• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN CSR MELALUI PROGRAM KEMITRAAN OLEH COMMUNITY DEVELOPMENT SUB AREA PT.TELKOM,Tbk SOLO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN CSR MELALUI PROGRAM KEMITRAAN OLEH COMMUNITY DEVELOPMENT SUB AREA PT.TELKOM,Tbk SOLO"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

MANAJEMEN CSR MELALUI PROGRAM KEMITRAAN OLEH COMMUNITY DEVELOPMENT SUB AREA PT.TELKOM,Tbk SOLO

Oleh

EVI YULIANTI

D0107009

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dosen Pembimbing

(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada hari : Tanggal : Panitia Penguji :

1. Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si ( )

NIP. 195310091980032003

2. Drs. Ali, M.Si ( )

NIP.195408301985031002

3. Dra. Sri Yuliani, M.Si ( )

NIP. 19601009 198601 1

Mengetahui, Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

(4)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

™

Allah SWT, Sang Maha Penghendak atas segala

sesuatu, serta pemilik segala rahasia.

™

Mama tercinta, Kakak ku tercinta Mas Iwan, Andri,

Ipin, Mbak Atik, Desy, Adaw dan Istiqomah atas

segala dukungan, semangat serta kasih sayang, dan doa

yang tak pernah terputus yang senantiasa diberikannya.

™

Alm. Ayahanda, karenamu aku bisa mengerti dan kuat

menjalani kehidupan ini.

™

Keponakan ku Azhar .

™

Muhammad Taufik, yang menyemangati dan menasehati

tiada henti.

™

Sahabat ku Ratna, Atik, Fitri.

™

5 Sekawan dan seperjuangan Chintya, Tika, Dian, Tyas.

™

Teman-temanku sepermainan Santi, Novita,dan seluruh

(5)

commit to user

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari satu urusan maka kerjakan urusan selanjutnya dengan sungguh‐

sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

(Q.S.Al Insyirah: 6‐8)

“Man Jadda Wa Jada”

(barangsiapa bersungguh‐sungguh pasti dapat)

Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi

pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus

belajar, akan menjadi pemilik masa depan.

(Mario Teguh)

We Life, We Learn, We Try Hard, We Pray, We Success.

Jenius adalah 1% inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat

menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika

kesempatan bertemu dengan kesiapan.

(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahi rabbil’aalamin, segala puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Manajemen CSR melalui Program

Kemitraan Oleh CDSA Telkom Solo”. Penulisan skripsi ini merupakan upaya

penulis untuk memenuhi salah satu syarat ujian akhir untuk memperoleh gelar

Sarjana Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa sejak awal hingga selesainya penulisan skripsi

ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih kepada:

1. Ibu Dra. Sri Yuliani, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dengan sabar, memotivasi, serta memberi banyak masukan

selama ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Bpk. Drs. Sudarto, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang selalu

memberikan nasehat serta bimbingan selama penulis menempuh kuliah.

3. Bpk. Prof. Drs. Pawito, Ph.d, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(7)

commit to user

4. Segenap Dosen Jurusan Ilmu Administrasi FISIP UNS, yang telah

mencurahkan ilmunya

5. Bapak Agus Suhartanto, selaku Manager CD Area IV Jateng & DIY yang

telah memberikan kesempatan dan kemudahan di dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Bapak Agus M.Munajat selaku OFFICER 1- PKBL CDSA Telkom Solo yang

telah memberikan kesempatan dan kemudahan di dalam penyusunan skripsi

ini.

7. Bapak Irsan Gunardi selaku OFFICER-2 PKBL CDSA Telkom Solo yang

telah memberikan kesempatan dan kemudahan di dalam penyusunan skripsi

ini.

8. Ibu Rahma sovia selaku Administrasi CDSA Telkom Solo yang telah

memberikan kesempatan dan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak Mintorogo,SE, Bapak Budi Santoso, Bapak Basuki, Bapak Sumartoyo,

Bapak M.Nur Wathoni, Bapak Suwarno, Ibu Indarwati, Ibu Agnes Sri

Widyaningsih selaku mitra binaan program kemitraan CDSA Telkom Solo

atas kesediaan pemberiaan informasi yang penulis butuhkan dalam

penyusunan skripsi ini.

10.Seluruh teman-teman Administrasi Negara angkatan 2007.

11.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

(8)

commit to user

skripsi ini akan penulis perhatikan. Meskipun demikan, penulis berharap agar

penelitian ini dapat dijadikan bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam

dan dapat memberikan manfaat bagi siapa pun yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta, 27 Juli

2011

(9)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 15

A. Manajemen ... 15

1. Perencanaan... 16

2. Pengorganisasian ... 17

3. Penggerakkan/Pelaksanaan... 19

4. Pengendalian/ Evaluasi... 22

B. Konsep Corporate Social Responsibility... 24

C. Program Kemitraan... 29

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan CSR Program Kemitraan ... 33

E. Manajemen CSR melalui Program Kemitraan... 39

(10)

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penilitian ... 46

B. Lokasi Penelitian ... 47

C. Jenis dan Sumber Data ... 47

D. Metode Pengumpulan Data... 49

E. Analisis Data. ... 50

F. Validitas Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

I. Deskripsi CDSA Telkom Solo... 55

A. Sejarah Telkom ... 55

B. Visi dan Misi PT.Telkom... 57

C. Logo PT.Telkom... 58

D. Profile PT.Telkom ... 60

E. Tujuan Perusahaan... 61

F. Lokasi Community Development Sub Area PT.Telkom ... 62

G. Visi, Misi dan Strategi CDC PT.Telkom... 62

H. Kebijakan Tanggung Jawab Sosial PT.Telkom ... 62

I. Tujuh pilar Tanggung Jawab Sosial PT.Telkom ... 63

J. Penghargaan Tanggung Jawab Sosial PT.Telkom ... 66

II. Pembahasan... 67

A. Perencanaan Program Kemitraan CDSA Telkom Solo ... 67

B. Pengorganisasian Program Kemitraan CDSA Telkom Solo... 74

C. Pelaksanaan Kegiatan Program Kemitraan CDSA Telkom Solo ... 84

D. Pengawasan / Evaluasi Kegiatan Program Kemitraan CDSA Telkom Solo ... 121

III. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proram kemitraan di CDSA Telkom Solo ... 129

BAB V PENUTUP... 136

(11)

commit to user

Saran ... 142 DAFTAR PUSTAKA

(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Penyaluran Dana Kemitraaan triwulan I- IV /2009 CDSA PT.TELKOM,tbk Solo... 6 TABEL 4.1

Laporan PKBL(Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) Community Development Sub Area Telkom Solo Tahun 2010

………... 65

TABEL 4.2 Rencana Kegiatan Program Kemitraan Community Development Sub

Area Telkom Solo Tahun 2010-2011.………. 72 TABEL 4.3

Penyaluran Dana Program Kemitraan CDSA Telkom Solo Tahun 2004 - Triwulan I/Maret 2011... 90 TABEL 4.4

Data Proposal Pengajuan Program Kemitraan CD Sub Area Telkom

Solo Triwulan I/ 2011……… 92

TABEL 4.5 Daftar Usulan Penetapan Calon Mitra Binan CD Sub Area Solo Bulan

Maret Triwulan I/ 2011………. 95

TABEL 4.6 Penyaluran Dana Program Kemitraan CD Sub Area Solo Bulan Maret / Triwulan I/ 2011……...……….. 97 TABEL 4.7 Tunggakan angsuran pinjaman Program Kemitraan CDSA Telkom

Solo. Per Triwulan I/ Maret 2011………...108 TABEL 4.8 Kegiatan Pembekalan CD Sub Area Solo Tahun 2010- Triwulan

I/ 2011………. 110

TABEL 4.9 Kegiatan Pelatihan CD Sub Area Telkom Solo Pada Tahun 2010- Triwulan-I 2011……….. 113 TABEL 4.10 Kegiatan Pameran CD Sub Area Telkom Solo Pada Tahun 2010-

Triwulan-I……….…... 116 TABEL 4.11 Laporan Perolehan Kinerja NPL & Collection CD Sub Area

Telkom Solo Periode Januari- Desember 2010……….…... 124 TABEL 4.12 Laporan Tahunan Kegiatan Program Kemitraan CD Sub Area

(13)

commit to user

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

Gambar2.1 Kerangka Berfikir…………... 44 Gambar 3.1 Model Analisa Interaktif………..………... 53

Gambar 4.1 Logo PT.Telekomunikasi Indonesia………..……….. 58

Bagan 4.1 Struktur Organisasi CDC PT.Telekomunikasi Indonesia.…... 75

(14)

commit to user

ABSTRAK

Evi Yulianti, D0107009, Manajemen CSR melalui program kemitraan oleh Community Development Sub Area PT.Telkom,tbk Solo, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

CSR Program Kemitraan PT. Telkom, Tbk. bertujuan untuk mengembangkan potensi usaha kecil dan koperasi agar menjadi tangguh dan mandiri.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen CSR/PKBL melalui program kemitraan oleh CDSA Telkom Solo serta faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program kemitraan.

Penelitian ini adalah jenis penelitian studi deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk meggambarkan dan menganalisa data secara mendalam. Lokasi penelitian berlokasi di CDSA Telkom Solo.Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dan study dokumentasi (telaah dokumen). Validitas data menggunakan teknik pengujian triangulasi data, yaitu triangulasi sumber. Analisa data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

(15)

commit to user

(16)

commit to user

ABSTRACT

Evi Yulianti, D0107009. CSR management through partnership program by Community Development of Sub Area PT. Telkom Tbk Solo. Thesis, Administration Department, Social and Political Sciences Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, 2011.

CSR of Partnership Program of PT. Telkom Tbk aims to develop the potential of small-scale business and cooperative into the firm and independent ones. This research aims to find out the management of CSR/PKBL through the partnership program by CDSA of Telkom Solo as well as the factors inhibiting the implementation of partnership program.

This research belongs to a descriptive qualitative study taken place in CDSA Telkom Solo. The data collection was done using observation, interview and document study technique. Data validation was done using data and source triangulations technique. The data analysis was done through three stages: data reduction, data display and conclusion drawing or verification.

(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat

sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resipirokal (timbal balik)

antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat adalah

pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

harmonisasi keduanya akan menentukan keberhasilan pembangunan bangsa.

Dua aspek penting harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara

keduanya sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah

perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

Dari aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi untuk mendapatkan

keuntungan (profit) dan dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan

kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Perusahaan tidak hanya dihadapkan

pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan keuntungan/ laba

perusahaan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan

lingkungannya. Jika masyarakat (terutama masyarakat sekitar) menganggap

perusahaan tidak memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya serta tidak

merasakan kontribusi secara langsung bahkan merasakan dampak negatif dari

beroperasinya sebuah perusahaan maka kondisi itu akan menimbulkan resistensi

(18)

commit to user

pembangunan berkelanjutan, Vol 4 No.2 hal 123-130.2008). Komitmen

perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa dengan

memperhatikan aspek financial atau ekonomi, sosial, dan lingkungan itulah

yang menjadi isu utama dari konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

demi tercapainya sebuah keseimbangan dunia usaha antara pelaku dan

masyarakat sekitar, yang menuntut para pelaku bisnis dan perusahaan untuk

menjalankan usahanya dengan semakin bertanggung jawab.

Perubahan lingkungan yang sangat dinamis, baik yang dipicu oleh

kekuatan lingkungan eksternal maupun internal telah memaksa para pelaku

bisnis untuk tidak saja harus selalu meningkatkan laba dan kinerja, tetapi juga

harus peduli terhadap problem sosial. Semakin besarnya kekuasaan para pelaku

bisnis membawa dampak yang sangat signifikan terhadap kualitas kehidupan

manusia, baik individu, masyarakat, maupun seluruh kehidupan ini. Fenomena

inilah yang menjadi isu tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social

Responsibility (CSR) sebagai sebuah gagasan menjadikan perusahaan tidak lagi

dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu

nilai perusahaan (corporate value) yang menekankan bahwa tanggung jawab

bukan lagi sekedar aktivitas ekonomi atau kondisi keuangannya (financial) saja

untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnis. Tetapi tanggung jawab

perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu juga memperhatikan

masalah sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin

nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable), tetapi juga

(19)

commit to user

Kesadaran tentang pentingnya memperhatikan Corporate Social

Responsibility (CSR) ini menjadi tren global seiring dengan semakin

maraknya kepedulian masyarakat global terhadap perusahaan yang

memperhatikan kaidah-kaidah sosial, lingkungan hidup dan prinsip-prinsip

HAM.

Corporate Social Responsibility (CSR) kini dianggap penting untuk

menjembatani dan memperkecil jurang antara lapisan masyarakat kaya dan

miskin di berbagai pelosok dunia. Teorinya sederhana, bahwa tidak ada

perusahaan yang dapat maju apabila berada di tengah masyarakat miskin atau

di lingkungan yang tidak menunjang eksistensinya. “Forum Ekonomi Dunia

melalui Global Govermance Initiative menggelar World Business Council For

Sustainablle Development di New York pada tahun 2005, salah satu deklarasi

penting disepakati bahwa CSR jadi wujud komitmen dunia usaha untuk

membantu PBB dalam merealisasikan Millennium Development Goalds

(MDGs). Adapun tujuan utama MDGs adalah mengurangi separuh kemiskinan

dan kelaparan ditahun 2015. Pantas untuk dicatat tujuan ini jelas sangat berat,

mengingat pertumbuhan dunia bisnis terus meningkat, tetapi kemiskinan justru

bertambah. Human Depelopment Report tahun 2005 (HDR) melaporkan, 40%

penduduk dunia atau 2,5 milyar jiwa hidup dengan upah dibawah US$

2/hari/kapita. Total upah ini nilainya setara dengan 5% pendapatan dunia,

setiap hari 1200 anak-anak mati karena kelaparan. HDR mensinyalir 10%

orang terkaya di dunia menguasai 54% total pendapatan dunia yang 500 orang

(20)

commit to user

penduduk termiskin (Jurnal Sosioteknologi Edisi 12 Tahun 6, Desember 2007.

Chairil N. Siregar). Untuk mengatasi kemiskinan ini pihak perusahaan perlu

menyisihkan uang dari keuntungan yang diperoleh tetapi bukan dimasukan

kedalam biaya investasi yang harus ditanggung pemerintah.Penerapan CSR

sebagai sebuah sebuah standar beroperasinya perusahaan dapat menjadi salah

satu jalan atau upaya untuk tutur mengurangi dari dampak masalah tersebut.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan

perwujudan komitmen yang dibangun oleh perusahaan untuk memberikan

kontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia bukan lagi

merupakan discretionary businesss practice, melainkan pelaksanaannya sudah

diatur oleh undang-undang (bersifat mandatory). Corporate Social

Responsibility sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 ayat 1-4

dijelaskan sebagai berikut:

1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung

jawab sosial dan lingkungan.

2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya

(21)

commit to user

3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaiamana

dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan

lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagi pemerintah Indonesia, istilah CSR lebih dikenal dengan istilah

kemitraan dan bina lingkungan. Hal yang terkait dengan pengembangan usaha

kecil terdapat pada bidang kemitraan sedangkan mengenai lingkungan

masyarakat (seperti: bantuan bencana alam, bantuan kesehatan, bantuan sarana

umum dsb) terdapat pada bidang bina lingkungan. Dalam PER-05/MBU/2007

pasal 2 dinyatakan bahwa ; (1) Perum dan persero wajib melaksanakan

program kemitraan dan program bina lingkungan dengan memenuhi

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini, (2) Persero Terbuka

dapat melaksanakan program kemitraan dan program bina lingkungan dengan

berpedoman pada peraturan ini yang ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS).

CSR yang ditekankan dalam peraturan diatas merupakan pelaksanaan

bidang kemitraan dan bina lingkungan yang memiliki tujuan yang berbeda.

Bina lingkungan lebih kepada permasalahan lingkungan hidup yang bersifat

filantropis, sedangkan bidang kemitraan lebih kepada pemberdayaan ekonomi

lokal yang bersifat peningkatan kapasitas. Yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah pelaksanaan pada bidang kemitraan yang memiliki tujuan

(22)

commit to user

memampukan masyarakat sekitar agar dapat mandiri secara ekonomi atau

setidak-tidaknya memberikan pemacu agar terjadi perkembangan ekonomi di

daerah tersebut.

Pemberdayaan ekonomi lokal ini menjadi sangat penting karena sektor

usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan sektor yang memiliki peranan

penting di dalam perekonomian Indonesia. Kemampuannya untuk tetap

bertahan di masa krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor UKM ini

merupakan bagian dari sektor usaha yang cukup tangguh. Setidaknya terdapat

tiga alasan yang mendasari Negara berkembang belakangan ini memandang

penting keberadaan UKM (Berry,dkk,2001). Alasan pertama adalah karena

kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang

produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai

peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi.

Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam

hal fleksibilitas ketimbang usaha besar.

Kuncoro (2002: 183) menyebutkan bahwa usaha kecil dan usaha

rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap

tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan

rumah tangga. Sebagai gambaran, walaupun secara rata-rata selama periode

1997-2005 sektor UKM memberikan kontribusi terhadap output nasional

hanya sebesar 56,4% tetapi kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja

mencapai hingga 98%. Menurut Hoselitz (1959), Sektor UKM di negara

(23)

commit to user

diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran di Negara berkembang.

Selain labor intensive, UKM sering dikenal sebagai mesin pertumbuhan

ekonomi, banyak sisi kebaikan yang dapat diambil dari UKM khususnya

dalam mendorong pembangunan di negara-negara berkembang.

Dengan banyaknya keuntungan inilah, maka CSR bidang kemitraan

haruslah sangat diperhatikan pelaksanaannya baik oleh pemerintah maupun

oleh perusahaan-perusahaan besar. Tetapi selain kebaikan-kebaikan yang

dimiliki oleh usaha kecil dan menengah, usaha kecil juga dihadapi berbagai

persoalan-persoalan. Persoalan utama yang dihadapi usaha kecil di Indonesia

yaitu (Hasfah,2004:116):

1)Faktor Internal

1. Kurangnya permodalan;

2. Sumber daya manusia terbatas kemampuannya dalam manajemen

karena pendidikan yang rendah;

3. Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar, karena

produk yang dihasilkan umumnya jumlahnya sangat terbatas dan

mempunyai kualitas yang kurang kompetitif.

2) Faktor Eksternal

1. Iklim usaha yang belum kondusif karena masih terlihat adanya

persaingan kurang sehat antara pengusaha kecil dan pengusaha

(24)

commit to user

2. Terbatasnya sarana dan prasarana usaha karena kurangnya akses

terhadap informasi dan perkembangan teknologi.

3. Implikasi perdagangan bebas dengan adanya AFTA tahun 2003

dan AOEC tahun 2020 serta standar kualitas produk harus

memenuhi ISO 9000 maupun isu lingkungan (IS0 14000), maka

usaha kecil dan menengah makin sulit bersaing di pasar global,

karena peraturan-peraturan tersebut sering digunakan oleh Negara

maju secara tidak fair dalam bentuk non tariff barier to trade.

4. Sifat produk dengan lifetime pendek.

5. Terbatasnya akses pasar.

Kelemahan-kelemahan ini haruslah diperhatikan oleh perusahan besar

agar dapat diatasi sehingga dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat.

Untuk itu salah satu perusahaan yang menerapkan CSR adalah

PT.TELKOM,tbk sebagai suatu perusahaan BUMN di Indonesia. TELKOM

telah memiliki klasifikasi program TELKOM CSR dalam 7 (tujuh pilar

program yaitu: pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan keadaban, kemitraan,

layanan umum, lingkungan, serta bantuan kemanusiaan dan bencana alam.

Diantara ketujuh pilar program CSR tersebut, peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut tentang manajemen pelaksanaan CSR dalam program

kemitraan, khususnya yang dilaksanakan oleh CDSA PT.TELKOM,tbk Solo.

Ketertarikan ini didasari karena program kemitraan merupakan kegiatan

(25)

commit to user

sehingga dirasa relevan dengan banyaknya industri dan usaha-usaha kreatif

yang semakin berkembang di kota Solo.

Melihat perkembangan Usaha kecil dan menengah (UKM) di Solo

tumbuh hingga 200% pada awal tahun 2011. Pesatnya pertumbuhan ini dipacu

kondisi ekonomi yang membaik dan iklim usaha yang semakin kondusif. Hal

ini tidak terlepas dari kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahan-perusahan.

Seperti yang disampaikan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia

(HIPMI) Solo, Farid Sunarto, di sela Kongres Nasional dan launching

ASPAPI:

“Jika melihat iklim usaha yang kian kondusif. Tingkat pertumbuhan UKM sangat signifikan sampai hingga dua ratus persen. Berarti iklim usaha di Solo sangat baik. Dilihat dari interaksi sektor-sektor tertentu yang bergerak dinamis,” (http//: www.Seputar Solo.com, 29 Maret 2011).

Hal ini juga ditambahkan oleh Bapak Jokowi sebagai walikota, dalam

acara Seminar Academic Corner di FISIP UNS pada tanggal 28 Juni 2011

berikut penuturannya:

“Perkembangan UKM di Kota Solo merupakan salah satu penyumbang APBD terbesar dibandingkan sektor lain, untuk tahun 2010 UKM, memberikan 19,2 Milyar, sehingga kota Solo diharapkan dapat menjadi kota UKM.”(Seminar Academic Corner FISIP UNS, 28 Juni 2011).

Dengan melihat pertumbuhan UKM yang pesat di Kota Solo, model

CSR/PKBL bidang program kemitraaan sangat tepat diterapkan untuk lebih

memacu pertumbuhan UKM di Kota Solo. Bukti nyata Tanggung Jawab

Sosial PT.Telkom,tbk Solo yang relatif penting yaitu kepada masyarakat

(26)

commit to user

Program kemitraan TELKOM bertujuan untuk mendorong kegiatan

atau pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui

perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta peningkatan taraf

hidup masyarakat, baik antara perusahaan dan mitra binaan maupun antar

mitra binaan sehingga membawa manfaat bagi kelangsungan usaha. Oleh

karena itu, perlu dikembangkan potensi usaha kecil dan koperasi agar menjadi

tangguh dan mandiri, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat

serta mendorong tumbuhnya kemitraan antara usaha besar (BUMN) dengan

usaha kecil dan koperasi,.

Selain itu, TELKOM juga memberikan bantuan dana bergulir terhadap

pengusaha kecil. Dana yang diberikan oleh TELKOM ini diharapkan dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan modal dan investasi. Disamping mengejar

pemasukan uang (revenue), PT.TELKOM,tbk menyisihkan sebagian labanya

guna membantu pemberdayaan komunitas masyarakat (community) dalam

program kemitraan dengan usaha kecil (mikro). Dalam triwulan I-IV/2009

PT.TELKOM,tbk Solo telah menggulirkan dana bergulir untuk dialokasikan

kepada 1064 orang mitra binaan CDSA TELKOM Solo yang lolos seleksi.

Total dana yang disalurkan dalam triwulan I-IV/2009 sebesar

(27)

commit to user

Tabel 1.1

Penyaluran Dana Kemitraaan triwulan I- IV /2009 CDSA PT.TELKOM,tbk Solo.

No Segmen Jumlah mitra

binaan

Jumlah dana

1 Industri 117 Rp.2.521.500.000

2 Perdagangan 500 Rp.8.966.500.000

3 Jasa 395 Rp.7.386.100.000

4 Pertanian 6 Rp.60.000.000

5 Peternakan 38 Rp.658.800.000

6 Perikanan 2 Rp.70.500.000

7 Lainnya 6 Rp.250.000.000

Jumlah 1064 Rp.19.913.400.000

(Sumber: SIMPK CDSA Telkom Solo)

Dengan adanya bantuan pinjaman program kemitran yang telah

digulirkan oleh CDSA Telkom Solo diharapkan dapat membantu untuk

memberdayakan dan membantu UKM di sekitar wilayah operasional

PT.Telkom Solo . Sehingga untuk menjamin eksekusi dan keberhasilan program

kemitraan maka dibutuhkan sebuah manajemen yang baik dalam pengelolaan.

Dengan melihat latar belakang yang ada, penelitian ini akan melihat

bagaimana manajemen CSR melalui program kemitraan oleh CDSA

PT.TELKOM,tbk Solo serta faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk

meningkatkan kemampuan usaha kecil dan menengah agar menjadi tangguh dan

(28)

commit to user

B. Rumusan Masalah.

Berdasarakan latar belakang yang dipaparkan penulis, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen CSR program kemitraan yang dilaksanakan

oleh CDSA PT.TELKOM,tbk Solo ?

2. Hambatan apa sajakah yang yang mempengaruhi pelaksanaan dari

CSR program kemitraan di CDSA PT.TELKOM,tbk Solo?

C. Tujuan Penelitian.

1. Mengetahui manajemen pelaksanaan CSR, melalui program kemitraan

oleh Community Development Sub Area Telkom Solo.

2. Menguraikan dan menjelaskan faktor-faktor yang menghambat

pelaksanaan CSR melalui program kemitraan oleh Community

Development Sub Area Telkom Solo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi

baik secara akademis maupun praktis yaitu :

1. Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan tambahan

informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam studi

Administrasi Negara, khususnya studi mengenai tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) serta peranannya dalam peningkatan dan

(29)

commit to user

PT.TELKOM,tbk Solo khususnya dan perusahaan - perusahaan

lainnya yang memiliki tanggung jawab sosial (CSR) terhadap

pengembangan masyarakat.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan

pemahaman penulis mengenai tanggung jawab sosial perusahaan

(CSR) di CDSA PT.TELKOM, Solo khususnya dan perusahaan –

perusahaan lainnya pada umumnya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan khususnya

PT.TELKOM,tbk Solo, Pemerintah dan masyarakat mengenai

tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang diperlukan guna

menunjang proses pengembangan masyarakat melalui kegiatan

program kemitraan di wilayah kerja khususnya CDSA

PT.TELKOM,tbk Solo secara khusus dan masyarakat Indonesia secara

(30)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen

Manajemen pada dasarnya adalah merupakan proses kegiatan yang

harus dilakukan dengan menguraikan cara-cara pemikiran yang ilmiah

maupun praktis untuk mencapai tujuan yang akan ditetapkan dengan melalui

kerjasama orang-orang lain dengan menggunakan sumber-sumber yang

tersedia dengan cara yang setepat-tepatnya. Manajemen pada hakekatnya

adalah “achieving goals through others”, pencapaian tujuan dengan melalui

kegiatan orang lain. Sedangkan George R. Terry mendefinisikan manajemen

adalah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dengan

menggunakan bantuan orang lain (Nawawi 2000:36).

Demikian pula Drucker telah merumuskan pengertian bahwa:”

Manajemen adalah kegiatan spesifik dalam menggerakkan sejumlah orang

agar berlangsung efektif dalam mencapai tujuan organisasi dan organisasi

menjadi produktif” (Nawawi 2000:36).

Pengertian tentang manajemen begitu luas, sehingga dalam

kenyataanya tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua

orang. Antara ahli yang satu dengan ahli yang lain mempunyai batasan yang

beragam dan sudut pandang yang berbeda. Menurut Luke C. Ng dalam

Journal of Management Development, Volume: 30, Issue: 1(2011)

menyatakan bahwa “Management means “getting things done effectively

(31)

commit to user

in management practice to achieve optimal results”. (Manajemen berarti

“melaksanakan berbagai hal secara efektif melalui orang lain”. Ini

menyiratkan pentingnya kepemimpinan dan ketrampilan orang-orang didalam

praktek manajemen untuk mencapai hasil yang optimal”.)

Dari definisi-definisi tersebut tampak ada beberapa kesamaan dasar

yang dapat disimpulkan, yaitu manajemen merupakan kemampuan membuat

orang lain melakukan kegiatan tertentu atau bekerja sesuai tujuan organisasi,

dengan mengajak dan menggerakkannya agar bekerja sama secara efektif dan

efisien.

Menurut George R.Terry (1986:37), fungsi-fungsi manajemen terdiri

dari empat macam yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), menggerakkan (actuating), dan pengawasan (controlling).

Dalam proses manajemen secara keseluruhan mencakup beberapa jenis

aktivitas penting yang berorientasi pada tindakan untuk pelaksanaan/

implementasi program.

1. Perencanaan.

Perencanaan adalah pemilihan sejumlah kegiatan untuk ditetapkan

sebagai keputusan tentang apa yang harus dilakukan dan apa bagaimana

melaksanakannya, serta siapa pelaksananya. Sondang P.Siagian

mendifinisikan perancanaa merupakan usaha sadar dan pengambilan

keputusan yang telah diperhitungkan secara sadar matang tentang hal-hal

yang dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam

(32)

commit to user

Hasibuan (1987) mendefinisikan rencana itu sendiri adalah sejumlah

keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Fungsi perencanaan dalam manajemen merupakan merumuskan sasaran,

menetapkan suatu strategi untuk mencapai sasaran ini, dan menyusun

rencana guna mengintegrasikan dan mengkoordinasikan .

Di dalam sebuah pelaksanaan dibutuhkan sebuah koordinasi yang

baik, antar pelaksana. Sehingga dibutuhkan sebuah pengorganisasian

(organizing) dan actuating yang mengintegrasikan dan mengkoordinasikan

untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

2. Pengorganisasian / Organizing.

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokkan

orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab

sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan

sebagai suatu yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang

telah ditentukan sebelumnya (Siagian,2005:60). Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Edisi Ketiga, (2005:593). Coordinating: Suatu proses

pengintegrasiaan kegiatan-kegiatan dan target/tujuan dari berbagai unit

kerja dari suatu organisasi agar dapat mencapai tujuan secara efisien.

(Keban,T,Yeremias,(2004:87). Tanpa koordinasi, individu-individu dan

bagian-bagian yang ada akan bekerja menurut arah yang berlainan dengan

irama/kecepatan yang berbeda-beda, masing-masing bekerja sesuai dengan

kepentingannya yang pada akhirnya dapat mengorbankan kepentingan

(33)

commit to user

George R.Terry (1986:233) juga mendefenisikan pengorganisasian

sebagai tindakan-tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan

yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama

secara efisien dan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal

melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna

mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

Kemudian George R.Terry (1986:233) juga menambahkan bahwa

salah satu tugas penting pengorganisasian adalah mengharmoniskan suatu

kelompok orang-orang berbeda, mempertemukan macam-macam

kepentingan dan memanfaatkan kemampuan-kemapuan kesemuanya

kesuatu arah tertentu. Harapannya adalah tercapainya sinergisme

(synergism) yang berarti tindakan-tindakan simultan unit individual atau

yang terpisah yang bersama-sama menghasilkan suatu efek total yang

lebih besar dibandingkan dengan jumlah komponen-komponen individual.

George R.Terry (1986:233) mengungkapkan bahwa

pengorganisasian menyebabkan timbulnya sebuah struktur organisasi yang

dapat dianggap sebuah kerangka yang merupakan titik pusat sekitar apa

manusia dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengan baik.

Dengan adanya struktur organisasi maka akan dapat diterapkan

siapa yang melaksanakan, bagaimana tugas akan dibagi, dan mekanisme

koordinasi dan formal serta pola interaksi yang akan diikuti. Dalam

pembagian kerja tersebut akan tampak dengan jelas pengelompokkan

(34)

commit to user

tugas-tugas, susunan hierarkis dan jangkauan wewenang, arus delegasi

wewenang dan tanggung jawab serta memberikan stabilitas dan

kontinuitas yang memungkinkan organisai mempertahankan keluar dan

masuk orang-orang atau tenaga kerja serta mengkoordinasi hubungannya

dengan lingkungannya.

3. Menggerakkan/pelaksanaan (actuating)

Usaha pengorganisasian tidak akan ada output konkrit sampai kita

mengimplementasikan aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang

diorganisasi berupa menggerakkan (actuating). Untuk itulah, diperlukan

tindakan actuating atau usaha untuk menimbulkan action. Menggerakkan

berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya

merupakan pusat sekitar apa aktivitas-aktivitas manajemen berputar.

Actuating merupakan usaha untuk menggerakkan anggota-anggota

kelompok demikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk

mencapai sasaran perusahaan yang bersangkutan dengan

sasaran-sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh para anggota itu ingin

mencapai sasaran-sasaran tersebut (G.R.Terry,1986:313).

Menurut Hadari Nawawi (2000:95), kegiatan

pelaksanaan/actuating yaitu melakukan pengarahan (commanding),

bimbingan (directing), dan komunikasi (commuinication) termasuk

koordinasi.

Pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan,

(35)

commit to user

setiap personil, baik secara struktural maupun fungsional, agar langkah

operasionalnya tidak keluar dari usaha mencapai tujuan organisasi (Hadari

Nawawi, 2000:95). Dari pengertian tersebut terlihat bahwa di dalam setiap

organisasi setiap personil melaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan

posisi/ jabatan sebagai unit satuan kerja, yang disebut jabatan struktural.

Bilamana organisasi telah berfungsi, maka setiap personil telah siap

melaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing sehingga pelaksanaannya berlangsung secara

efektif, efisien, dan terarah pada pencapaian tujuan organisasi.

Kegiatan pengarahan dan bimbingan sebagai perwujudan fungsi

pelaksanaan actuating dalam manajemen fungsional memerlukan

penciptaan dan pengembangan komunikasi secara efektif dan efisien. Oleh

karena itu komunikasi ditempatkan sebagai bagian dari fungsi actuating

ini. Sehubungan dengan itu, komunikasi diartikan sebagai proses

penyampaian dan penerimaan informasi yang menjadi salah satu sumber

daya untuk menjaga, memelihara, memajukan dan pengembangan

organisasi secara dinamis sesuai dengan tujuannya. Disamping itu

komunikasi dapat juga diartikan sebagai proses penyampaian informasi

berupa gagasan, pendapat, penjelasan, saran-saran dan lain-lain dari

sumbernya kepada dan untuk memperoleh, mempengaruhi merubah

respon penerima informasi sesuai dengan yang diinginkan sumber

(36)

commit to user

Salah satu respon yang penting dalam menyampaikan informasi

adalah kesediaan bekerjasama atau pemberian dukungan dari penerima

informasi sesuai harapan sumber informasi dalam melaksanakan suatu

pekerjaan atau menyelesaikan suatu masalah dilingkungan suatu

organisasi. Hal itu juga menunjukkan bahwa komunikasi sangat penting

artinya dalam menciptakan dan mengembangkan jaringan kerja (network)

internal dan eksternal, yang berpengaruh pada kinerja organisasi dalam

mewujudkan eksistensinya melalui pencapaian tujuannya.

Di dalam komunikasi, termasuk juga di dalamnya koordinasi.

Koordinasi diartikan sebagai proses atau rangkaian kegiatan

menyelaraskan pikiran, pendapat, dan perilaku dalam mewujudkan

wewenang dan tanggungjawab sesuai tugas pokok masing-masing, agar

secara serentak terarah pada tujuan yang sama. Disamping itu koordinasi

dapat diartikan juga sebagai upaya mewujudkan jaringan kerja (network)

internal antar personil dan atau unit/satuan kerja di dalam suatu organisasi,

dan dengan organisasi lain sebagai jaringan kerja (network) eksternal

(Hadari Nawawi, 2000:87).

Pelaksanaan program CSR bidang kemitraan melibatkan beberapa

pihak, yaitu Perusahaan dan masyarakat calon penerima manfaat program

CSR bidang kemitraan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan program CSR

bidang kemitraan diperlukan beberapa kondisi yang akan menjamin

terlaksananya pelaksanaan program CSR bidang kemitraan dengan baik.

(37)

commit to user

persetujuan dan dukungan dari para pihak yang terlibat. Kondisi kedua

yang harus diciptakan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan program

CSR adalah ditetapkannya pola hubungan (relationship) di antara

pihak-pihak yang terlibat secara jelas. Hal ini akan meningkatkan kualitas

koordinasi pelaksanaan program CSR. Kondisi ketiga adalah adanya

pengelolaan program yang baik. Pengelolaan program yang baik hanya

dapat terwujud bila terdapat kejelasan tujuan program, terdapat

kesepakatan mengenai strategi yang akan digunakan untuk mencapai

tujuan program dari pihak yang terlibat dalam pelaksanaan CSR bidang

kemitraan.

4. Pengawasan/ Evaluasi (Monitoring).

Pengawasan/ Evaluasi (Monitoring) adalah aktifitas manajemen

yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terkendali pelaksanaannya

sedemikian rupa sehingga sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau

hasil yang dikehendaki. Dalam pengendalian/ pengawasan berusaha untuk

mengevaluasi apakah tujuan dapat dicapai. Dengan demikian pengawasan

dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan

organisasi dan manajemen tercapai. Hadari Nawawi (2005:115)

mengemukakan pengawasan/control diartikan sebagai proses mengukur

(measurement) dan menilai (evaluation) tingkat efektivitas kerja personil

dan tingkat efisiensi penggunaan sarana kerja dalam memberikan

kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi.G.R.Terry (1986:387)

(38)

commit to user

penentuan apa yang harus dicapai, yaitu standart: apa yang sedang dicapai,

yaitu pelaksanaan: evaluasi terhadap pelaksanaan dan kalau perlu

menerapkan ukuran-ukuran untuk koreksi sehingga pelaksanaan menjadi

sesuai dengan rencana, yaitu persesuaiannya dengan standart.

Robert J.Molker (1972:2) dalam pengantar manajemen Siswanto

(2006:139) memberikan batasan pengendalian yang menekankan elemen

esensial proses pengendalian dalam beberapa langkah. Batasan yang

diajukan meliputi hal berikut:

Management control is a systematic effort to set performance standards with planning objectives, to design information feedback systems, to compare actual performance with these predetermined standards, to determine whether there are any deviations and to measure their significance, and to take any action required to assure that all corporate resources are being used in the most effective and efficient way possible in achieving corporate

objectives.”Pengendalian manajemen adalah suatu usaha

sistemayik untuk menetapkan standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain system umpan balik informasi, membandingkan kinerja actual dengan standar yang telah ditetapkan, menentukan apakah terdapat penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan.

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut, maka pengertian dari

pengawasan yaitu usaha sadar dan sistematik untuk lebih menjamin bahwa

semua tindakan operasional yang diambil dalam organisasi benar-benar

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

B. Konsep Corporate Social Responsibility

Konsep CSR sebagai salah satu tonggak penting dalam perjalanan

(39)

commit to user

kekinian. Tanggung jawab sosial Perusahaan (CSR) pertama kali muncul

dalam diskursus resmi akademik sejak ditemukan tulisan Howard R.Bowen

pada tahun 1953 (Carrol, 1999:270) (Kartini 2009:5) dalam karyanya Social

Responbilities of the businessman.Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip

Tanggung jawab Sosial Perusahaan (CSR) yang dikemukakan Bowen,

membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai “ The Father’s of

Corporate Social Responbility” yang merumuskan konsep tanggung jawab

sosial sebagai : “The Obligations of businessman to pursue those policies, to

make those decisions, or to follow those line of action which are disrable in

term of the objectivies and values of our society.”

Steiner and Steiner (1994:105-110) dalam (Kartini 2009:5)

memandang rumusan Bowen mengenai tanggung jawab sosial yang dilakukan

oleh pelaku bisnis sebagai kelanjutan dari pelaksanaan berbagai kegiatan

derma (charity) sebagai wujud kecintaan manusia terhadap sesama manusia

(philantropi) yang banyak dilakukan oleh para pengusaha. Tanggung jawab

sosial perusahaan (CSR) mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk

membuat dan melaksanakan kebijakan, keputusan, dan konsep tanggung

jawab sosial perusahaan (CSR) mengandung makna, perusahaan atau pelaku

bisnis umumnya memiliki tanggung jawab yang meliputi tanggung jawab

legal, ekonomi, etis dan lingkungan. Lebih khusus lagi, tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) menekankan aspek etis dan sosial dari perilaku korporasi,

seperti etika bisnis, kepatuhan pada hukum, pencegahan penyalahgunaan

(40)

commit to user

manusiawi, hak asasi manusia, keamanan dan kesehatan, perlindungan

konsumen, sumbangan sosial, standar-standar pelimpahan kerja dan barang,

serta operasi antar negara. (Eddie Riyadi, Kompas22/3/2007).

Menurut Rumusan CSR dari The World Business Council For

Sustainable Development (WBCSD) in Fox, et al (2002), dalam (Wahyudi,

2008:29) definisi CSR adalah:

corporate social responsibility is the continuing commitment by business to be have ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the locall community and society at large.”, yaitu komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Peningkatan kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memeliharanya.

Berdasar pada Trinidad and Tobaco Bureau of Standards (TTBS)

menyatakan bahwa corporate social responsibility diartikan sebagai komitmen

usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi

untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup

keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat secara luas (Sankat,Clement

K,2002 dalam Budimanta 2007:76).

Berdasarkan CSR Eropa, Komisi Eropa meluncurkan yang dikenal

dengan Green Paper Mempromosikan Kerangka Eropa Corporate Social

Responsibility Tanggung Jawab Sosial dan mendefinisikan CSR sebagai :

(41)

commit to user

their stakeholders on a voluntary basis’’ (European Commission, 2001, p. 8).(Journal International , Corporate Social Responsibility as Subsidiary Co Responsibility: A Macroeconomic Perspective, Michael S. Aßländer, Journal of Business Ethics (2011) 99:115–128 )

The Green Paper membagi CSR yang dilakukan perusahaan ke dalam

dua kategori, yaitu: (1) Internal dimension of CSR (mencakup human

resources management, kesehatan dan keselamatan kerja, adaptasi terhadap

perubahan dan pengelolaan dampak lingkungan serta sumber daya alam. (2)

External dimension of CSR (mencakup pemberdayaan komunitas lokal,

partner usaha yang mencakup para pemasok dan konsumen, hak azasi

manusia, dan permasalahan lingkungan (global). Organisasi ini mengajukan

pendekatan secara holistic terhadap CSR, yang di dalamnya mencakup :social

responsibility integrated management, social responsibility reporting and

auditing, quality in work, social and ecolabel, social responsible

investment.(Kartini,2009:3).

CSR dapat diartikan sebagai komitmen industri untuk

mempertanggung jawabkan dampak operasi dalam sosial, ekonomi, dan

lingkungan serta menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada

masyarakat dan lingkungannya. Melaksanakan secara konsisten dalam jangka

panjang akan menumbuhkan rasa berterimaan masyarakat terhadap kehadiran

perusahaan. CSR sebenarnya lebih berorientasi pada masyarakat dan bisnis.

Apakah itu sektor bisnis swasta yang didasarkan pada kepemilikan pribadi

yang melulu mengejar profit atau dapat juga diberi tanggung jawab pada atas

hak masyarakat umum, mengingat pengaruh bisnis begitu besar. Bisnis sendiri

(42)

commit to user

Tanggung jawab dibebankan pada sektor bisnis akan mengurangi pencapaian

tujuan penumpukan profit.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan mengenai

definisi CSR yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu CSR

merupakan suatu pendekatan yang digunakan oleh perusahaan untuk

menunjukkan tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat sekitar

perusahaan sehingga dapat mengembangkan masyarakat, bentuk tanggung

jawab tersebut diselenggarakan dari aspek ekonomi, budaya, sosial,

lingkungan hidup sehingga dapat membantu pengembangan generasi

selanjutnya agar hidup lebih baik lagi. Komitmen perusahaan tersebut

diharapkan tidak hanya melalui bentuk bantuan melainkan lebih pada

pembangunan berkelanjutan.

Secara teoritis tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)

mengasumsikan korporasi sebagai agen pembangunan yang penting,

khususnya dalam hubungan dengan pihak pemerintah dan kelompok

masyarakat sipil. Dengan menggunakan alur pemikiran motivasi dasar,

berbagai stakeholder kunci dapat memantau, bahwa menciptakan tekanan

eksternal yang bisa “memaksa” korporasi mewujudkan konsep dan penjabaran

CSR yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia. Dari perspektif masyarakat

sipil, pola kemitraan sangat menguntungkan karena kegiatan bisnis memilki

berbagai sumber daya penting dan kapabilitas yang dapat digabungkan untuk

(43)

commit to user

Peran PT (Persero) TELKOM,tbk Solo sebagai suatu badan hukum

yang berada di tengah-tengah masyarakat yang memilik kemampuan dalam

pemberdayaan masyarakat tidak terelakkan untuk melaksanakan program

CSR. Pertama, keberhasilan program kemitraan akan memberi dampak positif

pada perusahaan karena kesejahteraan rakyat yang meningkat dalam

perspektif pengusaha berarti peningkatan daya beli masyarakat, dan

peningkatan seperti ini pada gilirannya akan mempengaruhi profit perusahaan

yang produk-produknya akan lebih terserap oleh pasar. Kedua, perusahaan

yang baik (good corporate) adalah perusahaan yang memiliki tanggung jawab.

PT.TELKOM telah mengklasifikasikan program CSR dalam 7 pilar program

yaitu: pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan keadaban, kemitraan, layanan

umum, lingkungan, serta bantuan kemanusiaan dan bencana alam.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus yaitu ruang lingkup CSR

pada bidang ekonomi. Berdasarkan peraturan pemerintah pengembangan

ekonomi tersebut disebut program kemitraan. Kemitraaan dapat dimaknai

sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang

membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling

membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu

bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil

yang lebih baik. Kemitraan dapat dilakukan oleh pihak-pihak baik

perseorangan maupun badan hukum, atau kelompok-kelompok. Adapun

(44)

commit to user

subordinate, memiliki misi atau misi berbeda tetapi saling mengisi/

melengkapi secara fungsional. (Sulistiyani,2004: 130).

C. Program Kemitraan.

Kemitraan berdasarkan UU Nomor 44 tahun 1997 merupakan

kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau usaha besar

disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha besar dengan

memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling

menguntungkan.

Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008,

kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun

tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai

memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku usaha mikro, kecil

dan menengah dengan usaha besar.

Program kemitraan pola CSR pun diartikan oleh pemerintah yaitu

berdasarkan peraturan menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007

menyatakan bahwa program kemitraan BUMN dengan usaha kecil yang

selanjutnya disebut program kemitraan adalah program untuk meningkatkan

kemampuan usaha kecil yang selanjutnya disebut program kemitraan adalah

program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh

dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Dengan demikian kemitraan dalam pola CSR, merupakan kerjasama

(45)

commit to user

antara BUMN dengan usaha kecil yang berada disekitar BUMN disertai

dengan pembinaan dan pengembangan usaha (pinjaman modal dan pinjaman

khusus) melalui pemanfaatan dana dari laba BUMN sehingga usaha kecil

dapat menjadi tangguh dan mandiri melalui pola kerjasama partnership. Model CSR dan Bentuk Program Kemitraan

Dalam pelaksanaan CSR, setiap perusahaan memiliki model

tersendiri untuk menjalankan fungsi tanggung jawabnya tersebut. Saidi

dan Abidin,(2004: 64) dalam Budimanta (2008:22) mengemukakan model

pelaksanaan CSR yang umumnya dilakukan di Indonesia dan dibagi

menjadi empat model yaitu:

1. Keterlibatan langsung: Perusahaan menjalankan CSR secara

langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegitan sosial atau

menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk

menjelaskan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan

salah satu pejabtanya atau departemennya seperti Community

Development Center.

2. Melalui yayasan organisasi sosial perusahaan. Perusahaan

mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya.

Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di

perusahaan-perusahaan di Negara maju. Biasanya, perusahaan

menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat

(46)

commit to user

3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR

melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasi

non-pemerintah , instansi non-pemerintah, universitas atau media massa,

baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan

CSR nya.

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorium. Perusahaan

turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga

sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan

dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian

hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak

konsorium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh

perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif

mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan

kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum

adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan

masyarakat miskin di Negara-negara berkembang. Pendekatan CSR yang

berdasarkan motivasi kariatif dan kemanusiaan pada umumnya dilakukan

secara ad-hoc, parsial dan tidak melembaga. CSR pada tataran ini hanya

sekedar do good dan to look good, berbuat baik agar telihat baik.

Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai

pendekatan kariatif semacam itu, karena tidak mampu meningkatkan

(47)

commit to user

Development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih

mendekatkan konsep empowerment. (Jurnal Spirit Publik, Susiloadi:

Implementasi CSR untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan

Vol4, No2 Hal 123-130,2008).

Kegiatan CSR yang dilakukan saat ini sudah mulai beragam, salah

satunya adalah PKBL (Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil

dan Program Bina Lingkungan) pada dasarnya terdiri dari dua jenis

program, yaitu program perkuatan usaha kecil melalui pemberian

pinjaman dana bergulir dan pendampingan (disebut Program Kemitraan)

serta program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat sekitar (disebut

Program Bina Lingkungan).

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya

disebut Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan

kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui

pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Dari berbagai diskusi dan teori diatas maka pelaksanaan /

implementasi program CSR bidang kemitraan yaitu proses atau

langkah-langkah yang dilakukan oleh para pelaksana program dalam menciptakan

pola kerjasama antara perusahaan dengan usaha kecil dalam rangka

memberdayakan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri.

D. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan CSR program kemitraan.

Menurut Princes Of Wales Foundation ada lima hal penting yang

(48)

commit to user

atau pemberdayaan manusia. Kedua, environments yang berbicara tentang

lingkungan.Ketiga adalah Good Corporate Governance. Keempat, social

cohesion. Artinya dalam melaksanakan CSR jangan sampai menimbulkan

kecemburuan sosial. Kelima adalah economic strength atau memberdayakan

lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi (Untung,2008:11-12).

Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi implementasi tanggung

jawab sosial perusahaan (CSR) adalah: a. Komitmen pimpinan perusahaan; b.

ukuran dan kematangan perusahaan; c. regulasi dan system perpajakan yang

diatur pemerintah. (Franciscus Welirang,Implementasi CSR, Investor 2007

dalam Untung 2008:12). Selain itu juga terdapat tiga pilar penting untuk

merangsang pertumbuhan tanggung jawab sosial perusahan (CSR) yang

mampu mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan, yaitu : a. mencari

bentuk CSR yang efektif untuk mencapai tujuan yang diharapakan dengan

memperhatikan unsur lokalitas; b. mengkalkulasi kapasitas sumber daya

manusia dan institusi untuk merangsang pelaksanaan CSR; dan c. peraturan

serta kode etik dalam dunia usaha. (Dyah Pitaloka,Memperkuat CSR

Memberantas Kemiskinan, Suara Merdeka, 2 Agustus 2007 dalam Untung

2008:36).

Jadi berdasarkan definisi faktor yang ada tersebut, maka faktor-faktor

yang bisa berpengaruh terhadap kemitraan melalui tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) program kemitraan di CDSA PT.TELKOM,tbk Solo

meliputi: 1. Partisipasi yaitu pelibatan secara penuh pada suatu tekad yang

(49)

commit to user

sangat berperan dalam berjalannya pelaksaan program dalah hal ini adalah :

CD Sub Area Telkom Solo, sebagai pelaksana kegiatan dan masyarakat mitra

binaan sebagai sasaran program. 2. Resources (sumber daya alam dan sumber

daya manusia, finansial), yaitu mengkalkulasi kapasitas sumber daya

manusia,manusia menjadi penggerak dari sebuah aktivitas. Di dalam

pelaksanaan tiap jenis program sumber finansial merupakan aspek penting

untuk membiayai seluruh pelaksanaan program. dan 3. Kapasitas masyarakat

yaitu untuk melihat keadaan dan kemampuan masyarakat yang akan

diberdayakan agar pelaksanaan program kemitraan dapat berjalan secara

efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatikan unsur

lokalitas.

Adapun ketiga faktor yang dapat mempengaruhi dalam pelaksanaan

kemitraan melalui tanggungjawab sosial perusahaan oleh CDSA

PT.TELKOM,tbk Solo dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Partisipasi.

Partisipasi bisa dilihat adanya kesepakatan yang dijadikan sebagai

pedoman dalam rangka memahami dan mewujudkan tindakan, adanya

tindakan yang didasari oleh kesepakatan, dan adanya pembagian kerja

dan tanggung jawab dalam kedudukan dan peranan masing-masing untuk

bekerjasama dalam mewujudkan tujuan. Dalam hal ini harus ada

(50)

commit to user

2. Resources (Sumber daya alam, Sumber daya manusia, material dan

Financial)

Resources yang diperlukan dalam kegiatan pengembangan

masyarakat melalui tanggung jawab sosial PT.TELKOM,tbk Solo adalah

berupa alat pendukung seperti teknologi, sarana dan prasarana dan

sumberdaya pendukung, baik sumberdaya alam, sumber daya manusia

maupun materil guna memberdayakan masyarakat setempat agar dapat

mandiri dan lebih berkembang lagi sesuai dengan dimensi pengembangan

masyarakat melalui program kemitraan. Sumber daya digunakan untuk

menunjang kegiatan kemitraan melalui tanggung jawab sosial perusahaan

(CSR) guna pengembangan masyarakat setempat.

PT.TELKOM,tbk Solo sebagai suatu entity (badan hukum) yang

memiliki tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam pemberdayaan

masyarakat guna pengembangan masyarakat setempat adalah merupakan

salah satu sumber dari sarana dan prasarana yang diperlukan dalam

kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut. Adapun sarana dan prasarana

yang dibutuhkan adalah berupa peralatan (sarana) transportasi, teknologi,

dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan, sedangkan prasarana yang

dibutuhkan berupa tenaga ahli (professional) dalam bidangnya guna

pembimbingan dan pendampingan bagi masyarakat yang akan

diberdayakan dan mitra binaan. Sumber finansial juga merupakan aspek

yang dibutuhkan untuk membiayai pelaksanaan program agar dapat

(51)

commit to user

3. Kapasitas Masyarakat

Proritas utama dalam kemitraan adalah upaya untuk membangun

aspek masyarakat yang juga berarti membangun aspek manusianya agar

lebih mandiri. Salah satu indikasi bahwa sudah ada pembangunan pada

aspek masyarakat dan juga aspek manusianya tersebut adalah adanya

peningkatan kapasitas, termasuk kapasitas untuk membangun dirinya

sendiri. Kapasitas adalah ruang yang tersedia, daya tampung, daya serap,

keluaran maksimum, kemampuan berproduksi.

Konsep kapasitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk

melakukan tindakan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki baik untuk

kepentingan dirinya maupun kepentingan pihak lain. (Dikutip dalam

http://www.dictionary.com/egi-bin/dietplterm-Suharjito).

Kemampuan itu merupakan perpaduan dari pengetahuan

(knowledge), keahlian (skill), pengalaman (experiences), daya cipta

(innovativeness), dan hasrat/ cita-cita (desire). Kemampuan

dioperasionalkan dalam bentuk tindakan untuk mewujudkan kepentingan

pihak lain, bahkan mengabaikan kepentingan dirinya, lazimnya disebut

tindakan altruistic. Tindakan-tindakan dilakukan secara spesifik menurut

tempat (place) dan waktu (time) dan merupakan proses terus menerus

dalam kehidupan sehari-hari sehingga menunjukkan apa yang disebut oleh

(52)

commit to user

Kapasitas ada pada individu-individu dan pada masyarakat sebagai

kolektivitas. Pada tingkat masyarakat terjadi proses-proses belajar antar

individu, bekerjasama, saling menolong, gotong royong, pengaturan,

pengorganisasiaan dan proses sosial lain. Kapasitas individu

dipertukarkan, diperkaya, diregenerasi, terjadi “proliferation”. Masyarakat

mempunyai kapasitas sendiri lebih dari kapasitas individu-individu

anggotanya. Dalam masyarakat terdapat norma, nilai aturan-aturan yang

menjadi pedoman, bahkan memaksa, bagi anggotanya dalam melakukan

atau tidak melakukan suatu tindakan. Modal sosial (social capital)

merupakan suatu konsep yang menggambarkan kapasitas masyarakat hal

ini dapat dibandingkan dengan definisi community capacity dari Chaksin

et.al.(2001) sebagai interaksi antara modal sumberdaya manusia,

sumberdaya organisasi, dan modal sosial yang ada di dalam suatu

komunitas yang dapat diangkat atau ditingkatkan untuk memecahkan

masalah-masalah bersama dan memperbaiki atau mempertahankan kondisi

baik yang telah ada. Modal sosial memfasilitasi hubungan-hubungan sosial

antar individu (atau kelompok dan organisasi) mealalui penyiaran

informasi, penegakkan norma, pemeliharaan saling percaya

(trustworthiness), jaringan sosial (social network). (Coleman,1988).

Kendala yang paling besar yang harus dihadapi dalam kemitraan

adalah rendahnya mutu sumber daya manusia. Pada umumnya

keberhasilan program ditentukan oleh kapasitas kemampuan sumber daya

(53)

commit to user

memberdayakan manusia dan kelembagaan sumberdaya ekonomi di dalam

memanfaatkan sumberdaya alam untuk menciptakan kesempatan kerja dan

kesejahteraan.

Kapasitas masyarakat adalah kemampuan individu atau

sekelompok orang/masyarakat dalam suatu wilayah tertentu yang berupa

perpaduan dari pengetahuan (knowledge), keahlian (skill), pengalaman

(experiences), daya cipta (innovativeness), dan hasrat/ cita-cita

(desire)yang dioperasionalkan dalam bentuk tindakan untuk mewujudkan

tujuan bersama yang ingin dicapai baik untuk kepentingan individu atau

sekelompok orang/masyarakat itu sendiri maupun kepentingan masyarakat

lain. Tindakan-tindakan untuk mewujudkan tujuan bersama dilakukan

secara spesifik menurut tempat (place) dan waktu (time) dan merupakan

proses terus menerus dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi

mandiri dalam mengelola sumberdaya alam untuk menciptakan

kesempatan kerja dan kesejahteraan tanpa mengabaikan kelestarian

lingkungan.

(54)

commit to user

Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penelitian ini yang

dimaksud manajemen adalah serangkaian kegiatan pengelolaan dan

pelaksanaan CSR/PKBL melalui Program Kemitraan dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kegitan pengelolaan tersebut berupa

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan

(actuating), dan pengawasan/evaluasi (monitoring).

Program Kemitraan adalah Program Kemitraan Telkom dengan usaha

kecil untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan

mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Telkom.

Jadi manajemen CSR melalui Program Kemitraan adalah kegiatan

pengelolaan program Kemitraan yang terdiri dari proses perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, dalam rangka mewujudkan

Usaha Kecil dan Menengah dan Kopearsi yang tangguh dan mandiri.

Dalam penelitian manajemen CSR melalui Program Kemitraan ini

dimaksudkan sebagai upaya mendeskripsikan pelaksanaan program mulai dari

perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan serta

faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan program kemitraan.

a) Perencanaan

Perencanaan merupakan pemilihan dan penentuan langkah-langkah

kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai tujuan

(55)

commit to user

1. Proses perumusan kegiatan program kemitraan, dalam

perencanaan siapa saja stakeholders yang terlibat pada siklus

perencanaan untuk merumuskan kegiatan dan anggaran

program kemitraan.

2. Kegiatan apa saja yang terdapat dalam perencanaan terkait

dengan program kemitraan yang menjadi acuan pelaksanaan

program kemitraan.

3. Sosialisasi program bagi calon mitra binaan dan melalui

media.

b) Pengorganisasian

Pengorganisasian dapat diartikan sebagai

Gambar

Gambar2.1 Kerangka Berfikir…………...................................................
Tabel 1.1
Gambar 2.I Kerangka Berfikir.
Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Kehidupan fizikal (Seseorang guru harus tahu teknik yang berkesan untuk menangani stress terutamanya menjelang peperiksaan pelajar dan pertukaran pentadbiran di

Secara istilah pengertian esai menjadi sangat beragam, namun intinya esai merupakan usaha atau upaya yang dilakukan untuk dapat mengkomunikasikan

atas berkah, rahmat dan karunia-Nyalah, maka kita dapat menyusun makalah menggapai hidup sehat dengan penerapan prinsip DAGUSIBU obat, agar dapat mengetahui

Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik

Selaku Rektor Universitas Tanjungpura, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Kementerian Perencanaan

Pada tulisan ini dilakukan prosedur diferensiasi dan moving average untuk mengetahui apakah gempa dengan magnitude besar tersebut dapat menyebabkan fluktuasi sinyal

Persetujuan amil yang juga menunjukkan tahap persetujuan yang tinggi dan signiikan berbanding asnaf juga bermaksud pihak amil sememangnya telah bersedia untuk melaksanakan

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kandungan total asam buah terung belanda yang disimpan selama 1 hari, 3