commit to user
MANAJEMEN CSR MELALUI PROGRAM KEMITRAAN OLEH COMMUNITY DEVELOPMENT SUB AREA PT.TELKOM,Tbk SOLO
Oleh
EVI YULIANTI
D0107009
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dosen Pembimbing
commit to user
HALAMAN PENGESAHANSkripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada hari : Tanggal : Panitia Penguji :
1. Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si ( )
NIP. 195310091980032003
2. Drs. Ali, M.Si ( )
NIP.195408301985031002
3. Dra. Sri Yuliani, M.Si ( )
NIP. 19601009 198601 1
Mengetahui, Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Allah SWT, Sang Maha Penghendak atas segala
sesuatu, serta pemilik segala rahasia.
Mama tercinta, Kakak ku tercinta Mas Iwan, Andri,
Ipin, Mbak Atik, Desy, Adaw dan Istiqomah atas
segala dukungan, semangat serta kasih sayang, dan doa
yang tak pernah terputus yang senantiasa diberikannya.
Alm. Ayahanda, karenamu aku bisa mengerti dan kuat
menjalani kehidupan ini.
Keponakan ku Azhar .
Muhammad Taufik, yang menyemangati dan menasehati
tiada henti.
Sahabat ku Ratna, Atik, Fitri.
5 Sekawan dan seperjuangan Chintya, Tika, Dian, Tyas.
Teman-temanku sepermainan Santi, Novita,dan seluruh
commit to user
MOTTOSesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari satu urusan maka kerjakan urusan selanjutnya dengan sungguh‐
sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Q.S.Al Insyirah: 6‐8)
“Man Jadda Wa Jada”
(barangsiapa bersungguh‐sungguh pasti dapat)
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi
pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus
belajar, akan menjadi pemilik masa depan.
(Mario Teguh)
We Life, We Learn, We Try Hard, We Pray, We Success.
Jenius adalah 1% inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat
menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika
kesempatan bertemu dengan kesiapan.
commit to user
KATA PENGANTARBismillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi rabbil’aalamin, segala puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Manajemen CSR melalui Program
Kemitraan Oleh CDSA Telkom Solo”. Penulisan skripsi ini merupakan upaya
penulis untuk memenuhi salah satu syarat ujian akhir untuk memperoleh gelar
Sarjana Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa sejak awal hingga selesainya penulisan skripsi
ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dra. Sri Yuliani, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dengan sabar, memotivasi, serta memberi banyak masukan
selama ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. Bpk. Drs. Sudarto, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan nasehat serta bimbingan selama penulis menempuh kuliah.
3. Bpk. Prof. Drs. Pawito, Ph.d, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
commit to user
4. Segenap Dosen Jurusan Ilmu Administrasi FISIP UNS, yang telah
mencurahkan ilmunya
5. Bapak Agus Suhartanto, selaku Manager CD Area IV Jateng & DIY yang
telah memberikan kesempatan dan kemudahan di dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Bapak Agus M.Munajat selaku OFFICER 1- PKBL CDSA Telkom Solo yang
telah memberikan kesempatan dan kemudahan di dalam penyusunan skripsi
ini.
7. Bapak Irsan Gunardi selaku OFFICER-2 PKBL CDSA Telkom Solo yang
telah memberikan kesempatan dan kemudahan di dalam penyusunan skripsi
ini.
8. Ibu Rahma sovia selaku Administrasi CDSA Telkom Solo yang telah
memberikan kesempatan dan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.
9. Bapak Mintorogo,SE, Bapak Budi Santoso, Bapak Basuki, Bapak Sumartoyo,
Bapak M.Nur Wathoni, Bapak Suwarno, Ibu Indarwati, Ibu Agnes Sri
Widyaningsih selaku mitra binaan program kemitraan CDSA Telkom Solo
atas kesediaan pemberiaan informasi yang penulis butuhkan dalam
penyusunan skripsi ini.
10.Seluruh teman-teman Administrasi Negara angkatan 2007.
11.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
commit to user
skripsi ini akan penulis perhatikan. Meskipun demikan, penulis berharap agar
penelitian ini dapat dijadikan bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam
dan dapat memberikan manfaat bagi siapa pun yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta, 27 Juli
2011
commit to user
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR TABEL ... x
ABSTRAK ... xii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 13
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 15
A. Manajemen ... 15
1. Perencanaan... 16
2. Pengorganisasian ... 17
3. Penggerakkan/Pelaksanaan... 19
4. Pengendalian/ Evaluasi... 22
B. Konsep Corporate Social Responsibility... 24
C. Program Kemitraan... 29
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan CSR Program Kemitraan ... 33
E. Manajemen CSR melalui Program Kemitraan... 39
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN ... 46
A. Jenis Penilitian ... 46
B. Lokasi Penelitian ... 47
C. Jenis dan Sumber Data ... 47
D. Metode Pengumpulan Data... 49
E. Analisis Data. ... 50
F. Validitas Data ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
I. Deskripsi CDSA Telkom Solo... 55
A. Sejarah Telkom ... 55
B. Visi dan Misi PT.Telkom... 57
C. Logo PT.Telkom... 58
D. Profile PT.Telkom ... 60
E. Tujuan Perusahaan... 61
F. Lokasi Community Development Sub Area PT.Telkom ... 62
G. Visi, Misi dan Strategi CDC PT.Telkom... 62
H. Kebijakan Tanggung Jawab Sosial PT.Telkom ... 62
I. Tujuh pilar Tanggung Jawab Sosial PT.Telkom ... 63
J. Penghargaan Tanggung Jawab Sosial PT.Telkom ... 66
II. Pembahasan... 67
A. Perencanaan Program Kemitraan CDSA Telkom Solo ... 67
B. Pengorganisasian Program Kemitraan CDSA Telkom Solo... 74
C. Pelaksanaan Kegiatan Program Kemitraan CDSA Telkom Solo ... 84
D. Pengawasan / Evaluasi Kegiatan Program Kemitraan CDSA Telkom Solo ... 121
III. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proram kemitraan di CDSA Telkom Solo ... 129
BAB V PENUTUP... 136
commit to user
Saran ... 142 DAFTAR PUSTAKA
commit to user
DAFTAR TABELTABEL 1.1 Penyaluran Dana Kemitraaan triwulan I- IV /2009 CDSA PT.TELKOM,tbk Solo... 6 TABEL 4.1
Laporan PKBL(Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) Community Development Sub Area Telkom Solo Tahun 2010
………... 65
TABEL 4.2 Rencana Kegiatan Program Kemitraan Community Development Sub
Area Telkom Solo Tahun 2010-2011.………. 72 TABEL 4.3
Penyaluran Dana Program Kemitraan CDSA Telkom Solo Tahun 2004 - Triwulan I/Maret 2011... 90 TABEL 4.4
Data Proposal Pengajuan Program Kemitraan CD Sub Area Telkom
Solo Triwulan I/ 2011……… 92
TABEL 4.5 Daftar Usulan Penetapan Calon Mitra Binan CD Sub Area Solo Bulan
Maret Triwulan I/ 2011………. 95
TABEL 4.6 Penyaluran Dana Program Kemitraan CD Sub Area Solo Bulan Maret / Triwulan I/ 2011……...……….. 97 TABEL 4.7 Tunggakan angsuran pinjaman Program Kemitraan CDSA Telkom
Solo. Per Triwulan I/ Maret 2011………...108 TABEL 4.8 Kegiatan Pembekalan CD Sub Area Solo Tahun 2010- Triwulan
I/ 2011………. 110
TABEL 4.9 Kegiatan Pelatihan CD Sub Area Telkom Solo Pada Tahun 2010- Triwulan-I 2011……….. 113 TABEL 4.10 Kegiatan Pameran CD Sub Area Telkom Solo Pada Tahun 2010-
Triwulan-I……….…... 116 TABEL 4.11 Laporan Perolehan Kinerja NPL & Collection CD Sub Area
Telkom Solo Periode Januari- Desember 2010……….…... 124 TABEL 4.12 Laporan Tahunan Kegiatan Program Kemitraan CD Sub Area
commit to user
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Gambar2.1 Kerangka Berfikir…………... 44 Gambar 3.1 Model Analisa Interaktif………..………... 53
Gambar 4.1 Logo PT.Telekomunikasi Indonesia………..……….. 58
Bagan 4.1 Struktur Organisasi CDC PT.Telekomunikasi Indonesia.…... 75
commit to user
ABSTRAKEvi Yulianti, D0107009, Manajemen CSR melalui program kemitraan oleh Community Development Sub Area PT.Telkom,tbk Solo, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
CSR Program Kemitraan PT. Telkom, Tbk. bertujuan untuk mengembangkan potensi usaha kecil dan koperasi agar menjadi tangguh dan mandiri.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen CSR/PKBL melalui program kemitraan oleh CDSA Telkom Solo serta faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program kemitraan.
Penelitian ini adalah jenis penelitian studi deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk meggambarkan dan menganalisa data secara mendalam. Lokasi penelitian berlokasi di CDSA Telkom Solo.Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dan study dokumentasi (telaah dokumen). Validitas data menggunakan teknik pengujian triangulasi data, yaitu triangulasi sumber. Analisa data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
commit to user
commit to user
ABSTRACTEvi Yulianti, D0107009. CSR management through partnership program by Community Development of Sub Area PT. Telkom Tbk Solo. Thesis, Administration Department, Social and Political Sciences Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, 2011.
CSR of Partnership Program of PT. Telkom Tbk aims to develop the potential of small-scale business and cooperative into the firm and independent ones. This research aims to find out the management of CSR/PKBL through the partnership program by CDSA of Telkom Solo as well as the factors inhibiting the implementation of partnership program.
This research belongs to a descriptive qualitative study taken place in CDSA Telkom Solo. The data collection was done using observation, interview and document study technique. Data validation was done using data and source triangulations technique. The data analysis was done through three stages: data reduction, data display and conclusion drawing or verification.
commit to user
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat
sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resipirokal (timbal balik)
antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat adalah
pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan
harmonisasi keduanya akan menentukan keberhasilan pembangunan bangsa.
Dua aspek penting harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara
keduanya sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah
perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Dari aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi untuk mendapatkan
keuntungan (profit) dan dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan
kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Perusahaan tidak hanya dihadapkan
pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan keuntungan/ laba
perusahaan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan
lingkungannya. Jika masyarakat (terutama masyarakat sekitar) menganggap
perusahaan tidak memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya serta tidak
merasakan kontribusi secara langsung bahkan merasakan dampak negatif dari
beroperasinya sebuah perusahaan maka kondisi itu akan menimbulkan resistensi
commit to user
pembangunan berkelanjutan, Vol 4 No.2 hal 123-130.2008). Komitmen
perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa dengan
memperhatikan aspek financial atau ekonomi, sosial, dan lingkungan itulah
yang menjadi isu utama dari konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
demi tercapainya sebuah keseimbangan dunia usaha antara pelaku dan
masyarakat sekitar, yang menuntut para pelaku bisnis dan perusahaan untuk
menjalankan usahanya dengan semakin bertanggung jawab.
Perubahan lingkungan yang sangat dinamis, baik yang dipicu oleh
kekuatan lingkungan eksternal maupun internal telah memaksa para pelaku
bisnis untuk tidak saja harus selalu meningkatkan laba dan kinerja, tetapi juga
harus peduli terhadap problem sosial. Semakin besarnya kekuasaan para pelaku
bisnis membawa dampak yang sangat signifikan terhadap kualitas kehidupan
manusia, baik individu, masyarakat, maupun seluruh kehidupan ini. Fenomena
inilah yang menjadi isu tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) sebagai sebuah gagasan menjadikan perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu
nilai perusahaan (corporate value) yang menekankan bahwa tanggung jawab
bukan lagi sekedar aktivitas ekonomi atau kondisi keuangannya (financial) saja
untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnis. Tetapi tanggung jawab
perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu juga memperhatikan
masalah sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin
nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable), tetapi juga
commit to user
Kesadaran tentang pentingnya memperhatikan Corporate Social
Responsibility (CSR) ini menjadi tren global seiring dengan semakin
maraknya kepedulian masyarakat global terhadap perusahaan yang
memperhatikan kaidah-kaidah sosial, lingkungan hidup dan prinsip-prinsip
HAM.
Corporate Social Responsibility (CSR) kini dianggap penting untuk
menjembatani dan memperkecil jurang antara lapisan masyarakat kaya dan
miskin di berbagai pelosok dunia. Teorinya sederhana, bahwa tidak ada
perusahaan yang dapat maju apabila berada di tengah masyarakat miskin atau
di lingkungan yang tidak menunjang eksistensinya. “Forum Ekonomi Dunia
melalui Global Govermance Initiative menggelar World Business Council For
Sustainablle Development di New York pada tahun 2005, salah satu deklarasi
penting disepakati bahwa CSR jadi wujud komitmen dunia usaha untuk
membantu PBB dalam merealisasikan Millennium Development Goalds
(MDGs). Adapun tujuan utama MDGs adalah mengurangi separuh kemiskinan
dan kelaparan ditahun 2015. Pantas untuk dicatat tujuan ini jelas sangat berat,
mengingat pertumbuhan dunia bisnis terus meningkat, tetapi kemiskinan justru
bertambah. Human Depelopment Report tahun 2005 (HDR) melaporkan, 40%
penduduk dunia atau 2,5 milyar jiwa hidup dengan upah dibawah US$
2/hari/kapita. Total upah ini nilainya setara dengan 5% pendapatan dunia,
setiap hari 1200 anak-anak mati karena kelaparan. HDR mensinyalir 10%
orang terkaya di dunia menguasai 54% total pendapatan dunia yang 500 orang
commit to user
penduduk termiskin (Jurnal Sosioteknologi Edisi 12 Tahun 6, Desember 2007.
Chairil N. Siregar). Untuk mengatasi kemiskinan ini pihak perusahaan perlu
menyisihkan uang dari keuntungan yang diperoleh tetapi bukan dimasukan
kedalam biaya investasi yang harus ditanggung pemerintah.Penerapan CSR
sebagai sebuah sebuah standar beroperasinya perusahaan dapat menjadi salah
satu jalan atau upaya untuk tutur mengurangi dari dampak masalah tersebut.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan
perwujudan komitmen yang dibangun oleh perusahaan untuk memberikan
kontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia bukan lagi
merupakan discretionary businesss practice, melainkan pelaksanaannya sudah
diatur oleh undang-undang (bersifat mandatory). Corporate Social
Responsibility sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 ayat 1-4
dijelaskan sebagai berikut:
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan.
2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya
commit to user
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaiamana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan
lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagi pemerintah Indonesia, istilah CSR lebih dikenal dengan istilah
kemitraan dan bina lingkungan. Hal yang terkait dengan pengembangan usaha
kecil terdapat pada bidang kemitraan sedangkan mengenai lingkungan
masyarakat (seperti: bantuan bencana alam, bantuan kesehatan, bantuan sarana
umum dsb) terdapat pada bidang bina lingkungan. Dalam PER-05/MBU/2007
pasal 2 dinyatakan bahwa ; (1) Perum dan persero wajib melaksanakan
program kemitraan dan program bina lingkungan dengan memenuhi
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini, (2) Persero Terbuka
dapat melaksanakan program kemitraan dan program bina lingkungan dengan
berpedoman pada peraturan ini yang ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
CSR yang ditekankan dalam peraturan diatas merupakan pelaksanaan
bidang kemitraan dan bina lingkungan yang memiliki tujuan yang berbeda.
Bina lingkungan lebih kepada permasalahan lingkungan hidup yang bersifat
filantropis, sedangkan bidang kemitraan lebih kepada pemberdayaan ekonomi
lokal yang bersifat peningkatan kapasitas. Yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah pelaksanaan pada bidang kemitraan yang memiliki tujuan
commit to user
memampukan masyarakat sekitar agar dapat mandiri secara ekonomi atau
setidak-tidaknya memberikan pemacu agar terjadi perkembangan ekonomi di
daerah tersebut.
Pemberdayaan ekonomi lokal ini menjadi sangat penting karena sektor
usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan sektor yang memiliki peranan
penting di dalam perekonomian Indonesia. Kemampuannya untuk tetap
bertahan di masa krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor UKM ini
merupakan bagian dari sektor usaha yang cukup tangguh. Setidaknya terdapat
tiga alasan yang mendasari Negara berkembang belakangan ini memandang
penting keberadaan UKM (Berry,dkk,2001). Alasan pertama adalah karena
kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang
produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai
peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi.
Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam
hal fleksibilitas ketimbang usaha besar.
Kuncoro (2002: 183) menyebutkan bahwa usaha kecil dan usaha
rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap
tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan
rumah tangga. Sebagai gambaran, walaupun secara rata-rata selama periode
1997-2005 sektor UKM memberikan kontribusi terhadap output nasional
hanya sebesar 56,4% tetapi kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja
mencapai hingga 98%. Menurut Hoselitz (1959), Sektor UKM di negara
commit to user
diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran di Negara berkembang.
Selain labor intensive, UKM sering dikenal sebagai mesin pertumbuhan
ekonomi, banyak sisi kebaikan yang dapat diambil dari UKM khususnya
dalam mendorong pembangunan di negara-negara berkembang.
Dengan banyaknya keuntungan inilah, maka CSR bidang kemitraan
haruslah sangat diperhatikan pelaksanaannya baik oleh pemerintah maupun
oleh perusahaan-perusahaan besar. Tetapi selain kebaikan-kebaikan yang
dimiliki oleh usaha kecil dan menengah, usaha kecil juga dihadapi berbagai
persoalan-persoalan. Persoalan utama yang dihadapi usaha kecil di Indonesia
yaitu (Hasfah,2004:116):
1)Faktor Internal
1. Kurangnya permodalan;
2. Sumber daya manusia terbatas kemampuannya dalam manajemen
karena pendidikan yang rendah;
3. Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar, karena
produk yang dihasilkan umumnya jumlahnya sangat terbatas dan
mempunyai kualitas yang kurang kompetitif.
2) Faktor Eksternal
1. Iklim usaha yang belum kondusif karena masih terlihat adanya
persaingan kurang sehat antara pengusaha kecil dan pengusaha
commit to user
2. Terbatasnya sarana dan prasarana usaha karena kurangnya akses
terhadap informasi dan perkembangan teknologi.
3. Implikasi perdagangan bebas dengan adanya AFTA tahun 2003
dan AOEC tahun 2020 serta standar kualitas produk harus
memenuhi ISO 9000 maupun isu lingkungan (IS0 14000), maka
usaha kecil dan menengah makin sulit bersaing di pasar global,
karena peraturan-peraturan tersebut sering digunakan oleh Negara
maju secara tidak fair dalam bentuk non tariff barier to trade.
4. Sifat produk dengan lifetime pendek.
5. Terbatasnya akses pasar.
Kelemahan-kelemahan ini haruslah diperhatikan oleh perusahan besar
agar dapat diatasi sehingga dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat.
Untuk itu salah satu perusahaan yang menerapkan CSR adalah
PT.TELKOM,tbk sebagai suatu perusahaan BUMN di Indonesia. TELKOM
telah memiliki klasifikasi program TELKOM CSR dalam 7 (tujuh pilar
program yaitu: pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan keadaban, kemitraan,
layanan umum, lingkungan, serta bantuan kemanusiaan dan bencana alam.
Diantara ketujuh pilar program CSR tersebut, peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut tentang manajemen pelaksanaan CSR dalam program
kemitraan, khususnya yang dilaksanakan oleh CDSA PT.TELKOM,tbk Solo.
Ketertarikan ini didasari karena program kemitraan merupakan kegiatan
commit to user
sehingga dirasa relevan dengan banyaknya industri dan usaha-usaha kreatif
yang semakin berkembang di kota Solo.
Melihat perkembangan Usaha kecil dan menengah (UKM) di Solo
tumbuh hingga 200% pada awal tahun 2011. Pesatnya pertumbuhan ini dipacu
kondisi ekonomi yang membaik dan iklim usaha yang semakin kondusif. Hal
ini tidak terlepas dari kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahan-perusahan.
Seperti yang disampaikan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
(HIPMI) Solo, Farid Sunarto, di sela Kongres Nasional dan launching
ASPAPI:
“Jika melihat iklim usaha yang kian kondusif. Tingkat pertumbuhan UKM sangat signifikan sampai hingga dua ratus persen. Berarti iklim usaha di Solo sangat baik. Dilihat dari interaksi sektor-sektor tertentu yang bergerak dinamis,” (http//: www.Seputar Solo.com, 29 Maret 2011).
Hal ini juga ditambahkan oleh Bapak Jokowi sebagai walikota, dalam
acara Seminar Academic Corner di FISIP UNS pada tanggal 28 Juni 2011
berikut penuturannya:
“Perkembangan UKM di Kota Solo merupakan salah satu penyumbang APBD terbesar dibandingkan sektor lain, untuk tahun 2010 UKM, memberikan 19,2 Milyar, sehingga kota Solo diharapkan dapat menjadi kota UKM.”(Seminar Academic Corner FISIP UNS, 28 Juni 2011).
Dengan melihat pertumbuhan UKM yang pesat di Kota Solo, model
CSR/PKBL bidang program kemitraaan sangat tepat diterapkan untuk lebih
memacu pertumbuhan UKM di Kota Solo. Bukti nyata Tanggung Jawab
Sosial PT.Telkom,tbk Solo yang relatif penting yaitu kepada masyarakat
commit to user
Program kemitraan TELKOM bertujuan untuk mendorong kegiatan
atau pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui
perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta peningkatan taraf
hidup masyarakat, baik antara perusahaan dan mitra binaan maupun antar
mitra binaan sehingga membawa manfaat bagi kelangsungan usaha. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan potensi usaha kecil dan koperasi agar menjadi
tangguh dan mandiri, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
serta mendorong tumbuhnya kemitraan antara usaha besar (BUMN) dengan
usaha kecil dan koperasi,.
Selain itu, TELKOM juga memberikan bantuan dana bergulir terhadap
pengusaha kecil. Dana yang diberikan oleh TELKOM ini diharapkan dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan modal dan investasi. Disamping mengejar
pemasukan uang (revenue), PT.TELKOM,tbk menyisihkan sebagian labanya
guna membantu pemberdayaan komunitas masyarakat (community) dalam
program kemitraan dengan usaha kecil (mikro). Dalam triwulan I-IV/2009
PT.TELKOM,tbk Solo telah menggulirkan dana bergulir untuk dialokasikan
kepada 1064 orang mitra binaan CDSA TELKOM Solo yang lolos seleksi.
Total dana yang disalurkan dalam triwulan I-IV/2009 sebesar
commit to user
Tabel 1.1Penyaluran Dana Kemitraaan triwulan I- IV /2009 CDSA PT.TELKOM,tbk Solo.
No Segmen Jumlah mitra
binaan
Jumlah dana
1 Industri 117 Rp.2.521.500.000
2 Perdagangan 500 Rp.8.966.500.000
3 Jasa 395 Rp.7.386.100.000
4 Pertanian 6 Rp.60.000.000
5 Peternakan 38 Rp.658.800.000
6 Perikanan 2 Rp.70.500.000
7 Lainnya 6 Rp.250.000.000
Jumlah 1064 Rp.19.913.400.000
(Sumber: SIMPK CDSA Telkom Solo)
Dengan adanya bantuan pinjaman program kemitran yang telah
digulirkan oleh CDSA Telkom Solo diharapkan dapat membantu untuk
memberdayakan dan membantu UKM di sekitar wilayah operasional
PT.Telkom Solo . Sehingga untuk menjamin eksekusi dan keberhasilan program
kemitraan maka dibutuhkan sebuah manajemen yang baik dalam pengelolaan.
Dengan melihat latar belakang yang ada, penelitian ini akan melihat
bagaimana manajemen CSR melalui program kemitraan oleh CDSA
PT.TELKOM,tbk Solo serta faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil dan menengah agar menjadi tangguh dan
commit to user
B. Rumusan Masalah.Berdasarakan latar belakang yang dipaparkan penulis, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen CSR program kemitraan yang dilaksanakan
oleh CDSA PT.TELKOM,tbk Solo ?
2. Hambatan apa sajakah yang yang mempengaruhi pelaksanaan dari
CSR program kemitraan di CDSA PT.TELKOM,tbk Solo?
C. Tujuan Penelitian.
1. Mengetahui manajemen pelaksanaan CSR, melalui program kemitraan
oleh Community Development Sub Area Telkom Solo.
2. Menguraikan dan menjelaskan faktor-faktor yang menghambat
pelaksanaan CSR melalui program kemitraan oleh Community
Development Sub Area Telkom Solo.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi
baik secara akademis maupun praktis yaitu :
1. Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan tambahan
informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam studi
Administrasi Negara, khususnya studi mengenai tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) serta peranannya dalam peningkatan dan
commit to user
PT.TELKOM,tbk Solo khususnya dan perusahaan - perusahaan
lainnya yang memiliki tanggung jawab sosial (CSR) terhadap
pengembangan masyarakat.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan
pemahaman penulis mengenai tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR) di CDSA PT.TELKOM, Solo khususnya dan perusahaan –
perusahaan lainnya pada umumnya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan khususnya
PT.TELKOM,tbk Solo, Pemerintah dan masyarakat mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang diperlukan guna
menunjang proses pengembangan masyarakat melalui kegiatan
program kemitraan di wilayah kerja khususnya CDSA
PT.TELKOM,tbk Solo secara khusus dan masyarakat Indonesia secara
commit to user
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen
Manajemen pada dasarnya adalah merupakan proses kegiatan yang
harus dilakukan dengan menguraikan cara-cara pemikiran yang ilmiah
maupun praktis untuk mencapai tujuan yang akan ditetapkan dengan melalui
kerjasama orang-orang lain dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia dengan cara yang setepat-tepatnya. Manajemen pada hakekatnya
adalah “achieving goals through others”, pencapaian tujuan dengan melalui
kegiatan orang lain. Sedangkan George R. Terry mendefinisikan manajemen
adalah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
menggunakan bantuan orang lain (Nawawi 2000:36).
Demikian pula Drucker telah merumuskan pengertian bahwa:”
Manajemen adalah kegiatan spesifik dalam menggerakkan sejumlah orang
agar berlangsung efektif dalam mencapai tujuan organisasi dan organisasi
menjadi produktif” (Nawawi 2000:36).
Pengertian tentang manajemen begitu luas, sehingga dalam
kenyataanya tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua
orang. Antara ahli yang satu dengan ahli yang lain mempunyai batasan yang
beragam dan sudut pandang yang berbeda. Menurut Luke C. Ng dalam
Journal of Management Development, Volume: 30, Issue: 1(2011)
menyatakan bahwa “Management means “getting things done effectively
commit to user
in management practice to achieve optimal results”. (Manajemen berarti
“melaksanakan berbagai hal secara efektif melalui orang lain”. Ini
menyiratkan pentingnya kepemimpinan dan ketrampilan orang-orang didalam
praktek manajemen untuk mencapai hasil yang optimal”.)
Dari definisi-definisi tersebut tampak ada beberapa kesamaan dasar
yang dapat disimpulkan, yaitu manajemen merupakan kemampuan membuat
orang lain melakukan kegiatan tertentu atau bekerja sesuai tujuan organisasi,
dengan mengajak dan menggerakkannya agar bekerja sama secara efektif dan
efisien.
Menurut George R.Terry (1986:37), fungsi-fungsi manajemen terdiri
dari empat macam yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), menggerakkan (actuating), dan pengawasan (controlling).
Dalam proses manajemen secara keseluruhan mencakup beberapa jenis
aktivitas penting yang berorientasi pada tindakan untuk pelaksanaan/
implementasi program.
1. Perencanaan.
Perencanaan adalah pemilihan sejumlah kegiatan untuk ditetapkan
sebagai keputusan tentang apa yang harus dilakukan dan apa bagaimana
melaksanakannya, serta siapa pelaksananya. Sondang P.Siagian
mendifinisikan perancanaa merupakan usaha sadar dan pengambilan
keputusan yang telah diperhitungkan secara sadar matang tentang hal-hal
yang dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam
commit to user
Hasibuan (1987) mendefinisikan rencana itu sendiri adalah sejumlah
keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Fungsi perencanaan dalam manajemen merupakan merumuskan sasaran,
menetapkan suatu strategi untuk mencapai sasaran ini, dan menyusun
rencana guna mengintegrasikan dan mengkoordinasikan .
Di dalam sebuah pelaksanaan dibutuhkan sebuah koordinasi yang
baik, antar pelaksana. Sehingga dibutuhkan sebuah pengorganisasian
(organizing) dan actuating yang mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
2. Pengorganisasian / Organizing.
Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokkan
orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai suatu yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya (Siagian,2005:60). Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi Ketiga, (2005:593). Coordinating: Suatu proses
pengintegrasiaan kegiatan-kegiatan dan target/tujuan dari berbagai unit
kerja dari suatu organisasi agar dapat mencapai tujuan secara efisien.
(Keban,T,Yeremias,(2004:87). Tanpa koordinasi, individu-individu dan
bagian-bagian yang ada akan bekerja menurut arah yang berlainan dengan
irama/kecepatan yang berbeda-beda, masing-masing bekerja sesuai dengan
kepentingannya yang pada akhirnya dapat mengorbankan kepentingan
commit to user
George R.Terry (1986:233) juga mendefenisikan pengorganisasian
sebagai tindakan-tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan
yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama
secara efisien dan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal
melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna
mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
Kemudian George R.Terry (1986:233) juga menambahkan bahwa
salah satu tugas penting pengorganisasian adalah mengharmoniskan suatu
kelompok orang-orang berbeda, mempertemukan macam-macam
kepentingan dan memanfaatkan kemampuan-kemapuan kesemuanya
kesuatu arah tertentu. Harapannya adalah tercapainya sinergisme
(synergism) yang berarti tindakan-tindakan simultan unit individual atau
yang terpisah yang bersama-sama menghasilkan suatu efek total yang
lebih besar dibandingkan dengan jumlah komponen-komponen individual.
George R.Terry (1986:233) mengungkapkan bahwa
pengorganisasian menyebabkan timbulnya sebuah struktur organisasi yang
dapat dianggap sebuah kerangka yang merupakan titik pusat sekitar apa
manusia dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengan baik.
Dengan adanya struktur organisasi maka akan dapat diterapkan
siapa yang melaksanakan, bagaimana tugas akan dibagi, dan mekanisme
koordinasi dan formal serta pola interaksi yang akan diikuti. Dalam
pembagian kerja tersebut akan tampak dengan jelas pengelompokkan
commit to user
tugas-tugas, susunan hierarkis dan jangkauan wewenang, arus delegasi
wewenang dan tanggung jawab serta memberikan stabilitas dan
kontinuitas yang memungkinkan organisai mempertahankan keluar dan
masuk orang-orang atau tenaga kerja serta mengkoordinasi hubungannya
dengan lingkungannya.
3. Menggerakkan/pelaksanaan (actuating)
Usaha pengorganisasian tidak akan ada output konkrit sampai kita
mengimplementasikan aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang
diorganisasi berupa menggerakkan (actuating). Untuk itulah, diperlukan
tindakan actuating atau usaha untuk menimbulkan action. Menggerakkan
berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya
merupakan pusat sekitar apa aktivitas-aktivitas manajemen berputar.
Actuating merupakan usaha untuk menggerakkan anggota-anggota
kelompok demikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk
mencapai sasaran perusahaan yang bersangkutan dengan
sasaran-sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh para anggota itu ingin
mencapai sasaran-sasaran tersebut (G.R.Terry,1986:313).
Menurut Hadari Nawawi (2000:95), kegiatan
pelaksanaan/actuating yaitu melakukan pengarahan (commanding),
bimbingan (directing), dan komunikasi (commuinication) termasuk
koordinasi.
Pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan,
commit to user
setiap personil, baik secara struktural maupun fungsional, agar langkah
operasionalnya tidak keluar dari usaha mencapai tujuan organisasi (Hadari
Nawawi, 2000:95). Dari pengertian tersebut terlihat bahwa di dalam setiap
organisasi setiap personil melaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan
posisi/ jabatan sebagai unit satuan kerja, yang disebut jabatan struktural.
Bilamana organisasi telah berfungsi, maka setiap personil telah siap
melaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing sehingga pelaksanaannya berlangsung secara
efektif, efisien, dan terarah pada pencapaian tujuan organisasi.
Kegiatan pengarahan dan bimbingan sebagai perwujudan fungsi
pelaksanaan actuating dalam manajemen fungsional memerlukan
penciptaan dan pengembangan komunikasi secara efektif dan efisien. Oleh
karena itu komunikasi ditempatkan sebagai bagian dari fungsi actuating
ini. Sehubungan dengan itu, komunikasi diartikan sebagai proses
penyampaian dan penerimaan informasi yang menjadi salah satu sumber
daya untuk menjaga, memelihara, memajukan dan pengembangan
organisasi secara dinamis sesuai dengan tujuannya. Disamping itu
komunikasi dapat juga diartikan sebagai proses penyampaian informasi
berupa gagasan, pendapat, penjelasan, saran-saran dan lain-lain dari
sumbernya kepada dan untuk memperoleh, mempengaruhi merubah
respon penerima informasi sesuai dengan yang diinginkan sumber
commit to user
Salah satu respon yang penting dalam menyampaikan informasi
adalah kesediaan bekerjasama atau pemberian dukungan dari penerima
informasi sesuai harapan sumber informasi dalam melaksanakan suatu
pekerjaan atau menyelesaikan suatu masalah dilingkungan suatu
organisasi. Hal itu juga menunjukkan bahwa komunikasi sangat penting
artinya dalam menciptakan dan mengembangkan jaringan kerja (network)
internal dan eksternal, yang berpengaruh pada kinerja organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya melalui pencapaian tujuannya.
Di dalam komunikasi, termasuk juga di dalamnya koordinasi.
Koordinasi diartikan sebagai proses atau rangkaian kegiatan
menyelaraskan pikiran, pendapat, dan perilaku dalam mewujudkan
wewenang dan tanggungjawab sesuai tugas pokok masing-masing, agar
secara serentak terarah pada tujuan yang sama. Disamping itu koordinasi
dapat diartikan juga sebagai upaya mewujudkan jaringan kerja (network)
internal antar personil dan atau unit/satuan kerja di dalam suatu organisasi,
dan dengan organisasi lain sebagai jaringan kerja (network) eksternal
(Hadari Nawawi, 2000:87).
Pelaksanaan program CSR bidang kemitraan melibatkan beberapa
pihak, yaitu Perusahaan dan masyarakat calon penerima manfaat program
CSR bidang kemitraan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan program CSR
bidang kemitraan diperlukan beberapa kondisi yang akan menjamin
terlaksananya pelaksanaan program CSR bidang kemitraan dengan baik.
commit to user
persetujuan dan dukungan dari para pihak yang terlibat. Kondisi kedua
yang harus diciptakan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan program
CSR adalah ditetapkannya pola hubungan (relationship) di antara
pihak-pihak yang terlibat secara jelas. Hal ini akan meningkatkan kualitas
koordinasi pelaksanaan program CSR. Kondisi ketiga adalah adanya
pengelolaan program yang baik. Pengelolaan program yang baik hanya
dapat terwujud bila terdapat kejelasan tujuan program, terdapat
kesepakatan mengenai strategi yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan program dari pihak yang terlibat dalam pelaksanaan CSR bidang
kemitraan.
4. Pengawasan/ Evaluasi (Monitoring).
Pengawasan/ Evaluasi (Monitoring) adalah aktifitas manajemen
yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terkendali pelaksanaannya
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau
hasil yang dikehendaki. Dalam pengendalian/ pengawasan berusaha untuk
mengevaluasi apakah tujuan dapat dicapai. Dengan demikian pengawasan
dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan
organisasi dan manajemen tercapai. Hadari Nawawi (2005:115)
mengemukakan pengawasan/control diartikan sebagai proses mengukur
(measurement) dan menilai (evaluation) tingkat efektivitas kerja personil
dan tingkat efisiensi penggunaan sarana kerja dalam memberikan
kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi.G.R.Terry (1986:387)
commit to user
penentuan apa yang harus dicapai, yaitu standart: apa yang sedang dicapai,
yaitu pelaksanaan: evaluasi terhadap pelaksanaan dan kalau perlu
menerapkan ukuran-ukuran untuk koreksi sehingga pelaksanaan menjadi
sesuai dengan rencana, yaitu persesuaiannya dengan standart.
Robert J.Molker (1972:2) dalam pengantar manajemen Siswanto
(2006:139) memberikan batasan pengendalian yang menekankan elemen
esensial proses pengendalian dalam beberapa langkah. Batasan yang
diajukan meliputi hal berikut:
“Management control is a systematic effort to set performance standards with planning objectives, to design information feedback systems, to compare actual performance with these predetermined standards, to determine whether there are any deviations and to measure their significance, and to take any action required to assure that all corporate resources are being used in the most effective and efficient way possible in achieving corporate
objectives.”Pengendalian manajemen adalah suatu usaha
sistemayik untuk menetapkan standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain system umpan balik informasi, membandingkan kinerja actual dengan standar yang telah ditetapkan, menentukan apakah terdapat penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan.
Dari penjelasan beberapa ahli tersebut, maka pengertian dari
pengawasan yaitu usaha sadar dan sistematik untuk lebih menjamin bahwa
semua tindakan operasional yang diambil dalam organisasi benar-benar
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
B. Konsep Corporate Social Responsibility
Konsep CSR sebagai salah satu tonggak penting dalam perjalanan
commit to user
kekinian. Tanggung jawab sosial Perusahaan (CSR) pertama kali muncul
dalam diskursus resmi akademik sejak ditemukan tulisan Howard R.Bowen
pada tahun 1953 (Carrol, 1999:270) (Kartini 2009:5) dalam karyanya Social
Responbilities of the businessman.Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip
Tanggung jawab Sosial Perusahaan (CSR) yang dikemukakan Bowen,
membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai “ The Father’s of
Corporate Social Responbility” yang merumuskan konsep tanggung jawab
sosial sebagai : “The Obligations of businessman to pursue those policies, to
make those decisions, or to follow those line of action which are disrable in
term of the objectivies and values of our society.”
Steiner and Steiner (1994:105-110) dalam (Kartini 2009:5)
memandang rumusan Bowen mengenai tanggung jawab sosial yang dilakukan
oleh pelaku bisnis sebagai kelanjutan dari pelaksanaan berbagai kegiatan
derma (charity) sebagai wujud kecintaan manusia terhadap sesama manusia
(philantropi) yang banyak dilakukan oleh para pengusaha. Tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR) mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk
membuat dan melaksanakan kebijakan, keputusan, dan konsep tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) mengandung makna, perusahaan atau pelaku
bisnis umumnya memiliki tanggung jawab yang meliputi tanggung jawab
legal, ekonomi, etis dan lingkungan. Lebih khusus lagi, tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) menekankan aspek etis dan sosial dari perilaku korporasi,
seperti etika bisnis, kepatuhan pada hukum, pencegahan penyalahgunaan
commit to user
manusiawi, hak asasi manusia, keamanan dan kesehatan, perlindungan
konsumen, sumbangan sosial, standar-standar pelimpahan kerja dan barang,
serta operasi antar negara. (Eddie Riyadi, Kompas22/3/2007).
Menurut Rumusan CSR dari The World Business Council For
Sustainable Development (WBCSD) in Fox, et al (2002), dalam (Wahyudi,
2008:29) definisi CSR adalah:
“corporate social responsibility is the continuing commitment by business to be have ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the locall community and society at large.”, yaitu komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Peningkatan kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memeliharanya.
Berdasar pada Trinidad and Tobaco Bureau of Standards (TTBS)
menyatakan bahwa corporate social responsibility diartikan sebagai komitmen
usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi
untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup
keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat secara luas (Sankat,Clement
K,2002 dalam Budimanta 2007:76).
Berdasarkan CSR Eropa, Komisi Eropa meluncurkan yang dikenal
dengan Green Paper Mempromosikan Kerangka Eropa Corporate Social
Responsibility Tanggung Jawab Sosial dan mendefinisikan CSR sebagai :
commit to user
their stakeholders on a voluntary basis’’ (European Commission, 2001, p. 8).(Journal International , Corporate Social Responsibility as Subsidiary Co Responsibility: A Macroeconomic Perspective, Michael S. Aßländer, Journal of Business Ethics (2011) 99:115–128 )
The Green Paper membagi CSR yang dilakukan perusahaan ke dalam
dua kategori, yaitu: (1) Internal dimension of CSR (mencakup human
resources management, kesehatan dan keselamatan kerja, adaptasi terhadap
perubahan dan pengelolaan dampak lingkungan serta sumber daya alam. (2)
External dimension of CSR (mencakup pemberdayaan komunitas lokal,
partner usaha yang mencakup para pemasok dan konsumen, hak azasi
manusia, dan permasalahan lingkungan (global). Organisasi ini mengajukan
pendekatan secara holistic terhadap CSR, yang di dalamnya mencakup :social
responsibility integrated management, social responsibility reporting and
auditing, quality in work, social and ecolabel, social responsible
investment.(Kartini,2009:3).
CSR dapat diartikan sebagai komitmen industri untuk
mempertanggung jawabkan dampak operasi dalam sosial, ekonomi, dan
lingkungan serta menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada
masyarakat dan lingkungannya. Melaksanakan secara konsisten dalam jangka
panjang akan menumbuhkan rasa berterimaan masyarakat terhadap kehadiran
perusahaan. CSR sebenarnya lebih berorientasi pada masyarakat dan bisnis.
Apakah itu sektor bisnis swasta yang didasarkan pada kepemilikan pribadi
yang melulu mengejar profit atau dapat juga diberi tanggung jawab pada atas
hak masyarakat umum, mengingat pengaruh bisnis begitu besar. Bisnis sendiri
commit to user
Tanggung jawab dibebankan pada sektor bisnis akan mengurangi pencapaian
tujuan penumpukan profit.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan mengenai
definisi CSR yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu CSR
merupakan suatu pendekatan yang digunakan oleh perusahaan untuk
menunjukkan tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat sekitar
perusahaan sehingga dapat mengembangkan masyarakat, bentuk tanggung
jawab tersebut diselenggarakan dari aspek ekonomi, budaya, sosial,
lingkungan hidup sehingga dapat membantu pengembangan generasi
selanjutnya agar hidup lebih baik lagi. Komitmen perusahaan tersebut
diharapkan tidak hanya melalui bentuk bantuan melainkan lebih pada
pembangunan berkelanjutan.
Secara teoritis tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
mengasumsikan korporasi sebagai agen pembangunan yang penting,
khususnya dalam hubungan dengan pihak pemerintah dan kelompok
masyarakat sipil. Dengan menggunakan alur pemikiran motivasi dasar,
berbagai stakeholder kunci dapat memantau, bahwa menciptakan tekanan
eksternal yang bisa “memaksa” korporasi mewujudkan konsep dan penjabaran
CSR yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia. Dari perspektif masyarakat
sipil, pola kemitraan sangat menguntungkan karena kegiatan bisnis memilki
berbagai sumber daya penting dan kapabilitas yang dapat digabungkan untuk
commit to user
Peran PT (Persero) TELKOM,tbk Solo sebagai suatu badan hukum
yang berada di tengah-tengah masyarakat yang memilik kemampuan dalam
pemberdayaan masyarakat tidak terelakkan untuk melaksanakan program
CSR. Pertama, keberhasilan program kemitraan akan memberi dampak positif
pada perusahaan karena kesejahteraan rakyat yang meningkat dalam
perspektif pengusaha berarti peningkatan daya beli masyarakat, dan
peningkatan seperti ini pada gilirannya akan mempengaruhi profit perusahaan
yang produk-produknya akan lebih terserap oleh pasar. Kedua, perusahaan
yang baik (good corporate) adalah perusahaan yang memiliki tanggung jawab.
PT.TELKOM telah mengklasifikasikan program CSR dalam 7 pilar program
yaitu: pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan keadaban, kemitraan, layanan
umum, lingkungan, serta bantuan kemanusiaan dan bencana alam.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus yaitu ruang lingkup CSR
pada bidang ekonomi. Berdasarkan peraturan pemerintah pengembangan
ekonomi tersebut disebut program kemitraan. Kemitraaan dapat dimaknai
sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang
membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling
membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu
bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil
yang lebih baik. Kemitraan dapat dilakukan oleh pihak-pihak baik
perseorangan maupun badan hukum, atau kelompok-kelompok. Adapun
commit to user
subordinate, memiliki misi atau misi berbeda tetapi saling mengisi/
melengkapi secara fungsional. (Sulistiyani,2004: 130).
C. Program Kemitraan.
Kemitraan berdasarkan UU Nomor 44 tahun 1997 merupakan
kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau usaha besar
disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan.
Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008,
kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun
tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai
memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku usaha mikro, kecil
dan menengah dengan usaha besar.
Program kemitraan pola CSR pun diartikan oleh pemerintah yaitu
berdasarkan peraturan menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007
menyatakan bahwa program kemitraan BUMN dengan usaha kecil yang
selanjutnya disebut program kemitraan adalah program untuk meningkatkan
kemampuan usaha kecil yang selanjutnya disebut program kemitraan adalah
program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh
dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Dengan demikian kemitraan dalam pola CSR, merupakan kerjasama
commit to user
antara BUMN dengan usaha kecil yang berada disekitar BUMN disertai
dengan pembinaan dan pengembangan usaha (pinjaman modal dan pinjaman
khusus) melalui pemanfaatan dana dari laba BUMN sehingga usaha kecil
dapat menjadi tangguh dan mandiri melalui pola kerjasama partnership. • Model CSR dan Bentuk Program Kemitraan
Dalam pelaksanaan CSR, setiap perusahaan memiliki model
tersendiri untuk menjalankan fungsi tanggung jawabnya tersebut. Saidi
dan Abidin,(2004: 64) dalam Budimanta (2008:22) mengemukakan model
pelaksanaan CSR yang umumnya dilakukan di Indonesia dan dibagi
menjadi empat model yaitu:
1. Keterlibatan langsung: Perusahaan menjalankan CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegitan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk
menjelaskan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan
salah satu pejabtanya atau departemennya seperti Community
Development Center.
2. Melalui yayasan organisasi sosial perusahaan. Perusahaan
mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya.
Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di
perusahaan-perusahaan di Negara maju. Biasanya, perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat
commit to user
3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR
melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasi
non-pemerintah , instansi non-pemerintah, universitas atau media massa,
baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan
CSR nya.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorium. Perusahaan
turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga
sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan
dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian
hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak
konsorium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh
perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif
mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan
kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.
Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum
adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan
masyarakat miskin di Negara-negara berkembang. Pendekatan CSR yang
berdasarkan motivasi kariatif dan kemanusiaan pada umumnya dilakukan
secara ad-hoc, parsial dan tidak melembaga. CSR pada tataran ini hanya
sekedar do good dan to look good, berbuat baik agar telihat baik.
Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai
pendekatan kariatif semacam itu, karena tidak mampu meningkatkan
commit to user
Development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih
mendekatkan konsep empowerment. (Jurnal Spirit Publik, Susiloadi:
Implementasi CSR untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan
Vol4, No2 Hal 123-130,2008).
Kegiatan CSR yang dilakukan saat ini sudah mulai beragam, salah
satunya adalah PKBL (Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil
dan Program Bina Lingkungan) pada dasarnya terdiri dari dua jenis
program, yaitu program perkuatan usaha kecil melalui pemberian
pinjaman dana bergulir dan pendampingan (disebut Program Kemitraan)
serta program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat sekitar (disebut
Program Bina Lingkungan).
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya
disebut Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan
kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Dari berbagai diskusi dan teori diatas maka pelaksanaan /
implementasi program CSR bidang kemitraan yaitu proses atau
langkah-langkah yang dilakukan oleh para pelaksana program dalam menciptakan
pola kerjasama antara perusahaan dengan usaha kecil dalam rangka
memberdayakan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri.
D. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan CSR program kemitraan.
Menurut Princes Of Wales Foundation ada lima hal penting yang
commit to user
atau pemberdayaan manusia. Kedua, environments yang berbicara tentang
lingkungan.Ketiga adalah Good Corporate Governance. Keempat, social
cohesion. Artinya dalam melaksanakan CSR jangan sampai menimbulkan
kecemburuan sosial. Kelima adalah economic strength atau memberdayakan
lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi (Untung,2008:11-12).
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi implementasi tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) adalah: a. Komitmen pimpinan perusahaan; b.
ukuran dan kematangan perusahaan; c. regulasi dan system perpajakan yang
diatur pemerintah. (Franciscus Welirang,Implementasi CSR, Investor 2007
dalam Untung 2008:12). Selain itu juga terdapat tiga pilar penting untuk
merangsang pertumbuhan tanggung jawab sosial perusahan (CSR) yang
mampu mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan, yaitu : a. mencari
bentuk CSR yang efektif untuk mencapai tujuan yang diharapakan dengan
memperhatikan unsur lokalitas; b. mengkalkulasi kapasitas sumber daya
manusia dan institusi untuk merangsang pelaksanaan CSR; dan c. peraturan
serta kode etik dalam dunia usaha. (Dyah Pitaloka,Memperkuat CSR
Memberantas Kemiskinan, Suara Merdeka, 2 Agustus 2007 dalam Untung
2008:36).
Jadi berdasarkan definisi faktor yang ada tersebut, maka faktor-faktor
yang bisa berpengaruh terhadap kemitraan melalui tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) program kemitraan di CDSA PT.TELKOM,tbk Solo
meliputi: 1. Partisipasi yaitu pelibatan secara penuh pada suatu tekad yang
commit to user
sangat berperan dalam berjalannya pelaksaan program dalah hal ini adalah :
CD Sub Area Telkom Solo, sebagai pelaksana kegiatan dan masyarakat mitra
binaan sebagai sasaran program. 2. Resources (sumber daya alam dan sumber
daya manusia, finansial), yaitu mengkalkulasi kapasitas sumber daya
manusia,manusia menjadi penggerak dari sebuah aktivitas. Di dalam
pelaksanaan tiap jenis program sumber finansial merupakan aspek penting
untuk membiayai seluruh pelaksanaan program. dan 3. Kapasitas masyarakat
yaitu untuk melihat keadaan dan kemampuan masyarakat yang akan
diberdayakan agar pelaksanaan program kemitraan dapat berjalan secara
efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatikan unsur
lokalitas.
Adapun ketiga faktor yang dapat mempengaruhi dalam pelaksanaan
kemitraan melalui tanggungjawab sosial perusahaan oleh CDSA
PT.TELKOM,tbk Solo dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Partisipasi.
Partisipasi bisa dilihat adanya kesepakatan yang dijadikan sebagai
pedoman dalam rangka memahami dan mewujudkan tindakan, adanya
tindakan yang didasari oleh kesepakatan, dan adanya pembagian kerja
dan tanggung jawab dalam kedudukan dan peranan masing-masing untuk
bekerjasama dalam mewujudkan tujuan. Dalam hal ini harus ada
commit to user
2. Resources (Sumber daya alam, Sumber daya manusia, material dan
Financial)
Resources yang diperlukan dalam kegiatan pengembangan
masyarakat melalui tanggung jawab sosial PT.TELKOM,tbk Solo adalah
berupa alat pendukung seperti teknologi, sarana dan prasarana dan
sumberdaya pendukung, baik sumberdaya alam, sumber daya manusia
maupun materil guna memberdayakan masyarakat setempat agar dapat
mandiri dan lebih berkembang lagi sesuai dengan dimensi pengembangan
masyarakat melalui program kemitraan. Sumber daya digunakan untuk
menunjang kegiatan kemitraan melalui tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR) guna pengembangan masyarakat setempat.
PT.TELKOM,tbk Solo sebagai suatu entity (badan hukum) yang
memiliki tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam pemberdayaan
masyarakat guna pengembangan masyarakat setempat adalah merupakan
salah satu sumber dari sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut. Adapun sarana dan prasarana
yang dibutuhkan adalah berupa peralatan (sarana) transportasi, teknologi,
dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan, sedangkan prasarana yang
dibutuhkan berupa tenaga ahli (professional) dalam bidangnya guna
pembimbingan dan pendampingan bagi masyarakat yang akan
diberdayakan dan mitra binaan. Sumber finansial juga merupakan aspek
yang dibutuhkan untuk membiayai pelaksanaan program agar dapat
commit to user
3. Kapasitas MasyarakatProritas utama dalam kemitraan adalah upaya untuk membangun
aspek masyarakat yang juga berarti membangun aspek manusianya agar
lebih mandiri. Salah satu indikasi bahwa sudah ada pembangunan pada
aspek masyarakat dan juga aspek manusianya tersebut adalah adanya
peningkatan kapasitas, termasuk kapasitas untuk membangun dirinya
sendiri. Kapasitas adalah ruang yang tersedia, daya tampung, daya serap,
keluaran maksimum, kemampuan berproduksi.
Konsep kapasitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan tindakan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki baik untuk
kepentingan dirinya maupun kepentingan pihak lain. (Dikutip dalam
http://www.dictionary.com/egi-bin/dietplterm-Suharjito).
Kemampuan itu merupakan perpaduan dari pengetahuan
(knowledge), keahlian (skill), pengalaman (experiences), daya cipta
(innovativeness), dan hasrat/ cita-cita (desire). Kemampuan
dioperasionalkan dalam bentuk tindakan untuk mewujudkan kepentingan
pihak lain, bahkan mengabaikan kepentingan dirinya, lazimnya disebut
tindakan altruistic. Tindakan-tindakan dilakukan secara spesifik menurut
tempat (place) dan waktu (time) dan merupakan proses terus menerus
dalam kehidupan sehari-hari sehingga menunjukkan apa yang disebut oleh
commit to user
Kapasitas ada pada individu-individu dan pada masyarakat sebagai
kolektivitas. Pada tingkat masyarakat terjadi proses-proses belajar antar
individu, bekerjasama, saling menolong, gotong royong, pengaturan,
pengorganisasiaan dan proses sosial lain. Kapasitas individu
dipertukarkan, diperkaya, diregenerasi, terjadi “proliferation”. Masyarakat
mempunyai kapasitas sendiri lebih dari kapasitas individu-individu
anggotanya. Dalam masyarakat terdapat norma, nilai aturan-aturan yang
menjadi pedoman, bahkan memaksa, bagi anggotanya dalam melakukan
atau tidak melakukan suatu tindakan. Modal sosial (social capital)
merupakan suatu konsep yang menggambarkan kapasitas masyarakat hal
ini dapat dibandingkan dengan definisi community capacity dari Chaksin
et.al.(2001) sebagai interaksi antara modal sumberdaya manusia,
sumberdaya organisasi, dan modal sosial yang ada di dalam suatu
komunitas yang dapat diangkat atau ditingkatkan untuk memecahkan
masalah-masalah bersama dan memperbaiki atau mempertahankan kondisi
baik yang telah ada. Modal sosial memfasilitasi hubungan-hubungan sosial
antar individu (atau kelompok dan organisasi) mealalui penyiaran
informasi, penegakkan norma, pemeliharaan saling percaya
(trustworthiness), jaringan sosial (social network). (Coleman,1988).
Kendala yang paling besar yang harus dihadapi dalam kemitraan
adalah rendahnya mutu sumber daya manusia. Pada umumnya
keberhasilan program ditentukan oleh kapasitas kemampuan sumber daya
commit to user
memberdayakan manusia dan kelembagaan sumberdaya ekonomi di dalam
memanfaatkan sumberdaya alam untuk menciptakan kesempatan kerja dan
kesejahteraan.
Kapasitas masyarakat adalah kemampuan individu atau
sekelompok orang/masyarakat dalam suatu wilayah tertentu yang berupa
perpaduan dari pengetahuan (knowledge), keahlian (skill), pengalaman
(experiences), daya cipta (innovativeness), dan hasrat/ cita-cita
(desire)yang dioperasionalkan dalam bentuk tindakan untuk mewujudkan
tujuan bersama yang ingin dicapai baik untuk kepentingan individu atau
sekelompok orang/masyarakat itu sendiri maupun kepentingan masyarakat
lain. Tindakan-tindakan untuk mewujudkan tujuan bersama dilakukan
secara spesifik menurut tempat (place) dan waktu (time) dan merupakan
proses terus menerus dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
mandiri dalam mengelola sumberdaya alam untuk menciptakan
kesempatan kerja dan kesejahteraan tanpa mengabaikan kelestarian
lingkungan.
commit to user
Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penelitian ini yang
dimaksud manajemen adalah serangkaian kegiatan pengelolaan dan
pelaksanaan CSR/PKBL melalui Program Kemitraan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegitan pengelolaan tersebut berupa
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pengawasan/evaluasi (monitoring).
Program Kemitraan adalah Program Kemitraan Telkom dengan usaha
kecil untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan
mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Telkom.
Jadi manajemen CSR melalui Program Kemitraan adalah kegiatan
pengelolaan program Kemitraan yang terdiri dari proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, dalam rangka mewujudkan
Usaha Kecil dan Menengah dan Kopearsi yang tangguh dan mandiri.
Dalam penelitian manajemen CSR melalui Program Kemitraan ini
dimaksudkan sebagai upaya mendeskripsikan pelaksanaan program mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan serta
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan program kemitraan.
a) Perencanaan
Perencanaan merupakan pemilihan dan penentuan langkah-langkah
kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai tujuan
commit to user
1. Proses perumusan kegiatan program kemitraan, dalam
perencanaan siapa saja stakeholders yang terlibat pada siklus
perencanaan untuk merumuskan kegiatan dan anggaran
program kemitraan.
2. Kegiatan apa saja yang terdapat dalam perencanaan terkait
dengan program kemitraan yang menjadi acuan pelaksanaan
program kemitraan.
3. Sosialisasi program bagi calon mitra binaan dan melalui
media.
b) Pengorganisasian
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai