• Tidak ada hasil yang ditemukan

X. Ketenagakerjaan

10.1. Konsep dan Definisi Indikator Ketenagakerjaan

Indikator Ketenagakerjaan merupakan indikator ekonomi yang mempunyai arti penting dalam beberapa aspek. Dari indikator ketenagakerjaan ini dapat diperoleh gambaran dan permasalahan ketenagakerjaan, seperti penduduk usia kerja, angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK).

Penduduk Usia Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun keatas.

Penduduk yang termasuk Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang bekerja,atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.

Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang mengurus rumah tangga, sekolah atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi..

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah penduduk angkatan kerja (yang bekerja dan pengangguran) dengan jumlah penduduk usia kerja, dan biasanya dinyatakan dalam persen.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan antara jumlah penduduk pengangguran dengan jumlah penduduk angkatan kerja, biasanya dinyatakan dalam persen.

Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang bekerja dengan jumlah penduduk angkatan kerja, biasanya dinyatakan dalam persen.

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 101 | |

Tahun 2020 10.2. Penduduk Menurut Kegiatan Utama

Sebagaimana telah diuraikan diatas, penduduk usia kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang terdiri dari kelompok angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja adalah mereka yang aktif secara ekonomi, yaitu penduduk yang bekerja dan pengangguran. Bukan angkatan kerja ialah penduduk usia 15 tahun ke atas yang sekolah, mengurus rumah tangga dan melakukan kegiatan lain selain kegiatan pribadi.

Berdasarkan estimasi hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2018-2020 yang ditampilkan pada Tabel 10.1, penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2020 yang masuk kategori penduduk usia kerja sebanyak 1.331.991 jiwa.

Penduduk usia kerja yang tergolong dalam angkatan kerja sebanyak 832.423 jiwa, yang bekerja sebanyak 761.851 jiwa dan yang menjadi pengangguran sebanyak 70.572 jiwa.

Sedangkan penduduk yang bukan tergolong angkatan kerja yaitu yang sekolah, mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya berjumlah 499.568 jiwa.

Tabel 10. 1.

Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu di Kota Tangerang Selatan, 2018-2020

10.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Partisipasi penduduk usia kerja dalam bekerja dan mencari pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan rumahtangganya dapat dilihat melalui angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tabel 10.1 menunjukan bahwa pada tahun 2020

Jenis Kegiatan Utama 2020 2019 2018

[1] [2] [3] [4]

I. Angkatan Kerja 832,423 788,305 776,658

1. Bekerja 761,851 750,650 740,364

2. Pengangguran 70,572 37,655 36,294

II. Bukan Angkatan Kerja (Sekolah,

Mengurus Rumah Tangga dan Lainnya) 499,568 513,124 494,144

Jumlah 1,331,991 1,301,429 1,270,802

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) 62.49 60.57 61.12

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 8.48 4.78 4.67

Sumber : BPS (Sa kerna s )

Tabel 5.1

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu Yang Lalu Di Kota Tangerang Selatan, 2018 - 2020

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 102 | |

Tahun 2020

persentase penduduk yang masuk dalam usia kerja dan aktif dalam bekerja dan mencari pekerjaan (TPAK) di Kota Tangerang Selatan tercatat sebesar 62.49 persen. Angka tersebut sekaligus memberikan gambaran bahwa ada sekitar 62 persen dari penduduk usia kerja di Kota Tangerang Selatan yang berpotensi untuk mendapatkan pendapatan/penghasilan, walaupun di dalamnya termasuk mereka yang sedang mencari pekerjaan. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 2019 TPAK Kota Tangerang Selatan sebesar 60.57 persen sedangkan TPAK tahun 2018 sebesar 61.12 persen.

Salah satu informasi penting lain yang didapat dari kegiatan Sakernas adalah diperolehnya angka pengangguran. Informasi ini vital, terutama berkenaan dengan kemampuan sektor-sektor ekonomi yang ada untuk menyerap tenaga kerja kedalam aktivitas ekonomi produktif. Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara tidak langsung dapat menggambarkan kondisi ekonomi suatu wilayah. Tinggi rendahnya angka ini memiliki kepekaan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat maupun keamanan dan stabilitas regional.

Berdasarkan Gambar 10.1, secara umum Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Tangerang Selatan dari tahun 2018 ke tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 0,11 persen, sedangkan dari tahun 2019 ke tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 3.7 persen. TPT pada tahun 2020 menjadi lumayan tinggi karena terjadinya pandemi Covid-19 yang membuat perekonomian sedikit mengalami perubahan yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja terhadap para pekerja di bebagai sektor perekonomian.

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 103 | |

Tahun 2020 Gambar 10. 1.

Tingkat PArtisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Tangerang Selatan, Tahun 2018-2020

Sumber : BPS (Sakernas)

Pada tabel 10.2 terlihat jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Jumlah penduduk angkatan kerja dari tahun 2018 hingga 2020 terus meningkat. Pada tahun 2020, 2.75 persen (214,419 orang) penduduk berusia 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja memiliki pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah SMA Umum.

Sedangkan 20.14 persen (167,659 orang) berpendidikan universitas.

Tabel 10. 2.

Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2018-2020

Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan 2020 2019 2018

[1] [2] [3] [4]

<= Sekolah Dasar 117,880 121,944 101,993

SLTP 114,037 94,442 97,912

SMA Umum 214,419 197,701 178,429

SMA Kejuruan 165,752 165,441 142,321

Diploma I/II/III 52,676 48,611 43,842

Universitas 167,659 160,166 212,161

Jumlah 832,423 788,305 776,658

Sumber : BPS (Sa kerna s )

Tabel 5.2

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2018-2020

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 104 | |

Tahun 2020

10.4. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Status Pekerjaan Utama

Distribusi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama pada publikasi ini dibagi menjadi 3 kategori lapangan pekerjaan utama yaitu Pertanian (pertanian tanaman pangan, kehutanan, perburuan, dan perikanan dan pertanian lainnya), Industri Pengolahan dan lainnya (pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air serta bangunan/konstruksi, perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel, angkutan, pergudangan, komunikasi, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan, serta jasa kemasyarakatan).

Tabel 5.3 menunjukkan sebaran penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama, yaitu Pertanian, Industri Pengolahan dan Jasa-jasa selain pertanian dan industri pengolahan. Dalam sudut pandang perekonomian, untuk mengetahui Lapangan pekerjaan utama apa yang paling dominan di suatu wilayah biasanya dilihat dari peranan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja dan pembentukan nilai tambah (PDRB). Namun tidak selamanya lapangan pekerjaan utama yang dominan menyerap tenaga kerja menjadi yang paling banyak menciptakan nilai tambah.

Perbedaan produktifitas tenaga kerja antar sektor dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi penyebab terjadinya hal tersebut.

Jika dilihat penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor yang ada, mayoritas penduduk di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2018 hingga 2020 bekerja di sektor Jasa-jasa lalu diikuti di sektor industri dan terakhir di sektor pertanian. Pada tahun 2020, dari total 761,851 penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja, 644,621 penduduk bekerja di sektor jasa diikuti dengan 110,795 penduduk di sektor industri dan 6,435 penduduk di sektor pertanian.

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 105 | |

Tahun 2020 Tabel 10. 3.

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2018-2020

Berdasarkan status pekerjaan utamanya, penduduk bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai pada 2020 masih mendominasi komposisi tenaga kerja di Kota Tangerang Selatan yaitu sebanyak 60.41 persen (460.300 orang) diikuti oleh berusaha sendiri sebanyak 23.96 persen.

Berdasarkan status pekerjaan utama tersebut, penduduk bekerja dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kegiatan formal dan informal. Penduduk yang bekerja di kegiatan formal mencakup mereka yang berusaha dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan/pegawai, sedangkan sisanya dikategorikan sebagai kegiatan informal (berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, pekerja bebas dan pekerja keluarga/tidak dibayar.

Lapangan Pekerjaan Utama 2020 2019 2018

[1] [2] [3] [4]

Pertanian 6,435 5,292 8,798

Industri 110,795 117,516 110,563

Jasa - Jasa 644,621 627,842 621,003

Jumlah 761,851 750,650 740,364

Sumber : BPS (Sa kerna s )

Tabel 5.3

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2018-2020

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 106 | |

Tahun 2020 Tabel 10. 4.

Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama, 2018-2020

Pada tahun 2020, penduduk yang bekerja di kegiatan formal sebanyak 484,702 orang (63.62 persen), sedangkan yang bekerja di kegiatan non formal sebanyak 277,149 orang (36.38 persen).

10.5. Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pendidikan merupakan salah satu indikasi terhadap kemampuan dan produktivitas tenaga kerja. Semakin tinggu Pendidikan cenderung semakin tinggi juga keahlian dan produktivitas yang dimiliki. Pada 2020, di Kota Tangerang Selatan penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan SMA Umum sebanyak 25.46 persen (193,948 orang) dan diikuti oleh mereka yang berpendidikan universitas sebanyak 20.14 persen (153,406 orang).

Status Pekerjaan Utama 2020 2019 2018

Pekerja Bebas Di Pertanian 1,254 1,468 0

Pekerja Bebas Di Non Pertanian 34,532 14,711 11,573

Pekerja Keluarga/Tidak Dibayar 32,418 23,137 20,477

Jumlah 761,851 750,650 740,364

Sumber : BPS (Sa kerna s )

Tabel 5.4

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama , 2018-2020

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 107 | |

Tahun 2020 Tabel 10. 5.

Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2018-2020

10.6. TPT Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pengangguran terbuka berdasarkan pendidikan mempunyai pola distribusi yang hamper sama dari tahun ke tahun. Pada 2020, pengangguran terbuka untuk masing-masing kategori Pendidikan mengalami peningkatan seiring dengan naiknya TPT nasional. Di Kota Tangerang Selatan, Pengangguran terbuka dari tamatan SMA Kejuruan paling banyak dibandingkan dengan tamatan jenjang Pendidikan lainnya yaitu sebanyak 21,085 orang (29.88 persen) diikutin oleh tamatan SMA Umum yaitu sebanyak 20,471 orang (29.01 persen). Pengangguran terbuka yang paling rendah adalah mereka dengan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah yaitu sebanyak 3.418 orang ( 4.84 persen).

Hal ini menggambarkan kondisi pasar kerja di Kota Tangerang Selatan saat ini sebagian besar diisi oleh mereka dengan Pendidikan rendah.

Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan 2020 2019 2018

[1] [2] [3] [4]

<= Sekolah Dasar 114,462 119,209 100,221

SLTP 108,308 93,510 94,950

SMA Umum 193,948 186,301 167,076

SMA Kejuruan 144,667 155,024 127,390

Diploma I/II/III 47,060 43,560 42,790

Universitas 153,406 153,046 207,937

Jumlah 761,851 750,650 740,364

Sumber : BPS (Sa kerna s )

Tabel 5.5

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan , 2018-2020

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 108 | |

Tahun 2020 Tabel 10. 6.

Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Termasuk Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan, 2018-2020

Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan 2020 2019 2018

[1] [2] [3] [4]

<= Sekolah Dasar 3,418 2,735 1,772

SLTP 5,729 932 2,962

SMA Umum 20,471 11,400 11,353

SMA Kejuruan 21,085 10,417 14,931

Diploma I/II/III 5,616 5,051 1,052

Universitas 14,253 7,120 4,224

Jumlah 70,572 37,655 36,294

Sumber : BPS (Sa kerna s )

Tabel 5.6

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Termasuk Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2018-2020

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 109 | |

Tahun 2020

XI. Kemiskinan &

Pola Konsumsi

Kemiskinan

Pola Konsumsi Rumah

Tangga

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 110 | |

Tahun 2020 11.1. Kemiskinan

Kemiskinan di negara berkembang seperti Indonesia pada umumnya mengarah pada kemiskinan absolut, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mencapai standar hidup minimal tertentu yang telah ditetapkan. Walaupun pemerintah telah banyak menggulirkan berbagai program yang menitikberatkan pada pengentasan kemiskinan, namun masih ada beberapa yang dianggap belum tepat sasaran, bahkan gagal dalam mengentaskan kemiskinan. Beberapa program dianggap belum menyentuh masalah mendasar yang terjadi pada masyarakat sehingga hasilnya tidak efektif. Selain itu, program yang ada juga dinilai masih bersifat reaktif, jangka pendek dan parsial.

Kemiskinan juga merupakan kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Bappenas,2004)

Berdasarkan tabel 11.1 terlihat perkembangan penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan dari tahun 2012 hingga 2019. Penduduk miskin disini adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada tahun 2019 jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan sebanyak 29,160 orang dan pada tahun 2018 sebanyak 28,210 orang. Jika dilihat dari tahun 2012, jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan cenderung terus bertambah jumlahnya.

Persentase penduduk miskin (P0) di Kota Tangerang Selatan dari tahun 2012 hingga 2019 cenderung meningkat. Pada tahun 2019 persentase penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan sebesar 1.68 persen.

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 111 | |

Tahun 2020 Tabel 11. 1.

Garis Kemiskinan, Jumlah, Presentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Kota Tangerang Selatan,

2012-2019

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat Kedalaman kemiskinan (P1) dan tingkat Keparahan kemiskinan (P2).

Tingkat kedalam kemiskinan yang digambarkan oleh angka Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, di mana semakin tinggi nilai indeks ini maka semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, atau dengan kata lain semakin tinggi nilai indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk.

Sedangkan angka Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin itu sendiri, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan. Semakin tinggi angka indeks ini maka sebaran pengeluaran diantara penduduk miskin itu semakin timpang dan sebaliknya.

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) di Kota Tangerang Selatan tahun 2019 sebesar 0,27 persen dan merupakan yang terkecil dibanding kabupaten/kota lainnya se-Provinsi Banten. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Tangerang Selatan tingkat kesenjangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, lebih baik dibanding Kabupaten/Kota lain di Provinsi Banten. Demikian juga bila dilihat dari Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), bahwa Kota Tangerang Selatan dengan Tingkat

Garis Kemiskinan, Jumlah, Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Kota Tangerang Selatan, 2012 -2019

Tabel 6.1

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 112 | |

Tahun 2020

keparahan kemiskinan yang paling kecil yaitu sebesar 0,07 tahun 2019. Ini menunjukkan bahwa Kota Tangerang Selatan juga lebih baik dibanding kabupaten/kota lainnya di Provinsi Banten, dilihat dari kesenjangan diantara penduduk miskin semakin kecil.

Garis kemiskinan terdiri dari dua komponen yaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari . Sedangkan garis kemiskinan non makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

Gambar 11. 1.

Garis Kemiskinan Kota Tangerang Selatan 2012-2019

Sumber : BPS

Dari Gambar 6 di atas, dapat terlihat bahwa garis kemiskinan di Kota Tangerang Selatan dari tahun 2012 hingga 2019 semakin meningkat. Pada tahun 2019, garis kemiskinan di Kota Tangerang Selatan sebesar Rp 593,781,-. Hal ini berarti bahwa rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk di Kota Tangerang Selatan sebesar Rp 593,781,-. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Rp 593,781,- di kategorikan sebagai penduduk miskin.

11.2. Pola Konsumsi Rumah Tangga

Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga/keluarga. Pola konsumsi masyarakat sangat dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan setempat serta pendapatan. Budaya setempat dan perilaku lingkungan akan membentuk pola kebiasaan tertentu pada sekelompok masyarakat dan

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 113 | |

Tahun 2020

pendapatan seseorang akan mempengaruhi pola konsumsinya. Selama ini berkembang pengertian bahwa besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat memberikan gambaran kesejahteraan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga tersebut berpenghasilan rendah. Makin tinggi penghasilan rumah tangga, maka makin kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga.

Pada kelompok penduduk dengan tingkat pendapatan rendah biasanya pengeluaran akan lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dasar, yaitu makanan.

Pendapatan dapat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Pendapatan yang rendah, tentunya mempersempit pilihan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga pada kelompok masyarakat dengan penghasilan terbatas, pemenuhan konsumsi yang bersifat primer (makanan) menjadi pilihan alternatif yang utama. Sulit bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat sekunder seperti: rekreasi, membeli barang-barang penunjang hobby. Dengan keterbatasan penghasilan itu pula yang dapat mempengaruhi rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan masyarakat.

Pengeluaran rumah tangga dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan. Perubahan pendapatan seseorang akan berpengaruh pada pergeseran pola pengeluaran. Semakin tinggi pendapatan, cenderung akan semakin tinggi pengeluaran untuk bukan makanan. Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap barang bukan makanan pada umumnya tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bukan makanan atau ditabung. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, dimana perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan.

Pada umumnya data yang menunjukkan pendapatan masyarakat sangat sulit untuk diperoleh. Sehingga data pengeluaran, dalam hal ini pengeluaran rumah tangga merupakan proxy (pendekatan) dari pendapatan. Menurut kajian beberapa literatur, tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat bila pengeluaran untuk nonmakanan sudah lebih dari 60 persen.

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 114 | |

Tahun 2020 Tabel 11. 2.

Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sebulan

Menurut Kelompok Barang di Kota Tangerang Selatan 2018-2019

Data hasil Susenas 2019 Kota Tangerang Selatan seperti yang tersaji pada Tabel 6.2, terlihat bahwa rata-rata pengeluaran perkapita penduduk Kota Tangerang Selatan untuk kelompok makanan mencapai 40.04 persen dari total pengeluaran. Sedangkan proporsi rata-rata pengeluaran untuk kelompok bukan makanan sekitar 59.96 persen, Atau dalam bentuk besaran rupiah rata-rata pengeluaran untuk konsumsi makanan sebesar Rp 798.230,- sedangkan untuk konsumsi bukan makanan sebesar Rp 1.195.312,- dengan total pengeluaran perkapita sebulan sebesar Rp 1.993.542,-.

Pada tahun 2019 bila dilihat dari komposisi jenis pengeluaran untuk kelompok makanan, maka rata-rata pengeluaran terbesar adalah makanan dan minuman jadi, yaitu sebesar Rp. 338.269 (16,97 persen) disusul rokok dan tembakau sebesar Rp.

Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga 676,126 807,911

Aneka Barang dan Jasa 313,498 407,261

Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala 59,207 73,529

Barang Tahan Lama 43,051 67,421 Menurut Kelompok Barang di Kota Tangerang Selatan

2018 - 2019

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 115 | |

Tahun 2020

67.047 (3,36 persen) dari total pengeluaran. Kemudian diikuti pengeluaran padi-padian sebesar Rp. 53.678,- (2,69 persen), sayur-sayuran Rp. 52.568,- (2,64 persen) dan terakhir kelompok pengeluaran untuk telur dan susu yaitu sebesar Rp.51,241,- (2,57 persen). Sedangkan pada kelompok bukan makanan, rata-rata pengeluaran terbesar adalah untuk pengeluaran perumahan sebesar Rp. 676.126,- (33.91 persen), diikuti kelompok aneka barang dan jasa sebesar Rp. 313,498 (15.72 persen), kemudian pengeluaran biaya pajak dan asuransi sebesar Rp. 87,396,- (4,38 persen), pengeluaran untuk biaya barang yang tahan lama sebesar Rp.43.051,- (2,16 persen), pengeluaran untuk biaya pakaian, alas kaki, dan tutup kepala sebesar Rp 59.207,- (2.97 persen), dan yang paling rendah adalah biaya keperluan pesta dan upacara yaitu sebesar Rp. 16,033,- (0.80 persen).

Tabel 11. 3.

Rata-rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (gram) Perkapita Sehari Menurut Kelompok Barang di Kota Tangerang Selatan, 2018-2019

Pada Tabel 11.3 dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi makanan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2019 sebanyak 2121.39 Kkal. Konsumsi kalori terbanyak berasal dari padi-padian sebanyak 674.34 Kkal, disusul oleh makanan minuman jadi

Kelompok Barang

Telur dan Susu 90.33 106.58 5.16 5.72

Sayur-sayuran 37.19 34.02 2.05 1.86

Kacang-kacangan 64.83 62.90 6.39 6.27

Buah-buahan 44.69 50.17 0.51 0.62

Minyak dan Kelapa 276.83 262.26 0.07 0.06

Bahan Minuman 79.27 76.02 0.74 0.73

Bumbu-bumbuan 8.47 11.14 0.36 0.53

Bahan Makanan Lainnya 72.00 72.63 1.44 1.48 Makanan Minuman Jadi 571.26 590.64 18.18 18.31

Rokok dan Tembakau 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Makanan 2,121.39 2148.78 68.16 69.20

Sumber : BPS (Susenas)

Tabel 6.3

Rata-rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (gram) Perkapita Sehari Menurut Kelompok Barang di Kota Tangerang Selatan, 2018-2019

Protein (Gram) Kalori (Kkal)

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 116 | |

Tahun 2020

sebanyak 571.26 Kkal, minyak dan kelapa sebanyak 276,83 Kkal dan konsumsi daging sebanyak 115.86 Kkal.

Sedangkan untuk konsumsi protein secara rata-rata di Kota Tangerang Selatan sebanyak 68,16 gram pada tahun 2019 dengan makanan dan minuman jadi menjadi penyumbang terbesar konsumsi protein sebanyak 18,18 gram protein.

Pola konsumsi penduduk suatu wilayah selain dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan setempat juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan penduduknya. Semakin tinggi tingkat pendapatannya akan semakin rendah proporsi pengeluaran makanannya.

Sebaliknya semakin rendah tingkat pendapatannya akan semakin tinggi proporsi pengeluaran makanannya.

Tabel 11. 4.

Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita sebulan Dirinci per Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten, 2019

Pada tabel 11.4 terlihat bahwa persentase rata-rata golongan pengeluaran perkapita perbulan penduduk di Kota Tangerang Selatan tahun 2019 terbanyak ada pada golongan pengeluaran Rp. 1.500.000 ke atas yaitu sebesar 54.39 persen. Disusul golongan pengeluaran Rp. 1.000.000 – Rp. 1.499.999 sebesar 25.27 persen dan golongan pengeluaran Rp. 750.00 – Rp. 999.999 sebesar 13.59 persen. Persentase rata-rata golongan pengeluaran perkapita perbulan penduduk di Kota Tangerang Selatan terkecil ada pada golongan pengeluaran 300.000 – Rp. 449.999 yaitu sebesar 0,98 persen dan untuk golongan pengeluaran kurang dari Rp. 300.000 tidak ada (0 persen).

kurang

Pandeglang 0.00 0.00 3.53 30.52 31.61 16.75 11.64 5.95

Lebak 0.00 0.00 0.47 15.26 36.45 19.48 17.38 10.95

Tangerang 0.00 0.00 0.00 3.82 19.09 21.76 26.84 28.49

Serang 0.00 0.00 0.90 10.90 26.94 22.43 22.23 16.60

Kota Tangerang 0.00 0.00 0.00 0.71 6.30 11.49 29.40 56.61

Kota Cilegon 0.00 0.00 0.00 1.42 12.85 17.88 28.88 38.97

Kota Serang 0.00 0.00 0.00 2.66 26.11 21.74 21.45 28.04

Kota Tangerang Selatan 0.00 0.00 0.00 0.98 5.78 13.59 25.27 54.39

Jumlah 0.00 0.00 0.48 7.26 19.11 18.13 23.15 31.87

Tabel 6.4

Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan Dirinci per Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten, 2019

Rincian

Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan (Rp)

Sumber : BPS (Susenas Maret 2019)

Badan Pusat Statistik & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan | | | | 117 | |

Tahun 2020

Bila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Banten dari tabel 6.4 terlihat bahwa persentase rata-rata golongan pengeluaran perkapita perbulan untuk

Bila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Banten dari tabel 6.4 terlihat bahwa persentase rata-rata golongan pengeluaran perkapita perbulan untuk