• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI)

B. Implementasi CSR PT. Mitsubishi Chemical Indonesaia (MCCI)

1. Konsep CSR PT. MCCI

Ditengah kehidupan masyarakat yang berdekatan dengan lokasi industri,

tentu mempunyai dampak ekologi positif dan negatif. Singkatnya, setiap

keberadaan industri seakan menampakn “dua wajah”, satu wajah menampakkan

kemakmuran dan pemenuhan kebutuhan akan energi dan mineral bagi

masyarakat, wajah lain menampakkan citra buruk karena akibat negatif yang

ditimbulkan. Barangkali industri kimia PT. MCCI pun demikian. Pabrik yang

tengah melangsungkan produksi tersebut pasti mempunyai persoalan bagi

lingkungannya.

Persoalan yang dihadapi merupakan polusi udara yang tak sedap, limbah

dan lain sebagainya yang berdampak negatif pada lingkungan sekitar. Dampak

tersebut sangat bisa meresahakan kondisi masyarakat ketika hal demikian terjadi

pada tubuh masyarakat. Seperti pernyataan informan dari warga dalam petikan

“Perusahaan ini pernah bocor, tapi saya lupa tahunnya-tahun berapa, yang terjadi dari bocor itu mengakibatkan mata iritasi, mula-mual, pusing ini terjadi di kampung Sumur Wuluh. Katanya dari kejadian bocor itu mau mengadakan klinik, tapi sampai sekarang belum terealisasi. Ada lagi dampak negatif yang penting yaitu kalau terjadi kebocoran belum ada sosialisasi pada masyarakat yang gak tahu mengenai tanggap darurat dan semua perusahaan yang di Gerem belum melakukan sosialisasi itu.”34

Oleh sebab itu, perusahaan harus bertanggung jawab atas segala dampak

yang ditimbulkannya sekaligus berkepentingan memperbaiki citra buruk ini.

Dalam konteks tersebut perusahaan mengambil kebijakan pada konsep CSR

sebagai salah satu jalan menunjukan “komitmen” sekaligus “upaya” penyelesaian

masalah. Melalui CSR tersebut dapat bermanfaat memperluas dampak positif bagi

industri. Oleh karenanya ketika konsep CSR semakin populer bahkan menjadi

trend, ternyata CSR belum memiliki definisi tunggal, CSR yang secara defintif

adalah sebuah bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan

(komunitas) di sekelilingnya merupakan serangkaian hipotesa atas kontibusi aktif

lembaga-lembaga usaha di tengah-tengah masyarakat dalam rangka

pengembangan komunitas atau masyarakat (community Development).35

Bentuk-bentuk nyata dari sebuah program CSR sebenarnya berkembang dengan

mempertimbangkan banyak faktor, dan sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan

oleh perusahaan, maka seringkali bentuk CSR yang ada akan sangat dipengaruhi

oleh bentuk, visi, ataupun tujuan pendirian lembaga usaha itu sendiri. Namun,

secara umum tujuan utama dari sebuah program CSR adalah mengangkat derajat

34 Wawancara dengan DI. Cilegon, 20 September 2011.

35 Rulya Ekawati, “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Dalam

Perspektif Ekonomi Islam,” (Tesis S2 Program Pasca Sarjana , Universitas Islam Negeri Jakarta, 2004), h. 8.

41

kehidupan masyarakat sekitar yang implikasi berikutnya juga berpengaruh

terhadap perusahaan tersebut.

Karena itulah, pola pendekatan dan praktik CSR di Indonesia yang sering

diterapkan adalah pengembangan masyarakat (community development) yang

diantaranya program-program pelayanan kesehatan, pendidikan pemberdayaan

ekonomi dan juga pemberdayaan lingkungan. Perusahaan yang mengedepankan

konsep ini menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas

masyarakat sehingga akan menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal

sosial untuk maju dan berkembang. Selain dapat menciptakan peluang-peluang

sosial ekonomi masyarakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang

diinginkan, cara ini juga dapat membangun citra sebagai perusahaan yang ramah

dan peduli lingkungan, selain itu juga akan tumbuh rasa percaya dari masyarakat,

rasa memiliki perlahan-lahan muncul dari masyarakat sehingga masyarakat

merasakan bahwa kehadiran perusahaan di daerah mereka berguna dan

bermanfaat.

Bentuk hubungan antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya

memang sangat beragam dan variatif. Dan ketika masyarakat juga dipandang

sebagai salah satu stakeholder perusahaan maka adalah suatu kekurangan

tersendiri jika bentuk hubungan yang ada adalah hubungan yang negatif atau

kurang baik. Oleh karena itu perusahaan mampu membangun sebuah hubungan

menyatu dengan masyarakat sekitar, maka kehadiran perusahaan dapat dinikmati

oleh masyarakat sendiri. Ditunjang lagi kalau perusahaan dapat menghargai

untuk dapat bekerja dengan baik serta berinvestasi didalamnya, tentu satu hal

tersebut tidak dianggap beban. Perusahaan justru dapat mengambil manfaatnya

baik berupa produk maupun hubungan positif dengan masyarakat, yang nantinya

akan menciptakan lingkungan psikologis yang loyal dan berdedikasi diantara

pekerja maupun lingkungan sekitar.36

Penuangan program CSR yang didesain berkelanjutan menjadi harapan

dalam membantu dan menciptakan kehidupan di masyarkat yang lebih sejahtera

dan mandiri. Karena yang menjadi catatan program CSR harus benar-benar

berangkat dari komitmen dan bukan sekedar basa-basi atau gugur kewajiban

semata atau juga hanya sekedar charity. Kandungan kesimpulan CSR sebenarnya

berintikan kepada kegiatan berbagi dimana berbagi itu tidak akan merugi.37 Maka

tidak heran jika motivasi perusahaan melakukan CSR adalah pertama, corporate

charity yakni dorongan amal berdasarakan motivasi keagamaan. Kedua, corporate philantrophy yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan

sosial. Ketiga, corporate citizienship yakni motivasi kewargaan demi

mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial.38 Diperkuat

juga alasan perusahaan-perusahaan melakukan CSR adalah berkaitan dengan

reputasi, pemasaran atau profit, keamanan, mencegah konflik persaingan bisnis

dan kedermawanan murni.

36 “CSR Jangan Dianggap Beban,” Kompas, 6 Juli 2010, h. 4.

37 TB. Didi Supriyadi, “Menggagas Perda CSR”, Fajar Banten, 13 Maret 2010, h. 8. 38 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial

43

Secara umum program CSR yang berkelanjutan merupakan program yang

diharapkan dalam membentuk atau menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih

sejahtera dan mandiri. Setiap kegitan tersebut melibatkan semangat sinergi dari

semua pihak secara terus menerus membangun dan menciptakan kesejahteran dan

pada akhirnya akan tercipta kemandirian dari masyarakat yang terlibat dari

program tersebut.

Karena kunci keberhasilan CSR adalah keterkaitan, keterlibatan dan

kerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan atau biasa disebut stakeholder.

Seperti yang ditegaskan oleh informan dari perusahaan bahwa:

“Sekali lagi dalam konsep CSR kami, kami tidak melaksanakannya sendiri, tapi kita melibatkan stakeholder, dan ini juga bukan program sendiri, kenapa? Karena konsep dan program CSR kami adalah sustainable development.”39

Program CSR baru dapat menjadi keberlanjutan apabila, program yang

dibuat oleh suatu perusahaan benar-benar merupakan komitmen bersama dari

segenap unsur yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Tentunya tanpa adanya

komitmen dan dukungan dengan penuh antusias dari karyawan akan menjadikan

program-program tersebut bagaikan program penebusan dosa dari pemegang

saham belaka. Dengan melibatkan karyawan secara intensif, maka nilai dari

program-program tersebut akan memberikan arti tersendiri yang sangat besar bagi

perusahaan.40

39 Wawancara Pribadi dengan YI. Cilegon, 27 April 2011.

40 Cartica, “Program Corporate Social Responsibility yang Berkelanjuta,” artikel diakses pada 24

Mei 2011 dari http://kajian-csr.blogspot.com/2011/01/program-corporate-social-responsibility.html

Semenjak PT. MCCI memberlakukan CSR sebagai penguatan dalam

proses bisnisnya, PT. MCCI mengakui bahwa CSR merupakan salah satu kegiatan

dari manajeman perusahaan yang sebenarnya harus secara komit dan

berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan

sekitar. Secara dasar dalam kehati-hatian perusahaan menjalankan bisnisnya

cenderung memperlakukan CSR sama seperti halnya perusahaan akan membuat

keputusan untuk berinvestasi. Seperti yang di ungkapkan oleh informan dari

perusahaan berikut:

“Dan tidak dapat dipungkiri bahwa pendekatan atau pun program-program CSR yang dilakukan oleh perusahaan secara baik dapat meningkatkan value atau ukuran perusahaan dalam sudut pandang investasi di masyarakat, nilai saham dalam bursa dan termasuk meningkatkan kapasitas perusahaan dalam akses untuk meningkatkan permodalan mengingat hubungan yang baik antara pebisnis dengan komunitas dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat. Potensi keuntungan dari CSR dapat merupai peningkatan reputasi dan citra perusahaan dan ini akan secara otomatis meningkatkan prospek perusahaan untuk lebih efektif dalam menjalankan komunikasi public atau pum marketing strategy. CSR dapat menjadikan perusahaan menjadi lebih kompetitif dan bertanggung jawab serta berkesinambungan.”41

Dengan demikian, maka konsep dan program CSR PT. MCCI yang

bertajuk sustainable development pada umumya disebut sebagai aktifitas

filantropi. Yang terpenting dari kebijakan CSR PT.MCCI adalah perubahan

paradigma filantropi yang sifatnya terlihat mendasar dari tardisi karikatif yang

pada tahun 1991 menuju tradisi baru dengan melalui evaluasi di tahun 2005 yang

akhirnya di era tahun 2007 telah menancapkan konsep CSR-nya yang berjangka

panjang dan berkesinambungan. Dengan mencoba menggunakan pendekatan baru

45

inilah dalam penyelesaian masalah sosial, yaitu mengatasi masalah dari akaranya

secara terencana berjangka panjang dan terukur. Ini artinya filantropisme tidak

lagi dipraktikan sebatas pemberian makanan, minuman, pakaian atau pun

pembangunan masjid, sekolah, pesantren, shut down (over hul) dan seterusnya.

Melainkan lebih dari itu, aksi filantropisme berupaya membangun pemberdayaan

ekonomi, perhatian pada dunia pendidikan, kesehatan, lingkungan dan lain

sebagainya.

Namun dalam hal lain perlu diketahui bahwa secara fundamental

membedakan filantropi dari karitas terletak pada tujuan pemberian derma.

Sementara karitas juga disebut filantropi yang bernuansa tradisional, lebih

diarahkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar yang mendesak, filantropi

modern bertujuan mempromosikan prakarsa-prakarsa keadilan sosial yang

berjangka panjang.42 Meski demikian, bukan berarti kegiatan karitas ini tidak lagi

dibutuhkan atau kurang penting, malahan kegiatan ini masih dianggap oleh

sebagaian masyarakat sebagai pemenuhan kebutuhan dasar juga. Jadi baik karitas

atau pun filantropi haruslah dipandang sebagai dua hal yang saling melengkapi,

bukan sebagai kategori yang saling meniadakan karena dalam praktiknya hal itu

tidak dihendaki.43

Sebelum melaksanakan lebih jauh dalam misi CSR-nya PT. MCCI yang

berjangka panjang dan berkesinambungan atau disebut program pembangunan

berkelanjutan (sustainable development). Sebetulnya sebelum PT. MCCI ini

42 Irfan Abubakar dan Chaider S. Bamualim, ed, Filantropi Islam dan Keadilan Sosial: Studi

Tentang Potensi, Tradisi, dan Pemanfaatan Filantropi Islam di Indonesia (Jakarta: Center for the Study of Religion and Culture, 2006), h. 29.

43 Irfan Abubakar dan Chaider S. Bamualim, Filantropi Islam dan Keadilan Sosial: Studi Tentang

berdiri sebagai perusahaan, pabrik ini telah melakukan proses pengembangan

masyarakat (community development) yang sifatnya membina dan meningkatkan

kualitas dan taraf hidup masyarakat dengan bantuan pembangunan seperti masjid,

sekolah, pelatihan usaha, peringatan hari besar islam seperti idul fitri dan idul

adha seperti sembako serta kurban, shut down (over hull) dan lain sebagainya.

“Dinamakan sebagai community development dan telah melakukan prosesnya bahwa CSR dalam arti sempit yaitu community development, dikatakan sebagai community development dalam arti sempit itu juga bagian dari CSR, karena cakupan CSR itu lebih luas internal dan ekternal tidak hanya pada masyarakat sekeliling saja tapi pemerintah juga.”44

Dalam konsep yang disebut community development ini sebenarnya telah

dilakukan sejak tahun 1991. Di tahun tersebut PT. MCCI telah melaksanakan

CSR dengan sifat instant atau pun charity. Hal ini diutarakan oleh informan dari

perusahaan sebagai berikut:

“Sifatnya Ada dua hal yaitu instan dan tidak instan (jangka panjang), kalo instan itu kaya CD, sifatnya hanya sumbangan-sumbangan seperti bantuan tujuh belas agustus, hari besar islam kurban, pembangunan masjid atau sekolah, zakat yang hanya dirasakan pada saat itu aja. tapi sifatnya CSR yang jangka panjang seperti pelatihan komputer, pembukaan perpustakaan, pemberian makanan tambahan pada bayi sehingga besar harapan CSR ini dapat berkesinambungan baik dari segi umur dibawah bayi remaja dan dewasa.”45

Prinsip derma (charity principle) yang dilaksanakan pada masa itu

merupakan bentuk kepedulian terhadap masyarakat Gerem akan pemenuhan

kebutuhan. Seperti yang disampaikan oleh informan dari warga sebagai berikut:

44

Wawancara Pribadi dengan YI. Cilegon, 27 April 2011.

47

“Sebelum perusahaan itu menjadi PT. MCCI, perusahaan ini sudah terlibat aktif dalam membantu masyarakat Gerem seperti pembangunan masjid, sekolah dan sampai pembangunan Kelurahan Gerem juga di bantu oleh perusahaan itu. Bantuan Penghijauan juga pernah dilakukan, shut down serta sembako”46

Dalam perjalanannya, PT. MCCI baru melihat dan mulai menganalisa

bentuk CSR apa yang akan harus diterapkan, dan pada tahun 2005 telah

melakukan evaluasi, yang akhirnya di tahun 2007 PT. MCCI telah mempunyai

suatu konsep yang jangka panjang, jadi bukan lagi satu inseden aktivitas

insidentil bukan juga aktivitas yang berbentuk charity saja dan bukan pula donasi

jangka pendek, melainkan telah mempunyai satu konsep yang jangka panjang

serta secara total PT. MCCI punya target selama lima belas tahun dalam kebijakan

strategi CSR-nya.

Demi mencapai cita-cita serta menghasilkan masyarakat yang mandiri

(community empowerment), maka PT. MCCI senantiasa berkeinginan bisa tumbuh bersama masyarakat dalam pencapaian daripada taraf hidup masyarakat lebih

baik. Selanjutnya konsep “empowerment” sebagai konsep alterntif pada intinya

menekankan pada otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok

masyarakat, yang berlandas pada sumber daya pribadi, langsung (melalui

partisipasi), demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung,

dengan demikian pemberdayaan masyarakat (community empowerment) pada

hakikatnya adalah nilai kolektif pemberdayaan individual.47

46

Wawancara dengan SAM. Cilegon, 10 Juni 2011.

47 Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah

Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta: Elex Media Komputindo 2007), h. 59.

Oleh karena itu pemberdayaan diperlukan dalam sebuah proses dan tujuan.

Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat

kekuasaan atau kebudayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan bahwa

pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah

perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau

mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

baik yang bersifat fisik maupun sosial seperti memilki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam

kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakann tugas-tugas kehidupannya.48

Konsep CSR PT. MCCI yang mengandung sustainable development,

dalam hal ini PT. MCCI ingin berkembang bersama masyarakat dengan

menempatkan masyarakat bukan sebagai subjek semata, melainkan berperan aktif

dalam menyadarkan diri mereka untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

menuju hidup yang lebih baik. PT. MCCI menyadari bahwa masyarakat

merupakan pihak yang potensial terkena dampak operasi perusahaan, dengan

demikian masyarakat juga merupakan salah satu stakeholder penting yang turut

mempengaruhi misi dan eksistensi perusahaan dalam jangka panjang.

Sehingga bagi PT. MCCI implementasi program CSR sebagai wujud

komitmen dan tanggung jawab terhadap masyarakat ini dipandang sebagai aspek

strategis. Sebagai subjek pembangunan, partisipasi masyarakat juga sangat

diperlukan dalam program-program CSR, karena melalui partisipasi

48 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan

49

masyarakatlah pembangunan akan berjalan secara efektif sesuai dengan potensi

dan kebutuhan mayarakat itu sendiri.

Dengan demikian PT. MCCI yang mempunyai program CSR berintikan

sustainable development memiliki landasan tiga pilar yaitu kesehatan, pendidikan dan pengembangan ekonomi. Beberapa ilustrasi mengenai program tiga pilar

sustainable development CSR PT. MCCI diantaranya sebagai berikut: 1. Deskripsi Mengenai Kesehatan

Sesuai dengan program pilar CSR MCCI, tujuan pilar program kesehatan

yaitu meningkatkan kualitas sehat komunitas dengan mencoba mendukung

kebutuhan dasar dan sumbangsih dalam promosi kesehatan. Yang lebih tinggi

adalah sehat di komunitas dalam mengurangi beban di sektor masyarakat dan

dengan penuh harapan komunitas akan jadi berpandangan terbuka serta

memelihara baik itu akan berperan untuk ekonomis yang baik maupun lingkungan

sosial untuk semua pemangku kepentingan (stakeholder).

Dokumen terkait