinidad and Tobaco Bureau of Standards (TTBS) menyatakan bahwa corporate social responsibility diartikan sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat secara luas (Sankat,Clement K,2002 dalam Budimanta 2007:76).

Berdasarkan CSR Eropa, Komisi Eropa meluncurkan yang dikenal dengan Green Paper Mempromosikan Kerangka Eropa Corporate Social Responsibility Tanggung Jawab Sosial dan mendefinisikan CSR sebagai :

‘‘a concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and in their interaction with

commit to user

their stakeholders on a voluntary basis’’ (European Commission, 2001, p. 8).(Journal International , Corporate Social Responsibility as Subsidiary Co Responsibility: A Macroeconomic Perspective, Michael S. Aßländer, Journal of Business Ethics (2011) 99:115–128 )

The Green Paper membagi CSR yang dilakukan perusahaan ke dalam dua kategori, yaitu: (1) Internal dimension of CSR (mencakup human resources management, kesehatan dan keselamatan kerja, adaptasi terhadap perubahan dan pengelolaan dampak lingkungan serta sumber daya alam. (2)

External dimension of CSR (mencakup pemberdayaan komunitas lokal,

partner usaha yang mencakup para pemasok dan konsumen, hak azasi manusia, dan permasalahan lingkungan (global). Organisasi ini mengajukan pendekatan secara holistic terhadap CSR, yang di dalamnya mencakup :social responsibility integrated management, social responsibility reporting and auditing, quality in work, social and ecolabel, social responsible investment.(Kartini,2009:3).

CSR dapat diartikan sebagai komitmen industri untuk mempertanggung jawabkan dampak operasi dalam sosial, ekonomi, dan lingkungan serta menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungannya. Melaksanakan secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa berterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. CSR sebenarnya lebih berorientasi pada masyarakat dan bisnis. Apakah itu sektor bisnis swasta yang didasarkan pada kepemilikan pribadi yang melulu mengejar profit atau dapat juga diberi tanggung jawab pada atas hak masyarakat umum, mengingat pengaruh bisnis begitu besar. Bisnis sendiri selalu ber-platform pada tujuan menumpuk keuntungan dan kekayaan.

commit to user

Tanggung jawab dibebankan pada sektor bisnis akan mengurangi pencapaian tujuan penumpukan profit.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan mengenai definisi CSR yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu CSR merupakan suatu pendekatan yang digunakan oleh perusahaan untuk menunjukkan tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat sekitar perusahaan sehingga dapat mengembangkan masyarakat, bentuk tanggung jawab tersebut diselenggarakan dari aspek ekonomi, budaya, sosial, lingkungan hidup sehingga dapat membantu pengembangan generasi selanjutnya agar hidup lebih baik lagi. Komitmen perusahaan tersebut diharapkan tidak hanya melalui bentuk bantuan melainkan lebih pada pembangunan berkelanjutan.

Secara teoritis tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mengasumsikan korporasi sebagai agen pembangunan yang penting, khususnya dalam hubungan dengan pihak pemerintah dan kelompok masyarakat sipil. Dengan menggunakan alur pemikiran motivasi dasar, berbagai stakeholder kunci dapat memantau, bahwa menciptakan tekanan eksternal yang bisa “memaksa” korporasi mewujudkan konsep dan penjabaran CSR yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia. Dari perspektif masyarakat sipil, pola kemitraan sangat menguntungkan karena kegiatan bisnis memilki berbagai sumber daya penting dan kapabilitas yang dapat digabungkan untuk tujuan-tujuan pembangunan.

commit to user

Peran PT (Persero) TELKOM,tbk Solo sebagai suatu badan hukum yang berada di tengah-tengah masyarakat yang memilik kemampuan dalam pemberdayaan masyarakat tidak terelakkan untuk melaksanakan program CSR. Pertama, keberhasilan program kemitraan akan memberi dampak positif pada perusahaan karena kesejahteraan rakyat yang meningkat dalam perspektif pengusaha berarti peningkatan daya beli masyarakat, dan peningkatan seperti ini pada gilirannya akan mempengaruhi profit perusahaan yang produk-produknya akan lebih terserap oleh pasar. Kedua, perusahaan yang baik (good corporate) adalah perusahaan yang memiliki tanggung jawab. PT.TELKOM telah mengklasifikasikan program CSR dalam 7 pilar program yaitu: pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan keadaban, kemitraan, layanan umum, lingkungan, serta bantuan kemanusiaan dan bencana alam.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus yaitu ruang lingkup CSR pada bidang ekonomi. Berdasarkan peraturan pemerintah pengembangan ekonomi tersebut disebut program kemitraan. Kemitraaan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Kemitraan dapat dilakukan oleh pihak-pihak baik perseorangan maupun badan hukum, atau kelompok-kelompok. Adapun pihak-pihak yang bermitra tersebut dapat memiliki status yang setara atau

commit to user

subordinate, memiliki misi atau misi berbeda tetapi saling mengisi/

melengkapi secara fungsional. (Sulistiyani,2004: 130).