• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Corporate Social Responsibility (CSR)

Tinjauan Teoritis Atas Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

F. Strategi Corporate Social Responsibility (CSR)

Strategi ekstra CSR meliputi empat agenda utama ialah Pedoman dan tata

etika, Sistem dan Kebijakan Manajemen Korporat, Strategi Kepimpinan Korporat

dam CSR, terakhir Komitmen dan kemitraan diantara stakeholders. Beberapa

Strategi ekstra CSR sebagai berikut:

1. Pedoman (Guidelines) dan Tata Etika (Codes of Conduct)

Guidelines atau pedoman sangat diperlukan dalam pelaksanaan strategi CSR oleh perusahaan. Dibeberapa perusahaan telah menetapkan pedoman yang

baik serta efektif mengenai apa saja yang berhubungan dengan CSR. Salah

26

satunya adalah lembaga World Business Council for Sustainable development.

Namun yang menjadi acauan adalah UN Global Compact yang diinisiasi oleh

mantan sekjen PBB Kofi Anan. Konten dari UN Global Compact adalah sebagai

berikut:

a. Hak Asasi Manusia

1. Mendukung dan menghormati perlindungan HAM.

2. Menghindari keterlibatan di dalam pelanggaran HAM.

b. Aturan Perburuhan

3. Mempertahankan kebebasan berserikat dan perjanjian kolektif.

4. Penghapusan kerja paksa.

5. Penghapusan kerja oleh kanak-kanak.

6. Peniadaan diskriminatif dalam penempatan tenaga kerja dan

penugasan.

c. Lingkungan

7. Menndukung kehati-hatian dalam penanggungan lingkungan.

8. Penyebarluasan tanggung jawab lingkungan.

9. Mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan.

d. Anti Korupsi

10.Secara aktif melawan segala bentuk korupsi, termasuk pemerasan dan

penyuapan.

UN Global Compact ini suatu kebijakan yang disesuaikan dengan kebijakan di Negara mereka masing-masing. Dalam skala mikro sebenranya setiap

27

korporasi mempunyai suatu trend etika tersendiri yang disebut tata etika atau

codes of conduct. Tata etika mengatur etika perusahaan dalam berproduksi, berhubungan antar sesama pekerja atau antar level perusahaan, etika proses bisnis,

etika menghadap pesaing cara menghadapi pelanggan dan masih banyak lagi.

Apabila ditelaah lagi perusahaan-perusahaan sadar dampak pasti akan

mengakomodasi nilai-nilai yang ada di UN Global Compact yang disesuaikan

persepsi dan kebijakan masing-masing. Tata etika inilah yang menjadi alat bagi

perusahaan dalam menjalankan etika bisnis dan praktik program kuat CSRnya.

2. Sistem dan Kebijakan Manajemen Korporat

CSR merupakan bagian dari sistem manjamen suatu perusahaan. Sekali

lagi perusahaan yang sadar dampak jelas akan menjadikan CSR mereka sebagai

bagian dari strategi perusahaan yang akan porfitibel dimasa depan dan berdurasi

jangka menengah sampai panjang. Korporasi yang semacam ini akan

menempatkan CSR value di dalam skema visi dan nilai-nilai perusahaan.

Sebaliknya petusahaan yang hanya ikut-ikutan atau memposisikan CSR sebagai

bagian dari fungsional korporat dalam artian CSR disejajarkan dengan fungsi

manajemen yang lain seperti keuangan, SDM dan lain-lain. Serta secara visi dan

nilai tidak berhubungan sama sekali dengan CSR value ditambah dengan periode

jangka pendek justru akan menjadi suatu cost center. Jika korporat berbuat

sesuatu yang bersifat temporer saja dimana program-program CSR bersifat parsial

3. Strategi Kepemimpinan Korporat dalam CSR

a. Integrasi

Kepemimpinan yang visioner harus mengintegrasikan tim

tanggung jawab perusahaannya ke struktur dan strategi bisnis dan itu

harus dinyatakan secara jelas di dalam nilai-nilai dan prinsip-prinsip

perusahaan. Para pemimpin yang tergabung di suatu dewan juga harus

memonitor pelaksanaan CSR perusahaan melalui strategi dan komitmen

yang tinggi terhadap para stakeholder-nya diharapkan bias dicapai kinerja

tanggung jawab perusahaan yang memuaskan dan diakui oleh para

stakeholder-nya

b. Inovasi

Kepemimpinan yang strategis tidak hanya melihat pelaksanaan

tanggung jawab perusahaannya dilihat dari sisi kepatuhan dan legal serta

manajemen resiko, tetapi bagaimana menciptakan peluang baru dan nilai

lebih dari CSR itu sendiri. R & D akan sangat berperan guna mewujdkan

peluang baru dan nilai lebih sehingga menghasilkan proses baru, produk

baru, pelayanan baru dan pasar baru dengan tetap mengedepankan

wawasan CSR di dalam setiap tindakan inovasinya.

c. Accountability

Kepemimpinan di dalam CSR wajib sadar dan membuat suatu

skema komitmen terhadap publik yang direlevansikan dengan tujuan,

29

settingan target dan jangka waktu yang ditujukan untuk mengeksekusi

isu-isu stratejik yang berasal dari para stakeholders mereka sendiri dan

ekspektasi apa yang kira-kira diinginkan oleh stakeholders. Dengan

demikian diperlukan suatu laporan yang transparan bertanggung jawab

dan konsisten terhadap semua tindakan praktikal CSR yang telah

dilakukan perusahaan. Oleh karena laporan yang akuntabel merupakan

suatu bentuk komitmen yang utuh terhadap para stakeholder-nya.

d. Pelibatan yang sistemik, Bersifat konsultasi dan kolaboratif

Wujud konkret dalam kepemimpinan CSR adalah melibatkan

perusahaanya secara penuh dan berdedikasi dengan para stakeholders.

Kepemimpinan tipe ini proaktif membentuk forum-forum yang kredibel

bersama stakeholders-nya dalam konteks komunikasi, konsultasi dan

kolaborasi yang berhubungan dengan isu-isu dan spesifik tentang CSR

kekinian. Seperti, bagaimana memobilisasi sumber daya untuk

memecahkan persoalan yang menyangkut pembangunan dan sosial, atau

hanya sekedar berbagai cerita, mengungkapkan opini, berbagai pelajaran

dan pengalaman yang bertujuan untuk menciptakan koalisi pelibatan

yang lebih dinamis dan lebih baik antara korporat dengan para

stakeholders-nya.

4. Komitmen dan Kemitraan di antara Stakeholder

Stakeholder merupakan bagian strategis dalam pelaksanaan CSR.

Perusahaaan yang mampu bekerjasama dan memuaskan matriks stakeholder

yang efektif serta menguntungkan bagi setiap pihak. Pengidentifikasian

stakeholder sangat penting sekali, oleh karena apabila stakeholder telah divalidasi sesuai dengan startegi perusahaan tentang CSR maka dari sana muncul program

kerja.

Dari program kerja muncul lagi kemitraan atau partnership yang berdaya

guna dalam mengeksekusi program CSR agar berjalan dengan efektif dan jitu.

Program CSR itu membutuhkan pemerintah dan masyarakat (civil society) supaya

program tidak berjalan sendiri-sendiri atau tidak pincang. Untuk itulah ada istilah

tri sector partnership”. Peran dari masing-masing unsur kemitraan tersebut dam konteks kemitraan CSR adalah:

1. Peran pemerintah disini adalah:

a. Mewakili kepentingan pemilih.

b. Negoisasi dan membuat komitmen atau kerjasama internasional.

c. Menyediakan kerangka kerja legal atau regulasi yang mengatur

semua sektor serta menyiapkan kebijakan-kebijakan nasional.

d. Mengawasi kinerja Negara dan mengambil tindakan untuk

mencapai keteraturan.

2. Bisnis yang diindentikan dengan perusahaan berperan sebagai:

a. Meawakili kepentingan pemilik saham.

31

c. Bertindak mandiri dalam mengoperasikan perusahaan dengan

menrapkan kode etik yang berlaku.

3. Civil Society yakni masyarakat sipil atau berbagai macam kelompok yang

tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (Non Govermental

Organization/Not Profit) Organization dan termasuk lembaga pendidikan (Education Institution) yang mempunyai peran:

a. Mewakili pemangku kepentingan dimana diantara sesama

masyarakat bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tujuan

kelompok atau organisasi.

b. Mengutamakan nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip yang

berhubungan dengan lingkungan, sosial, HAM dan pembangunan.

c. Mengawasi Pemerintah dan Perusahaan dan bertindak supaya

akuntabilitas didalam pemerintah dan perusahaan bias dijalankan

sesuai dengan legal aspek yang berlaku di negara.27

Dokumen terkait